Anda di halaman 1dari 12

RADIKALISME DI INDONESIA MENURUT SUDUT PANDANGNYA

DALAM PANCASILA

OLEH:
ROSANA DEWI NINGRUM

B1J014105

RAKYAN WIDHOWATI TANJUNG

B1J014106

KEN ARUM NURUL

B1J014107

DAYANA ZULFADILLAH INTAN

B1J014115

KELAS C
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2014
0

Nama : Rosana Dewi Ningrum


NIM

: B1J014105

Nama : Rakyan Widhowati T


NIM

: B1J014106

Nama : Ken Arum Nurul P


NIM

: B1J014107

Nama : Dayana Zulfadillah Intan


NIM

: B1J014115

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karuniaNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai waktu dan kondisi yang
diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas Radikalisme di Indonesia Menurut Sudut
Pandangnya dalam Pancasila yakni suatu bentuk gerakan yang dilancarkan oleh individu
atau kelompok yang secara ekstrim tidak puas dengan masyarakat yang ada.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pancasila di program studi
Biologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarkan kepada dosen mata kuliah Pancasila Ibu Rindha Widyaningsih, S.Fil,
M. A yang telah membimbing dalam proses akademik sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang gerakan
radikalisme, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan wawasan bagi para pembaca.

Purwokerto, Desember 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
Data Anggota01
Kata Pengantar.02
Daftar Isi..03
Pendahuluan:
Latar Belakang.04
Tujuan Penulisan..06
Manfaat Penulisan06
Metode Penulisan:
Objek Penulisan07
Dasar Penulisan Objek.07
Jenis Data.07
Metode Pengumpulan Data..07
Metode Penulisan.07
Pembahasan..09
Kesimpulan dan Saran..10
Daftar Pustaka..11

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gerakan radikalisme adalah suatu bentuk gerakan yang dilancarkan oleh individu
atau kelompok yang secara ekstrim tidak puas dengan masyarakat yang ada, oleh sebab
itu tidak sabar untuk mewujudkan terjadinya perubahan yang fundamental secara cepat.
Radikalisme sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, merujuk pada pendapat
Theodorson dan Theodorson (1979:330) ada dua pemaknaan sosiologis terhadap
pengertian

radikalisme

yaitu:

(1)

pendekatan

yang

non-kompromis

terhadap

permasalahan sosial dan politik yang dinampakkan oleh ketidakpuasan yang ekstrim
terhadap status quo, sehingga mengubahnya secepat mungkin. Kelompok ekstrim kanan
atau ekstrim kiri termasuk dalam kriteria radikal; (2) Ideologi non-kompromis ini
berfokus pada inovasi, perubahan dan kemajuan, sehingga berbeda dengan nilai-nilai
yang ada sebelumnya.
Biasanya, gerakan radikalisme berbentuk sebagai kekerasan yang terjadi dalam
masyarakat. Radikalisme sendiri memiliki empat ciri-ciri yakni intoleransi, fanatik,
eksklusif, dan revolusioner. Intoleransi yakni sifat tidak menghargai pendapat orang lain
dan ingin menang sendiri, sehingga akan menimbulkan sifat fanatik dalam dirinya.
Fanatik adalah sifat yang menganggap dirinya selalu benar dan orang lain salah. Hal itu
menyebabkan munculnya sifat eksklusif di mana ia akan memisahkan diri dari orangorang yang dianggapnya awan dan memaksakan mereka mengikutinya meski dengan cara
kasar, dan lahirlah sifat revolusioner. Di sini sifat revolusioner diartikan sebagai
revolusioner negatiF sebab tidak mengindahkan azas-azas demokratis.
Tindakan radikalisme muncul karena individu atau kelompok radikal tidak dapat
menerima perbedaan dan menganggap keberagaman ras, budaya, agama di masyarakat
sebagai ancaman terhadap kelompoknya. Kemudian yang terjadi adalah kelompok radikal
harus menghilangkan kelompok lain yang tidak sepaham demi eksistensi kelompok
radikal tersebut. Dapat diambil contoh yakni gerakan garis keras radikalisme yang
mengatasnamakan agama seperti NII. Syariat-syariat agama yang sebenarnya mengajakan
4

cinta kasih dan perdamaian, sopan santun, dan toleransi kepada sesama manusia ditutupi
oleh gerakan radikalisme dengan tindak kekerasan untuk mengajarkan ajaran agamanya.
Padahal, hal tersebut secara tidak langsung dapat menimbulkan kesalahpahaman
masyarakat tentang agama tersebut dan membenci agama tersebut. Hal ini dapat
menyebabkan perpecahan di masyarakat, bangsa, dan negara.
Contoh gerakan radikalisme lainnya adalah gerakan Front Pembela Islam (FPI).
FPI adalah suatu kelompok organisasi masyarakat yang mengatasnamakan Islam dan
secara intes menuntut diberlakukannya syariat Islam secara menyeluruh di Indonesia.
Sayangnya, aksi-aksi yang digencarkan oleh FPI seringkali diikuti oleh aksi pelanggaran
hukum. Aksi-aksi tersebut misalnya, mereka merazia dan merusak tempat-tempat yang
dianggap bermaksiat seperti pelacuran dan diskotik, merazia dan merusak rumah makan
yang buka saat bulan puasa, merazia gedung-gedung tempat ibadah yang dianggap
mengganggu masjid atau terlalu nyaring dalam ibadahnya, namun ada pula tempat-tempat
umum seperti kantor Komnas HAM yang mereka anggap tidak professional dalam
menampung aspirasi mereka. Hal ini sangat disayangkan sebab mereka telah melanggar
hukum dengan merusakkan fasilitas umum, meskipun yang dianggap tempat nermaksiat.
Padahal, pasti ada acara yang lebih baik daripada merusak tempat-tempat tersebut.
Gerakan radikalisme sendiri telah memudarkan cita-cita luhur Pancasila dan jati
diri bangsa sebagai manusia Indonesia yang beradab. Di dalam Pancasila sendiri, ada tiga
sila yang dilanggar oleh garakan radikalisme. Yang pertama adalah sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemudian sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, dan sila Persatuan
Indonesia.
Pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa, terdapat empat butir pengamalan sila:
1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
Pada sila Kemanusiaan yang Adil dan beradab, terdapat delapan butir pengamalan sila:

1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

manusia.
Saling mencintai sesama manusia.
Mengembangkan sikap tenggang rasa.
Tidak semena-mena terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Berani membela kebenaran dan keadilan.
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena
itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain

Pada sila Persatuan Indonesia terdapat lima butir pengamalan sila:


1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.
Dari butir-butir pengamalan Pancasila tersebut dapat kita lihat bahwa semuanya
telah dilanggar oleh gerakan radikalisme yang terjadi di Indonesia. Gerakan radikalisme
sendiri telah mencederai nilai-nilai Pancasila yang sudah dibangun untuk membentuk
bangsa Indonesia yang bermartabat.
Menurut sudut pandang Pancasila sendiri, pelanggaran pertama dalam sila
Ketuhanan Yang Maha Esa oleh gerakan radikalisme adalah dalam bentuk keintoleransian
dalam menganut keyakinan beragama dalam masyarakat. Tidak adanya rasa saling
menghormati kebebasan beragama, serta memaksakan kehendak mereka untuk mengikuti
mereka.
Dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yang dilanggar oleh gerakan
radikalisme adalah tidak adanya tenggang rasa dalam kehidupan sehari-hari dan
mengingkari nilai kemanusiaan demi hal yang dianggap oleh kelompok radikalisme itu
benar. Tindakan radikalisme sendiri telah membuat banyak kerugian di dalam masyarakat.
6

Dalam sila Persatuan Indonesia, yang dilanggar oleh gerakan radikalisme, secara
tidak langsung masyarakat akan merasakan tidak nyamannya dan tidak percaya kepada
suatu keyakinan tertentu. Sehingga, hal ini dapat menimbulkan konflik baik individu
maupun kelompok di masyarakat yang menyebabkan terpecahbelahnya persatuan bangsa
Indonesia sendiri.
Radikalisme sendiri dapat diselesaikan dan dihentikan apabila seluruh golongan
mampu mengamalkan keyakinannya dengan baik sebagai hamba Tuhan dan
mengintrepesentasikannya dengan Pancasila sebagai bangsa Indonesia. Hal ini berasal
dari hati dan rasa kemanusiaan yang muncul di dalam diri masing-masing.

B. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah Radikalisme di Indonesia Menurut Sudut Pandangnya dalam
Pancasila bertujuan untuk:
1. Mengetahui bentuk-bentuk gerakan radikalisme di Indonesia
2. Mengetahui korelasi radikalisme sebagai bentuk pelanggaran dalam sudut pandang
Pancasila
3. Mencari cara preventif, penyelesaian, dan penghentian gerakan radikalisme di
Indonesia
C. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah ditemukannya sebuah solusi penyelesaian
dan penghentian dari permasalahan radikalisme di Indonesia yang mencederai nilai-nilai
Pancasila.

METODE PENULISAN
A. Objek Penelitian
Objek penulisan karya tulis ilmiah ini adalah individu atau kelompok yang menganut
gerakan radikalisme di Indonesia.
B. Dasar Penulisan Objek
Objek penulisan karya tulis ilmiah ini didasarkan pada :
1. Gerakan gerakan radikalisme di Indonesia
2. Lunturnya pengamalan Pancasila dan martabat bangsa oleh gerakan radikalisme
C. Jenis Data
Data yang digunakan adalah data sekunder, yang bersumber dari jurnal ilmiah, buku
teks, artikel, dan referensipendukung yang lain.
D. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari jurnal ilmiah, buku teks, artikel, buku teks, artikel, dan
referensi pendukung lain yang berkaitan dan sesuai, kemudian dilanjutkan diskusi
degan pendamping karya tulis untuk membahas pemecahan masalah secara lebih
mendalam.
E. Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah metode deskriptif
analitis yaitu:
1. Mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yang ada
2. Menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung yang lain
3. Mencari alternative pemecahan masalah, yaitu memberi deskripsi tentang
penyelesaian dan penghentian gerakan radikalisme di Indonesia dengan
mengawalinya sebagai langkah preventif dari diri sendiri

PEMBAHASAN

Gerakan radikalisme adalah suatu bentuk gerakan yang dilancarkan oleh individu
atau kelompok yang secara ekstrim tidak puas dengan masyarakat yang ada, oleh sebab
itu tidak sabar untuk mewujudkan terjadinya perubahan yang fundamental secara cepat.
8

Bentuk-bentuk gerakan radikalisme di Indonesia antara lain adalah gerakan NII


(Negara Islam Indonesia), FPI (Front Pembela Indonesia), G30SPKI (Gerakan 30
September Partai Komunis Indonesia), dan terorisme.
Gerakan radikalisme sendiri telah memudarkan cita-cita luhur Pancasila dan jati
diri bangsa sebagai manusia Indonesia yang beradab. Di dalam Pancasila sendiri, ada tiga
sila yang dilanggar oleh garakan radikalisme. Yang pertama adalah sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemudian sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, dan sila Persatuan
Indonesia.
Dari butir-butir pengamalan Pancasila tersebut dapat kita lihat bahwa semuanya
telah dilanggar oleh gerakan radikalisme yang terjadi di Indonesia. Gerakan radikalisme
sendiri telah mencederai nilai-nilai Pancasila yang sudah dibangun untuk membentuk
bangsa Indonesia yang bermartabat.
Untuk mengatasi gerakan radikalisme, terdapat du acara yakni preventif dan
penyelesaian serta penghentian. Sebagai langkah preventif, radikalisme sendiri dapat
diselesaikan

dan

dihentikan

apabila

seluruh

golongan

mampu

mengamalkan

keyakinannya dengan baik sebagai hamba Tuhan dan mengintrepesentasikannya dengan


Pancasila sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Hal ini berasal dari hati dan rasa
kemanusiaan yang muncul di dalam diri masing-masing. Sedangkan sebagai langkah
penyelesaian dan penghentian, pemerintah dapat membina secara khusus para narapidana
pelaku radikalisme dan memberikan pelatihan keterampilan kerja sebagai modal hidup,
sehingga setelah lepas masa tahanan dapat lepas dari sifat radikalisme.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah mengkaji lebih jauh mengenai radikalisme yang di jabarkan di atas dapat
disimpulkan bahwa radikalisme sendiri dapat diselesaikan dan dihentikan apabila seluruh
golongan mampu mengamalkan keyakinan dengan baik sebagai hamba Tuhan dan
mengintrepesentasikannya dengan Pancasila sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
Diharapkan negara demokrasi seperti Indonesia mampu menjawab keresahan umat
Fundamentalis-Radikal agar dapat mengurangi radikalisme dan lebih jauh mengurangi
aksi terorisme atas dasar pemahaman agama yang sempit akibat pengaruh dari politik anti
barat dan bahkan anti Pancasila.
B. Saran
Berdasarkan fakta-fakta dan data di atas, dapat diketahui bahwa gerakan radikalisme
telah melanggar dan mencederai Pancasila, serta memiliki dampak memecah belah
persatuan di Indonesia. Maka sebaiknya, pemerintah dan masyarakat Indonesia bersamasama saling bantu-membantu untuk melakukan langkah preventif, penyelesaian, dan
penghentian gerakan radikalisme.

DAFTAR PUSTAKA

10

Bynum, J. E., and W. Thompson. 1989. Juvenile Delinquency: Sociological Approach.


Boston : Allyn and Bacon.
CSIS. 1992. Kliping tentang Peta Politik di Indonesia No.5 Th. IV Maret 1992. Dokumentasi,
Jakarta, CSIS.
Gidden, A.& Held, D. 1987. Kelompok, Kekuasaan, dan Konflik. Jakarta: Rajawali
Theodorson,G.A. & Theodorson,A.G. 1979. A Modern Dictionary of Sociology. Barnes &
Noble books.

11

Anda mungkin juga menyukai