AMIRUL HAJ
Dosen pengampuh : Purwanto S.Pd
Disusun Oleh :
1
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sholawat
serta salam senantiasa kami haturkan kepada junjungan alam Nabi besar
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya hingga akhirul zaman.
Adapun topik dari makalah ini adalah membahas tentang “AMIRUL HAJ”
yang dibuat sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam II.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada dosen pengampuh yang telah memberikan kesempatan berpikir kepada
kami, dan semua pihak yang telah mendukung penulisan makalah ini sehingga
makalah ini dapat dijadikan referensi bagi para pembaca.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibadah Haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan
oleh setiap orang Islam yang memenuhi syarat Istitaah, baik secara
finansial, fisik, maupun mental. Negara bertanggung jawab atas
penyelenggaraan Ibadah Haji dan memberi kemudahan kepada orang
orang yang berhaji, yang dikenal dengan istilah “Amirul Haj”. Memberi
kemudahan kepada Jamaah Haji adalah termasuk jabatan Politik dan
Kepemimpinan. Dalam Undang Undang nomor 13 Tahun 2008 tentang
penyelenggaraan Ibadah Haji mengatur mengenai rangkaian kegiatan
pengelolaan pelaksanaan Ibadah Haji yang melipui pembinaan, pelayanan
dan perlindungan jamaah Haji. Adapun tujuan Penyelenggaraan Ibadah
Haji yaitu untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan
yang sebauk baiknya bagi jamaah, sehingga jamaah Haji dapat
menunaikan Ibadahnya sesuai dengan ketentuan Agama Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Amirul Haj memberi kemudahan kepada Orang orang yang
berhaji?
2. Jabatan Amirul Haj dalam Menyelenggarakan Haji?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana jabatan Amirul Haj dalam memberi
kemudahan kepada Orang orang yang berhaji
2. Untuk mengetahui bagaimana Amirul Haj dalam menyelenggarakan
Haji
BAB II
4
PEMBAHASAN
5
kepada orang oang yang menghalang halangi mereaka, jika mereka
menolak memberikannya, hingga mereka sendiri yang memberikannya
dengan suka rela.
8. Mendamaikan dua pihak yang bersengketa, menjadi penengah diantara dua
pihak yang terlibat konflik dan tidak mengeluarkan keputusan secara paksa
kepada mereka terkecuali jika keputusan perkara tersebut diserahkan
kepadanya. Jika itu yang terjadi, ia termasuk pihak yang berwenang
mengeluarkan keputusan untuk perkara tersebut.
9. Memberi sanksi disiplin kepada orang yang sesat diantara mereka, dan
orang yang berkhianat diantara mereka. Ia tidak boleh berlebih lebihan
dalam memberikan sanksi disiplin, terkecuali jika ia diberi wewenag untuk
itu, kemudian ia menanganinya jika termasuk orang yang mempunyai
syarat menjadi mujtahid. Jika ia memasuki suatu daerah yang didalamnya
terdapat pihak yang bertugas menjalankan eksekusi Hudud (hukuman),
maka permasalahannya dilihat dengan cermat.
10. Memperhatikan kelonggaran waktu hingga tidak hilang, dan waktu yag
sempit tidak harus membuatnya meminta mereka berjalan dengan cepat.
6
Jika orang orang Haji telah tiba di Makkah, jika salah seorang dari mereka
tidak ingin pulang ketempat asalnya, maka kekuasaan Amirul Haj telah hilang
daripadanya. Barangsiapa tetap pulang ketempat asalnya, maka kekuasaan
Amirul Haj tetap berlaku dan ia wajib taat kepadanya. Jika mereka telah selesai
menunaikan Ibadah Haji, Amirul Haj memberi kebebasan kepada mereka
beberapa hari untuk memenuhi kebutuhan mereka. Jika Amirul Haj hendak
pulang ketempat asalnya dengan mereka, ia berjalan melewati Madinah untuk
berziarah ke makam Rasulullah SAW., agar ia bisa melakukan dua Ibadah
sekaligus; Haji ke Baitullah dan berkunjung ke makam Rasulullah SAW.,
menjaga kesucian beliau dan menunaikan hak hak taat kepada beliau. Kendati
hal ini tidak termasuk kewajiban Haji, namu merupakan sunnah syariat dan
tradisi yang baik dari orang orang Haji. Ketika pulang dengan mereka, Amirul
Haj tetap mempunyai hak hak yang sama seperti Ketika ia berangkat haji
Bersama mereka hingga tiba ditempat asal mereka berangkat Haji. Dengan
tibanya mereka di tempat pemberangkatan, kekuasaannya atas mereka
berakhir.
B. Menyelenggarakan Haji
7
Jika ia diangkat hanya untuk menyelenggarakan haji satu tahun itu saja, maka ia
tidak boleh menyelenggarakan haji pada tahun yang lain kecuali dengan
pengangkatan yang baru.
8
setelah pertengahan malam, maka diperbolehkan. Bermalam di Muzdalifah tidak
termasuk rukun haji, namun jika seseorang tidak mengerjaknnya, ia diperintahkan
membayar dam. Abu Hanifah menjadikan bermalam di Muzdalifah sebagai salah
satu rukun haji yang wajib dikerjakan. Setelah itu, Amirul Haj dan jamaah haji
berjalan menuju masyaril haram, dan singgah di Qizah qizah untuk berdoa, namun
singgah disana tidak diwajibkan. Lalu ia dan jamaah haji berangkat ke Mina.
Disana, ia mulai melempar Jumratul Aqabah sebelum matahari tergelincir
sebanyak tujuh kerikil, kemudian menyembelih hewan yang dibawah jamaah haji,
kemudian mencukur rambut atau menipiskannya tergantung mana diantara
keduanya yang paling disukai, namun mencukurnya itu lebih baik daripada
sekadar menipiskannya. Kemudian ia dan jamaah haji bertolak ke Makkah. Di
Makkah, ia melakukan thawaf yaitu thawaf ifadzah yang merupakan kewajiban
haji. Usai melakukan Thawaf, ia melakukan Sa’i, jika ia tidak melakukan Sa’i
sebelum di Arafah. Ia diperbolehkan melakukan Sa’i sebelum Arafah, namun ia
tidak diperbolehkan melakukan thawaf sebelum Arafah. Setelah itu, ia pulang
Kembali ke Mina.
Amirul Haj tidak boleh meninggalkan Mina pada nafar pertama (dua belas
Dzulhijjah) atau pada hari nafar kedua (tiga belas Dzulhijjah) setelah melakukan
jumrah, karena ia menjadi panutan jamaah hai.