Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Fakih Mahendra (11170161000047)
2. Afifah Az-Zahra (11170161000050)
3. Diva Islami Usmanah (11170161000051)
JAKARTA
2019
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, atas nikmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Asas Asas Normatif-Filosofis Pendidikan
Dari Sumber Ajaran Islam. Selawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada nabi
kita, Nabi Muhammad SAW yang dengan jasanya sehingga kami dapat merasakan
nikmat Islam hingga saat ini.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu
Pendidikan Islam yang diampu oleh Dr. Syamsul Aripin, M.A. Proses penyusunan
makalah menggunakan referensi dari berbagai sumber buku dan jurnal yang tak
lepas dari bantuan teman-teman. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih.
Penyusun menyadari bahwa banyak sekali kekurangan dalam makalah ini.
Untuk itu, penyusun berharap kritik dan saran yang membangun agar makalah yang
kami susun selanjutnya lebih baik. Penyusun berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ..... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 2
C. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
D. Pembatasan Masalah ................................................................................ 2
E. Tujuan Penulisan Makalah ........................................................................ 2
F. Manfaat Penulisan Makalah ...................................................................... 3
G. Metode Penulisan Makalah ....................................................................... 3
H. Sistematika Penulisan Makalah ................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 4
A. Pengertian Sumber Pendidikan Islam ........................................................ 4
B. Fungsi Sumber Pendidikan Islam .............................................................. 5
C. Sumber-Sumber Pendidikan Islam ............................................................ 6
D. Asas-Asas Normatif Pendidikan Islam ...................................................... 12
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 19
A. Simpulan ................................................................................................. 19
B. Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20
GLOSARIUM .................................................................................................. 21
INDEKS ........................................................................................................... 22
SINGKATAN .................................................................................................. 23
TENTANG PENYUSUN ................................................................................. 24
DAFTAR NAMA PETUGAS DISKUSI ........................................................ 25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai
tujuan harus mempunyai dasar sebagai tempat berpijak yang baik dan kuat.
Begitu juga dengan pendidikan islam sebagai usaha untuk membentuk manusia
yang berkepribadian utama harus mempunyai dasar yang baik. Dalam aktivitas
pendidikan, baik dalam penyusunan konsep teoritis maupun dalam
pelaksanaann operasionalnya harus memilki dasar kokoh. Hal ini dimaksudkan
agar yang terlingkupi dalam pendidikan mempunyai keteguhan dan keyakinan
yang tegas sehingga praktek pendidikan tidak kehilangan arah dan mudah di
samping oleh pengaruh dari luar pendidikan.
Karena agama islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada
umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, dengan sumbernya yaitu
Al-Qur’an, As-Sunnah,dan Ijtihad. Sumber-sumber ini dalam pribadi manusia
bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di
akhirat kelak serta menguatkan iman dan takwa manusia. Pendidikan islam
merupakan unsur terpenting bagi manusia untuk meningkatkan kadar
keimanannya terhadap Allah SWT, karena orang semakin banyak mengerti
tentang dasar-dasar ilmu pendidikan islam maka kemungkinan besar mereka
akan lebih tahu dan lebih mengerti akan terciptanya seorang hamba yang
beriman.
Manusia dalam hidup di dunia ini tanpa mengenal tentang dasar-dasar
ilmu pendidikan islam, maka jelas bagi mereka sulit untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT, apalagi menjadi hamba yang beriman. Dari latar belakang
di atas, maka kita sebagai calon pendidik perlu mengetahui bagaimana sumber
ilmu pendidikan islam sebagai landasan pokok agar pendidikan islam tegak
berdiri dan tidak mudah roboh karena pengaruh-pengaruh ideologi yang
muncul baik sekarang maupun di masa yang akan datang.
1
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi
sejumlah permasalahan sebagai berikut :
1. Pendidikan islam yang tidak berdasarkan sumber pendidikan islam.
2. Kurang diterapkannya asas-asas normatif dalam pendidikan islam
C. Pembatasan Masalah
Dari perumusan masalah di atas maka dalam makalah ini, penyusun
membatasi pembahasan makalah hanya pada materi sumber pendidikan islam
dan asas-asas normatif pendidikan islam. Antara lain : Al-Qur’an, Al-Sunnah,
dan Ijtihad sebagai sumber dasar pendidikan islam dan asas-asas normatif
pendidikan islam.
D. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud sumber pendidikan islam ?
2. Apa fungsi dan tujuan dari sumber pendidikan Islam ?
3. Apa saja yang termasuk ke dalam sumber pendidikan islam ?
4. Apa yang dimaksud dengan Al-Qur’an sebagai sumber pendidikan
islam ?
5. Apa yang dimaksud dengan Al-Sunnah sebagai sumber pendidikan
islam ?
6. Apa yang dimaksud dengan ijtihad sebagai sumber pendidikan islam ?
7. Apa saja yang meliputi asas-asas normatif pendidikan islam ?
2
5. Menjelaskan pengertian As-sunnah sebagai sumber pendidikan islam.
6. Menjelaskan pengertian ijtihad sebagai sumber pendidikan islam.
7. Menjelaskan asas-asas normatif pendidikan islam.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), h.73.
4
tentunya telah diyakini kebenaran dan kekuatannya dalam menghantar
aktivitas pendidikan, dan telah teruji dari waktu ke waktu.
Sebagai sumber, maka ia harus terus memancarkan nilai-nilai atau ajaran
yang tidak pernah kering, sebagaimana halnya sumur yang terus memancarkan
air, karena sumur sebagai sumber air. Sumber pendidikan Islam pada
hakikatnya sama dengan sumber ajaran Islam, karena pendidikan Islam
merupakan bagian dari ajaran Islam.
2
Rasyidin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press,2005),
h.23.
3
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2008), h.31.
5
Fungsi sumber pendidikan Islam sama halnya dengan fungsi sumber
ajaran Islam. Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam misalnya
menjamin orang yang menggunakannya tidak akan tersesat selamanya.
4
Rois Mahfud, AL-ISLAM Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Erlangga,2011), h. 105-107.
5
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op.cit.,h.32.
6
berikutnya secara mutawattir, dianggap ibadah bagi orang yang
membacanya,yang dimulai dengan surat al-fatihah dan diakhiri dengan surat
an-nas.
Dengan definisi tersebut, maka Al-Qur’an dengan sangat meyakinkan
mengandung kebenaran, dan jauh dari kebatilan. Fungsi Al-Qur’an sebagai
sumber pendidikan ada 6 aspek :
Pertama, dari segi namanya, Al-Qur’an dan al-kitab sudah mengisyaratkan
bahwa Al-Qur’an memperkenalkan dirinya sebagai kitab pendidikan. Al-
Qur’an berarti bacaan atau membaca, sedangkan al-kitab berarti menulis atau
tulisa. Membaca dan menulis dalam arti seluas-luasnya merupakan kegiatan
utama dan pertama dalam kegiatan pendidikan.
Kedua, dari segi surat yang pertama kali diturunkan, yaitu ayat 1 sampai 5
surat Al-alaq yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Arti dari lima ayat
tersebut antara lain berkaitan dengan metode (iqra’), guru (Tuhan yang
memerintahkan membaca), murid (Nabi Muhammad yang diperintahkan
membaca), sarana prasarana (al-qalam), kurikulum (sesuatu yang belum
diketahui/ maa lam ya’lam).
Ketiga, dari segi fungsinya, yakni sebagai al-huda, al-furqan,al-hakim, al-
bayyinah, dan rahmatan lil alamin ialah berkaitan dengan fungsi pendidikan
dalam arti seluas-luasnya.
Keempat, dari segi kandungannya, Al-Qur’an berisi ayat-ayat yang
mengandung isyarat tentang berbagai aspek pendidikan. Buku-buku tentang
Al-Qur’an dalam hubungannya dengan kegiatan pendidikan sebagaimana telah
membuktikan bahwa kandungan Al-Qur’an memuat isyarat tentang
pendidikan. Visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, guru, an
berbagai komponen pendidikan lainnya dapat dirumuskan dari ayat-ayat Al-
Qur’an.
Kelima, dari segi sumbernya, yakni Allah SWT yang telah mengenalkan
diri-Nya sebagai al-rabb atau al-murabbi, yakni sebagai pendidik, dan orang
yang pertama kali di didik atau diberi pegajaran adalah Nabi Adam as. 6
6
Abuddin Nata, Op.cit., h.76-77.
7
Al-Qur’an dijadikan sebagai sumber pendidikan Islam yang pertama dan
utama karena ia memiliki nilai absolut yang diturunkan dari Tuhan. Nilai esensi
dalam Al-Qur’an selamanya abadi dan selalu relevan dengan setiap waktu dan
zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. Pendidikan Islam yang ideal harus
sepenuhnya mengacu pada nilai dasar Al-Qur’an, tanpa sedikit pun
menghindarinya.7
2. As-Sunnah
As-sunnah menurut pengertian secara bahasa adalah tradisi yang biasa
dilakukan, atau jalan yang dilalui (al-thariqah al-maslukah) baik yang terpuji
maupun tercela. Adapun pengertian as-sunnah menurut istilah adalah akdari
perkataan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik atau budi, biografi, baik pada
masa sebelum kenabian ataupun sesudahnya. 8 Sunnah sebagai sumber
pendidikan Islam, dapat dipahami dari hail analisis sebagai berikut :
Pertama, Nabi Muhammad SAW sebagai yang memproduksi hadis
menyatakan dirinya sebagai guru. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Abu Ya’la, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW masuk ke dalam masjid yang
didalamnya ada dua kelompok. Kelompok yang satu sedang tekun menjalani
ibadah sholat, zikir, dan do’a. Sedangkan kelompok yang satunya lagi sedang
berdiskusi dan mengkaji suatu masalah. Nabi SAW ternyata memilih
bergabung dengan kelompok yang sedang mengkaji suatu masalah. Dalam
kesempatan itu Nabi berkata : Tuhan telah mengutus aku sebagai guru
(ba’atsani rabbi mu’alliman)
Kedua, Nabi Muhammad SAW tidak hanya memiliki kompetensi
pengetahuan yang mendalam dan luas dalam ilmu agama, psikologi, sosial,
ekonomi, politik, hukum, dan budaya, melainkan memiliki kompetensi
kepribadian yang terpuji, kompetensi keterampilan mengajar dan mendidik
yang prima, serta kompetensi sosial. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi yaitu
seorang pendidik yang profesional.
7
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op.cit., h.33
8
Ibid,h.38
8
Ketiga, ketika Nabi Muhammad SAW berada di Mekkah pernah
menyelenggarakan pendidikan di Darul al-arqan dan di tempat-tempat lain
secara tertutup. Ketika berada di Madinah pernah menyelenggarakan
pendidikan di sebuah tempat khusus pada bagian masjid yang dikenal dengan
nama suffah. Usaha-usaha tersebut menunjukkan bahwa Nabi Muhammad
SAW memiliki perhatian yang besar terhadap penyelenggaraan pendidikan.
Keempat, sejarah mencatat, bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi
paling berhasil mengemban risalah ilahiah, yakni mengubah manusia dari
jahiliah menjadi beradab, dari tersesat menjadi lurus, dari kegelapan menuju
terang benderang, dari kehancuran moral menjadi berakhlak mulia.
Kelima, di dalam teks atau matan hadis Nabi Muhammad SAW dapat
dijumpai isyarat yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran. Misalnya
hadis Nabi Muhammad SAW yang mewajibkan kepada setiap muslim laki-laki
dan perempuan untuk menuntut ilmu : hadis Nabi Muhammad SAW
menyatakan bahwa menuntut ilmu hingga ke negeri Cina, kewajiban mengajar
bagi orang yang berilmu, keharusan bagi guru mengajar dengan cara
menyenangkan dan sesuai dengan fitrah manusia, mempelajari ilmu tentang
keduniaan dan keakhiratan sekaligus, dll. Kandungan hadis tersebut berkaitan
dengan gerakan wajib belajar, wajib mengajar, pendidikan untuk semua,
pendidikan sepanjang hayat, kurikulum yang integrated, pendidikan berbasis
masyarakat, penyataan misi utama diutusnya beliau untuk menyempurnakan
akhlak mulia, dan apresiasi terhadap para guru. Semua ketetapan Nabi
Muhammad SAW tersebut erat kaitannya dengan kegiatan pendidikan. 9
9
Abuddin Nata, Op.cit., h.78-79.
10
Rois Mahfud, op. cit. hal.115
9
oleh al –Amidy, merupakan ungkapan atas kesepakatan dari sejumlah ahl hall
wa al – ‘aqd (ulil amri) dari umat Muhammad dalam suatu masa, unutk
menetapkan hukum syariah terhadap berbagai peristiwa yang terjadi.
Sementara menurut Abu Zahrah, ijtihad merupakan prosuk ijma’ para mujtahid
muslim, pada suatu periode tertentu –terhadap berbagai persoalan yang terjadi
– setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, untuk menetapkan hukum syara’
atas berbagai persoalan umat yang bersifat ‘amaliy.11
Berdasarkan beberapa pengertian tentang ijtihad, maka dapat
disimpulkan bahwa ijtihad berarti menggunakan seluruh potensi nalar secra
maksimal dan optimal untuk meng-istinbath suatu hukum agama yang
dilakukan oleh mujtahid pada waktu tertentu untuk merumuskan kepastian
hukum mengenai suatu perkara yang tidak ada status hukumnya dalam Al-
Qur’an dan sunah dengan tetap berpedoman pada dua sumber utama. 12
11
Ramayulis dan Hasan Asari, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam,
(Jakarta : Gaya Media Pratama,2001), h.100
12
Rois Mahfud, loc. cit.
13
Rois Mahfud, op. cit. hal. 116-118
10
melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya dalam (QS. An-Nisa’
[4]:83).
b. Qiyas
Qiyas berarti mengukur sesuatu menurut contoh yang lain kemudian
menyamakannya. Qiyas berarti menetapkan hukum suatu peristiwa yang
belum memiliki status hukum dalam Al- Qur’an dan sunah dengan jalan
mempersamakan hukum suatu peristiwa yang tidak dalam nas Al- Qur’an
dengan hukum suatu peristiwa yang sudah ada nas lantaran ada persamaan illat
hukumnya dari kedua peristiwa.
Dengan demikian, apabila terdapat suatu peristiwa yang status hukumnya
telah diketahui melalui nas kemudian didapatkan suatu peristiwa yang
hukumnya tidak ditetapkan oleh nas, tetapi illat hukumnya sama, maka hukum
peristiwa yang tidak ada dalam nas itu disamakan dengan hukum peristiwa
yang sudah ada dalam nas.
Berbeda dengan ijmak, qiyas tidak membutuhkan kesepakatan sekelompok
mujtahid. Ini artinya setiap orang bisa mengadakan peng-qiyas-an berdasarkan
pendangannya sendiri atas suatu peristiwa yang tidak ada ketegasan hukumnya
dalam Al-Qur’an, sunah, dan ijmak.
11
kebnudayaan manusia. Indikasi ini memberikana rti, bahwa maju mundurnya
kebudayaan manusia berkembang secara dinamis, sangat ditentukan dari
dinamika system pendidikan yang dilaksanakan. 14
a. Pengertian
14
Ramayulis dan Hasan Asari. Op. cit. hal.100-101
15
Kamrani Buseri, Dasar, Asas dan Prinsip Pendidikan Islam (Banjarmasin: IAIN Antasari,
2014), hlm. 125.
12
dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam di bawah kerangka
tuntunan Tuhan. 16
b. Tantangan Globalisasi
Globalisasi adalah arus mendunia, artinya saat ini batas suatu negara
tidak bisa lagi signifikan untuk memberikan identifikasi karakteristik suatu
negara. Globalisasi menjadikan komunikasi antar manusia menjadi lebih
mudah bahkan dengan jarak yang jauh sekalipun, memberikan arus
informasi yang semakin cepat, luas, dan beragam bahkan sukar dibatasi.
Globalisasi menyebabkan IPTEK semakin berkembang pesat akibatnya
dengan pesatnya perkembangan IPTEK tersebut telah membebaskan
manusia dari serba tuhan. Manusia merasa kurang dekat dengan Tuhan atau
agama, karena ilmu pengetahuan bersifat sekuler, empirik dan rasional
menyebabkan sesuatu yang tidak riil atau sesuatu yang tidak empirik
menjadi terabaikan, termsuk nilai ilahiah.
16
Ibid., hlm. 126.
17
Ibid.,
13
1) Strategi penguatan keimanan karena iman akan melahirkan nilai.
Keimanan yang kukuh kepada Allah dan kepada hari akhir, akan
menumbuhkan nilai yang berbeda dengan orang yang tidak beriman.
7) Strategi penguatan
Ibadah bagian penting dan tidak boleh tidak harus diwariskan kepada
generasi muda Islam. Ibadah merupakan tugas utama bagi manusia sebagai
abdullah, kerena manusia diciptakan agar mengabdi kepada Tuhan. Allah telah
memberikan banyak anugrah, rahmat, nikmat, berkah dalam kehidupan,
selayaknyalah manusia bersyukur atau berterima kasih kepada-Nya melalui
ibadah atau pengabdian semata-mata hanya kepada-Nya.19
18
Ibid., hlm. 142.
19
Ibid., hlm. 143.
14
Islam, iman, dan ihsan menyatukan antara akidah, ibadah, syariah dan
merefleksikan dalam perilaku sehari-hari yakni ihsan. Ibadah sebagai salah
satu hal yang normatif harus didikkan, karena ibadah merupakan refleksi iman,
dan iman menjadi semakin kuat melalui pelaksanaan ibadah secara teratur
sesuai yang ditentukan oleh agama.20
Berkenaan dengan syariah yang berarti jalan yang harus dilalui atau secara
konkrit berbagai ketentuan hukum yang memandu kehidupan sehari-hari, ada
yang normatif qath’i dan normatif ijtihadi seperti berbagai hal yang
berhubungan dengan mu’amalah. Namun intinya harus selaras dengan al-
dharuruyyat al-khams (lima tujuan utama ajaran islam) atau al-dharuriyyat al-
sittah (enam tujuan utama ajaran islam). Al-dharuriyyat al-khams meliputi
pemeliharaan fisik/jiwa, akal, keturunan, harta, dan agama, sementara al-
dharuriyyat al-sittah yakni selain pemeliharaan yang lima itu ditambah satu
lagi yakni ajaran pokok Islam termasuk juga memelihara lingkungan. 21
20
Ibid.,
21
Ibid., hlm. 146.
22
Ibid.,
15
untuk mewujudkan dua fungsi utamanya, yakni sebagai abdullah dan
khalifatullah.23
Dari ayat di atas tergambar bahwa Adam manjadi anak didik dari Allah
karena Allah langsung mengajarkan nama-nama benda, kemudian Allah
menantang para malaikat untuk mengemukakan nama-nama benda tersebut.
Ternayata malaikat tidak bisa menyebutkannya, kemudian Allah Menyuruh
23
Ibid., hlm. 147.
24
Ibid., hlm. 148.
25
Ibid.,
16
Adam untuk memberitahu malaikat tentang nama-nama benda yang telah
diketahui atas dasar pengajaran Allah kepadanya. 26
ِ ْقالَياَآد ُمََأ أن ِبئأ ُه أمَ ِبأسأمائِ ِه أمََۖفل َّماَأ أنبأهُ أمَ ِبأسأمائِ ِه أمَقالَأل أمَأقُ ألَلكُ أمَ ِإنِيَأعأل ُمَغيأبَالسَّمَاواَِِو أاْل أ
َِ
َوأعأل ُمَماَت ُ أبد ُونَوماَكُ أنت ُ أمَت أكت ُ ُمون
Ayat ini bisa difahami bahwa Adam mengjarkan nama-nama benda itu kepada
pada malaikat. Dari pemahaman ini, maka kita sebagai manusia harus selalu
belajar sekaligus mengajarkan ilmu kepada sesama. Kita tidak boleh berhenti
sebagai anak didik atau pendidik, suatu saat kita sebagai anak didik dan pada
saat lainnya kita harus menjadi pendidik. Apabila kita perhatikan sabda Nabi
“balligu ‘anni walau aayatan”, maksudnya kalaupun kita memiliki ilmu hanya
satu ayat wajib menyampikan kepada orang lain. M Natsir menegaskan bahwa
kewajiban berdakwah adalah wajib a’in bagi siapapun. Abdurrahman an
Nahlawi menggambarkan sifat pendidik antara lain:
2) Ikhlas
3) Sabar
26
Ibid., hlm. 149.
17
8) Mengajar sesuai dengan perkembangan jiwa anak
10) Adil. 27
27
Ibid., hlm. 150.
18
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan Islam merupakan unsur terpenting bagi manusia untuk
meningkatkan kadar keimananya terhadap Allah SWT, karena orang
semakin banyak mengerti orang tentang dasar-dasar ilmu pendidikan Islam
maka kemungkinan besar mereka akan lebih tahu dan lebih mengerti akan
terciptanya seorang hamba yang beriman. Sumber-sumber dari pendidikan
Islam itu sendiri adalah Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijtihad. Dimana ijtihad
memiliki dua bentuk atau macam yaitu ijma’ dan qiyas. Asas-asas normatif
pendidikan Islam yaitu terdiri dari nilai akidah, nilai ibadah, nilai syariah -
Maqashid al-syar’i (Al-Dharuriyat Al-Khams), nilai-nilai manusia sebagai
Abdullah (hamba Allah), nilai-nilai manusia sebagai khalifatullah serta
nilai-nilai manusia sebagai pendidik dan anak didik. Nilai-nilai normatif ini
tidak boleh dipisahkan dari pengajaran pendidikan Islam, karena akan
membentuk pribadi yang seseorang yang mantap dalam pendidikan.
B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai
bahan bacaan dan rujukan dalam mempelajari dan emnambah pemahaman
mengenai ilmu pendidikan islam, terutama dalam pokok pemebahsan
tentang sumber-sumber pendidikan islam dan asaas normative pendidikan
islam.
19
DAFTAR PUSTAKA
Buseri, Kamrani. 2014. Dasar, Asas dan Prinsip Pendidikan Islam. Banjarmasin:
IAIN Antasari.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada
Media Group.
Nata, Abuddin. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group.
Rasyidin dan Syamsul Nizar. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat
Press.
20
GLOSARIUM
Ayat –ayat Qauliyah : Ayat Allah baerupa ucapan yang difirmankan pada
Muhammad SAW
Illat : Suatu sifat yang ada pada ashal yang sifat itu
menjadi dasar untuk menetapkan hukum ashal serta
mengetahui hukum pada fara’ yang belum ditetapkan
hukumnya.
21
INDEKS
Ayat-ayat Qauliyah 14
Hujah 10
Illat 11
Istinbath 10,11
Komprehensif 14
Nas 6, 11
Ulil Amri 6, 10
22
SINGKATAN
23
TENTANG PENYUSUN
24
DAFTAR NAMA PETUGAS
25