Jangan berharap hidup ini ringan, tapi berharaplah menjadi orang yang kuat!. Sebelas kata, satu kalimat, sepatah pesan dari ayahku. Aku tidak tahu akan terlempar kemana diriku suatu hari nanti. Tapi yang aku tahu, aku mampu dan siap karena aku generasi unggul bangsa Indonesia. Aku lahir di Indonesia bukanlah sebuah kebetulan. Bukan pula kejadian yang biasa, melainkan ada sebuah takdir yang akan tertulis indah, dan butuh sebuah perjuangan untuk bisa berada di akhir cerita. Aku bukanlah satu-satunya generasi unggul bangsa Indonesia, tapi Indonesia telah memilihku karena aku tidak akan mengkhianatinya. Ayahku adalah seorang pendidik ibarat lilin yang membakar diri untuk menerangi anak negeri. Berbekal biaya seadanya, beliau mengabdi di ujung negeri, menjajaki kota kecil yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidupnya akan berada di sana. Namun tetap teguh untuk satu tujuan, memberi secercah harapan bagi anak negeri di daerah perbatasan. Yang berati, ayahku harus mampu mengalah pada segala keadaan termasuk keluarga. Saat aku lahir, ayahku tidak mampu hadir untuk sekedar menyambutku dan meng”adzan”kan aku. Tidak ada handphone agar ayahku mampu melihatku menangis karena merindukannya. Tapi, rencana Tuhan sangat indah. Aku mampu tumbuh dewasa bersama ayah dan ibuku, tidak hanya bersama kasih sayangnya tapi juga raga mereka. Sebagai seorang guru, ayahku selalu memprioritaskan pendidikanku dan adikku. Kami dididik agar mampu melihat dunia dari berbagai sudut pandang. Masalah finansial bukanlah sebuah masalah dalam belajar. Kerja keras dan usaha yang mampu membuatku berbeda dan selangkah dari teman-temanku. Aku selalu ingin mengabdi untuk negeri seperti ayahku, tapi seperti pesan ayahku, raih mimpimu dengan cara yang berbeda. Karena itulah, sejak kecil aku bermimpi untuk menjadi seorang dokter, begitupun adikku. Walaupun aku tahu, jas putih terkenal membutuhkan biaya yang sangat mahal tapi aku yakin kerja keras dan usaha mampu membuatku meraih mimpiku. Untuk mewujudkan mimpiku tentu saja aku harus berjuang lebih keras. Sejak SD, aku berulang kali mengikuti berbagai lomba seperti cerdas cermat, olimpiade sains, olimpiade matematika, dan karya ilmiah remaja. Namun, berulang kali pula aku harus merasakan kegagalan. Tapi, aku tidak pernah menyerah dan terus belajar. Aku tahu untuk meraih mimpiku tidak hanya butuh sekedar kecerdasan, tapi aku butuh perjuangan. Perjuangan untuk mampu bangkit dari kegagalan. Selain itu, aku juga butuh kejujuran. Oleh karena itu, saat sekolah aku selalu berusaha untuk berperilaku jujur dan tidak mencontek. Bagiku, mencontek bukanlah hal yang sepele atau remeh. Aku sering sakit hati ketika melihat temanku sendiri berbuat curang saat ujian. Tapi, aku menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk belajar lebih keras dan terus semangat menggalakkan budaya anti mencontek. Aku yakin di luar sana, ada banyak perilaku mencontek yang masih dianggap hal yang sepele atau remeh. Namun aku percaya, aku adalah generasi unggul yang bermoral dan aku tidak ingin membuat Indonesia kecewa telah memilihku sebagai salah satu anak bangsanya. Saat akhir kelas SMA, aku dihadapkan pada persoalan pilihan SNMPTN. Aku merasa dilema dalam memilih universitas negeri tempatku untuk belajar. Pada akhirnya ayahku memilihkanku salah satu universitas negeri di Jawa Timur. Saat itu aku benar-benar bimbang, tapi aku harus memantapkan hati karena aku yakin pilihan ayahku adalah yang terbaik. Ridho orang tuaku adalah ridho Tuhan. Namun, aku tidak berhenti dan berpasrah pada keajaiban lolos di SNMPTN. Aku telah mempersiapkan mental untuk SBMPTN dan belajar lebih keras. Aku yakin, sebagai salah satu generasi unggul bangsa Indonesia, aku harus selalu siap menghadapi berbagai keadaan, termasuk takdirku. Saat pengumuman SNMPTN, aku dinyatakan lolos. Kerja kerasku selama 3 tahun di SMA dan berbagai kegagalan yang aku alami telah membuahkan hasil. Aku lolos di Pendidikan Dokter Universitas Jember. Universitas Jember program studi Pendidikan Dokter sangat mengunggulkan pendidikan akademik dan profesi khususnya ke arah agromedis. Hal tersebut bukan tanpa alasan, kondisi hutan di Jember masih terjaga dengan baik. Aku yakin, saat aku lulus, aku tidak hanya memiliki skill tentang ilmu kedokteran dan agromedis tapi juga menjadi generasi unggul yang berwawasan lingkungan dan mampu melakukan kerja nyata bagi pelestarian lingkungan di Indonesia. Aku tahu bahwa Indonesia membutuhkan Aku dan butuh seribu orang lebih dari Aku. Ada banyak masalah yang sangat kompleks di Indonesia terutama di bidang kesehatan. Di tengah berbagai serangan virus dan bakteri, menurut WHO, setengah populasi di dunia masih belum memeroleh layanan kesehatan yang memadai termasuk Indonesia. Indonesia menempati urutan ke-101 dari 149 negara dalam indeks kesehatan global menurut laporan The Legatum Prosperity Index 2017. Indonesia harus menghadapi berbagai wabah difteri atau campak, epidemi malaria, tuberkolosis, HIV, dan lain sebagainya. Ditambah masalah lainnya seperti pengobatan dan infrastruktur kesehatan di daerah terpencil yang masih sulit untuk diakses, lingkungan dan sanitasi yang buruk, rendahnya kesadaran melakukan imunisasi, akses jalan jelek, layanan kesehatan dan pendidikan bidang kesehatan mahal, distribusi logistik pengobatan lambat dan minim, serta APBD kesehatan yang dikorupsi. Sebaran jumlah dokter yang tidak merata di Indonesia dan cenderung menumpuk di kota- kota besar serta dokter yang tidak berkompeten sehingga terjadi human error sering menjadi topik yang diangkat dalam forum diskusi nasional. Menteri kesehatan kita ibu Nila F. Moeloek mengatakan bahwa tidak banyak dokter yang mau pergi jauh dari daerah perkotaan. Oleh karena itu, pemerintah melaksanakan Program Nusantara Sehat sebagai upaya mengatasi maldistribusi tenaga kesehatan dan membantu penyebaran dokter ke daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan (DPTK). Kedepannya, diharapkan tidak terjadi kesenjangan antara kota dan desa dalam hal pelayanan kesehatan. Indonesia memerlukan sebaran dokter yang merata, tentunya kualitas dokter yang disebar harus memiliki kompetensi yang baik. Jika pelayanan kesehatan di berbagai daerah khususnya diluar perkotaan buruk, hal ini tentu akan sangat memengaruhi produktivitas, kreativitas, dan daya jual masyarakat. Padahal kesehatan merupakan pondasi pokok dalam pembangunan manusia secara menyeluruh. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang sehat. Setiap anak bangsa dimanapun mereka berada, mereka berhak untuk sehat dan tumbuh cerdas. Tuhan selalu memberikan apa yang dibutuhkan bukan apa yang diminta. Indonesia punya AKU, Indonesia punya KITA, generasi unggul yang berbakti pada negeri, bekerja sama berjuang dalam membangun masa depan yang lebih baik untuk bangsa. Indonesia memiliki banyak SDM yang unggul dan tidak kalah dengan bangsa lain. Tapi, sarana dan prasarana penunjang mutlak diperlukan untuk pembangunan SDM yang berkualitas. Tanpa adanya fasilitas yang cukup bagi SDM untuk belajar dan berlatih, semua akan sia-sia. Banyak yang tidak dapat belajar optimal karena dibebani masalah finansial, berkorban untuk saudaranya, tidak adanya wadah, tidak adanya kepedulian pemerintah mengenai orang yang kurang berkecukupan, tidak adanya hati nurani untuk mengalahkan ego demi kepentingan rakyat kecil, dan lain sebagainya. Untuk mengubah dunia, negara, kota, keluarga, semua diawali dari mengubah diri sendiri. Jika aku mampu mengubah diri sendiri, maka aku percaya, aku mampu mengubah keluargaku, kotaku, negaraku, dan bahkan dunia. Namun aku tahu, aku tidak akan mampu melakukan apa yang aku impikan tanpa juluran tangan kita sebagai generasi unggul bangsa Indonesia. Semua kalangan dan profesi, kita Indonesia, mampu membangun negeri kita bahkan dunia serta berperan aktif dalam IPTEK dengan senjata kita, Pancasila. Izinkan aku, Ibrila Asfarina Ahmadah, untuk mendapatkan fasilitas yang cukup untuk menunjang pendidikanku. Aku memang bukanlah yang terbaik, masih ada banyak generasi unggul di Indonesia yang bekerja keras, bermoral, beretika, cekatan, jujur, pantang menyerah, kreatif, inovatif, serta mampu diandalkan bangsa, negara dan agama melebihi diriku. Namun, izinkan aku untuk mengembangkan potensi dan kompetensiku agar aku mampu memberi lebih untuk berbakti kepada negeri. Gresik, 23 April 2018