Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KELOMPOK

“ASAS ASAS NORMATIF-FILOSOFIS PENDIDIKAN DARI SUMBER


AJARAN ISLAM”
Makalah ini disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Dr. Syamsul Aripin, M.A.

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Fakih Mahendra (11170161000047)
2. Afifah Az-Zahra (11170161000050)
3. Diva Islami Usmanah (11170161000051)

Kelas : Pendidikan Biologi 4B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019
ABSTRAK

Pendidikan islam dilakukan sebagai usaha untuk membentuk manusia yang


berkepribadian utama harus mempunyai dasar yang baik. Karena agama islam
adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai
berbagai aspek kehidupan, dengan sumbernya yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah,dan
Ijtihad. Sumber-sumber ini dalam pribadi manusia bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak serta menguatkan
iman dan takwa manusia. Metode penulisan makalah yang dipilih oleh penyusun
adalah metode pustaka. Metode pustaka adalah metode yang dilakukan dalam
mempelajari dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan asas-asas normatif
yang berasal dari sumber ajaran Islam. Makalah ini terdiri dari beberapa sub bab,
yaitu pengertian sumber pendidikan Islam, fungsi sumber pendidikan Islam,
sumber-sumber pendidikan Islam, dan asas-asas normatif pendidikan Islam.
Kata kunci: Pendidikan, Islam, Sumber Ajaran

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, atas nikmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Asas Asas Normatif-Filosofis Pendidikan
Dari Sumber Ajaran Islam. Selawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada nabi
kita, Nabi Muhammad SAW yang dengan jasanya sehingga kami dapat merasakan
nikmat Islam hingga saat ini.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu
Pendidikan Islam yang diampu oleh Dr. Syamsul Aripin, M.A. Proses penyusunan
makalah menggunakan referensi dari berbagai sumber buku dan jurnal yang tak
lepas dari bantuan teman-teman. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih.
Penyusun menyadari bahwa banyak sekali kekurangan dalam makalah ini.
Untuk itu, penyusun berharap kritik dan saran yang membangun agar makalah yang
kami susun selanjutnya lebih baik. Penyusun berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Tangerang Selatan, Maret 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ..... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 2
C. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
D. Pembatasan Masalah ................................................................................ 2
E. Tujuan Penulisan Makalah ........................................................................ 2
F. Manfaat Penulisan Makalah ...................................................................... 3
G. Metode Penulisan Makalah ....................................................................... 3
H. Sistematika Penulisan Makalah ................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 4
A. Pengertian Sumber Pendidikan Islam ........................................................ 4
B. Fungsi Sumber Pendidikan Islam .............................................................. 5
C. Sumber-Sumber Pendidikan Islam ............................................................ 6
D. Asas-Asas Normatif Pendidikan Islam ...................................................... 12
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 19
A. Simpulan ................................................................................................. 19
B. Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20
GLOSARIUM .................................................................................................. 21
INDEKS ........................................................................................................... 22
SINGKATAN .................................................................................................. 23
TENTANG PENYUSUN ................................................................................. 24
DAFTAR NAMA PETUGAS DISKUSI ........................................................ 25

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai
tujuan harus mempunyai dasar sebagai tempat berpijak yang baik dan kuat.
Begitu juga dengan pendidikan islam sebagai usaha untuk membentuk manusia
yang berkepribadian utama harus mempunyai dasar yang baik. Dalam aktivitas
pendidikan, baik dalam penyusunan konsep teoritis maupun dalam
pelaksanaann operasionalnya harus memilki dasar kokoh. Hal ini dimaksudkan
agar yang terlingkupi dalam pendidikan mempunyai keteguhan dan keyakinan
yang tegas sehingga praktek pendidikan tidak kehilangan arah dan mudah di
samping oleh pengaruh dari luar pendidikan.
Karena agama islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada
umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, dengan sumbernya yaitu
Al-Qur’an, As-Sunnah,dan Ijtihad. Sumber-sumber ini dalam pribadi manusia
bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di
akhirat kelak serta menguatkan iman dan takwa manusia. Pendidikan islam
merupakan unsur terpenting bagi manusia untuk meningkatkan kadar
keimanannya terhadap Allah SWT, karena orang semakin banyak mengerti
tentang dasar-dasar ilmu pendidikan islam maka kemungkinan besar mereka
akan lebih tahu dan lebih mengerti akan terciptanya seorang hamba yang
beriman.
Manusia dalam hidup di dunia ini tanpa mengenal tentang dasar-dasar
ilmu pendidikan islam, maka jelas bagi mereka sulit untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT, apalagi menjadi hamba yang beriman. Dari latar belakang
di atas, maka kita sebagai calon pendidik perlu mengetahui bagaimana sumber
ilmu pendidikan islam sebagai landasan pokok agar pendidikan islam tegak
berdiri dan tidak mudah roboh karena pengaruh-pengaruh ideologi yang
muncul baik sekarang maupun di masa yang akan datang.

1
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi
sejumlah permasalahan sebagai berikut :
1. Pendidikan islam yang tidak berdasarkan sumber pendidikan islam.
2. Kurang diterapkannya asas-asas normatif dalam pendidikan islam

C. Pembatasan Masalah
Dari perumusan masalah di atas maka dalam makalah ini, penyusun
membatasi pembahasan makalah hanya pada materi sumber pendidikan islam
dan asas-asas normatif pendidikan islam. Antara lain : Al-Qur’an, Al-Sunnah,
dan Ijtihad sebagai sumber dasar pendidikan islam dan asas-asas normatif
pendidikan islam.

D. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud sumber pendidikan islam ?
2. Apa fungsi dan tujuan dari sumber pendidikan Islam ?
3. Apa saja yang termasuk ke dalam sumber pendidikan islam ?
4. Apa yang dimaksud dengan Al-Qur’an sebagai sumber pendidikan
islam ?
5. Apa yang dimaksud dengan Al-Sunnah sebagai sumber pendidikan
islam ?
6. Apa yang dimaksud dengan ijtihad sebagai sumber pendidikan islam ?
7. Apa saja yang meliputi asas-asas normatif pendidikan islam ?

E. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan pengertian sumber pendidikan Islam.
2. Menjelaskan fungsi dan tujuan dari sumber pendidikan Islam
3. Menjelaskan sumber-sumber pendidikan Islam.
4. Menjelaskan pengertian Al-Qur’an sebagai sumber pendidikan Islam.

2
5. Menjelaskan pengertian As-sunnah sebagai sumber pendidikan islam.
6. Menjelaskan pengertian ijtihad sebagai sumber pendidikan islam.
7. Menjelaskan asas-asas normatif pendidikan islam.

F. Manfaat Penulisan Makalah


Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mnegetahui pengertian sumber pendidikan islam.
2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari sumber pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui apa saja sumber-sumber pendidikan islam.
4. Untuk mengetahui Al-Qur’an sebagai sumber pendidikan islam.
5. Untuk mengetahui As-sunah sebagai sumber pendidikan islam.
6. Untuk mengetahui ijtihad sebagai sumber pendidikan islam.
7. Untuk mengetahui asas-asas normatif pendidikan islam.

G. Metode Penulisan Makalah


Metode penulisan makalah yang dipilih oleh penyusun adalah metode
pustaka. Metode pustaka adalah metode yang dilakukan dalam mempelajari
dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan baik berupa alat
seperti buku, jurnal maupun informasi dari internet.

H. Sitematika Penulisan Makalah


Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari
BAB I Pendahuluan yang didalamnya terdapat latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penulisan makalah, manfaat penulisan makalah, metode penulisan makalah,
sistematika penulisan makalah.
BAB II yang terdiri dari pembahasan materi seperti Al-Qur’an, Al-
Sunnah, dan Ijtihad sebagai sumber pendidikan islam dan asas-asas
normatif pendidikan islam.
BAB III Penutup berisi kesimpulan dan saran.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sumber Pendidikan Islam


Kata sumber dalam bahasa Arab disebut mashdar yang jamaknya
mashadir, dapat diartikan starting point (titik tolak), point of origin (sumber
asli), origin (asli), source (sumber), infinitive (tidak terbatas), verbal nounce
(kalimat kata kerja), dan absolute or internal object (mutlak atau tujuan yang
bersifat internal). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
1986, sumber adalah asal sesuatu. Jika dikaitkan dengan ajaran islam, sumber
berarti asal ajaran islam, yang termasuk sumber agama Islam didalamnya.
Kosakata sumber seringkali tumpang tindih dengan kosakata dasar,
prinsip, dan asas. Karenanya kosakata ini sering digunakan secara bergantian
tanpa argumentasi yang jelas. Kata sumber berbeda dengan kata dasar dengan
alasan bahwa sumber senantiasa memberikan nilai-nilai yang dibutuhkan bagi
kegiatan pendidikan. Adapun dasar adalah sesuatu yang di atasnya berdiri
sesuatu dengan kukuh. Dalam sebuah bangunan, dasar sama artinya dengan
fondasi yang di atasnya bangunan tersebut ditegakkan. Sumber juga berbeda
dengan prinsip. Jika sumber adalah sesuatu yang memberikan bahan-bahan
bagi pembuatan sebuah konsep atau bangunan, maka prinsip adalah sesuatu
yang harus ada dalam sebuah kegiatan atau usaha sekaligus menjadi ciri
sesuatu tersebut. prinsip-prinsip yang ada tidak boleh ditinggalkan dalam
merumuskan dan melaksanakan kegiatan pendidikan.
Prinsip juga kelihatan mirip dengan asas, asas yakni prinsip yang telah
dijadikan acuan. Asas tersebut biasanya diambil dari konsep-konsep yang
terdapat dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Misalnya asas psikologis.
Dengan asas ini, maka kegiatan pendidikan harus mempertimbangkan konsep
atau teori-teori yang terdapat dalam psikologi tersebut.1
Menurut Abdul Mujib (2017), sumber pendidikan islam adalah semua
acuan atau rujukan yang darinya memancarkan ilmu pengetahuan dan nilai-
nilai yang akan di transinternalisasikan dalam pendidikan Islam. Sumber ini

1
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), h.73.
4
tentunya telah diyakini kebenaran dan kekuatannya dalam menghantar
aktivitas pendidikan, dan telah teruji dari waktu ke waktu.
Sebagai sumber, maka ia harus terus memancarkan nilai-nilai atau ajaran
yang tidak pernah kering, sebagaimana halnya sumur yang terus memancarkan
air, karena sumur sebagai sumber air. Sumber pendidikan Islam pada
hakikatnya sama dengan sumber ajaran Islam, karena pendidikan Islam
merupakan bagian dari ajaran Islam.

B. Fungsi Sumber Pendidikan Islam


Pada hakikatnya, Pendidikan Islam adalah salah satu proses yang
berlangsung secara kontinyu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini,
maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh Pendidikan Islam adalah
pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini
bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan islam memiliki sasaran peserta
didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis mulai dari
kandungan sampai akhir hayatnya. 2
Sumber pendidikan Islam memiliki fungsi yang sangat penting dan
strategis. Fungsi tersebut antara lain:
1. Mengarahkan tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai
2. Membingkai seluruh kurikulum yang dilakukan dalam proses belajar
mengajar, yang di dalamnya termasuk materi, metode,media, sarana,
dan evaluasi.
3. Menjadi standar dan tolak ukur dalam evaluasi, apakah kegiatan
pendidikan telah mencapai dan sesuai dengan apa yang di harapkan atau
belum. 3

2
Rasyidin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press,2005),
h.23.
3
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2008), h.31.

5
Fungsi sumber pendidikan Islam sama halnya dengan fungsi sumber
ajaran Islam. Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam misalnya
menjamin orang yang menggunakannya tidak akan tersesat selamanya.

C. Sumber-sumber Pendidikan Islam


Sumber pendidikan islam sama halnya dengan sumber ajaran islam.
Sumber pendidikan Islam yang akan menjadi inti pembahasan meliputi Al-
Qur’an, As-Sunnah,dan Ijtihad. Pemilihan ketiga sumber tersebut didasari dua
alasan utama : Pertama, dalam surat An-Nisa ayat 59,umat islam dianjurkan
menaati (mengikuti) kemauan atau kehendak Allah SWT yaitu petunjuk-
petunjuk yang ada di dalam Al-Qur’an, kehendak Rasulullah SAW yaitu
hadis-hadis yang terhimpun dalam kitab dan kehendak Ulil Amri, yakni orang
yang mempunyai kekuasaan untuk menentukan suatu hukum berdasarkan nas
Al-Qur’an dan Hadis.
Kedua, Nabi Muhammad SAW bersama seorang sahabatnya Mu’az bin
Jabal pernah melakukan dialog ketika hendak mengutus Mu’az ke Yaman.
Nabi Muhammad SAW menguji sahabatnya dengan menanyakan sumber
hukum yang akan dia gunakan untuk menyelesaikan masalah. Jawaban dari
dialog tersebut adalah Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Ijtihad. Dari dua alasan
tersebut, ketiga sumber itu merupakan rangkaian kesatuan. Al-Qur’an dan As-
Sunnah merupakan sumber utama,sedangkan ijtihad merupakan sumber
tambahan atau sumber pengembangan.4 Sumber pendidikan islam yaitu antara
lain :
1. Al-Qur’an
Secara etimologi Al-Qur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qira’atan
atau qur’anam, yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-
dhammu) huruf-huruf serta kata-kata dari stau bagian ke bagian lainnya secara
teratur.5 Secara harfiah Al-Qur’an berarti bacaan atau yang dibaca. Secara
istilah, Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Rasul-
Nya, melalui perantaraan malaikat Jibril, yang disampaikan kepada generasi

4
Rois Mahfud, AL-ISLAM Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Erlangga,2011), h. 105-107.
5
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op.cit.,h.32.
6
berikutnya secara mutawattir, dianggap ibadah bagi orang yang
membacanya,yang dimulai dengan surat al-fatihah dan diakhiri dengan surat
an-nas.
Dengan definisi tersebut, maka Al-Qur’an dengan sangat meyakinkan
mengandung kebenaran, dan jauh dari kebatilan. Fungsi Al-Qur’an sebagai
sumber pendidikan ada 6 aspek :
Pertama, dari segi namanya, Al-Qur’an dan al-kitab sudah mengisyaratkan
bahwa Al-Qur’an memperkenalkan dirinya sebagai kitab pendidikan. Al-
Qur’an berarti bacaan atau membaca, sedangkan al-kitab berarti menulis atau
tulisa. Membaca dan menulis dalam arti seluas-luasnya merupakan kegiatan
utama dan pertama dalam kegiatan pendidikan.
Kedua, dari segi surat yang pertama kali diturunkan, yaitu ayat 1 sampai 5
surat Al-alaq yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Arti dari lima ayat
tersebut antara lain berkaitan dengan metode (iqra’), guru (Tuhan yang
memerintahkan membaca), murid (Nabi Muhammad yang diperintahkan
membaca), sarana prasarana (al-qalam), kurikulum (sesuatu yang belum
diketahui/ maa lam ya’lam).
Ketiga, dari segi fungsinya, yakni sebagai al-huda, al-furqan,al-hakim, al-
bayyinah, dan rahmatan lil alamin ialah berkaitan dengan fungsi pendidikan
dalam arti seluas-luasnya.
Keempat, dari segi kandungannya, Al-Qur’an berisi ayat-ayat yang
mengandung isyarat tentang berbagai aspek pendidikan. Buku-buku tentang
Al-Qur’an dalam hubungannya dengan kegiatan pendidikan sebagaimana telah
membuktikan bahwa kandungan Al-Qur’an memuat isyarat tentang
pendidikan. Visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, guru, an
berbagai komponen pendidikan lainnya dapat dirumuskan dari ayat-ayat Al-
Qur’an.
Kelima, dari segi sumbernya, yakni Allah SWT yang telah mengenalkan
diri-Nya sebagai al-rabb atau al-murabbi, yakni sebagai pendidik, dan orang
yang pertama kali di didik atau diberi pegajaran adalah Nabi Adam as. 6

6
Abuddin Nata, Op.cit., h.76-77.
7
Al-Qur’an dijadikan sebagai sumber pendidikan Islam yang pertama dan
utama karena ia memiliki nilai absolut yang diturunkan dari Tuhan. Nilai esensi
dalam Al-Qur’an selamanya abadi dan selalu relevan dengan setiap waktu dan
zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. Pendidikan Islam yang ideal harus
sepenuhnya mengacu pada nilai dasar Al-Qur’an, tanpa sedikit pun
menghindarinya.7

2. As-Sunnah
As-sunnah menurut pengertian secara bahasa adalah tradisi yang biasa
dilakukan, atau jalan yang dilalui (al-thariqah al-maslukah) baik yang terpuji
maupun tercela. Adapun pengertian as-sunnah menurut istilah adalah akdari
perkataan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik atau budi, biografi, baik pada
masa sebelum kenabian ataupun sesudahnya. 8 Sunnah sebagai sumber
pendidikan Islam, dapat dipahami dari hail analisis sebagai berikut :
Pertama, Nabi Muhammad SAW sebagai yang memproduksi hadis
menyatakan dirinya sebagai guru. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Abu Ya’la, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW masuk ke dalam masjid yang
didalamnya ada dua kelompok. Kelompok yang satu sedang tekun menjalani
ibadah sholat, zikir, dan do’a. Sedangkan kelompok yang satunya lagi sedang
berdiskusi dan mengkaji suatu masalah. Nabi SAW ternyata memilih
bergabung dengan kelompok yang sedang mengkaji suatu masalah. Dalam
kesempatan itu Nabi berkata : Tuhan telah mengutus aku sebagai guru
(ba’atsani rabbi mu’alliman)
Kedua, Nabi Muhammad SAW tidak hanya memiliki kompetensi
pengetahuan yang mendalam dan luas dalam ilmu agama, psikologi, sosial,
ekonomi, politik, hukum, dan budaya, melainkan memiliki kompetensi
kepribadian yang terpuji, kompetensi keterampilan mengajar dan mendidik
yang prima, serta kompetensi sosial. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi yaitu
seorang pendidik yang profesional.

7
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op.cit., h.33
8
Ibid,h.38

8
Ketiga, ketika Nabi Muhammad SAW berada di Mekkah pernah
menyelenggarakan pendidikan di Darul al-arqan dan di tempat-tempat lain
secara tertutup. Ketika berada di Madinah pernah menyelenggarakan
pendidikan di sebuah tempat khusus pada bagian masjid yang dikenal dengan
nama suffah. Usaha-usaha tersebut menunjukkan bahwa Nabi Muhammad
SAW memiliki perhatian yang besar terhadap penyelenggaraan pendidikan.
Keempat, sejarah mencatat, bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi
paling berhasil mengemban risalah ilahiah, yakni mengubah manusia dari
jahiliah menjadi beradab, dari tersesat menjadi lurus, dari kegelapan menuju
terang benderang, dari kehancuran moral menjadi berakhlak mulia.
Kelima, di dalam teks atau matan hadis Nabi Muhammad SAW dapat
dijumpai isyarat yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran. Misalnya
hadis Nabi Muhammad SAW yang mewajibkan kepada setiap muslim laki-laki
dan perempuan untuk menuntut ilmu : hadis Nabi Muhammad SAW
menyatakan bahwa menuntut ilmu hingga ke negeri Cina, kewajiban mengajar
bagi orang yang berilmu, keharusan bagi guru mengajar dengan cara
menyenangkan dan sesuai dengan fitrah manusia, mempelajari ilmu tentang
keduniaan dan keakhiratan sekaligus, dll. Kandungan hadis tersebut berkaitan
dengan gerakan wajib belajar, wajib mengajar, pendidikan untuk semua,
pendidikan sepanjang hayat, kurikulum yang integrated, pendidikan berbasis
masyarakat, penyataan misi utama diutusnya beliau untuk menyempurnakan
akhlak mulia, dan apresiasi terhadap para guru. Semua ketetapan Nabi
Muhammad SAW tersebut erat kaitannya dengan kegiatan pendidikan. 9

3. Ijtihad (‘Ijma Ulama)


Ijtihad memiliki arti kesungguhan, yaitu mengerjakan sesuatu dengan
segala kesungguhan. 10 Secara etimologi, ijtihad berarti usaha keras dan
bersungguh-sungguh (gigih) yang dilakukan oleh para ulama, untuk
menetapkan – hukum—suatu perkara atau sesuatu ketetapan atas persoalan
tertentu. Sedangkan secara terminologi, menurut batasan yang dikembangkan

9
Abuddin Nata, Op.cit., h.78-79.
10
Rois Mahfud, op. cit. hal.115
9
oleh al –Amidy, merupakan ungkapan atas kesepakatan dari sejumlah ahl hall
wa al – ‘aqd (ulil amri) dari umat Muhammad dalam suatu masa, unutk
menetapkan hukum syariah terhadap berbagai peristiwa yang terjadi.
Sementara menurut Abu Zahrah, ijtihad merupakan prosuk ijma’ para mujtahid
muslim, pada suatu periode tertentu –terhadap berbagai persoalan yang terjadi
– setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, untuk menetapkan hukum syara’
atas berbagai persoalan umat yang bersifat ‘amaliy.11
Berdasarkan beberapa pengertian tentang ijtihad, maka dapat
disimpulkan bahwa ijtihad berarti menggunakan seluruh potensi nalar secra
maksimal dan optimal untuk meng-istinbath suatu hukum agama yang
dilakukan oleh mujtahid pada waktu tertentu untuk merumuskan kepastian
hukum mengenai suatu perkara yang tidak ada status hukumnya dalam Al-
Qur’an dan sunah dengan tetap berpedoman pada dua sumber utama. 12

Ijtihad mempunyai beberapa macam bentuk. Berikut ini dikemukakan


beberapa bentuk atau macam dari ijtihad menurut para ulama 13 :
a. Ijmak
Ijmak berarti menghimpun, mengumpulkan, atau bersatu dalam pendapat,
dengan kata lain ijmak merupakan konsensus yang terjadi di kalangan para
mujtahid terhadap suatu masalah sepeninggal Rasulullah SAW. Ijmak
merupakan salah satu sumber hukum Islam yang memiliki posisi kuay dalam
menetapkan hukum dari suatu peristiwa. Ijmak yang memiliki kehujahan
sebagai sumber hukum di dasarkan pada sejumlah ergumentasi teologis
terutama ayat 59 Surah An-Nisa yang di dalamnya terdaapat anjuran untuk taat
pada Uili Amri setelah taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena itu,
apanila Ulil Amri telah sepakat dalam status hukum suatu urusan maka wajib
ditaati, diikuti, dan dilaksanakan sebagaimana mentaati, mengikuti, dan

11
Ramayulis dan Hasan Asari, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam,
(Jakarta : Gaya Media Pratama,2001), h.100
12
Rois Mahfud, loc. cit.
13
Rois Mahfud, op. cit. hal. 116-118
10
melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya dalam (QS. An-Nisa’
[4]:83).

b. Qiyas
Qiyas berarti mengukur sesuatu menurut contoh yang lain kemudian
menyamakannya. Qiyas berarti menetapkan hukum suatu peristiwa yang
belum memiliki status hukum dalam Al- Qur’an dan sunah dengan jalan
mempersamakan hukum suatu peristiwa yang tidak dalam nas Al- Qur’an
dengan hukum suatu peristiwa yang sudah ada nas lantaran ada persamaan illat
hukumnya dari kedua peristiwa.
Dengan demikian, apabila terdapat suatu peristiwa yang status hukumnya
telah diketahui melalui nas kemudian didapatkan suatu peristiwa yang
hukumnya tidak ditetapkan oleh nas, tetapi illat hukumnya sama, maka hukum
peristiwa yang tidak ada dalam nas itu disamakan dengan hukum peristiwa
yang sudah ada dalam nas.
Berbeda dengan ijmak, qiyas tidak membutuhkan kesepakatan sekelompok
mujtahid. Ini artinya setiap orang bisa mengadakan peng-qiyas-an berdasarkan
pendangannya sendiri atas suatu peristiwa yang tidak ada ketegasan hukumnya
dalam Al-Qur’an, sunah, dan ijmak.

Dalam meletakkan ijtihad sebagai sumber dasar pendidikan Islam, ada


dua pendapat. Peertama, tidak menjadikannya sebagai sumber dasar
pendidikan Islam. Kelompok ini hanya menempatkan Al- Qur’an dan Hadits
sebagai bahan rujukan. Sementara ijtihad hanya sebagai upaya memahami
makna ayat Al-Qur’an dan Hadits sesuai dnegan konteksnya. Kedua,
meletakkan ijtihad sebagai sumber sumber dasar pendidikan Islam. Menurut
kelompok ini, meskipun ijtihad merupakan salah satu metode istinbath hukum,
akan twetapi pendapat para ulama dalam hal ini, perlu dijadikan sumber
rujukan bagi membangun paradigm pendidikan Islam.
Menurut pendapat dari kelompok kedua ini perlunya melakukan ijtihad
dibidang pendidikan, terutama pendidikan Islam, karena media pendidikan
merupakan sarana utama untuk membangun pranata kehidupan sosial dan

11
kebnudayaan manusia. Indikasi ini memberikana rti, bahwa maju mundurnya
kebudayaan manusia berkembang secara dinamis, sangat ditentukan dari
dinamika system pendidikan yang dilaksanakan. 14

D. Asas-Asas Normatif Pendidikan Islam

Dasar-dasar normatif dari pendidikan islam yakni dasar yang bersifat


keharusan atau tidak boleh diabaikan dalam pendidikan yang islami. Sesuatu
yang melekat dalam pendidikan Islam yang dimaksud meliputi Nilai Aqidah,
Ibadah, Syariah – Maqashid al-syar’i (Al-Dharuriyat Al-Khams); Nilai-nilai
manusia sebagai Abdullah (hamba Allah) dan Khalifatullah serta Nilai-nilai
manusia sebagai Pendidik dan Anak Didik. 15

1. Nilai Akidah: Tauhid Sebagai Fokus Utama Pembelajaran PAI

a. Pengertian

Tauhid maksudnya adalah mengimani dan meyakini eksistensi Allah


beserta segenap atribut-Nya, dengan itu akan melahirkan sebuah nilai yaitu
nilai ilahiah. Nilai ilahiah adalah nilai yang dikaitkan dengan konsep, sikap
dan keyakinan yang memandang berharga apa yang bersumber dari Tuhan
atau dalam arti luas memandang berharga terhadap agama. Nilai ilahiah
meliputi nilai imaniah, ubudiah dan muamalah. Nilai ilahiah-imaniah
mengenai konsep, sikap dan keyakinan yang memandang berharga
mengenai adanya Tuhan dan atribut-Nya, juga mengenai hal-hal gaib yang
termasuk ke dalam kerangka rukun iman. Nilai ilahiah-ubudiah mengenai
konsep, sikap, dan keyakinan yang memandang berharga terhadap ibadah
dalam rangka pendekatan diri kepada Allah. Nilai ilahiah-muamalah yaitu
mengenai konsep, sikap, dan keyakinan terhadap hubungan antara manusia

14
Ramayulis dan Hasan Asari. Op. cit. hal.100-101
15
Kamrani Buseri, Dasar, Asas dan Prinsip Pendidikan Islam (Banjarmasin: IAIN Antasari,
2014), hlm. 125.
12
dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam di bawah kerangka
tuntunan Tuhan. 16

Tauhid sebagai fokus utama pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)


artinya bagaimana memperkuat pengajaran tauhid agar tumbuh dan
berkembang dalam diri pribadi anak didik yang akan menjadi tumpuan
pengembangan kepribadiannya ke depan.17

b. Tantangan Globalisasi

Globalisasi adalah arus mendunia, artinya saat ini batas suatu negara
tidak bisa lagi signifikan untuk memberikan identifikasi karakteristik suatu
negara. Globalisasi menjadikan komunikasi antar manusia menjadi lebih
mudah bahkan dengan jarak yang jauh sekalipun, memberikan arus
informasi yang semakin cepat, luas, dan beragam bahkan sukar dibatasi.
Globalisasi menyebabkan IPTEK semakin berkembang pesat akibatnya
dengan pesatnya perkembangan IPTEK tersebut telah membebaskan
manusia dari serba tuhan. Manusia merasa kurang dekat dengan Tuhan atau
agama, karena ilmu pengetahuan bersifat sekuler, empirik dan rasional
menyebabkan sesuatu yang tidak riil atau sesuatu yang tidak empirik
menjadi terabaikan, termsuk nilai ilahiah.

c. Strategi Pendidikan Nilai Ilahiah Sebuah Solusi

Kronologis pendidikan keimanan dimulai dengan mengenalkan dan


menyadarkan akan adanya Tuhan Yang Maha Pencipta, baru
memperkenalkan nama-Nya, sifat-sifat-Nya, kemudian pada tahap
pengabdian kepada Tuhan agar manusia merasa dilindungi dan dibantu oleh
Tuhan dalam kehidupannya di dunia dan di akhirat.

Bila dikaitkan dengan tantangan global, maka strategi dalam konteks


pendidikan nilai ilahiah, antara lain:

16
Ibid., hlm. 126.
17
Ibid.,
13
1) Strategi penguatan keimanan karena iman akan melahirkan nilai.
Keimanan yang kukuh kepada Allah dan kepada hari akhir, akan
menumbuhkan nilai yang berbeda dengan orang yang tidak beriman.

2) Strategi rasional, artinya diupayakan rasionalisasi atau mengangkat


keselarasan ayat-ayat Qauliyah dengan intelektual manusia.

3) Strategi penumbuhan kesadaran melalui hak atas pemilihan, keimanan


hendaknya atas dasar kesukarelaan atau keikhlasan. Oleh karena itu
Allah memberikan kebebasan memilih apakah mau beriman atau kafir.

4) Strategi pemanfaatan ekstrakurikuler untuk mengintensifkan pendidikan


agama. Misalnya, LDK (lembaga dakwah kampus).

5) Strategi evaluasai komprehensif

6) Strategi penyesuaian dengan perkembangan psikologi

7) Strategi penguatan

8) Strategi penumbuhan nilai keagamaan sejak dini

9) Strategi penguatan kondisi masyarakat

10) Strategi keteladanan orangtua di rumah. 18

d. Ibadah, Syari’ah dan Al-Dharuriyyat Al-khams

Ibadah bagian penting dan tidak boleh tidak harus diwariskan kepada
generasi muda Islam. Ibadah merupakan tugas utama bagi manusia sebagai
abdullah, kerena manusia diciptakan agar mengabdi kepada Tuhan. Allah telah
memberikan banyak anugrah, rahmat, nikmat, berkah dalam kehidupan,
selayaknyalah manusia bersyukur atau berterima kasih kepada-Nya melalui
ibadah atau pengabdian semata-mata hanya kepada-Nya.19

18
Ibid., hlm. 142.
19
Ibid., hlm. 143.
14
Islam, iman, dan ihsan menyatukan antara akidah, ibadah, syariah dan
merefleksikan dalam perilaku sehari-hari yakni ihsan. Ibadah sebagai salah
satu hal yang normatif harus didikkan, karena ibadah merupakan refleksi iman,
dan iman menjadi semakin kuat melalui pelaksanaan ibadah secara teratur
sesuai yang ditentukan oleh agama.20

Berkenaan dengan syariah yang berarti jalan yang harus dilalui atau secara
konkrit berbagai ketentuan hukum yang memandu kehidupan sehari-hari, ada
yang normatif qath’i dan normatif ijtihadi seperti berbagai hal yang
berhubungan dengan mu’amalah. Namun intinya harus selaras dengan al-
dharuruyyat al-khams (lima tujuan utama ajaran islam) atau al-dharuriyyat al-
sittah (enam tujuan utama ajaran islam). Al-dharuriyyat al-khams meliputi
pemeliharaan fisik/jiwa, akal, keturunan, harta, dan agama, sementara al-
dharuriyyat al-sittah yakni selain pemeliharaan yang lima itu ditambah satu
lagi yakni ajaran pokok Islam termasuk juga memelihara lingkungan. 21

Seluruh kegiatan ijtihad pendidikan yang dilakukan untuk meneliti,


mengerti, memahami, serta menciptakan berbagai teori terkait dengan isu-isu
pendidikan, selain dimulai dengan niat yang suci atau ikhlas disertai pula
dengan kerja keras sebagai ciri dari mujtahid, maka seluruh prosesnya tidak
boleh bertentangan dengan syariah. Hasilnya pun harus sesuai dengan syariah
dan tidak boleh keluar dari kisi-kisi tujuan diturunkannya syariah. Semua teori
pendidikan, bahkan operasional pendidikan tidak boleh keluar dari maqashid
al-syar’i yakni al-dharuriyyat al-sittah. 22

e. Manusia Sebagai Abdullah Sekaligus Khalifatullah

Pendidikan Islam sebagai motor penggerak merupakan inti dari interrelasi


akidah, ibadah dan muamalah dalam arti luas. Secara lebih rinci bisa dilihat
sebagai upaya menghidupkan akidah, ibadah dan muamalah secara simultan,
sekaligus berarti mengembangkan fithrah dan hanief serta potensi manusia

20
Ibid.,
21
Ibid., hlm. 146.
22
Ibid.,
15
untuk mewujudkan dua fungsi utamanya, yakni sebagai abdullah dan
khalifatullah.23

Pendidikan Islam harus memperhatikan konsep abdullah dan khalifatullah


ini sebagai sesuatu yang simultan, sehingga tidak boleh diabaikan atau diberi
prioritas yang satu melebihi yang lain, atau berat sebelah bahkan hanya
terfokus kepada salah satu saja. Penyeimbangan dan simultansi keduanya
menghendaki perhatian yang terus menerus dan harus selalu dilakukan evaluasi
bagi operasional pendidikan.24

f. Manusia Sebagai Pendidik Dan Anak Didik

Menurut pandangan Islam seluruh umat manusia adalah pemimpin. Sebagai


pemimpin tentu dia harus sadar bahwa dia juga sebagai seorang pendidik,
karena pemimpin dalam Islam harus menjadi teladan. Nabi Muhammad SAW
beliau seorang pemimpin besar sekaligus sebagai pendidik dan menjadi teladan
bagi seluruh umat manusia. Berkaitan dengan manusia sebagai pendidik
sekaligus anak didik sejak awal penciptaan manusia sebagai khalifah Allah
yakni semenjak Nabi Adam beliau diberi pengajaran langsung oleh Allah
sebagaimana penegasan firman Allah pada surah Al-Baqarah ayat 31.25

َٰ ِ‫ىَالمَلئِكةَِفقالَأ أن ِبئُونِيَ ِبأسأماء‬


َ‫َهؤَُلءِ َ ِإ أنَكُ أنت ُ أمَصا ِد ِقَين‬ ‫َاْلسأماءَكُلَّهاَث ُ َّمَعرض ُه أمَعل أ‬
‫وعلَّمَآدم أ‬

Artinya : “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)


seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang
benar orang-orang yang benar!"

Dari ayat di atas tergambar bahwa Adam manjadi anak didik dari Allah
karena Allah langsung mengajarkan nama-nama benda, kemudian Allah
menantang para malaikat untuk mengemukakan nama-nama benda tersebut.
Ternayata malaikat tidak bisa menyebutkannya, kemudian Allah Menyuruh

23
Ibid., hlm. 147.
24
Ibid., hlm. 148.
25
Ibid.,
16
Adam untuk memberitahu malaikat tentang nama-nama benda yang telah
diketahui atas dasar pengajaran Allah kepadanya. 26

ِ ْ‫قالَياَآد ُمََأ أن ِبئأ ُه أمَ ِبأسأمائِ ِه أمََۖفل َّماَأ أنبأهُ أمَ ِبأسأمائِ ِه أمَقالَأل أمَأقُ ألَلكُ أمَ ِإنِيَأعأل ُمَغيأبَالسَّمَاواَِِو أاْل أ‬
َِ
َ‫وأعأل ُمَماَت ُ أبد ُونَوماَكُ أنت ُ أمَت أكت ُ ُمون‬

Artinya : “Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-


nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama
benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa
sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa
yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"

Ayat ini bisa difahami bahwa Adam mengjarkan nama-nama benda itu kepada
pada malaikat. Dari pemahaman ini, maka kita sebagai manusia harus selalu
belajar sekaligus mengajarkan ilmu kepada sesama. Kita tidak boleh berhenti
sebagai anak didik atau pendidik, suatu saat kita sebagai anak didik dan pada
saat lainnya kita harus menjadi pendidik. Apabila kita perhatikan sabda Nabi
“balligu ‘anni walau aayatan”, maksudnya kalaupun kita memiliki ilmu hanya
satu ayat wajib menyampikan kepada orang lain. M Natsir menegaskan bahwa
kewajiban berdakwah adalah wajib a’in bagi siapapun. Abdurrahman an
Nahlawi menggambarkan sifat pendidik antara lain:

1) Arah, jalan dan pikirannya semata-mata sebagai pendidik

2) Ikhlas

3) Sabar

4) Benar atau jujur terhadap apa yang disampaikan

5) Selalu menambah pengetahuan

6) Terampil dalam berbagai metode mengajar

7) Mampu untuk konsisten dan disiplin

26
Ibid., hlm. 149.
17
8) Mengajar sesuai dengan perkembangan jiwa anak

9) Memperhatikan terhadap berbagai pengaruh terhadap suatu generasi

10) Adil. 27

27
Ibid., hlm. 150.
18
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Pendidikan Islam merupakan unsur terpenting bagi manusia untuk
meningkatkan kadar keimananya terhadap Allah SWT, karena orang
semakin banyak mengerti orang tentang dasar-dasar ilmu pendidikan Islam
maka kemungkinan besar mereka akan lebih tahu dan lebih mengerti akan
terciptanya seorang hamba yang beriman. Sumber-sumber dari pendidikan
Islam itu sendiri adalah Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijtihad. Dimana ijtihad
memiliki dua bentuk atau macam yaitu ijma’ dan qiyas. Asas-asas normatif
pendidikan Islam yaitu terdiri dari nilai akidah, nilai ibadah, nilai syariah -
Maqashid al-syar’i (Al-Dharuriyat Al-Khams), nilai-nilai manusia sebagai
Abdullah (hamba Allah), nilai-nilai manusia sebagai khalifatullah serta
nilai-nilai manusia sebagai pendidik dan anak didik. Nilai-nilai normatif ini
tidak boleh dipisahkan dari pengajaran pendidikan Islam, karena akan
membentuk pribadi yang seseorang yang mantap dalam pendidikan.

B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai
bahan bacaan dan rujukan dalam mempelajari dan emnambah pemahaman
mengenai ilmu pendidikan islam, terutama dalam pokok pemebahsan
tentang sumber-sumber pendidikan islam dan asaas normative pendidikan
islam.

19
DAFTAR PUSTAKA

Buseri, Kamrani. 2014. Dasar, Asas dan Prinsip Pendidikan Islam. Banjarmasin:
IAIN Antasari.

Mahfud, Rois. 2011. AL-ISLAM Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Erlangga.

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada
Media Group.

Nata, Abuddin. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group.

Ramayulis dan Hasan Asari. 2011. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan


Islam. Jakarta : Gaya Media Pratama,.

Rasyidin dan Syamsul Nizar. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat
Press.

20
GLOSARIUM

Ayat –ayat Qauliyah : Ayat Allah baerupa ucapan yang difirmankan pada
Muhammad SAW

Al-Dharuriyyat Al-khams : Lima kebituhan penting yang harus dijaga oleh


kaum muslimin

Hujah : dalil atau dasar penetapan hukum.

Illat : Suatu sifat yang ada pada ashal yang sifat itu
menjadi dasar untuk menetapkan hukum ashal serta
mengetahui hukum pada fara’ yang belum ditetapkan
hukumnya.

Istinbath : Upaya mengeluarkan hukum dari sumbernya

Komprehensif : Segala sesuatu yang bersifat luas dan lengkap,


meliputi seluruh aspek.

Mujtahid : Seseorang yang memiliki kemampuan ijtihad atau


istinbath hukum-hukum syariat dari sumber-sumber
muktabar dan diandalkan.

Nas : Perkataan atau kalimat dari Al-Qur’an atau hadits


yang dipakai sebagai alasan atau sadar untuk
memutuskan suatu masalah.

Ulil Amri : Seseorang atau sekelompok orang yang mengurus


kepentingan - kepentingan umat.

21
INDEKS

Ayat-ayat Qauliyah 14

Al-Dharuriyyat Al-khams 14,15

Hujah 10

Illat 11

Istinbath 10,11

Komprehensif 14

Mujtahid 10, 11, 15

Nas 6, 11

Ulil Amri 6, 10

22
SINGKATAN

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

SWT : Subhanahu wata’ala

SAW : Shallallahu ‘alaihi wasallam

Q.S : Qur’an Surat

PAI : Pendidikan Agama Islam

IPTEK : Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Komunikasi

LDK : Lembaga Dakwah Kampus

23
TENTANG PENYUSUN

Penulis bernama Fakih Mahendra, lahir di Bogor pada 20


November 1999. Penulis merupakan anak pertama dari 2
bersaudara. Saat ini sedang menempuh pendidikan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan pendidikan biologi.
Penulis merupakan lulusan dari MAN 11 Jakarta.
Memiliki hobi berolahraga, khususnya dalam hal bermain
bulutangkis. Memiliki cita-cita untuk menjadi relawan di
negara konflik, di Timur Tengah.

Penulis bernama Afifah Az Zahra, lahir di Ngawi pada 03


Desember 1998. Penulis merupakan anak kedua dari 5
bersaudara. Saat ini sedang menempuh pendidikan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan pendidikan biologi.
Penulis merupakan lulusan dari MAN 2 Jakarta. Memiliki
hobi menonton film. Memiliki cita-cita untuk menjadi
pengajar di bidang akademik dan non akademik.

Penulis bernama Diva Islami Usmanah, lahir di Jakarta


pada 15 Mei 1999. Penulis merupakan anak ketiga dari 4
bersaudara. Saat ini sedang menempuh pendidikan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Pendidikan Biologi.
Penulis merupakan lulusan dari SMAN 1 Cileungsi.
Memiliki hobi membaca novel, komik dan menonton film
terutama Drama Korea dan China. Penulis memiliki cita-
cita memiliki sekolah sendiri baik seperti Sekolah Dasar
atau Sekolah Tari.

24
DAFTAR NAMA PETUGAS

A. Moderator : Rasiana Dhea Berina Rizky


B. Operator Laptop : Ellin Fitrilliani
C. Notulen : Rizki Febianty
D. Penanya saat Diskusi :
1. Nadhilah Jalilah Suti Halwan
2. Nur Latifah Salama
3. Raden Riska Mutia Edyana
4. Dwi Ningrum Lestari
5. Immaulydia Khadijah C
6. Fitri Hairunnisa
E. Komentator saat Diskusi :
1. Mulyani Fatekhatul Jannah
2. Nava Rinta Aresa
3. May Tasya Wahyu A
4. Aliestya Lufinsky Krisnaningrum
5. Ayu Syafira
6. Kusnaeti

25

Anda mungkin juga menyukai