Anda di halaman 1dari 30

KOLOID

PENGERTIAN KOLOID

Koloid memiliki banyak sifat-sifat dengan beraneka macam jenis-jenis

koloid yang perlu diketahui dalam melanjutkan pembahasan

mengenai pengertian koloid. Secara umum, Pengertian Koloid adalah

campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih dimana partikel-partikel zat

koloid tersebar merata dalam zat lain. Istilah koloid berasal dari kata "kolia"dalam

bahasa yunani berarti "lem". Koloid sendiri diperkenalkan pada tahun 1861

oleh Thomas Graham. Dari hasil pengamatannya mengenai gelatin yang

merupakan kristal yang sukar mengalami difusi, padahal umumnya kristal itu

mudah mengalami difusi. Sehingga zat semacam gelatin tersebut dinamakan

koloid. Pengertian Koloid atau disebut dispersi koloid atau sistem koloid adalah

sistem dispersi yang memiliki ukuran partikel lebih besar dari larutan, tetapi lebih

kecil daripada suspensi. Umumnya koloid mempunyai ukuran partikel sekitar 1

nm-100 nm. 

Berdasarkan komposisi penyusunnya, zat dapat dikelompokkan

menjadi zat murni (unsur dan senyawa) dan campuran. Campuran dapat

dikelompokkan dengan berdasarkan fase yang terbentuk dari campuran homogen

(larutan) dan campuran heterogen.  Pencampuran gula dan air yang akan

menghasilkan campuran homogen karena akan membentuk satu fase. Gula

tercampur dengan air secara merata (homogen) sehingga menjadikan butiran gula

tidak terlihat dalam larutan. Larutan gula tersebut tidak dapat dipisahkan baik
dengan cara penyaringan. Contoh-Contoh larutan lainnya adalah seperti larutan

garam, larutan alkohol, larutan cuka, dan larutan gas dalam udara. Berbeda dari

campuran gula dan air, pencampuran antara pasir dan air akan membentuk dua

fase. Pasir bercampur dengan air terjadi secara tidak merata (heterogen) sehingga

butiran pasir dapat dilihat dalam campuran. Campuran pasir dan air disebut

dengan suspensi.  Bila campuran suspensi tersebut didiamkan, maka yang terjadi

adalah pasir akan mengendap sehingga pasir dapat dipisahkan dari air dengan cara

menyaring. Jenis suspensi lainnya adalah seperti campuran tanah liat dengan air,

kopi dengan air, serta minyak dan air. 

Pencampuran susu dan air akan membentuk dua fase, walaupun

sepertinya campuran tersebut bersifat merata (homogen). Jika diamati lebih teliti,

butiran susu bubuk masih dapat terlihat dalam campuran. Butiran susu bubuk

tersebut dikatakan sebagai terdispersi (tersebar) dalam air. Campuran susu dan

air dikenal dengan istilah koloid. Zat terdispersi disebut fase

terdispersi, sedangkan pada medium yang digunakan untuk mendispersikan

disebut dengan medium pendispersi. Zat terdipersi tersebut akan berupa fase jika

dicampur dengan fase yang berbedam sedangkan fase medium pendispersinya

tidak berubah. Campuran Koloid adalah fase peralihan dari campuran homogen

menjadi campuran heterogen. Jika didiamkan, butiran susu tersebut akan

mengendap. Bagaimana jika disaring ?.. jika disaring, susuk bubuk tidak dapat

dipisahkan. Susu bubuk hanya dapat dipisahkan dengan kertas saring yang ukuran

pori-porinya sangat kecil. 

JENIS-JENIS KOLOID
Sistem koloid terdiri atas 2 fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi

(medium dispersi). Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya

koloid dapat dibedakan menjadi 8 jenis sebagai berikut:

N Fase Fase Jenis


Contoh
o. Terdispersi Pendispersi (nama koloid)
1 Mutiara, kaca
Padat Padat Sol padat
. warna
2 Emulsi
Cair Padat Keju, mentega
. padat
3 Busa Batu apung,
Gas Padat
. padat kerupuk
4 Pati dalam air,
Padat Cair Sol, gel
. cat, jeli
5 Susu, santan
Cair Cair Emulsi
. Manyonaise
6
Gas Cair Busa Krim, pasta
.
7 Aerosol
Padat Gas Debu, asap
. padat
8 Aerosol
Cair Gas Awan kabut
. cair

1. Aerosol

Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas

disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat;

jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair. Banyak produk

dibuat dalam bentuk aerosol, seperti hair spray, obat nyamuk semprot, parfum, cat
semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan

pendorong (propelan aerosol).

2. Sol

Sistem koloid dari pertikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol.

Koloid jenis sol banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

industri.

3. Emulsi

Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi.

Syarat terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan.

Emulsi dapat digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air

(M/A) dan emulsi air dalam minyak (A/M).

4. Buih

Sistem koloid dari gas yang tedispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti

halnya dengan emulsi,untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih.

5. Gel

Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel.

SIFAT-SIFAT KOLOID

1. Efek Tyndall

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-

partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup

besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall(1820-1893), seorang ahli
fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah

efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari

dengan cahaya,maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya,

sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena

partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat

menghamburkan sinar tersebut.Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-

partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat

sulit diamati. 

2. Gerak Brown

 Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang

senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika

kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa

partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini

dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.  Gerakan

tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di

tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair

atau gas, pergerakan partikel- partikel akan menghasilkan tumbukan dengan

partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala

arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi

cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang

menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau

gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown

terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat


gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit

diamati dalam larutan dan  tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak

Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka

semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel

medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase

terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu

sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

3. Adsorpsi

Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain

pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan

partikel. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya

penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).

Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:

1. Pemutihan gula tebu.

2. Norit.

3. Penjernihan air.

Contoh:

- koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap

kuman penyebab diare.

- Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +.

Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak


sesamanya sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling

menggerombol.

4. Elektroforesis

 Elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau

partikel koloid bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan

listrik. Yaitu, pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-

masing elektrode. Prinsip kerja elektroforesis digunakan untuk membersihkan

asap hasil industri dengan alat Cottrell.

5. Koagulasi

 Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.

Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.

Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:

      Mekanik

Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan

cepat.

      Kimia.

Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam). Contoh: susu, sirup

masam-masam.

PROSES PEMBUATAN KOLOID

1. Cara Kondensasi

Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara

penggumpalan partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut:


a. Reaksi Pengendapan

Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan

larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan.

Contoh: AgNO3 + NaCl —> AgCl(s) + NaNO3

b.  Reaksi Hidrolisis

Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat

dibuat dengan mereaksikan suatu zat dengan air.

Contoh: AlCl3 +H2O —> Al(OH)3(s) + HCl

c.  Reaksi Redoks

Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.

Contoh: pada larutan emas

Reaksi: AuCl3 + HCOH —> Au + HCl + HCOOH

Emas formaldehid

d.  Reaksi Pergeseran

Contoh: pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam

laruatn H3AsO3 encer pada suhu tertentu.

Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S —> 6 H2O + As2S3

e.  Reaksi Pergantian Pelarut

Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol

96% ke dalam larutan kalsium asetat jenuh.

2. Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan

memperkecil partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid,

pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid.

a. Cara Mekanik

Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat,

dengan menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium pendispersi.

Contoh:

-Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan

membentuk koloid dengan kotoran air.

-Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid

kemudian didispersikan dalam air.

-Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gula pada

penggiling koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan larut dan

belerang menjadi sol.

b. Cara Peptisasi

Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dengan

menambahkan ion sejenis, sehingga partikel endapan akan dipecah.

Contoh:

1. Sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3.

2. Sol NiS dengan menambahkan H2S.

3. Karet dipeptisasi oleh bensin.

4. Agar-agar dipeptisasi oleh air.

5. Endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.


c. Cara Busur Bredia/Bredig

Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan

mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air, sehingga

kawat logam akan membentuk partikel koloid berupa debu di dalam air.

d. Cara Ultrasonik

Yaitu penghancuran butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000

Hz).

Campuran homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam air.

Campuran heterogen dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: Sistem koloid

termasuk dalam bentuk campuran. Campuran terbagi menjadi 2, yaitu:

1. Suspensi, contoh: pasir dalam air.

2. Koloid, contoh: susu dengan air.

PEMANFAATAN KOLOID DALAM KEHIDUPAN SEHARI - HARI

Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari. Hal ini

disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk

mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan

bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.

Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid :

Jenis industry Contoh aplikasi

Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad


Industri kosmetika dan perawatan Krim, pasta gigi, sabun
tubuh
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk

Suntikan

1. Industri Kosmetik

Bagi kalian para wanita, mungkin tak ada yang asing dengan

kosmetik.Bahkan, saat ini kosmetik tidak hanya digunakan oleh kaum wanita saja,

akan tetapi kaum pria pun mulai menggunakannya. Hal ini ditunjukkan dengan

beragamnya kosmetik yang diperuntukkan khusus pria maupun khusus

wanita.Dalam bidang kosmetik, kita sering menggunakan koloid dalam pelarut

tertentu seperti pembersih muka, pewangi badan berbentuk spray,semprot rambut,

jell untuk rambut, dan produk kosmetik lainnya.

2. Industri Tekstil

Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya

serapnya terhadap zat warna dapat  menggunakan zat warna koloid karena

memiliki daya serap yang tinggi sehingga dapat melekat pada tekstil

3. Industri Farmasi

Banyak obat-obatan yang dikemas dalam bentuk koloid agar stabil atau

tidak mudah rusak.

4. industry detergen

Sabun dan detergen merupakan emulgator untukmembentuk emulsi antara

kotoran (minyak) dengan air, sehingga sabun dan detergen dapat membersihkan

kotoran, terutama kotoran dari minyak


5. industry makanan

Makanan yang kita konsumsi sehari-hari ada yang  berbentuk padatan

ataupun cairan. Akan tetapi, terkadang beberapa makanan yang berbentuk padatan

sulit untuk dicerna. Sehingga oleh pabrik, produkproduk makanan dibuat dalam

bentuk koloid. Produk-produk makanan yang menggunakan sistem koloid antara

lain kecap, saus,keju, mentega, dan krim

6. Pemutihan Gula

Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula

ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae

atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-

partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula

dapat berwarna putih.

7. Penggumpalan Darah

Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika

terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas

yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar

partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah

dapat lebih mudah dilakukan.

8. Penjernihan Air

Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid

tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh

karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa
langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan

cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut

akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif

melalui reaksi:

Al3+ + 3H2O  → Al(OH)3 + 3H+

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel

koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut

kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh

gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap:

9. Pembentukan delta di muara sungai

Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang

bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2

yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif

dari air laut akan menetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi

koagulasi yang akan membentuk suatu delta.

10. Pengambilan endapan pengotor

Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali

mengandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untuk memisahkan

pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang

bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid. (#HF)

CONTOH PEMANFAATAN KOLOID


A. DALAM BIDANG INDUSTRI CAT

1. CAT

Banyak industri menggunakan sistem koloid untuk menghasilkan produk

yang diinginkan misalnya, pembuatan cat.

Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan

dengan tujuan memperindah (decorative), memperkuat (reinforcing) atau

melindungi (protective) bahan tersebut. Setelah dikenakan pada permukaan dan

mengering, cat akan membentuk lapisan tipis yang melekat kuat dan padat pada

permukaan tersebut. Pelekatan cat ke permukaan dapat dilakukan dengan banyak

cara: diusapkan (wiping), dilumurkan, dikuas, disemprotkan (spray), dicelupkan

(dipping) atau dengan cara yang lain.

Cat adalah istilah umum yang digunakan untuk keluarga produk yang

digunakan untuk melindungi dan memberikan warna pada

suatu objek ataupermukaan dengan melapisinya dengan lapisan berpigmen. Cat

dapat digunakan pada hampir semua jenis objek, antara lain untuk

menghasilkan karya seni (olehpelukis untuk membuat lukisan), salutan

industri (industrial coating), bantuan pengemudi (marka jalan),

atau pengawet (untuk mencegah korosi atau kerusakan oleh air).

Cat merupakan bahan yang digunakan untuk melindungi dan

menambahkan warna pada permukaan objek dengan melapisinya menggunakan

lapisan berpigmen.Pada dasarnya pembuatan cat menggunakan teknologi yang

berkaitan dengan teknologi kimia organik dan kimia polimer. Prosesnya dengan

memanfaatkan kimia antar permukaan, kimia koloid, elektrokimia dan petrokimia.


Rancangan polimer untuk cat berupa komposit dengan persyaratn

tinggi untuk mencapai tinggi untuk mencapai berbagai fungsi, sebagai aplikasi

utama dari kimia polimer. Resin sintetis untuk cat berupa polimer yang dibuat

dengan menggabung beberapa monomer untuk mencapai berbagai karakteristik.

Ada banyak jenis resin seperti resin linier termoplastik, resin thermosetting yang

dapat ditaut silang, resin tak jenuh, dan masih banyak lagi jenis yang lain. Yang

diterapkan terutama teknologi sintetis resin, polimerisasi tambahan dan

polimerisasi kondensasi, sementara teknologi polimerisasi baru lainnya saat ini

banyal dikembangkan oleh para ahli kimia.

Untuk mencapai mutu mendasar sebagai cat, yang sangat penting

adalah berbagai faktor yang terkait dengan kimia antara cat dan substract,

kadar basah (wettability) cat, adhesi dan absorpsi, serta reologi. Kurang lebih 75%

dari bahan utama cat seperti resin, aditif dan pelarut bergantung pada produk

minyak bumi, sehingga petrokimia dan kimia organik sangat terkait erat dengan

cat.

Cat didefinisikan sebagai tebaran koloid dari pigmen dalam sarana

(resin dan pelarut). Dengan demikian properti cat sangat tergantung pada ukuran

partikel dan permukaan pigmen. Tebaran pigmen adalah proses untuk membasahi

dan melepas partikel utama pigmen dan menebarkannya ke dalam sarana secara

merata. Untuk menghindari koagulasi dan menjaga agar kondisi tetap stabil, yang

sangat penting adalah kontrol yang didasarkan atas kimia koloid dan kimia antar

permukaan. Berbagai properti cat, seperti fluiditas, kehalusan, kilap, kekuatan

menyembunyikan dan stabilitas penyimpanan sangat dipengaruhi oleh penebaran

pigmen ini.
Bahan-Bahan Penyusun Cat

1.         Resin Atau Binder

Resin atau binder merupakan komponen utama dalam cat. Resin berfungsi

merekatkan komponen-komponen yang ada dan melekatkan keseluruhan bahan

pada permukaan suatu bahan (membentuk film). Resin pada dasarnya adalah

polymer dimana pada temperatur ruang bentuknya cair, bersifat lengket dan

kental. Ada banyak jenis resin, seperti: Natural Oil, Alkyd, Nitro Cellulose,

Polyester, Melamine, Acrylic, Epoxy, Polyurethane, Silicone, Fluorocarbon,

Venyl, Cellolosic, dll.

Resin dibagi berdasarkan mekanisme mengering atau mengerasnya

(pembentukan film), yaitu :

a.         Penguapan Solvent  (Lacquer dan Duco)

Mengering atau mengerasnya resin terjadi karena penguapan solvent yang

ada. Bahan yang padat akan tertinggal dan menempel merata pada seluruh

permukaan bahan yang dicat. Selama solventnya masih ada maka resin ini belum

mengeras. Untuk mempercepat proses menguapnya solvent, biasanya dibantu

dengan pemanasan. Resin jenis ini secara alamiah polymer-nya sudah cukup besar

sehingga film yang terbentuk sekalipun tidak terjadi reaksi kimia sudah cukup

kuat dan padat. Kecepatan mongering, kualitas rata dan kilap dari permukaan film

sangat dipengaruhi oleh pemilihan jenis dan komposisi solventnya. Contoh resin

jenis ini adalah Nitro Cellulosa (NC), Cellolose Acetate Butyrate (CAB),

Chlorinated Rubber, Acrylic Co-polymer, dll


b.        Reaksi dengan Udara (Varnish dan Syntetic Enamel)

Mengering atau mengeras karena ada reaksi kimia antara komponen udara

(oksigen atau air) dengan resin tersebut membentuk molekul-molekul baru yang

lebih besar dan saling berikatan satu sama lain. Resin Alkyd atau Natural Oil (atau

kombinasi keduanya) mempunyai ikatan rangkap (tak jenuh) dalam struktur

molekulnya, oleh karenanya resin ini bersifat reaktif terhadap oksigen, namun

pada temperatur ruang raktifitasnya masih kurang, perlu ditingkatkan

reaktifitasnya dengan penambahan katalis (dryer) jika akan dipakai. Pada resin

Prepolymer Polyisocyanate terjadi reaksi “ moisture cure” antara gugus

fungsional yang reaktif dengan air (kelembaban) di udara. Ciri utama cat yang

mempergunakan Resin jenis ini adalah akan mudah mengeras pada permukaannya

(atau mengulit), bila kena udara (terbuka kalengnya cukup lama).

c.         Reaksi Polymerisasi

Campuran akan mengeras atau mengering karena terjadi reaksi kimia antara

dua resin yang ada dalam campuran cat, reaksi ini sering disebut reaksi

polymerisasi. Reaksi polymerisasi (baik kondensasi maupun addisi) dapat

berlangsung karena adanya katalis, tanpa katalis (non katalis), panas atau radiasi

UV. Hasil reaksinya adalah sebuah campuran polymer yang mempunyai berat

molekul jauh lebih besar dan mempunyai ikatan tiga demensi (crosslink) yang

jauh lebih kuat dibanding reaksi yang dijelaskan sebelumnya.

Tanpa katalis Pada suhu ruang, dua pasang resin jenis ini sudah cukup

reaktif untuk memulai reaksi, maka pasangan resin jenis ini harus dipisahkan satu

sama lain sebelum dipakai, dicampur satu dengan lainnya jika hanya akan
digunakan. Tergolong dalam jenis ini adalah resin Epoxy dengan Polyamide dan

Polyol dengan Polyisocyanate. Resin kedua dalam pasangan tersebut, polyamide

atau polyisocyanate biasa disebut sebagai “hardener”, karena setelah resin ini

dicampurkan dengan pasangannya akan terjadi reaksi polymerisasi dimana

hasilnya ditandai dengan mengerasnya campuran tersebut.

Dengan Katalis, karena pasangan dua resin ini tidak cukup reactive, maka

perlu ditambahkan katalis untuk memulai reaksinya. Resin jenis ini bisa dicampur

dan disimpan dalam satu wadah satu dengan lainnya. Selama katalis belum

dicampurkan maka tidak akan terjadi pengerasan pada bahan-bahan tersebut.

Contoh resin ini adalah resin amino (melamine) dan alkyd polyol yang akan

bereaksi atau mengeras bila ditambahkan katalis yaitu berupa asam organik atau

anorganik.

Disamping katalis seperti sudah disebutkan di atas, panas juga biasa

digunakan sebagai alat untuk mempercepat reaksi kimia. Contohnya adalah resin

amino dan alkyd polyol yang dipakai pada cat jenis stoving (pangggang) pada cat-

cat mobil.

Beberapa resin tertentu, seperti: Polyester tidak jenuh, bisa bereaksi satu

dengan yang lain bila diradiasi dengan sinar UV. Pengeringan dan pengerasan

terjadi setelah campuran resin dikenai sinar UV.

Setiap jenis resin mempunyai banyak sekali type dan turunanya, bahkan

kombinasi antara satu resin dengan resin yang lain juga menambah

perbendaharaan jenis resin baru. Daya tahan, kekuatan dan karakter cat secara

keseluruhan sangat dipengaruhi oleh jenis resin yang dipakai.


Pemilihan resin yang dipakai sangat dipengaruhi oleh banyak pertimbangan

diantaranya adalah sebagai berikut:

 Pemakaian, jika akan digunakan dengan kuas maka sebaiknya dipakai

resin yang secara alami encer dan agak lambat keringnya. Resin yang cocok

adalah alkyd dengan kadar oil yang cukup banyak (alkyd long oil). Resin dengan

kekentalan tinggi dan cepat kering sangat tidak cocok dipakai untuk pemakain

dengan kuas, akan menimbulkan permukaan yang tidak rata setelah cat kering.

Begitu juga resin yang encer dan lambat kering sangat tidak cocok untuk

pemakaian dengan spray pada permukaan vertical.

 Kekuatan, jika dibutuhkan cat dengan daya tahan tinggi terhadap sinar

matahari, maka resin yang tepat adalah Acrylic atau Polyurethane, namun jika

dibutuhkan cat dengan kekuatan tinggi terhadap kimia, gesekan, benturan, dll

namun untuk pemakian di dalam, maka resin Epoxy adalah jawabannya.

 Dan pertimbangan-pertimbangan yang lain seperti ongkos/harga, substrat

(permukaan bahan yang akan di cat), lingkungan (berair, kering, korosif,…), dan

lain-lain.

2.         Pigment Dan Extender (Filler)

Pigment dan dyestuff adalah bagian dari colorant. Dyestuff bersifat larut

dalam solvent, sedang pigment tidak. Pigment merupakan padatan halus (bubuk)

yang ditambahkan ke dalam cat dengan beberapa fungsi berikut:

a. OPTIS. Memberi karakter khas pada penampakan cat tersebut,

seperti: warna, derajat kilap (gloss) maupun daya tutupnya.


b. PROTECTIVE. Memberi nilai tambah pada karakter kekutan cat tersebut,

seperti: kekuatan terhadap cuaca, korosi, panas atau api, dll.

c. REINFORCING. Meningkatkan sifat, seperti meningkatkan kekerasan,

kelenturan, daya tahan terhadap abrasi, dll.

Kekuatan, daya tahan dan sifat-sifat lain yang diinginkan dari cat dapat

dibentuk atau diciptakan dengan menambahkan pigment yang tepat dan

konsentrasi yang sesuai. Untuk memilih pigment yang tepat dan benar perlu

dipelajari sifat-sifat umum dari pigment itu sendiri. Sifat-sifat pigment tersebut

adalah:

 Warna dasar

 Bentuk dan ukuran partikel

 Berat jenis, density atau specific gravity

 Oil absorption

 Hiding power (refractive index)

 Daya tahan terhadap panas dan asam basa

 PH

 Muatan Listrik

 Bleeding

Secara umum pigment terbagi dalam dua kategori besar berikut:

  PIGMENT ORGANIK.

Pigment yang terbentuk dari senyawa-senyawa organic (karbon).

  PIGMENT ANORGANIK.
Terbentuk dari mineral-mineral atau garam-garaman logam yang

terbentuk secara alami (bahan galian) ataupun dari hasil reaksi kimia di pabrik.

Pada jenis ini dikenal true pigment (atau disebut sebagai pigment saja) dan

extender atau filler.

Pigment anorganik mempunyai daya tahan solvent, kimia, daya tutup,

kemudahan terdispersi, stabilitas terhadap panas, cahaya dan cuaca yang lebih

bagus dibanding pigment organic. Namun dalam kecerahan dan tinting strength,

pigment organic umumnya lebih bagus dibanding anorganik. Extender atau filler

ditambahkan ke dalam cat dengan tujuan untuk menurunkan harga, namun dalam

hal tertentu extender ditambahkan untuk memberbaiki sifat cat. Extender

umumnya mempunyai refractive index yang kecil (atau rendah daya tutupnya)

dibanding pigment.

3.         Solvent

Seperti sudah dijelaskan dalam bagian sebelumnya bahwa masing-masing

komponen penyususun cat mempunyai fungsi dan peran yang berbeda-beda.

Resin membentuk film dan memberi kontribusi terhadap karakter film yang

terbentuk, sedang pigment disamping memberi warna juga berfungsi menambah

kekuatan mekanis film. Sekalipun setelah pemakaian solvent akan terbuang ke

lingkungan dan tidak menjadi bagian dari lapisan cat, namun peran solvent selama

proses pembuatan, penyimpanan dan pemakaian cat, memperlihatkan peran yang

dominan dibanding komponen lainnya. Pada saat pembuatan cat, solvent memberi
kontribusi sedemikian rupa sehingga campuran mempunyai kekentalan yang pas

untuk diproses: diaduk, dicampur, digiling dan lain-lain. Dengan penambahan

solvent yang tepat dan cukup akan menurunkan kekentalan dari resin atau

campuran pada suatu titik dimana kekentalannya memenuhi syarat untuk masing-

masing proses. Demikian halnya pada saat pemakaian cat, dengan penambahan

jenis solvent yang tepat dan dengan takaran pas, maka cat bisa dikuas, dispray

atau dilumurkan dengan mudah pada obyek yang akan dicat. Komposi solvent

yang tepat juga memberi pengaruh optimal pula pada mekanisme penguapan dari

solvent-solvent yang ada, sehingga akan membentuk film yang maksimal

karakteristiknya, baik textur permukaannya, sifat kilapnya maupun kecepatan

keringnya.

Cat merupakan sebuah system campuran yang kompleks, ada padatan

(solute) yang terlarut atau terdispersi dalam pelarut cair (solvent), ada juga cairan

(solvent active) yang terlarut dalam cairan lain (diluent). Jadi definisi solvent

adalah cairan (biasanya mudah menguap) yang berperan melarutkan atau

mendispersi komponen-komponen pembentuk film (resin, pigment dan/atau

additive) yang akan menguap terbuang ke lingkungan selama proses pengeringan.

Membicarakan solvent tidak bisa lepas dari thinner, karena keduanya saling

berkaitan satu dengan yang lain. Thinner adalah campuran beberapa solvent yang

dipakai untuk melarutkan resin di dalam cat atau mengencerkan cat selama

penggunaan. Di dalam prakteknya resin atau cat dilarutkan oleh tidak hanya satu

jenis solvent , tetapi oleh beberapa  macam kategori solvent. Bagaimana dengan

cat water base, solvent dan thinner-nya adalah setali tiga uang atau sama saja,

yaitu air.
4.         Additive

Disamping ke tiga komponen yaitu resin, pigment dan solvent, ada beberapa

komponen lain yang ditambahkan dalam jumlah sangat sedikit ke dalam cat.

Komponen-komponen ini, sekalipun ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun

memberi kontribusi yang sangat besar terhadap sifat cat, sehingga cat dapat

diproses, disimpan dan dipakai seperti harapan kita. Penambahan additive yang

ada dalam cat tidaklah serta merta muncul begitu saja, merupakan suatu proses

panjang dari beberapa percobaan atau riset pada cat tersebut. Selama proses

pembuatan, penyimpanan dan pemakaian dinilai kualitasnya secara menyeluruh,

kemudian kelemahan dan masalah yang timbul dicoba untuk diatasi dengan

variasi jenis dan takaran beberapa additive, hingga akhirnya muncul nama jenis

dan takaran additive tertentu yang pas untuk campuran cat tersebut. Additive

ditambahkan ke dalam cat disesuaikan dengan solvent apa yang dipakai (solvent

atau water base), apa jenis resinnya, bagaimana pemakaiannya dan bagaimana

mekanisme pengeringannya. Setiap supplier additive biasanya memberi informasi

yang jelas tentang apa dan bagaimana additive harus digunakan.

Additive biasanya dibagi berdasarkan fungsinya. Berikut ini adalah

beberapa additive yang biasa dipakai dalam industri cat, diantaranya :

a. Wetting Agent. Mempermudah atau mempercepat proses penggantian

udara dan air oleh resin pada permukaan pigment atau extender.

b. Dispersing Agent. Mempermudah distribusi pigment dan extender ke

dalam cairan resin.


c. Anti Skinning Agent. Mencegah proses pengulitan pada permukaan cat

(oil atau alkyd base resin) selama penyimpanan.

d. Thickening Agent. Mempertahankan kekentalan cat atau melindungi cat

selalu dalam kondisi koloid.

e. Anti Settling Agent. Mempertahankan pigment selalu berada pada kondisi

dispersi yang stabil dalam campuran, sehingga tidak mengendap.

f. Anti Sagging. Mencegah turunnya atau melelehnya cat jika dipakai pada

permukaan tegak.

g. Anti Foaming. Mencegah atau menghilangkan timbulnya busa pada

permukaan cat.

h. Anti Flooding and Foating. Mencegah pemisahan pigment baik secara

vertikal maupun horizontal.

i. Anti Fungus. Mencegah timbulnya jamur.

CARA PEMBUATAN CAT

1. Persiapan

Pada tahap ini dimulai dengan mempersiapkan bahan-bahan baku sesuai

dengan formula atau resep cat yang akan dibuat. Bahan-bahan diambil dari

gudang yang sudah teruji kualitasnya, tidak kedaluwarsa dan tidak pula cacat atau
rusak baik fisik maupun kimia (yang ditandai dengan adanya perubahan bau,

warna, bentuk, atau kekentalan pada bahan tersebut). Mengukur bahan yang akan

diproses, bisa dilakukan dengan cara ditimbang beratnya atau diukur volumenya,

tergantung dengan basis apa yang digunakan dalam formula atau resepnya.

Ketelitian dan keakuratan penimbangan merupakan faktor penting terhadap hasil

akhir pembuatan cat, terutama pada penimbangan additive atau pigment. Bahan-

bahan tersebut kemudian diangkut ke area produksi, bisa dilakukan dengan tenaga

manusia biasa, forklif atau melalui sistim pemipaan (untuk bahan cair).

2. Produksi

Proses produksi cat dibagi menurut jenis cat yang akan dibuat:

Cat Tanpa Pigment, Extender atau Filler

Pembuatannya hanya melibatkan proses penuangan, mixing dan stiring saja,

yaitu menuang bahan-bahan dengan urutan dan cara sesuai dengan jenis cat yang

akan dibuat ke dalam sebuah tangki dengan ukuran pas. Kemudian mencampur

bahan-bahan dengan putaran mixer relatif pelan, hingga diperoleh  suatu

campuran yang benar-benar merata  di semua titik. Waktu stiring dan kecepatan

mixer disesuikan dengan jumlah dan kekentalan campuran. Perlakuan seperti ini

juga dipakai untuk membuat thinner, hardener, wood stain (solvent + dyestuff)

atau campuran bahan lain yang tidak mengandung pigment atau extender asli

(padatan). Namun jika pigment atau extender-nya sudah diproses menjadi bahan

setengah jadi (pasta) terlebih dulu, maka bahan atau campuran ini bisa diproses

seperti tersebut di atas.

Cat Dengan Pigment dan/atau Extender.


Proses pembuatan cat jenis ini juga dibagi berdasarkan pada seberapa halus

padatan (pigment atau extender) terdispersi di dalam campuran. Jika diinginkan

padatan terdispersi secara kasar (dengan kehalusan antara 20 – 50 mikron), maka

proses yang dibutuhkan adalah cukup dengan proses dispersi saja; namun jika

dikehendaki padatan terdispersi secara halus (5 – 20 micron) maka diperlukan

proses penggilingan partikel padat dalam mesin giling. Contoh jenis cat yang

dibuat cukup dengan proses dispersi saja adalah dempul atau filler, cat primer,

undercoat, intermediate atau tembok dimana kehalusan partikel bukan merupakan

sifat yang harus dicapai.

3. Proses Dispersi

Tahapan dispersi meliputi:

 Proses pembasahan permukaan partikel-partikel pigment dan/atau extender

oleh bahan-bahan cair (millbase).

 Proses pemecahan secara mekanis terhadap kelompok-kolompok partikel

pigment dan/extender menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil atau

partikel-partikel primernya sesuai dengan derajad kehalusan yang

dikehendaki.

 Mempertahan agar supaya kelompok-kelompok partikel yang lebih kecil

atau partikel-partikel primer ini tetap terpisah satu sama lain, tidak bersatu

kembali.

Proses dispersi akan mendapatkan hasil optimal bila prinsip-prinsip

dispersinya terpenuhi. Adapun prinsip-prinsip dispersi yang perlu mendapat

perhatian adalah kecepatan peripheral campuran, bentuk cakram, diameter cakram


terhadap tangki, tinggi cakram dari dasar tangki, diameter tangki, tinggi tangki

dan perbandingan padatan dan cairan campuran (kadar padatan = PVC) serta

penambahan secara tepat additive wetting dan dispersingnya. Jika kondisi ideal

terpenuhi, maka akan terbentuk sebuah aliran yang menyerupai donat, terbentuk

“doughnut effect”. Pada kondisi ini diperoleh proses dispersi yang optimal.

4. Penggilingan

Dengan hanya dispersi, kita belum mendapatkan kehalusan partikel lebih

rendah dari 20 mikron, yaitu ukuran rata-rata partikel primer dari pigment

dan/atau extender. Untuk itu diperlukan sebuah tahap lanjutan dimana ikatan fisik

partikel-partikel pigment akan dipecahkan lebih lanjut menjadi patikel-partikel

yang lebih kecil lagi. Tahapan ini disebut penggilingan. Untuk memudahkan

dalam pembuatan cat; biasanya pigmen, extender, sebagian resin dan additive

digiling terlebih dahulu untuk dibuat pasta (bahan setengah jadi). Pasta ini bisa

disimpan dalam gudang atau langsung diproses untuk dibuat cat, yaitu hanya

dengan proses mixing biasa, seperti dijelaskan pada proses pembuatan cat tanpa

pigment di atas. Alat dan prinsip penggilingan bermacam-macam, diantaranya

adalah:

 Melewatkan millbase diantara dua buah atau lebih silinder yang

berhimpitan satu dengan lainnya, dimana jarak diantara dua buah silinder ini bisa

diatur sesuai dengan derajad kehalusan yang diinginkan.  Contoh dari alat ini

adalah Triple roll Mill.

 Melewatkan secara vertical atau horizontal millbase ke dalam mesin giling

yang terdiri dari agitator dan banyak glass bead di dalamnya. Di dalam silinder

giling, glass bead bersama dengan millbase akan diputar oleh agitator pada
kecepatan tertentu, menyebabkan pigment-pigment secara mekanis akan terpecah

karena tertumbuk oleh glass bead secara terus menerus. Millbase melalui saringan

akan keluar, sedangkan glass bead akan tetap tertahan di dalam silinder giling.

Sekalipun glass bead terbuat dari bahan yang keras dan kuat, pada akhirnya juga

akan terpecah, ini akan menyebabkan proses penggilingan akan menurun

performance-nya dan glass bead harus diganti dengan yang baru. kecepatan putar

agitator, kekentalan, kadar padatan dan waktu tinggal millbase di dalam mesin

adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitasnya proses penggilingan. Jika

satu tahap proses penggilingan belum mencapai hasil yang diinginkan, millbase

biasanya dikembalikan lagi ke dalam mesin, dilakukan bisa berkali-kali hingga

diperoleh derajad kehalusan yang diinginkan.

5. Penyelesaian

Seperti sudah dijelaskan bahwa proses pembuatan cat dibagi menjadi dua

bagian besar, yaitu proses yang melibatkan dispersi dan/atau penggilingan dan

proses yang hanya melibatkan proses mixing saja. Tahap akhir dari kedua proses

ini juga berbeda, pada proses yang melibatkan dispersi dan/atau penggilingan

pigment, maka mengukur derajad kehalusan dari partikel-partikelnya adalah tahap

yang penting guna mengakhiri proses tersebut. Sedang proses lain, yang hanya

melibatkan proses mixing, maka untuk melihat seberapa jauh campuran sudah

tercampur sempurna dan sesuai komposisi yang ditentukan, cukup mengukur

kekentalan atau viskositas campuran tersebut. Namun bila campuran tersebut

mengandung beberapa jenis pasta, maka menyamakan warna (colour matching)

campuran cat secara kasar perlu dilakukan, agar campuran tidak terlalu jauh

berbeda dengan warna standardnya. Kedua tahapan ini biasanya disebut uji
kualitas pendahuluan, yaitu tahapan antara sebelum cat diuji secara seksama pada

tahap paling akhir dari proses pembuatan cat, yaitu tahap pengujian kualitas cat.

6. Proses Pembuatan Cat  Secara Umum

Proses produksi cat melalui beberapa proses, yaitu pre-mixing, grinding, let-

down, filtering, color matching, dan packaging. Pre-mixing yaitu proses

pencampuran awal dimana bagian padat dari cat seperti pigmen dan extender/filler

didispersikan ke pelarutnya dengan tambahan aditif yang sesuai seperti dispersing

agent dan wetting agent. Pada proses grinding partikel-partikel pigmen dihaluskan

dengan mesin giling/grinder agar ukuran partikel menjadi lebih kecil dan

diperoleh kehalusan dan warna yang diinginkan. Kemudian selanjutnya adalah

proses finishing yang meliputi let-down, filtering, color matching sampai

packaging. Pada proses ini cat diatur kekentalannya, ditambahkan zat aditif,

disaring dari kotoran saat pengadukan, disesuaikan dan dipilah-pilah warnanya,

dan pada akhirnya di kemas.

B.  JENIS-JENIS CAT

Jenis-jenis cat diantaranya :

a. Berdasarkan fungsi : Cat dempul (filler), anti karat (anti corrosion),

anti jamur (anti fungus), tahan api, tahan panas (heat resistance), anti

bocor (water proofing), decorative, protective, heavy duty, industrial dll.

b. Berdasarkan Methode Pengecatan : Cat kuas, spray, celup, wiping,

elektrostatik, roll, dll.

c.   Berdasarkan letak pemakaian : Cat Primer (sebagai dasar), undercoat,

intermediate (ditengah-tengah), top coat/finishing (pada permukaan


paling atas dari beberapa lapisan cat), interior (di dalam tidak terkena

secara langsung sinar matahari) dan exterior (di luar), dll.

d.   Berdasarkan jenis substrat : Cat besi (metal protective), lantai (flooring

systems), kayu (wood finishing), beton (concrete paint), kapal (marine

paint), mobil (automotive paint, plastik, kulit, tembok, dll.

e.    Berdasarkan kondisi dan bentuk campuran : Cat pasta, ready-mixed,

emulsi, aerosol, dll.

f.     Berdasarkan mekanisme pengeringan : Cat kering udara (varnish dan

syntetic enamel), cat stoving (panggang), cat UV curing, cat penguapan

solvent (lacquer dan duco), dll.

Anda mungkin juga menyukai