Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Nama : Nur Akny Sulistya Islamy.


Kelas : 8.1.
Absen : 25.

SMP NEGERI 5 KOTA BEKASI

Jl. Raya Seroja No.54, Harapan Jaya, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat
17124
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang
telah memberikan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada
penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
“Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan pada Masa Abbasiyah” ini dengan
baik dan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini penyusun telah banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penyusun
mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Ibu Hj. Ianatul Islamiyah, S.Ag , selaku guru mata pelajaran
yang bersangkutan,
2. Orang tua, yang telah mendukung pembuatan makalah ini,
3. Teman – teman, yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Makalah ini saya sajikan sesuai ketentuan yang telah ditentukan
oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Semoga makalah ini
dapat memebrikan manfaat dalam bahan pembelajaran untuk
kedepannya.
Akhirnya, saran dan kritik dari semua pihak sangat saya
harapkan demi sebuah kesempurnaan dalam pembuatan makalah
kedepannya.
Bekasi, 19 Maret 2019
Penyusun

Nur Akny Sulistya Islamy


DAFTAR ISI

Kata pengantar ...................................................................................... i


Daftar isi ................................................................................................ ii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ....................................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................................... 1
Bab 2 Pembahasan ............................................................................ 2-9
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan ...................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................ 10
Datar pustaka ..................................................................................... 11
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah


satu bukti sejarah peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah
merupakan masa pemerintahan ummat Islam yang memperoleh masa
kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan yang diperoleh
Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan.
Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat bagi
generasi ummat Islam bahwa peradaban ummat Islam itu pernah
memperoleh masa keemasan yang melampaui kesuksesan negara-
negara Eropa. Dengan kita mengetahui bahwa dahulu peradaban ummat
Islam itu diakui oleh seluruh dunia, maka akan memotifasi sekaligus
menjadi ilmu pengetahuan kita mengenai sejarah peradaban ummat
Islam sehingga kita akan mencoba untuk mengulangi masa keemasan itu
kembali nantinya oleh generasi ummat Islam saat ini.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa saja faktor yang menyebabkan Bani Abbas mencapai kemajuan?
2. Apa saja kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam bidang ilmu
pengetahuan pada masa Bani Abbas?
3. Bagaimana pusat – pusat peradaban pada masa Abbasiyah?
4. Bagaimana pengaruh peradaban Islam terhadap dunia barat?

1.3 Tujuan
1. Memenuhi persyaratan untuk melengkapi nilai ketrampilan bab 10 “
Pertumbuhan Ilmu Apengetahuan pada Masa Abbasiyah”.
2. Menjelaskan tumbuhnya peradaban ilmu pengetahuan pada masa
Abbasiyah dan bentuk peradaban hasil riset dari para ahli dan tokoh –
tokohnya.
3. Menjelaskan pusat – pusat peradaban masa Abbasiyah.
4. Menjelaskan pengaruh peradaban Islam terhadap dunia barat.
5. Untuk menambah dan memperluas wawasan.
BAB 2
PEMBAHASAN

Faktor yang Menyebabkan Abbasiyah Mencapai Kemajuan

Apabila ditelusuri sejarah Bani Abbas secara mendalam, sudah tentu


ditemukan beberapa hal sebagai faktor penunjang, sehingga Bani Abbas dapat
mencapai kemajuan yang gemilang, diantaranya :

1. Faktor adanya lembaga pendidikan yang sudah terbentuk dan mulai


berkembang sebelum pemerintahan Bani Abbas, yaitu lembaga pendidikan
yang terdiri dari dua tingkat :
a. Maktab/kuttab dan masjid,
Merupakan suatu lembaga pendidikan terendah yakni tempat
mengajar anak-anak untuk memperkenalkan dasar-dasar bacaan,
hitungan dan tulisan. Juga tempat para remaja mempelajari dasar-dasar
ilmu agama dan bahasa. Lembaga pendidikan ini dikembangkan pada
masa pemerintahan Bani Abbas, yakni khalifah mendirikan lembaga
seperti perpustakaan dan yang terbesar diantaranya adalah Baitul
Hikmah dan Darul Hikmah. Perpustakaan pada masa itu berfungsi
sebagai sebuah universitas, karena perpustakaan ini disamping terdapat
beberapa kitab secara lengkap juga dapat ditempati orang-orang
membaca, menulis dan berdiskusi, bahkan juga berfungsi sebagai
kantor penerjemah terutama karya-karya kedokteran, filsafat,
matematika, kimia, astronomi, dan ilmu-ilmu alam.
b. Tingkat pendalaman,
Yakni tempat bagi siswa atau pelajar yang ingin lebih memperdalam ilmu
pengetahuannya. Tumbuhnya lembaga ini merupakan salah satu titik
awal tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan.

2. Faktor kebijakan Khalifah Bani Abbas yang mengutamakan pembinaan


peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah.
Dengan kebijakan ini berarti khalifah Bani Abbas memprioritaskan
pembangunan dari berbagai sektor yang lebih besar pengaruhnya untuk
mencapai kemajuan dari berbagai bidang.
3. Faktor terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain
yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu
pengetahuan secara efektif dan bernilai guna,
Sehingga memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu
pengetahuan, seperti pengaruh persia baik dalam bidang pemerintahan
maupun terhadap ilmu filsafat dan sastra, pengaruh India dalam bidang
kedokteran, ilmu metafisika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani
melalui terjemahan-terjemahan dalam bidang ilmu terutama filsafat.

4. Faktor gerakan penerjemahan yang berlangsung dalam tiga fase.


Fase pertama dimulai pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mansur
hingga pemerintahan Harun Al-Rasyid. Penerjemahan pada fase ini banyak
dari karya-karya bidang astronomi dan mantik. Fase berikutnya
berlangsung mulai pada masa pemerintahan Khalifah Al-Ma’mun hingga
tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan pada fase ini adalah
bidang filsafat dan kedokteran. Kemudian fase terakhir berlangsung
setelah tahun 300 H. Dan bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin
meluas.

5. Faktor keamanan dan kestabilan negara.


Keamanan dan kestabilan negara adalah salah satu faktor yang dapat
menunjang perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam kaitan ini Daulah
Abbasiyah cukup terjamin keamanannya, karena pada saat itu Bani
Abbasiyah diperintahn oleh Khalifah Harun Al-Rasyid sebagai seorang
penguasa yang paling kuat di dunia pada zamannya. Tidak ada yang
menyamainya dalam hal keluasan wilayah yang diperintahnya. Dan
kekuatan pemerintahannya serta ketinggian kebudayaan begitupula
peradaban yang berkembang di negerinya, bahkan Kota Baghdad sebagai
ibukuta Daulah Abbasiyah tidak ada bandingannya ketika itu. Di sisi lain
perekonomian meningkat, hasil pertanian berlipat ganda dibanding masa
sebelumnya, pertambangan dan sumber-sumber alam semakin
bertambah, bahkan pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid mencapai
tingkat kemakmuran Bani Abbas yang paling tinggi. Pada masa inilah
negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat di dunia dan
tidak ada yang mampu menandinginya.
Kemajuan - Kemajuan yang Dicapai dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
Dengan kebijakan Khalifah Bani Abbas yang lebih mengutamakan
pembentukan dan perkembangan kebudayaan serta pembinaan peradaban
Islam daripada perluasan wilayah, dan memindahkan ibu kota negara
sebagai pusat pemerintahan dari Kota Damaskus yang banyak dipengaruhi
kebudayaan Arab ke Kota Baghdad yang banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan Persia. Pada posisi inilah Khalifah mengadakan konsolidasi dan
penertiban pemerintahan dan mengangkat orang-orang Persia menduduki
jabatan penting dalam pemerintah. Cendekiawan-cendekiawan Persialah
yang mereka pakai sebagai pembesar-pembesar di Istana dan yang terbesar
dan banyak berpengaruh pada mulanya ialah keluarga dari Barmak. Jabatan
Wazir diberikan oleh Al-Mansur kepada Khalid bin Barmak kemudian turun
temurun sampai ke anak dan cucu-cucunya. Keluarga Barmak sebagian yang
berasal dari Balkh (Bactra), yaitu suatu tempat pusat ilmu pengetahuan dan
falsafah Yunani di Persia. Dari sinilah mulai pengaruh orang-orang Persia
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan falsafah Yunani di Baghdad.

Dalam kaitan ini, penulis akan mengemukakan kemajuan-kemajuan ilmu


pengetahuan umum yang dicapai sebagai berikut :

1. Kemajuan dalam bidang filsafat


Pada masa pemerintahan Bani Abbas inilah perhatian kepada ilmu
pengetahuan dan falsafah Yunani memuncak, terutama dizaman Harun Al-
Rasyid dan Al-Ma’mun. Pada saat itu banyak buku-buku filsafat didatangkan
dari Bizantium untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Para
Cendekiawan Islam disamping menguasai ilmu pengetahuan dan falsafah
yang dipelajari dari buku-buku itu, juga mereka memperdalam melalui hasil
penyelidikan di lapangan. Dengan demikian lahirlah ahli-ahli ilmu
pengetahuan dan filosof-filosof Islam yang bukan hanya memiliki sifat
filosof saja tetapi juga ahli dalam ilmu pengetahuan. Adapun tokoh-tokoh
terkenal dalam bidang filsafat, antara lain :
a. Abu Ishak Al-Kindi,
Filosof Arab serta seorang penganut aliran Mu’tazilah yang turut aktif
dalam gerakan penerjemahan. Beliau banyak menulis buku antara lain
dalam bidang filsfat, logika, astronomi kedokteran dan lain-lain.
b. Abu Nasr Al-Faraby (wafat 339 H).
Beliau juga banyak menulis buku-buku filsafat, logika, jiwa kenegaraan,
etika dan interpretasi terhadap filsafat Aritoteles dan sebagian dari
karangan-karangannya itu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Buku-
buku beliau ini masih dipakai di Eropa pada Abad XVII.
c. Ibnu Sina (wafat 1037 H).
Beliau juga banyak mengarang buku tentang filsafat. Bukunya yang
terkenal diantaranya ialah Al-Sifa, yaitu suatu buku ensiklopedia tentang
fisika, metafisika dan matematika yang terdiri atas 18 jilid. Di kawasan
Eropa, Ibnu Sina dengan tafsiran yang dikarangnnya tentang filsafat
Aristoteles lebih dikenal daripada Al-Faraby.

d. Ibnu Bajah (wafat 532 H).


Yaitu Abu Bakar Muhammad Bin Yahya memiliki beberapa karangan yang
cukup bernilai tinggi dalam bidang filsafat.
e. Ibnu Thufail (wafat 581 H).
Yaitu Abu Bakar Bin Abdul Malik Bin Thufail, beliau adalah salah seorang
murid Ibnu Bajah dan termasuk filosof terkenal.
f. Ibnu Rusyd (wafat 595 H).
Beliau sangat terkenal di barat dengan nama Averros dan Ia sangat
berpengaruh di dunia barat dalam bidang filsafat, sehingga di barat
terdapat aliran yang cukup terkenal dengan nama Averroisme. Ia juga
diakui sebagai seorang ahli hukum dan filsafat. Bukunya yang terkenal
sampai sekarang ialah Bidayat Al-Mujtahid yang menyangkut tentang
hukum Islam.

`2. Kemajuan dalam bidang kedokteran


Pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786 – 809) Daulah Abbasiyah
mengalami perkembangan yang sangat pesat termasuk menyangkut bidang
kedokteran. Pada saat ini dibangun sarana dan prasarana seperti rumah sakit,
lembaga pendidikan kedokteran dan farmasi sehingga pada masa itu Baghdad
memiliki tenaga medis (dokter) mencapai jumlah yang cukup banyak yakni
diperkirakan 800 orang dokter. Para tokoh di bidang kedokteran pada masa itu
yang cukup masyhur, antara lain :
a. Al-Razi,
Yang pertama membedakan antara penyakit cacar dengan meales. Al-
Razi di Eropa dikenal dengan nama Rhazes, Ia mengarang buku yang cukup
terkenal tentang cacar dan campak yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin, Inggris dan bahasa-bahasa Eropa lainnya, karena pentingnya buku ini
bagi Eropa, sehingga terjemahan Inggrisnya dicetak 40 kali diantara tahun
1498 dan 1866. Begitu pula bukunya Al-Hawi yang terdiri dari 20 jilid ini
yang membahas berbagai cabang ilmu kedokteran. Pada tahun 1279 buku
ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, dan menjadi buku yang sangat
penting sebagai buku pegangan di Eropa. Bahkan buku ini ditempatkan di
seluruh perpustakan Fakultas kedokteran di Paris, tahun 1395 M. Beliau ini
juga yang pertama menyusun buku mengenai kedokteran anak.

b. Ibnu Sina’ (980 – 1037 M.),


Ia sebagai filosof juga seorang dokter yang telah mengarang sebuah buku
ensiklopedia dalam ilmu kedokteran yang terkenal dengan nama Al-Qanun fi Al-
Tib, telah dicetak berpuluh kali dan diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Buku
ini masih dipakai di Eropa sampai pertengahan kedua dari abad XVII.
c. Abu Ali Al-Hasan Ibn Al-Haythami (Abad X),
Di Eropa dikenal dengan nama Al-Hasen, menekuni bidang optika. Beliau ini
terkenal orang yang menentang pendapat yang mengatakan bahwa mata yang
mengirim cahaya kepada benda yang dilihat. Beliau berpendapat menurut
teorinya yang kemudian ternyata kebenarannya bahwa bendalah yang
mengirim cahaya ke mata dan karena menerima cahaya itu mata melihat benda
yang bersangkutan.

3. Kemajuan dalan bidang astronomi


Dengan adanya gerakan penerjemahan yang digalakkan pada masa
pemerintahan Khalifah Al-Mansyur hingga Pemerintahan Harun Al-Rasyid
membawa pengaruh yang cukup besar dalam perkembangan ilmu
pengetahuan umum terutama di bidang astronomi. Tokoh dalam bidang
astronomi yang terkenal antara lain :
a. Al-Farazi sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe.
b. Al-Fargani yang terkenal di Eropa dengan nama Al-Faragnus. Beliau menulis
ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, oleh
Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis.
c. Abu Ma’syar Al-Falaki (wafat 272 H.)
d. Jabir Batani (wafat 319 H.)
e. Abu Hasan (wafat 352 H.)
f. Rehan Bai Runy (wafat 440 H.)

4. Kemajuan dalam bidang kimia


Perkembangan dalam bidang kimia juga banyak dipengaruhi dari
gerakan penerjemahan pada masa Daulah Abbasiyah. Dalam bidang kimia tokoh
yang terkenal sebagai Bapak kimia adalah Jabir Ibn Hayyan. Beliau berpendapat
bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau
perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu.
5. Kemajuan dalam bidang matematika
Tokoh matematika yang terkenal adalah Muhammad Ibn Musa Al-
Khawarizmi, beliau juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang
menciptakan ilmu Al-Jabar.

Pusat – Pusat Peradaban Masa Bani Abbasiyah


1. Baghdad,
Kota baghdad dibangun oleh khalifah ke-2 al-Mansur tahun 136 H. Tujuan
al-Mansur membangun kota ini ialah untuk seteril dari kelompok syiah maupun
kelompok bani umayyah yang baru saja dikalahkan. Letaknya di tebing sungai
Dajlah. Dari sungai ini jalannya transportsi barang dari India, Sind, Cina, Basrah,
Ahwaz, Wasit, Mausil, Diar bakar dan Diar Rabi’ah. Bagdad dibangun oleh 1000
pekerja dari seluruh wilayah islam diawasi oleh arsitek ahli eropa yang dibayar
dengan harga mahal oleh khalifah al-Mansur.
Di dalam kota Baghdad dibangun berbagai peradaban seperti istana,
masjid, madrasah, kuttab dan perpustakaan, darul khaliah atau perkampungan
khalifah dan fasilitas lainya. Pada masa Harun al-Rasyid kota Baghdad dibangun
menjadi lebih sempurna, dengan fasilitas pendidikan, diantaranya berdiri
Universitas Nizamiyah dan perpustakaan Baitul Hikmah, dilengkapi dengan
fasilitas belajar yang lengkap. Pada akhirnya kota baghdad menjadi kota yang
makmur, maju dan kaya dengan tamadun, ilmu pengetahuan dan kebaikan
serta mendapat perhatian seluruh kaum muslimin dan terkenal di seluruh
dunia. Selanjutnya banyak mahasiswa dari berbagai penjuru dunia datang untuk
belajar di kota Baghdad.
2. Samara ,
Diriwayatkan bahwa, asal kata samara dari bahsa Arab yang artinya siapa
yang melihat pasti menang. Kota ini dibangun di timur sungai Dajlah, sejauh
seratus kilometer dari kota Baghdad. Asalnya dibangun oleh Harun dari sebuah
kota tua, Khalifah Harun menggali sebuah sugai yang dekat dengan istana
namanya Taqul. Selanjutnya Khalifah al-Muktasim juga telah membangun
sebuah istana yang dihadiahkan kepada permaisurinya.
Kota itu dibangun karena kota baghdad semakin sesak dengan penduduk
dan peradaban. Di antara bangunan-bangunan besar yang indah di kota
samarra ialah mahligai Khalifah al-Mutawakkil Khalifah Ke-10 yang diberi nama
mahlighai al-Arus selanjutnya dibangun mahlighai-mahligai Khalifah berikutnya,
al-Mukhtar dan al-Walid.
3. Karkh
Kota karkh dibangun oleh Khalifah al-Mansur dengan tujuan sebagai kota
bayangan bagi Baghdad sebagai kota pusat pemerintahan. Kota Baghdad yang
sudah penuh sesak dengan berbagai bangunan, masjid, istana, madrasah,
makhtab dan bangunan fasilitas pemerintahan lainnya, maka Khalifah al-Mansur
memindahkan pusat-pusat perniagaan dari kota Baghdad ke kota Karkh.
Perniagaan yang dominan adalah perniagaan minyak wangi, tukang-tukuang
besi, tukang-tukang kayu, perniagaan-perniagaan pakaian dan senjata, serta
perniagaan bunga, dan perniagaan alat musik.

4. Anhar (Hasyimiyah)
Kota Anhar adalah kota tua yang dibangun oleh salah seorang raja persia
yang bergelar Heraklius. Pada saat Abbasyiah, maka Khalifah pertama Abu
Abbas Assafah memperbaiki kota ini dan mengganti namanya menjadi kota
Hasyimiyah. Pada saat al-Mansur menjadi Khalifah ke dua, dia merasa tidak
aman, karena pernah mendapat ancaman dari lawan politik, maka Khalifah al-
Mansur merancang untuk mendirikan kota baru yang namanya Baghdad.
Meskipun ibu kota Abbasyiah dipindahkan ke Baghdad di wilayah bekas
kekuasaan Romawi timur yang terkenal dengan Babilonia, akan tetapi
Hasyimiyah tetap menjadi salah satu pusat peradaban islam Abbasiyah. Selama
4 tahun Abu Abbas menjadi Khalifah, kota ini menjadi pusat ibu kota Abbasiyah.
Pada saat perkembangan peradaban Abbasiyah mengalami masa puncak
kejayaan, Hasyimiyah termasuk salah satu pusatnya pengembangan ilmu
pengetahuan.
5. Bukhara dan Samarkand
Dua kota ini terdapat di wilayah paling jauh di wilayah perbatasan dengan
mongol. Sejarah berdiri dua kota ini adalah ketika Iskandar Zurkarnain
diperintahkan agar membatasi hegomoni Mongol mengadakan serangan ke
wilayah lain. Iskandar diutus ke wilayah ini yang sekarang dikenal dengan nama
wilayah Tranxoania dan membangun Bukhara dan Samarkand menjadi pusat
kota bagi komunitas diwilayah ini. Dua kota ini masuk ke wilayah pada masa
Abbasiyah berkuasa. Dua kota ini lahir ulama-ulama seperti Imam Bukhari dan
Imam Samarkandi.
6. Mesir
Mesir sejak dahulu kalah telah berdiri beberapa kota tua yang dalam
sejarah mesir kuno telah kita kenal beberapa kota seperti Alexandria, Fustat,
dan Kahira yang sekarang dikenal dengan nama Kairo. Pada saat wilayah ini di
kuasai Abbasiyah, berdiri beberapa Universitas dan Masjid, Universitas al-Azhar
dan Masjid Quatul.

Pengaruh Peradaban Islam Terhadap Dunia Barat


Ilmu pengetahuan islam masuk dan berkembang di daratan Eropa pada
awalnya di wilayah, Toledo, Cordoba dan sevilla, kemudian mengalir ke negara
Barat lewat para kaum terpelajar Barat. Mereka menerjemahkan karangan
buku-buku dari islam dalam bahasa Barat. Di antara pelajar dari Barat antara
lain :
a. Abolarad Bath.
Berpendidikan Islam dari Toledo kemudian menjadi ahli matematika serta
sebagai filosof inggris yang terkenal.
b. Mazarabes.
Beliau seorang muslim dan mengubah namanya menjadi Petrus Alphonsi supaya
tidak dicurigai, setelah bekerja sebagai dokter di istana Raja Inggris Henri I.
Setelah mendapatkan dukungan dari beberapa pihak, kemudian beliau
membuka perguruan tinggi dan mengajarkan pengetahuan Islam. Ia termasuk
orang yang berjasa menyebarkan Islam di Inggis.
c. Archedeacon Dominico Gundissavi.
Dengan meniru Khalifah Al-Makmun, beliau mendirikan “Bait al-Hikamah”
(Badan penerjemah /House of Wisdom) dari pihak pemerintah kristen di Toledo
yang waktu itu badan tersebut dipimpin oleh Raymond. Disana disalinlah buku-
buku berbahasa arab yang belum terbakar.
d. Ibnu Dawud (seorang muslim dari bangsa Yunani).
Di barat ia terkenal dengan nama Avendeath. Ia menyalin buku-buku berbahasa
Arab ke dalam bahasa latin, tentang Astronomi dan Astrologi.
e. Gerard Cremona.
Lahir di Cremona Itali tahun 1114 M. Kemudian pindah ke Toledo, di sana Ia
menyali buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa latin tentang ilmu Filsafat,
Matematika, dan Kedokteran, semuanya berjumlah 80 buah.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa suasana
tumbuhnya peradaban ilmu pengetahuan masa Abbasiyah
berkembang pesat. Serta keilmuan yang diciptakan oleh khalifah Abu
ja’far dengan menyediakan segala fasilitas penunjang, lembaga
pendidikan dan perustakaan dibangun, tempat-tempat istirahat dan
mukim disediakan oleh siapa saja yang mau belajar ilmu pengetahuan.
Adapun bentuk peradaban hasil riset para ahli dan tokoh-
tokohnya yaitu, ilmu filsafat, kedokteran, matematika, astronomi, seni
ukir, bahasa dan sastra.
Kota-kota di wilayah Abbasiyah yang menjadi pusat-pusat
peradaban masa Bani Abbasiyah yaitu Baghdad, Samarra, karkh,
Anhar (Hasyimiyah), Bukhara, Samarkand, dan Mesir.
Ilmu pengetahuan islam masuk dan berkembang, mempengaruhi
terhadap dunia Baratseperti di wilayah Toledo, Cordoba, dan Sevilla.
Kemudian mengalir ke negara-negara Barat lewat para kaum
terpelajar Barat. Adapun pelajar dari barat yang terpengaruh dengan
perkembangan ilmu pengetahuan islam seperti Abolard Bath.
Berpendidikan Islam dari Toledo kemudian menjadi ahli matematika
serta sebagai filosof inggris yang terkenal.

3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penyusun akan memperbaiki
makalah ini dengan mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah ini. Dan penyusun meminta maaf sebesar-
besarnya jika ada kesalahan dalam bentuk apapun dan dalam
makalah ini
DAFTAR PUSTAKA

Hasjmi, A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: PT.Bulan Bintang. 1997.


Tim Kementrian Agama Republik Indonesia,. Sejarah Kebudayaan Islam
kelas XI. 2015.

Su’ud, Abu. Islamologi. Jakarta: PT Rineka Cipta 2003.

Nasution , Harun. Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid


I. Jakarta: UI-Press. 1985.

[1] A Hasjmi. Sejarah Kebudayaan Islam. ( Jakarta : PT.Bulan Bintang,


1997 ), 210.
[2] Tim Kementrian Agama Republik Indonesia, Sejarah Kebudayaan
Islam kelas XI, (TK : TP, 2015), 66.
[3] Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I,
(Jakarta: UI-Press, 1985), 69.
[4] Ibid., 67.
[5] Abu Su’ud, Islamologi, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 72.
[6] Tim Kementrian Agama Republik Indonesia, Sejarah Kebudayaan
Islam kelas XI, (TK : TP, 2015), 68.
[7] Abu Su’ud, Islamologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 82.
[8] Tim Kementrian Agama Republik Indonesia, Sejarah Kebudayaan
Islam kelas XI, (TK : TP, 2015), 69.
[9] Tim Kementrian Agama Republik Indonesia, Sejarah Kebudayaan
Islam kelas XI, (TK : TP, 2015), 70-72.
[10] Ibid., 72-73.

http://makalahkampus15.blogspot.com/2017/11/makalah-proses-
perkembangan-ilmu.html

Anda mungkin juga menyukai