Anda di halaman 1dari 2

BAB 2

ERA BARU PENULISAN ILMU

Era penulisan mulai dikembangkan pada abad kedua hijriyah. Dimulai dari penulisan
hadits dengan beragam pembahasan, mencakup pembahasan tentang tafsir Al Qur’an.
Sejumlah ulama mengumpulkan penafsiran yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw, dari
sahabat, dan dari tabi’in. Diantara ulama yang dikenal di bidang penulisan tafsir adalah:

1. Yazid bin Harun As-sulami


2. Syu’bah bin Hajaj
3. Waki’ bin Jarrah
4. Sufyan bin Uyainah
5. Abdurrazaq

Kesemuanya termasuk ahli-ahli hadits. Dengan demikian, kodifikasi tafsir mereka ini
mengumpulkan salah satu bab tafsir. Sayang, tidak ada sedikit pun di antara tulisan
tafsir-tafsir mereka ini yang sampai ke tangan kita. Selanjutnya metode mereka ditiru
sejumlah ulama yang membuat penafsiran lengkap Al Qur’an sesuai urutan ayat. Seperti
itulah permulaan munculnya ilmu tafsir Al Qur’an, yang pada awalnya dengan cara
penukilan melalui tallaqi (penyampaian secara langsung) dan riwayat, lalu ditulis
(dibukukan) sebagai salah satu bab hadits, kemudian ditulis (dibukukan) secara tersendiri
sebagai tafsir Al qur’an, lalu disusul dengan tafsir bil ma’tsur, dan berikutnya tafsir bir
ra’yi.

Selain sebagai ilmu tafsir, riwayat tersebut merupakan salah satu bidang kajian
terkait Al Qur’an yang tidak bisa dikesampingkan oleh seorang mufassir. Setelah itu, Ali
bin Al-Maldini , guru imam Al Bukhari menulis buku di bidang asbabun nuzul, Abu
ubaid menulis buku di bidang nasikh dan mansukh, dan bidang Qira’ah. Ibnu Qutaibah
menulis buku di bidang kerumitan Al-Qur’an. Mereka semua adalah para ulama abad
ketiga hijriyah. Selanjutnya, Muhammad bin Khalaf Al Marzaban menulis buku berjudul
al hawi fi ulumil qur’an. Abu bakar Muhammad bin Qasim Al-anbari menulis buku di
bidang ilmu-ilmu Al qur’an. Abu bakar As sijistani menulis buku dibidang kosa kata
asing Al Qur’an. Muhammad bin Ali Al-adafui menulis buku berjudul al istihgnafi
ulumil qur’an. Mereka semua adalah para ulama abad ke empat hijriah.

Penulisan terus berlanjut, setelah itu Abu Bakar al baqilani menulis buku
kemu’jizatan Al qur’an, Ali bin ibrahim bin sa’id al haufi menulis buku i’rab al qur’an, al
mawardi menulis buku perumpamaan-perumpamaan Al qur’an, izz bin Abdussalam
menulis buku ilmu qira’ah, ibnu qayyim menulis buku sumpah-sumpah al qur’an.
Masing-masing dari karya di atas mencakup salah satu disiplin ilmu al qur’an dan
bahasannya yang berkaitan dengannya. Terkait penyatuan seluruh bahasan terkait ilmu-
ilmu Al qur’an ini syeikh muhammad abdul adhim menyebutkan dalam bukunya
manahilul irfan fi ulumil qur’an. Bahwa beliau menemukan manuskrip karya al-haufi di
darul kutub al misriyyah. Dalam kitabnya yang berjudul al burhan fi ulumil qur’an terdiri
dari 30 jilid. Lima belas jilid diantaranya tidak berurutan, karena penulis membahas ayat-
ayat al qur’an sesuai urutan mushaf, selanjtnya membahas kandungan ilmu Al qur’an
dalam ayat yang dijelaskan, selanjutnya memberikan judul umum untuk ayat tersebut,
selanjutnya penulis menyebutkan ayat yang dimaksud. Setelah menyebutkan ayat penulis
mencantumkan sub-judul ayat tersebut terkait i’rabnya setelah itu membahas ayat tersebut
dari sisi tata bahasa dan disiplin bahasa arab. Setelah ini penulis mencantumkan sub judul
yang berkaitan dengan pemaknaan ayat dan tafsir kemudian dijelaskan dengan dalil
ma’tsur dan mauqul.
Penulis terkadang membahas qira’ah dengan judul terpisah lalu menyebutkan
perkataan tentang qiraah. Dengan metode seperti ini Al-Haufi dinilai sebagai orang
pertama yang membukukan ilmu Al Qur’an, meski ia menulis disiplin ilmu Al Qur’an
dengan metode khusus. Setelah itu di ikuti dengan ibnu al jauzi yang menulis buku
dengan judul fununul afnan fi aja’ibi ulumil qur’an. Berikutnya Badrudin Az zarkasyi
yang menulis kitab al burhan fi ulumil qur’an. Setelah itu jalaludin As suyuthi yang
menulis buku berjudul al itqan fi ulumil qur’an.

Penulisan dibidang ilmu Al Qur’an pada masa kebangkitan modern tidak kalah
dengan bidang-bidang ilmu lain, karena tidak sedikit diantara kalangan yang berkaitan
erat dengan gerakan pemikiran islam yang berorientasi untuk membahas topik-topik Al
Qur’an dengan metode masa kini seperti:

1. Mustafa Shadiq Ar-Rafi’i dengan karyanya i’jazul Qur’an


2. Sayyid Qutuhb dengan karyanya Masyahidul Qiyamah fil Qur’an
3. Syeikh Muhammad Musthafa dengan karyanya Tarjamatul Qur’an
4. Mustafa bisri dengan karyanya Mas’alah Tarjamitl Qur’an
5. Dr. Muhammad Abdullah Darraz dengan karyanya An Naba’ul Adhim
6. Muhammad Jamaludin al Qashimi dengan karyanya Tarsir Mahasinut Ta’wil
7. Syeikh Thahir al Jazairi dengan karyanya at Tibyan fi Ulumil Qur’an
8. Dr. Subhi Shalih dengan karyanya Mabahist fi Ulumil Qur’an

Seluruh bahasan – bahasan ini dikenal disiplin ilmu-ilmu Al qur’an, hingga menjadi
salah satu disiplin ilmu yang dikenal dengan nama yang sama. Al ulum adalah bentuk
jamak dari al ilmu yang berrarti pemahaman dan nalar. Setelah itu dialihkan, dengan
makna beragam permasalahan yang dibahas secara ilmiah. Jadi yang dimaksud ilmu-ilmu
al qur’an adalah salah satu disiplin ilmu yang membahas berbagai topik terkait al qur’an
dari sisi apapun. Disiplin ilmu ini juga disebut sebagai ushul tafsir, pondasi tafsir karena
mencakup bahasan-bahasan yang harus diketahui seorang mufassir sebagai sandaran
dalam menafsirkan al qur’an. 1

1
Syaikh Manna Al Qatthan, Dasar Dasar Ilmu Al Qur’an, Ed. Firman Arifianto, 1st Ed. (Jakarta
Timur: Ummul Qura, 2017), 19.

Anda mungkin juga menyukai