A. KETENTUAN UMUM
1. Administrasi merupakan segenap penyelenggaraan usaha kerja sama manusia dalam mencapai tujuan tertentu. Untuk
terselenggaranya sistem administrasi yang baik untuk mencapai tujuan, diperlukan suatu proses yang tertib dan tertata rapi.
2. Administrasi dalam pengertian luas maupun sempit, dalam penyelenggaraannya, diwujudkan dalam fungsi-fungsi
administrasi yang terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan
pengawasan (controlling).
B. DASAR PEMIKIRAN
1. Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282;
“…Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Alloh telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis…”
2. Hadits Nabi SAW. :
“Dari Anas bin MAlik RA. Nabi SAW menulis surat, lalu dikatakan kepada beliau: sesungguhnya mereka tidak akan membaca surat
kecuali distempel. Maka beliau mengambil stempel perak yang bertuliskan Muhammad Rasulullah. (HR. Bukhari)
3. Kemajuan Organisasi
Maju dan dinamisnya sebuah organisasi ditandai dengan penerapan manajemen secara baik.
4. Manajemen perkantoran
Salah satu aspek di dalam organisasi yang berfungsi melayani dan memudahkan pelaksanaan tugas-tugas pokok organisasi.
5. Ketatausahaan
Administrasi praktis (ketatausahaan) dan seluruh aspek yang tercakup dalam manajemen perkantoran yang baik dan rapi
merupakan salah satu indikator rapinya organisasi sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu pola yang seragam.
D. PRINSIP ADMINISTRASI
Pengelolaan administrasi di HIMA PERSIS ini harus mempertimbangkan prinsip-prinsip berikut ini :
1. Efektif dan efisien
Peralatan, pendanaan, mekanisme, tempat dan waktu hendaknya menjadi perhatian dalam pengelolaan administrasi ini.
2. Rasional
Hendaknya dijunjung tinggi konsep rasional dan ilmiah dan dihindari kemungkinan-kemungkinan yang dapat menimbulkan
madlarat.
3. Normatif-konvensional
Pengelolaan administrasi ini tidak terlepas dari kaidah umum dan kesepakatan-kesepakatan yang berlaku di HIMA PERSIS.
4. Keseragaman
Demi kerapihan dan keberaturan administrasi, hendaknya ada keseragaman administrasi di setiap level kepemimpinan.
5. Fleksibel
Perubahan dan pengembangan dalam pedoman administrasi dilakukan apabila diperlukan dan diperolehnya kaidah baru yang
dianggap lebih layak atau sesuai dengan kesepakatan baru.
1
E. RUANG LINGKUP PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI
Pedoman Penyelenggaraan Administrasi HIMA PERSIS menata kegiatan-kegiatan yang ada baik yang bersifat rutin maupun
insidentil, agar setiap kegiatan yang diselenggarakan lebih mendekatkan pada pencapaian tujuan. Secara garis besar persoalan yang
ditata itu berkaitan dengan :
1. Keterlibatan seseorang (anggota, pengurus, simpatisan, pejabat, tokoh masyarakat maupun masyarakat pada umumnya) dalam
penyelenggaraan kegiatan di HIMA PERSIS.
2. Prosedur dan etika penyelenggaraan kegiatan di HIMA PERSIS.
3. Tata aturan penggunaan atribut HIMA PERSIS.
Untuk lebih jelas dan lebih memudahkan dalam pelaksanaannya, maka ruang lingkup penyelenggaraan administrasi HIMA
PERSIS ini adalah:
1. Penyelenggara administrasi
2. Penyelenggaraan administrasi kesekretariatan
a. Ketatausahaan/administrasi surat menyurat
b. Tata kearsipan
c. Inventaris dan dokumentasi organisasi
d. Pembuatan laporan
e. Pembuatan term of reference (tor) dan proposal
3. Administrasi keanggotaan
4. Etika permusyawaratan
5. Keprotokoleran
6. Kelengkapan organisasi
a. Kesekretariatan
b. Atribut
BAB II
PENYELENGGARA ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN
Agar administrasi suatu organisasi dapat berjalan dengan baik maka diperlukan kejelasan pihak yang menjadi penanggung jawab
dalam penyelenggaraannya, sehingga fungsinya sebagai upaya penataan kegiatan organisasi dapat dicapai. Untuk itu, penanggung
jawab penyelenggaraan administrasi dalam konteks pengelolaan informasi organisasi adalah SEKRETARIS.
Secara garis besar penyelenggaraan administrasi praktis dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang berkaitan dengan pengelolaan
informasi organisasi dan pengelolaan harta benda milik organisasi. Dalam kaitan ini maka Sekretaris menangani pekerjaan yang
pertama, yaitu pengelolaan informasi organisasi. Sekretaris bertanggung jawab kepada ketua umum dalam pelaksanaan tugasnya.
1. Sekretaris adalah:
a. orang yang dapat dipercaya atau dapat menyimpan rahasia. Seorang sekretaris harus dapat menyimpan rahasia mengingat
sifat pekerjaannya memang rahasia. Jawaban atas pertanyaan yang menyangkut persoalan rahasia harus dapat dihindari
dengan tetap menjaga semangat kerja sama dan efisiensi pelayanan baik terhadap pimpinan maupun organisasi.
b. Seorang pembantu dari seorang kepala yang memberikan pendiktean, menyiapkan surat-surat, menerima tamu-tamu,
memeriksa atau mengingatkan kepalanya mengenai kewajiban lainnya yang berhubungan guna meningkatkan efektifitas dari
kepala itu.
c. Seorang yang memimpin sekretariat suatu lembaga tertentu, yang fungsi, tugas dan wewenangnya lebih luas dari sekretaris
pribadi maupun sekretaris yang hanya mengelola tugas-tugas perkantoran." Dalam kepanitiaan suatu kegiatan juga ada
jabatan sekretaris, yang pada dasarnya memiliki pengertian yang sama hanya berbeda masa dan wilayah kerjanya.
2. Sekretaris berfungsi:
a. Sebagai seorang Manajer, yaitu seorang yang membawahi suatu satuan organisasi yang melakukan pekerjaan pelayanan
dalam bidang informasi.
b. Sebagai pengelola (kolektor sekaligus distributor) informasi organisasi, baik dalam kegiatan sehari-hari yang bersifat
non formal maupun dalam kegiatan formal seperti pada penyelenggaraan rapat-rapat (fungsi formal).
2
c. Sebagai prototipe kader HIMA PERSIS. Karena dengan jabatan sekretaris tersebut, orang di luar HIMA PERSIS akan
menganggap seorang sekretaris HIMA PERSIS (di samping Ketua Umum) sebagai representasi kader HIMA PERSIS secara
keseluruhan (fungsi informal).
3. Sekretaris bertugas:
a. Tugas Rutin
Yaitu tugas-tugas umum yang hampir setiap hari dilaksanakan tanpa menunggu instruksi khusus dari pimpinan atau tugas yang sesuai
dengan pembagian tugas (Job Description) yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tugas-tugas rutin sekretaris itu meliputi:
1) Membuat dan menyampaikan surat organisasi (korespondensi).
2) Menyimpan dan menata arsip organisasi (kearsipan).
3) Memproses dan mengendalikan surat yang diterima organisasi.
4) Menerima dan melayani tamu organisasi.
5) Mewakili organisasi mengunjungi organisasi/lembaga/perorangan yang menjadi relasi.
6) Menerima dan melayani telepon dari organisasi/lembaga/perorangan yang menjadi relasi.
7) Menelepon atau menghubungi langsung organisasi/lembaga/perorangan yang sedang menjalin kerja sama dengan
organisasi.
8) Mengatur jadwal kegiatan organisasi dan pimpinan organisasi.
9) Membantu mempersiapkan pembuatan laporan.
10) Mengingatkan pengurus yang lain akan program kerja yang belum dilaksanakan.
b. Tugas Khusus
Yaitu tugas-tugas yang hanya dilaksanakan oleh sekretaris apabila ada instruksi khusus dari pimpinan atau merupakan hasil
keputusan rapat pengurus.
Tugas khusus sekretaris tersebut meliputi :
1. Mempersiapkan rapat pengurus (memfasilitasi rapat) dan membuat notulen.
2. Mempersiapkan surat-surat untuk kelengkapan perjalanan dinas.
3. Membuat perjanjian-perjanjian dengan pihak-pihak yang menjadi relasi organisasi.
4. Mengolah bahan-bahan pidato yang disampaikan oleh pimpinan organisasi.
c. Tugas Kreatif
Yaitu tugas yang dilakukan atas prakarsa sendiri tanpa diminta, disuruh atau diperintah oleh pimpinan. Tugas ini dilaksanakan dengan
pertimbangan dapat membantu meringankan beban atau memperlancar pekerjaan pimpinan atau pengurus organisasi yang lain.
Tugas kreatif sekretaris tersebut meliputi :
1) Mengumpulkan keterangan yang sekiranya diperlukan oleh pimpinan atau pengurus organisasi yang lain sehingga bila
sewaktu-waktu diperlukan sudah siap. Misalnya makalah, berita atau artikel tentang suatu masalah yang berkaitan dengan
bidang garap organisasi.
2) Membuat perencanaan kerja.
3) Mengontrol efisiensi kerja organisasi.
4) Menyiapkan dan mengelola peralatan kesekretariatan atau ATK (Alat Tulis Kantor).
5) Mencatat nama-nama pembesar/tokoh/Ormas-ormas yang menjadi relasi organisasi dan menyusunnya dengan baik
sehingga bila sewaktu-waktu diperlukan bisa dicari dengan mudah.
6) Mengatur pemberian hadiah-hadiah, kartu ucapan selamat dan lain-lain.
4. Wewenang Sekretaris
Seperti halnya pengurus lain dalam sebuah organisasi (dihapuskan) Sekretaris disamping memiliki fungsi, tugas dan tanggung jawab
juga memiliki wewenang, karena memang seseorang hanya bisa berfungsi dan menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
bila memiliki wewenang yang jelas.
Wewenang sekretaris tersebut meliputi :
a. Keikutsertaan dalam perencanaan organisasi.
b. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan.
c. Memberikan pengarahan kepada pengurus lain berkaitan dengan masalah kesekretariatan.
d. Melakukan koordinasi dalam penyelenggaraan administrasi.
e. Melaksanakan pengawasan masalah administrasi.
f. Melakukan penyempurnaan tata kerja organisasi.
g. Terlibat dalam pekerjaan yang ada dalam organisasi secara keseluruhan (sebagai fasilitator).
3
Di samping senantiasa berhubungan dengan banyak orang, sekretaris HIMA PERSIS juga menjadi prototipe kader HIMA PERSIS.
Maka ia harus dapat menjaga perilakunya sesuai dengan sistem akhlak Islam sehingga segenap tanggung jawabnya bisa ditunaikan
dengan baik sekaligus membangun citra yang baik tentang HIMA PERSIS di mata masyarakat.
2) Komunikatif
Sekretaris sebagai pengelola informasi organisasi harus dapat menjalankan komunikasi yang baik, dengan pihak intern
organisasi maupun ekstern. Kemampuan sekretaris dalam berkomunikasi sangat berpengaruh dalam mendinamisasi kelancaran
organisasi. Persyaratan ini akan semakin dibutuhkan untuk sekretaris suatu kepanitiaan yang kegiatannya sangat dibatasi oleh
waktu, sehingga komunikasi antar elemen kepanitiaan (yang satu sama lain kerjanya saling terkait) harus benar-benar lancar,
keadaan ini dapat menjadi fasilitator yang baik.
3) Mawas Diri/Teliti
Sebagai penanggungjawab dalam pengelolaan informasi organisasi seorang sekretaris harus mawas diri/teliti dan hati-hati dalam
melakukan sesuatu yang berkaitan dengan penyampaian informasi atau dalam proses komunikasi, misalnya ketika berbicara,
mengetik, menulis, membetulkan kesalahan, mengoreksi hasil pekerjaan dan lain-lain.
4) Bersikap Ramah
Dalam konteks pengelolaan informasi organitasi, setiap pengurus memiliki sekaligus memerlukan informasi tertentu, sehingga
setiap pengurus mau tidak mau harus berhubungan dan dihubungi oleh sekretaris. Tukar informasi akan berlangsung efektif bila
hubungan terjalin dengan baik, untuk inilah maka seorang sekretaris harus dapat bersikap ramah dengan setiap orang yang
berhubungan atau dihubunginya.
5) Sabar dan Bijaksana dalam Menghadapi Orang Lain.
Setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda. Demikian pula dengan orang-orang yang harus dihadapi oleh seorang
sekretaris. Karena itu seorang sekretaris harus sabar dan bijaksana dalam menghadapi orang lain. Sabar, yakni dapat
mengendalikan emosinya dalam menghadapi beragam sifat orang (yang kadang menjengkelkan). Bijaksana, dalam arti mampu
menerima keragaman karakter orang-orang tersebut sehingga tidak menuntut setiap orang harus dapat memenuhi standar sikap
tertentu ketika berhadapan dengannya.
6) Simpatik (Berpenampilan Diri yang Baik)
Tidak semua orang dapat berkomunikasi dengan baik, demikian juga dengan orang yang berhubungan dengan sekretaris. Agar
proses komunikasi dapat berjalan baik maka seorang sekretaris harus dapat menunjukkan sikap simpatik agar orang yang sedang
berkomunikasi dengannya dapat mengatasi kecanggungannya.
7) Pandai Bergaul
Seorang sekretaris juga harus pandai bergaul, pandai menyesuaikan diri dengan keadaan di mana ia berada, karena ia
berhubungan tidak hanya dengan orang-orang intern organisasi tapi juga perlu berhubungan dengan pihak-pihak di luar yang
suasana pergaulannya belum tentu sama.
8) Dapat Dipercaya
Sebagai pengelola informasi organisasi, seorang sekretaris harus bisa dipercaya, baik ketika memberi maupun menerima
informasi. Sehingga bila ada informasi yang sifatnya rahasia (tidak boleh diberikan kepada sembarang orang) baik yang
menyangkut organisasi maupun individu pengurus lain, ia dapat dipercaya untuk menjaga kerahasiaannya.
9) Memiliki Daya lngat dan Konsentrasi yang Baik
Agar dapat mengelola informasi organisasi dengan baik, seorang sekretaris harus memiliki daya ingat dan konsentrasi yang baik,
sehingga informasi yang diterimanya dapat dipersepsikan secara benar. Demikian pula ketika harus menyampaikannya kepada
yang membutuhkan.
10) Memiliki Kesetiaan (Loyalitas) terhadap Organisasi
Seorang sekretaris harus memiliki kesetiaan (loyalitas) terhadap organisasi. Karena sekretaris yang paling banyak tahu
informasi tentang organisasinya, termasuk yang sifatnya rahasia atau menyangkut reputasi organisasi. Jika sekretaris tidak
memiliki kesetiaan terhadap organisasi, maka informasi itu dapat diberikan kepada pihak yang tidak menyukai
organisasinya. Hal ini tentu saja bisa membahayakan organisasi.
11) Obyektif
Pengelolaan informasi harus dilakukan secara obyektif, baik ketika menerima maupun menyampaikan informasi. Bila
tidak diiringi sikap obyektif dapat menimbulkan salah interpretasi. Sekalipun informasi itu berkaitan dengan sekretaris
sendiri.
12) Tekun
Mengingat banyaknya tugas yang harus dilakukan secara rutin dan terus menerus, maka seorang sekretaris juga harus tekun, mau
melaksanakan tugasnya secara teratur dan tuntas.
b. Pengetahuan
Untuk menunjang keberhasilan dalam menjalankan tugasnya, seorang sekretaris harus memiliki persyaratan pengetahuan
tertentu, yang bersifat umum maupun khusus (spesialis).
1) Pengetahuan Umum
Pengetahuan umum yang harus dimiliki seorang sekretaris adalah yang berkaitan dengan kemasyarakatan dan kebudayaan.
Dengan pengetahuan yang dimilikinya tersebut akan membuat seorang sekretaris dapat membawa diri dengan baik ketika
melaksanakan tugasnya. Pembawaan diri yang baik ini langsung atau tidak langsung akan mengangkat wibawa organisasi.
Pengetahuan umum tersebut meliputi :
a) Pengetahuan tentang Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
b) Penguasaan salah satu bahasa asing (bahasa internasional) secara lisan maupun tertulis.
c) Pengetahuan tentang sastra (gaya bahasa).
d) Pengetahuan tentang persoalan budaya.
4
e) Pengetahuan tentang tingkah laku manusia.
2) Pengetahuan Khusus
Yang dimaksud dengan pengetahuan khusus ini adalah pengetahuan yang berkaitan dengan persoalan-persoalan dimana seorang
sekretaris bekerja. Apabila bekerja pada perusahaan dagang misalnya, maka dia harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang
pemasaran, penjualan, promosi maupun perikianan. Pengetahuan khusus tersebut meliputi
a) Administrasi sebagai praktek organisasi.
b) Fungsi-fungsi manajemen (planning, organizing, actuating, controlling).
c) Kepemimpinan dalam organisasi.
d) Perorganisasian dan Pembagian Kerja.
e) Teknik Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah.
f) Pendelegasian yang efektif dll.
c. Keterampilan
Yang juga penting untuk dimiliki seorang sekretaris adalah persyaratan ketrampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan praktek yang berkaitan dengan masalah ke sekretariatan, yaitu :
1) Mengetik, baik dengan mesin ketik maupun dengan komputer. Ketrampilan ini mutlak dimiliki, karena pekerjaan
seorang sekretaris tidak dapat dilepaskan dari masalah tulis menulis.
2) Stenografi (menulis cepat). Ketrampilan ini diperlukan ketika seorang sekretaris harus menjadi notulen dalam suatu rapat atau
pertemuan. Jika sekretaris tidak memiliki ketrampilan ini maka akan banyak pembicaraan dalam rapat atau pertemuan tersebut
yang jadi sia-sia karena tidak dapat tercatat, sementara yang mengemukakan pendapat selamanya dapat mengingat apa yang
telah dikemukakannya itu.
3) Pembukuan. Meski sekretaris tidak berurusan dengan pembuatan laporan keuangan, tapi ia perlu memiliki juga
ketrampilan dalam pembukuan agar bisa memahami suatu laporan keuangan.
4) Penyimpanan surat (ilmu kearsipan). Sesuai dengan banyaknya relasi organisasi, akan banyak pula surat yang masuk dan
keluar. Surat yang pernah dikidm atau diterima suatu saat diperiukan lagi untuk suatu keperluan, untuk itu perlu ketrampilan
dalam menyimpan surat (membuat arsip), agar sewaktu-waktu diperiukan surat-surat tersebut dengan cepat dan mudah bisa
didapatkan.
5) Berkorespondensi (Surat Menyurat). Surat menyurat organisasi merupakan salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh
seorang sektetaris.
6) Kecepatan dan Ketangkasan Kerja. Seringkali dalam waktu yang bersamaan ada beberapa pekerjaan sekaligus yang harus
dilaksanakan oleh seorang sekretaris, sehingga seorang sekretaris harus bisa bekeria dengan cepat dan tangkas. Cepat, berarti
mampu menyelesaikan pekerjaan dalam waktu singkat. Tangkas, artinya mampu melakukan beberapa pekerjaan secara
beruntun.
5
Sekretaris harus juga menjaga kepentingan organisasi dan memisahkannya dengan kepentingan pribadi, sehingga harus dihindari
jangan sampai :
1) membicarakan atau membocorkan rahasia organisasi dengan sengaja atau tidak sengaja kepada orang di luar organisasi,
hanya karena yang bersangkutan adalah teman dekat atau kenalannya
2) menggunakan fasilitas yang ada di sekretariat untuk kepentingan pribadinya, kecuali keperluan mendesak dan mendapat
izin penggunaannya.
c. Penghargaan terhadap Orang Lain
Berkaitan dengan sikap penghargaan terhadap orang lain maka sekretaris tidak boleh :
1) Sering terlambat, absen (tidak aktif) dengan alasan yang tidak tepat, hal ini akan mengganggu pekerjaan sesama pengurus
karena mereka akan menunda waktu dimulainya suatu pertemuan/ rapat, mengambil alih pekerjaan, menimbulkan kesan
negatif terhadap sekretaris dan organisasi.
2) Sering memperpanjang waktu yang telah ditetapkan untuk istirahat, makan siang, coffee break, sholat dan lain-lain.
3) Memberikan kritik kepada orang lain dihadapan orang banyak, apalagi mengkritik seorang pemimpin di depan anak
buahnya.
BAB III
PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN
A. KETATAUSAHAAN (ADMINISTRASI SURAT MENYURAT)
1. Pengertian surat
Surat pada hakekatnya adalah hasil penuangan isi hati/ ide/ keinginan/ atau pencurahan hasil pikiran dalam bentuk tulisan
sehingga orang lain dapat memahami dan mengerti.
2. Pelaksanaan surat menyurat
Seluruh pelaksanaan surat menyurat dilaksanakan oleh ketua umum/ketua dan sekertaris umum/ sekertaris.
3. Untuk kepanitiaan, surat ditandatangani oleh ketua umum/ketua lembaga yang membawahinya sebagai bukti mengetahui dan
menyetujuai program/kegiatan.
4. Ketentuan surat menyurat:
a Setiap surat menggunakan kertas folio, dengan margin dan layout 2 cm
b Bentuk surat yang digunakan di lingkungan HIMA PERSIS adalah bentuk surat blok/ American Style modifikasi,
yaitu; bentuk penulisan secara luru, alamat ditulis di sebelah kanan surat sejajar dengan nomor, lampiran dan
perihal. Pergantian alinea ditandai dengan perbedaan spasi, tanggal surat ditulis di bawah..
c Setiap surat yang dikeluarkan harus memakai kop surat organisasi sesuai dengan jenjang kepemimpinan sebagaimana
telah ditentukan.
d Kerangka surat dibuka dengan basmalah dan ditutup dengan semboyan HIMA PERSIS (wa maa yadzdzakkaru illa ulul
albab), selanjutnya diiringi dengan do’a Allahu ya-khudzu biaidiena ilaa maa fiehi khairun lil islaami wal muslimin
dengan bahasa Arab (kalau ada)
e Penomoran surat dilakukan secara berurutan disesuaikan dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. f Setiap surat yang dikeluarkan harus ditandatangani dan distempel di sebelah kiri
surat.
g Susunan surat resmi-umum terdiri dari : (perlu penambahan contoh2 surat di pelampiran)
1. Kop surat
Yaitu kepala surat sebagai identitas dan kedudukan organisasi . Berisikan nama, alamat dan logo organisasi yang
sah.
2. Nomor surat
Untuk tataran lembaga, nomor surat memuat; nomor/ kode tujuan surat/ kode jenis surat/level lembaga/ bulan (dengan
angka romawi)/tahun. Contoh:
6
001/A/Und/PP.HIMA PERSIS/X/2008
Untuk tataran kepanitiaan, nomor surat memuat; nomor/ kode tujuan surat/ kode jenis surat/ kode kepanitiaan/ level
lembaga/ bulan (dengan angka romawi)/ tahun. Contoh:
002/B/Und/Pan.Kabah/PP.HIMA PERSIS/X/2008
Keterangan:
Kode tujuan surat : A = intern
organisasi B = eksternal organisasi
C = internal & eksternal
3. Lampiran, bisa berbentuk lembar ataupun berkas.
4. Hal/perihal, atau disebut dengan istilah “pokok surat”,
Yakni (hal/perihal) yang diorientasikan sebagai inti atau isi singkat surat, biasa disimbolakn dengan
“hal/perihal”, ia tidak perlu panjang, cukup ringkas, jelas dan tepat. Sehingga dengan membaca pokok surat
saja, pembaca/ penerima sudah dapat mengetahu/ mendapat gambaran isi surat
5. Alamat surat.
Alamat surat adalah kepada siapa surat itu ditujukan, bisa ke perorangan atau lembaga Surat yang ditujukan
kepada badan/lembaga, penyebutannya ditujukan kepada pengurus atau pimpinan lembaga. Alamat ditulis di
sebelah kiri sejajar dengan nomor.
6. Basmalah.
7. Pendahuluan (salam pembuka dan paragrap pembuka).
8. Isi surat atau inti surat.
Isi surat adalah inti dari surat yang menggambarkan maksud dan tujuan surat. Isinya pada dasarnya tidak jauh
berbeda dengan sebuah karangan. Penyusunannya memakai sistematika: Pendahuluan, uraian surat, inti surat dan
penutup.
9. Penutup surat.
10. Do’a penutup
11. Tempat; tanggal, bulan dan tahun surat dikeluarkan (tahun masehi dan hijriyah),
12. Nama jabatan pembuat surat, tanda tangan pembuat surat, cap, nama jelas pembuat diiringi dengan NPA
13. Tembusan (bila ada)
4. Jenis surat
a. Surat pengantar (tar)
yaitu surat yang digunakan untu megantarkan sesuatu dengan maksud agar yang menerimanya mengetahui sesuatu yang
diterimanya.
Surat pengantar sering juga disebut sebagai surat jalan. Gunanya antara lain :
❖ Sebagai tanda terima penyerahan barang dari pengirim kepada penerima
❖ Untuk menjamin keamanan selama perjalanan pada waktu barang tersebut diangkut, bila ada pemeriksaan dari
yang berwajib
Surat pengantar memuat :
1. Identitas lembaga yang mengirim
2. Alamat yang dituju/dikirim
3. Perihal ditulis langsung atau berdiri sendiri :SURAT PENGANTAR
4. Nomor surat
5. Daftar isian yang memuat :
● Nomor urut
● Uraian
● Jumlah
● keterangan
6. Tempat,tanggal, bulan dan tahun
7. Pengirim
8. tembusan (jika ada)
7
c. Surat edaran/sirkulir (Ed/Sir)
Yaitu surat pemberitahuan secara tertulis yang ditujukan kepada banyak pihak. Bila sasaran pembancanya banyak sekali,
surat edaran ini sering juga disebut surat sirkulir.
Surat edaran memuat :
1. Identitas lembaga yang mengirim
2. Perihal ditulis langsung atau berdiri sendiri : SURAT EDARAN
3. Nomor surat
4. hal yang diedarkan (mengenai apa surat edaran ini?)
5. isi edaran
6. Tempat, tanggal, bulan dan tahun
7. Pengirim
d. Surat kuasa/ mandat (Kua/man)
yaitu surat yang dibuat untuk memberikan kekuasaan terhadap seseorang yang dapat dipercaya supaya bertindak mewakili
orang yang memberikan kuasa, karena orang yang berkuasa tidak bisa melaksanakannya sendiri.
Surat kuasa/ mandat memuat :
1. Identitas lembaga yang mengirim
2. Perihal ditulis langsung atau berdiri sendiri : SURAT MANDAT
3. Nomor surat
4. Identitas yang diberi kuasa/ mandat
5. Identitas pemberi kuasa/ mandate
6. Pekerjaan yang harus diselesaikan
7. Waktu penyampaian laporan atas hasil kerja yang dilaksanakan
8. Masa berlakunya surat tersebut
9. Tanda tangan pember dan penerima kuasa/mandate
8
3. Nomor surat
4. Isi surat, meliputi ;
● Identitas yang diberi tugas
● Pekerjaan yang harus diselesaikan
● Waktu mulai dan berakhirnya pelaksanaan tugas
● Perlengkapan yang digunakan dalam melaksanakan tugas
5. Tempat, tanggal, bulan dan tahun
6. Tanda tangan pemberi tugas
9
● Tembusan
B. TATA KEARSIPAN
1. Arsip adalah kumpulan data-data penting, bisa berupa surat ataupun catatan-catatan lainnya yang haruis disimpan secara
sistematis, karena mempunyai suatu kemanfaatan apabila dibutuhkan dapat secara cepat ditemukan kembali msudah tersimpan
lama.
2. Macam-macam kearsipan/dokumentasi yang perlu dibukukan: (lampiran contoh baku penulisan/format buku2
administrasi)
a. Pola kebijakan dan Program kerja
b. Buku induk/ daftar anggota
c. Buku daftar hadir
d. Buku agenda surat keluar
e. Buku agenda surat masuk
f. Buku daftar tamu
g. Buku agenda notulen rapat
h. Buku inventarisasi barang
1
c. Tulisan. Tulisan-tulisan bisa dikumpulkan kemudian dibundel/dijilid, bisa menurut penulisnya, subyek tulisan atau
tahun pembuatan.
d. Diktat. Disimpan dalam bentuk buku.
e. Koran dan majalah. Disimpan dalam bentuk kliping dikumpulkan sesuai dengan tema kemudian dibukukan.
f. Buku-buku yang berisikan tentang peristiwa sejarah, pemikiran, biografi yang berkenaan dengan organisasi.
g. Disket/CD, dokumen organisasi yang diproses dengan menggunakan komputer.
h. Kaset, dokumen organisasi yang direkam dalam kaset
i. Video, dokumetasi peristiwa yang diabadikan dengan kamera video.
1
Sistematikanya adalah sebagai berikut :
1) PENDAHULUAN.
Menjelaskan SK Kepengurusan yang masih berlaku dan Hasil Musyawarah Kerja yang menjadi dasar hukum dalam
pelaporan ini.
2) KONDISI PERSONALIA DAN
INSTITUSI. Menjelaskan tentang :
a Kuantitas dan kualitas personalia (jenjang pendidikan, jenjang training, masa aktif dan lain-lain) pengurus institusi yang
bersangkutan,
b Personalia pengurus yang aktif dan tidak aktif (jumlah, nama dan
jabatannya). c Kuantitas dan kualitas institusi kepengurusan yang
dibawahinya.
3) KONDISI MASYARAKAT dalam TERITORIALNYA.
Menjelaskan tentang kondisi masyarakat pada umumnya dan umat Islam pada khususnya di masa sekarang dan prospeknya
di masa mendatang, serta deskripsi singkat tentang sosio politik di wilayah kerja PW HIMA PERSIS yang bersangkutan
yang menjadi sasaran dari aktifitas HIMA PERSIS.
4) PROGRAM KERJA DAN
PELAKSANAANNYA. Menjelaskan
tentang :
a Rincian program kerja yang diamanahkan musyawarah dan penjabarannya telah disepakati dalam Musyawarah Kerja
pengurus.
b Rencana-rencana kegiatan yang telah ditetapkan dalam rapat kerja untuk kurun waktu
berikutnya. c Laporan deskripsi pelaksanaan kegiatan dan penjelasan rencana kegiatan tidak
terlaksana.
d Informasi kegiatan yang sedang dalam proses pelaksanaan.
5) HAMBATAN dan KENDALA.
Menjelaskan hambatan (ekstern) dan kendala (intern) yang dialami dalam pelaksanaan program.
6) HARAPAN dan PENUTUP.
Tindak lanjut yang diharapkan dari institusi yang diberi laporan.
b. Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ), yaitu laporan pengurus yang dibuat pada akhir periode dan di sampaikan
dalam forum musyawarah tertinggi.
Sistematika LPJ adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan
2. Kondisi Obyektif (memuat tentang kondisi yang menjadi latar belakan atau memberikan pengaruh terhadap
proses yang dilaporkan, baik secara internal maupun eksternal)
3. Keputusan Permusyawaratan terdahulu (Ikhtisar yang menjadi landasan hukum proses yang akan dilaporkan)
4. Konsep Dasar Program (penjelasan tentang kebijakan yang dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan/kegagalan
proses yang dilaporkan)
5. Pelaksanaan Program (Langkah – langkah yang dilakukan untuk melksanakan keputusan dan proses yang
dilaporkan serta hal – hal yang tidak dapat dilaksanakan)
6. Problematika yang Dihadapi (berbagai persoalan yang terjadi dalam proses pelaksanaan keputusan/program
sebagai evaluasi untuk diantisipasi di masa mendatang)
7. Saran
8. Penutup
2) Laporan Kepanitiaan, yaitu laporan yang dibuat oleh kepanitiaan yang telah dibentuk untuk menangani suatu kegiatan
tertentu.
A. Laporan Panitia Pengarah (SC: Steering Committee), untuk acara-acara musyawarah, sidang dan rapat pimpinan
diberikan kepada lembaga pembentuknya sebelum pelaksanaan acara. Karena dalam penyelenggaraan acara-acara tersebut,
tugas SC adalah menyiapkan materi pembicaraan yang akan dibahas. Sedangkan untuk acara-acara lain diberikan setelah
usainya pelaksanaan acara. Laporan SC disusun dengan sistematika sebagai berikut:
1). PENDAHULUAN
Menjelaskan fungsi kegiatan yang akan dilaksanakan dari sudut konstitusional dan upaya pencapaian tujuan HIMA PERSIS
serta SK penunjukkan sebagai SC yang menjadi dasar hukum dalam pembuatan laporan ini.
2). RUANG LINGKUP dan DESKRIPSI KERJA SC
Menjelaskan ruang lingkup SC dalam kegiatan tersebut, deskripsi kerja yang telah dilakukan dan hasil
kerjanya. 3). SARAN dan PENUTUP
Untuk acara musyawarah, sidang dan rapat pimpinan memberikan saran tentang langkah-langkah yang perlu dilakukan agar
dalam pelaksanaan kegiatan nanti bisa berjalan dengan baik. Untuk kegiatan lain memberi saran tentang langkah-langkah
yang diperlukan agar kegiatan selanjutnya bisa berjalan dengan baik.
1
Menjelaskan realisasi kegiatan yang dilaksanakan secara deskriptif termasuk laporan
keuangannya. 4). HAMBATAN dan KENDALA.
Menjelaskan hambatan (ekstern) dan kendala (intern) yang ditemui pelaksanaan kegiatan dari tahap perencanaan sampai
pelaporan.
5). SARAN dan PENUTUP.
Memberi saran tentang langkah-langkah yang perlu dilakukan agar kegiatan selanjutnya bisa berhasil dengan baik.
3) Laporan Pemegang Surat Mandat/Surat Tugas, yaitu laporan yang dibuat pemegang surat mandat/ surat tugas. Laporan
pemegang surat mandat sistematikanya adalah sebagai berikut:
1). PENDAHULUAN. Menjelaskan tentang surat mandat yang hendak dilaporkan pelaksanaannya (institusi
kepengurusannya, nomor, tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan yang diikuti).
2). DESKRIPSI PELAKSANAAN. Penjelasan deskriptif kegiatan yang dilaksanakan lengkap dengan urutan acara dan
pihak-pihak yang terlibat.
3). POKOK-POKOK PIKIRAN YANG BERKEMBANG. Pokok-pokok pemikiran yang muncul dan berkembang dalam
kegiatan tersebut yang dipandang perlu untuk ditindaklanjuti oleh institusi pemberi mandat.
4). PERMASALAHAN YANG MUNCUL. Menjelaskan permasalahan yang muncul dalam kegiatan tersebut sejak dari
tahap perencanaan sampai pelaksanaan.
5). SARAN DAN PENUTUP. Memberikan saran tentang langkah-langkah yang perlu dilakukan agar pelaksanaan kegiatan
berikutnya bisa lebih baik.
4) Laporan Permasalahan, yaitu laporan yang dibuat karena adanya suatu permasalahan tertentu yang dipandang dapat
mengganggu misi dan eksistensi HIMA PERSIS. Sistematikanya adalah sebagai berikut:
1). PENDAHULUAN.
Menjelaskan secara singkat kondisi ideal yang seharusnya diwujudkan sesuai dengan misi dan eksistensi HIMA PERSIS,
sebagai kerangka dalam menilai sesuatu yang hendak dilaporkan sebagai suatu permasalahan.
2). PERMASALAHAN YANG DILAPORKAN.
Dalam penyampaian permasalahan ini bisa dilakukan secara kronologis (jika menyangkut peristiwa) atau deskriptif (jika
berkaitan dengan suatu kondisi).
3). HARAPAN TERHADAP PENERIMA LAPORAN.
Berisi tindak lanjut yang diharapkan oleh pembuat laporan dari penerima laporan.
E. PEMBUATAN KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) dan PROPOSAL KEGIATAN (PROJECT
PROPOSAL)
Agar tujuan HIMA PERSIS bisa terwujud maka perlu direncanakan program-program yang selanjutnya dijabarkan dalam berbagai
macam kegiatan. Setiap program dan kegiatan yang dilaksanakan harus dapat saling berkaitan dalam upaya pencapaian tujuan
tersebut. Untuk mengevaluasi sejauh mana suatu program ataupun kegiatan memiliki relevansi dengan upaya pencapaian tujuan
HIMA PERSIS maka sebelum suatu program dilaksanakan perlu dibuat TOR terlebih dahulu sedangkan untuk kegiatan dibuat
proposal.
a). Pengertian
TOR (Term of Reference) atau kerangka konsep suatu program yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu yang secara
sistematis terdiri dari :
(1). Nama Program.
Nama program harus memberikan gambaran secara ringkas dan jelas tentang subyek program. Misalnya : peningkatan kualitas
sumber daya kader HIMA PERSIS, peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja institusi kepengurusan HIMA PERSIS dan lain-lain.
(2). Pendahuluan.
Sebagai pengantar untuk menjelaskan pentingnya suatu program, pendahuluan terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
(a). Latar Belakang. Berisi masalah-masalah yang melatarbelakangi dicanangkannya suatu program, yaitu masalah-masalah yang
hendak dipecahkan dengan program tersebut.
(b). Dasar Pemikiran. Berisi kerangka teori yang menjelaskan relevansi program dengan masalah yang hendak dipecahkan oleh
program tersebut.
(3). Landasan Kegiatan.
Perangkat konstitusi organisasi yang menjadi landasan program tersebut, meliputi:
1
(a). Landasan ldeologis. Kumpulan konsep bersistem yang dijadikan arah dan tujuan kelangsungan hidup. Di HIMA PERSIS yang
dijadikan landasan ideologis adalah Al Quran dan As-Sunnah. Untuk lebih konkritnya dapat disebutkan ayat Al-Qur'an dan Hadits
yang dijadikan landasannya.
(b). Landasan Konstitusional. Produk-produk konstitusi HIMA PERSIS yang memberikan arahan dan pedoman bagi program
organisasi. Di HIMA PERSIS yang dijadikan landasan konstitusional adalah Qaidah Asasi (QA) dan Qaidah Dakhili (QD).
(c). Landasan Operasional. Produk-produk konstitusi HIMA PERSIS yang memberikan arahan dalam operasionalisasi kegiatan
organisasi. Di HIMA PERSIS yang dijadikan landasan operasional adalah Mekanisme Kerja Organisasi (MKO), pola umum
kebijakan organisasi, dan peraturan-peraturan organisasi lainnya.
(4). Tujuan Program.
Menjelaskan tujuan yang hendak dicapai dari program tersebut sehingga jelas relevansi program tersebut dengan pencapaian tujuan
HIMA PERSIS.
(5). Sasaran Program.
Merinci kelompok-kelompok yang menjadi sasaran program tersebut.
(6). Mekanisme Pelaksanaan, yang meliputi:
. Penanggung jawab; Pihak yang bertanggung jawab secara keseluruhan dalam pelaksanaan program tersebut. Dalam hal ini
adalah ketua departemen, sekretaris jenderal/umum atau bendahara.
. Pelaksana Kegiatan; Pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan program tersebut. Dalam hal ini adalah departemen.
. Jenis Kegiatan; Merinci jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan program.
. Pihak yang dilibatkan; Pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan program.
. Jadwal Kegiatan; Berisi penjadwalan dari kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan.
. Rencana Anggaran dan Sumber Dana ; Dijelaskan rencana anggaran dan sumber dananya secara global perkegiatan. Jika merupakan
kerja sama dengan lembaga lain dijelaskan bagaimana prosentase pembiayaannya serta bagaimana penyelesaiannya bila sesuai
pelaksanaan program ada kelebihan atau kekurangan dana.
Proposal adalah data proyek lengkap yang merupakan kumpulan konsep sebagai gambaran sebuah kegiatan yang disusun oleh
organicing committee (OC) sebagai ajuan pelaksanaan terhadap berbagai pihak yang diperlukan.
a. Sistematika proposal tersebut adalah :
1) Identitas organisasi. Memuat nama organisasi penyelenggara beserta alamat kedudukan, nomor kontak yang bisa dihubungi,
dilengkapi dengan Nomor Rekening organisasi.
2) Nama Kegiatan. Nama kegiatan harus bisa memberikan gambaran secara ringkas dan jelas tentang rencana kegiatan. Misalnya,
Seminar Nasional Gerakan Mahasiwa.
3) Pendahuluan. Sebagai pengantar untuk menjelaskan pentingnya suatu kegiatan, pendahuluan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
(a) Latar Belakang. Berisi masalah-masalah yang melatarbelakangi dilaksanakannya suatu kegiatan, yaitu masalah-masalah
yang hendak dipecahkan dengan kegiatan tersebut.
(b) Dasar Pemikiran. Berisi kerangka teori yang menjelaskan relevansi kegiatan dengan masalah yang hendak dipecahkan oleh
kegiatan tersebut.
4) Tujuan dan Target Kegiatan. Menjelaskan tujuan dan target yang hendak dicapai dalam kegiatan.
5) Tema Kegiatan. Penjelasan tentang tema dapat dilihat dalam Keprotokoleran.
6) Sasaran Kegiatan. Menjelaskan pihak-pihak yang terlibat baik sebagai subyek maupun obyek kegiatan.
7) Waktu dan Tempat Pelaksanaan. Menjelaskan hari, tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan.
8) Bentuk Kegiatan/ susunan acara. Misalnya ; diskusi, seminar, dan lain-lain.
9) Pengelola Kegiatan. Mencantumkan susunan kepanitiaan.
10) Rencana Anggaran Dana. Mencantumkan rencana pemasukand an pengeluaran, serta saldo dan rekapitulasi rencana anggaran.
11) Penanggung jawab. Pihak yang bertanggung jawab secara keseluruhan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, yaitu Ketua
Umum/ketua.
12) Penutup
13) Kaki Proposal memuat semboyan HIMA PERSIS dan do’a penutup surat (Allahu Yakhudu bi aidiena ila ma fiehi
khairun lil Islami wa al-muslimin).
b. Pelaksana Kegiatan. Kepanitiaan yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Untuk efiktifitas birokrasi, di
lingkungan HIMA PERSIS yang dimaksud penyelenggara kegiatan adalah Panitia Pengarah (Steering Committee) dan Panitia
Penyelenggara (Organizing Committee).
Steering Committee (SC) adalah sekertaris umum/sekertaris sebagai ketua SC bersama Ketua Departemen terkait sebagai Sekertaris
SC dan Ketua OC sebagai anggota SC yang selanjutnya disebut Eks Officio. SC bertugas membuat Petunjuk penyelenggaraan.
Organizing Committee adalah panitia pelaksana yang ketuanya ditunjuk langsung oleh ketua SC. OC bekerja berdasarkan pada
petunjuk penyelenggaraan yang telah dibuat oleh SC.
c. Rencana Anggaran dan Sumber Dana.
Dijelaskan rencana anggaran secara global perbagian dalam kepanitiaan kegiatan dan asal sumber dananya. Jika merupakan kerja
sama dengan lembaga lain dijelaskan juga bagaimana prosentasenya pembiayaannya dan bagaimana penyelesaiannya bila selesai
kegiatan ada kelebihan atau kekurangan dana.
d. Pembubuhan TOR dan Proposal
Pembubuhan TOR dilakukan setelah selesai disusun dan dibahas dalam Rapat/Musyawarah Kerja dengan mencantumkan tempat
dan tanggal pembubuhan oleh Penanggung jawab program, dalam hal ini adalah ketua departemen
1
Pembuatan proposal dilakukan setelah fiksasi program di kalangan panitia, yang sebelumnya diarahkan oleh sterring comittee
(SC) melalui triple juk (petunjuk umum, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis) dan pedoman kerja yang dikeluarkan oleh tim
formatur atau departemen yang bersangkutan.
Pembubuhan proposal dilakukan setelah dibahas dalam Rapat koordinasi Panitia (OC) dengan diarahkan oleh SC dengan
mencantumkan tempat dan tanggal pembubuhan secara berurutan, yaitu :
1) Sekretaris panitia, seperti halnya pada pembubuhan surat.
2) Ketua panitia, selaku koordinator pelaksana kegiatan.
3) Dibubuhi stempel panitia dengan seperempat bagiannya menyentuh nama dan tanda tangan sekretaris panitia
4) Ketua umum/Ketua, sebagai tanda kegiatan tersebut telah disetujui pengurus.
5) Dibubuhi stempel lembaga dengan seperempat bagiannya menyentuh nama dan tanda tangan ketua umum/Ketua.
1
1
BAB IV
ADMINISTRASI
A. KETENTUAN KEANGGOTAAN
UMUM
Administrasi keanggotaan adalah administrasi yang menyangkut segala aspek keanggotaan HIMA PERSIS. Termasuk dalam hal ini
adalah penetapan dan pengesahan anggota, pendataan, herregistrasi dan pemilikan Kartu Tanda Anggota (KTA).
1
2. Prosedur permohonan KTA HIMA PERSIS
Prosedur pemilikan/permohonan KTA diatur sebagai berikut :
a. Pimpinan Komisariat mengajukan permohonan secara kolektif kepada Pimpinan Pusat HIMA PERSIS
melalui Pimpinan Pimpinan Daerah (PD)
b. Setelah dilakukan peninjauan, Pimpinan Pimpinan Daerah (PD) menyerahkan surat permohonan KTA dari
Pimpinan Komisariat disertai dengan Surat Pengantar Pimpinan Pimpinan Daerah kepada Pimpinan Pusat
HIMA PERSIS
c. Bila suatu daerah belum terdapat Pimpinan Pimpinan Daerah (PD), maka hal tersebut diselenggarakan oleh
Pimpinan di atasnya.
d. Untuk anggota istimewa, anggota kehormatan, pengurus Pimpinan Pimpinan Daerah, Pimpinan Wilayah,
dan Perwakilan Pimpinan Pusat, surat permohonan disampaikan langsung secara kolektif kepada Pimpinan
Pusat.
e. Untuk Pengurus Pimpinan Pusat, dapat mengajukan secara pribadi.
f. Setiap permohonan pembuatan KTA, dilengkapi dengan:
a. Blangko permohonan KTA
b. Pas foto berwarna menghadap ke muka dengan ukuran 2×3 sebanyak 2 lembar.
c. Biaya administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Penyediaan blangko Registrasi Anggota
a. Untuk anggota biasa dan pengurus Pimpinan Komisariat, blangko dibuat dan disediakan oleh Pimpinan Pimpinan
Daerah (PD) yang bersangkutan berdasarkan edaran yang dikeluarkan oleh Pimpinan Pusat menurut kebutuhan
data base yang diperlukan. Bila suatu daerah belum terdapat Pimpinan Pimpinan Daerah (PD), maka hal tersebut
diserlenggrakan oleh Pimpinan diatasnya.
b. Untuk Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Pimpinan Daerah (PD), blangko dibuat oleh tingkat
pimpinan yang bersangkutan berdasarkan edaran yang dikeluarkan oleh Pimpinan Pusat menurut kebutuhan data
base yang diperlukan.
c. Khusus untuk anggota istimewa dan anggota kehormatan, blangko dibuat dan disediakan oleh Pimpinan Pusat.
Buku induk tetap merupakan buku yang berisi data seseorang yang sudah menjadi anggota tetap. Kolom buku tersebut antara lain :
1. Nomor urut
2. Nama
3. Tempat/Tanggal lahir
4. Alamat lengkap dengan nomor kontak dan alamat email
4. Asal Kampus/Daerah
7. Riwayat Pendidikan
8. Riwayat organisasi
8. Keterangan
1
4. Jabatan terakhir (Sebelum Mutasi)
5. Masa jabatan/keanggotaan (Sebelum mutasi)
6. Kota tujuan Mutasi
7. Alamat dan kontak person setelah mutasi
8. Keterangan
(10) Tambahan
Pemberhentian, skorsing anggota HIMA PERSIS, bila terjadi maka yang bersangkutan diberi keterangan ( nomor surat keputusan )
PENOMORAN ANGGOTA
Penomoran keanggotaan di lingkungan HIMA PERSIS dikenal dengan NOMOR POKOK ANGGOTA disingkat NPA. NPA
disela oleh tanda titik yang terdiri dari:
a. Angka pertama dan kedua
Menunjukkan dua angka akhir dari tahun mulai masuk keanggotaan HIMA PERSIS.
b. Angka ketiga, keempat, kelima, dan
keenam Menunjukkan nomor urutan keanggotaan.
Contoh: 08.0357 menunjukkan bahwa dia masuk keanggotaan pada tahun 2008 dengan nomor urut anggota ke-357 dari
keseluruhan jumlah anggota.
HERREGISTRASI (DIHAPUS)
1. Setiap 2 (dua) tahun sekali diadakan pendaftaran ulang ( heregristrasi ) anggota HIMA PERSIS
yaitu dengan penggantian Kartu Anggota lama.
2. Pimpinan Komisariat atau level kepemimpinan di atasnya bertanggung jawab dalam proses Herregistrasi.
BAB V
KEPROTOKOLE
RAN
Kehidupan berorganisasi, selalu akan mengalami acara-acara resmi. Sehingga perlu adanya pengaturan demi terciptanya
suasana yang kondusif dan teratur. Selain sebagai representasi nilai-nilai yang dipegang oleh organisasi, pengaturan
keprotokoleran ini dilakukan untuk menghormati pihak lain baik perorangan maupun lembaga, untuk menciptakan suasana
khidmat, juga sebagai representasi kineria organisasi (keteraturan, kedisiplinan, profesionalitas dll). Untuk itu perlu adanya
semacam pembudayaan dalam ritus-ritus acara resmi di lingkungan HIMA PERSIS. Sesuatu yang tidak tertulis biasanya mudah
dilupakan sehingga perlu dilakukan pembakuan secara tertulis agar dapat diterapkan dalam setiap acara HIMA PERSIS dimana
pun juga.
1. PENENTUAN TEMA
Agar penyelenggaraannya dapat terarah sekaligus memperjelas relevansinya dengan pencapaian tujuan HIMA PERSIS maka dalam
setiap acara perlu diberi tema tertentu. Tema tersebut harus dapat benar-benar mencerminkan pelaksanaan acara bukan hanya sekadar
pelengkap.
Untuk itu tema yang dibuat harus memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Singkat, padat dan jelas. Tema harus singkat artinya cukup dengan satu kalimat saja dengan jumlah kata yang sesedikit
mungkin. Isinya harus padat artinya tiap kata yang digunakan harus benar-benar memberi kontribusi bagi makna kalimat secara
keseluruhan. Jelas artinya setiap kata yang digunakan maupun kalimat secara keseluruhan punya makna yang pasti sehingga
tidak mengundang kesalahan penafsiran.
b. Rasional dan wajar. Tema juga harus rasional antara bentuk acara dengan apa yang dijadikan tema korelasinya dapat diterima
secara rasional. Bunyi tema juga harus wajar, tidak bombastis atau terlalu menggunakan bahasa iklan.
c. Baik dan benar, Bahasa yang digunakan harus baik, artinya kalimat tema terasa cocok untuk dibaca atau di dengar. Benar
berarti mengikuti tata bahasa yang sudah baku.
2. PERSIAPAN TEKNIS
1
Salah Satu faktor penting yang tidak boleh diabaikan dalam penyelenggaraan suatu acara resmi adaiah persiapan yang bersifat teknis,
Karena itu dalam setiap penyelenggaraan acara terlebih dalam melibatkan orang banyak sebaiknya diadakan gladi bersih (peragaan
acara), sehingga sudah diketahui dengan jelas kesiapan masing-masing komponen pendukung acara, dengan demikian tujuan
penyelenggaraan acara sebagaimana yang disebutkan dimuka dapat tercapai. Persiapan teknis tersebut meliputi
a. Penataan ruang dan dekorasi
Dalam penataan ruang dan dekorasi untuk suatu acara resmi tergantung dari jenis acaranya. Secara umum acara resmi yang ada
di HIMA PERSIS adalah:
1. Diskusi, seminar, symposium, workshop, lokakarya, bedah buku, dll
Dalam acara diskusi dan lain-lain beberapa orang pembicara akan tampil sekaligus. Selain itu pembicaraan juga akan berdialog
dengan peserta. Karena itu yang perlu disediakan adalah:
1). Ada podium mimbar untuk pembicara yang mudah dilihat dari segala sudut
ruangan 2). Ada meja tempat moderator dan para pembicara
3). Ada meja untuk pengatur
acara 4). Ada meja untuk
penerima tamu
5). Ada dekorasi, bendera PERSIS, dan bendera HIMA PERSIS.
2. Persidangan
Pada acara persidangan akan terjadi komunikasi antar peserta sidang sehingga tempat untuk peserta sidang harus diatur
sedemikian sehingga memungkinkan mereka saling bertatap muka (misalnya berbentuk U).
Beberapa kelengkapan yang harus diperhatikan untuk
persidangan 1). Ada meja pimpinan sidang
2). Ada podium/ mimbar untuk keperluan tertentu, misalnya penyampaian Laporan pertanggungjawaban dan penyampaian
pandangan peserta.
3). Ada meja persidangan
4). Ada palu sidang, tulisan pimpinan sidang dan identitas peserta sidang (utusan peninjau dari
mana) 5). Ada dekorasi, bendera PERSIS, dan bendera HIMA PERSIS
2
6). Santri Persis, Pelajar dan mahasiswa, yang merupakan lumbung kader dan lahan garapan HIMA PERSIS perlu
diundang dalam setiap acara khususnya yang berkaitan dengan masalah mereka dengan harapan dapat menarik minat untuk
menjadi anggota HIMA PERSIS, atau paling tidak mengundang simpati mereka.
7) Masyarakat umum juga perlu mengetahui kegiatan HIMA PERSIS sehingga untuk acara-acara yang relevan.