Anda di halaman 1dari 58

Pendidikan Agama Islam

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI NUSANTARA

Afieina Maulida Mulyono | Pendidikan Agama Islam | 30 November 2015


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI VII

BAB I: PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Rumusan Permasalahan 3
D. Uraian Singkat 3

BAB II: PEMBAHASAN 5

A. Asal-usul Masuknya Islam di Nusantara 6


B. Teori Masuknya Islam di Indonesia 12
C. Beberapa Pendapat lain Tentang Awal Masuknya Islam di Indonesia 17
D. Metode-metode Masuknya Islam di Indonesia 19
E. Faktor Pendukung Islam Cepat Berkembang di Indonesia 29
F. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia 30
G. Perkembangan Masuknya Islam di Beberapa Wilayah Indonesia 36
H. Perkembangan Politik Islam di Indonesia 40
I. Pengaruh Islam terhadap Peradaban Bangsa Indonesia 50
J. Hikmah Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia 53

BAB III: PENUTUP 54

A. Kesimpulan 54
B. Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 56

VII
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena

disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa

baru dalam keberislamannya di negara-negara Islam lain, terutama di Timur

Tengah. Islam di Indonesia ternyata mampu berinteraksi dengan budaya lokal,

seperti bentuk masjid dan tata cara yang mengiringi ritual keagamaan. Masjid di

Demak adalah perpaduan dari budaya lokal dengan masjid, begitu pula upacara

sekatenan di Yogyakarta setiap bulan Maulud adalah bagian yang tidak

terpisahkan dari budaya lokal yang terpadu dengan peringatan kelahiran Nabi

Muhammad SAW. Kalau diteliti lebih jauh banyak sekali keunikan dalam

keberislaman di Indonesia. Oleh Azyumardi Azra fenomena tersebut dikatakan

sebagai bentuk akomodasi Islam di Indonesia. Dia membagi Islam dalam

konteks tradisi besar dan tradisi kecil.Tradisi besar adalah yang mengandung

ajaran-ajaran pokok Islam, seperti syahadat, shalat, dan puasa.Disamping tradisi

besar itu, terdapat tradisi kecil yang mengiringinya, seperti membawa obor

ketika malam-malam ganjil setelah tanggal 20 Ramadhan untuk mencari Lailatul

Qadar.Dinamika inilah yang terjadi di Indonesia, sehingga warna keislaman

lebih bervariasi dibandingkan ditempat asalnya.

Ketika Islam datang, sebenarnya kepulauan Nusantara sudah mempunyai

peradaban yang bersumber kebudayaan asli pengaruh dari peradaban Hindu-

1
Budaha dari India, yang penyebaran pengaruhnya tidak merata.Di Jawa telah

mendalam, di Sumatera merupakan lapisan tipis, sedang dipulau-pulau lain

belum terjadi.Walaupun demikikan, Islam dapat cepat menyebar. Hal itu

disebabbkan Islam yang dibawa oleh kaum pedagang maupun para da’i dan

ulama’, bagaimanapun keislaman para da’i dan ulama’ masa awal, mereka semua

menyiarkan suatu rangkaian ajaran dan cara serta gaya hidup yang secara

kualitatif lebih maju dari pada peradaban yang ada. Dalam bidang perenungan

teologi monoteisme dibandingkan teologi politeisme, kehidupan masyarakat

tanpa kasta, juga dalam dalam sufisme Islam lebih maju dan lebih mendasar dari

pada mistik pribumi yang dipengaruhi mistik Hindu-Budha.Demikian pula

dalam pengembangan intelektual dan keseniaan.

Dari sini, pembaca akan diajak untuk memahami tentang sejarah

peradaban Islam di Indonesia serta perkembangan-perkembangannya, baik dari

perkembangan politik, seni budaya, pendidikan, dan khususnya perkembangan

intelektual Islam di Indonesia, meliputi perkembangan fiqih beserta tokohnya,

perkembangan tasawuf dan tarekat, aspek falsafah Islam, perkembangan tafsir

dan al-Qur’an, serta pembaharuan Islam di Indonesia.

B. Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan untuk menambah wawasan

dan pengetahuan mengenai proses perkembangan islam di Indonesia bagi para pembaca.

Disamping itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan informasi kepada para

2
pembaca bahwa kami menjelaskan sejarah perkembangan islam dan perkembangan pada

masa yang akan datangnya.

C. Rumusan Permasalahan
Untuk membicarakan Sejarah Islam di Indonesia mengingat materi yang

sangat luas dan mengingat waktunya yang terbatas maka perkenankan kami

dalam tulisan ini hanya ajan menyampaikan polol-pokok permasahannya yang

meliputi:

1. Kedatangan Islam ke Indonesia dan proses penyebarannya;

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Kesultanan-Kesultanan di Nusantara;

3. Kesimpulan dan Upaya Menumbuhkan Citra Kejayaan Islam

D. Uraian Singkat
Kedatangan dan Penyebaran Islam di Indonesia ada teori yang

berpendapat baru abad ke-13 M yang dikemukakan oleh Snouck Hurgronje dan

lainnya, dan yang berpendapat sudah sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-

7 Masehi yang antara lain dikemukakan W.P. Groeneveldt, Syeikh Muhammad

Naguib Al-Attas, S.Q. Fatimi, Hamka, Uka Tjandrasasmita dll. Masing-masing

golongan membuat argumentasinya. Tetapi bagaimanapun kami berpendapat

yang benar abad ke-1 H atau abad ke-7 M dan langsung dari Arabia (Kami telah

membicarakan kelemahan-kelemahan teori abad ke-13 M dalam Sejarah

Nasional Indonesia III, sejak tahun 1975 dan seterusnya serta dalam berbagai

3
tulisan lainnya. Kedatangan Islam awalnya melalui perdagangan Internasional

dan penyebaran atau penyampaiannya secara lebih mendalam oleh para da’i

dan para wali (Di Jawa Wali Sanga) yang berasal dari luar atau dari Indonesia

sendiri. Waktu kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia melalui beberapa

fase dan yang abad ke-7 M baru di bagian Barat Indonesia saja. Penyebaran Islam

di Indonesia bahkan di wilayah Asia Tenggara berjalan dengan damai sesuai

dengan prinsip-prinsip konsep Islam. Proses Islamisasi melalui berbagai jalur :

perdagangan, pernikahan, memasuki birokrasi, Sufisme, pendidikan

(pesantren), dan kesenian.

4
BAB II
PEMBAHASAN

Penyebaran islam

merupakan salah satu

proses yang sangat

penting dalam sejarah

Indonesia dan juga

paling tidak jelas

sumbernya. Secara

umum ada dua proses yang mungkin telah terjadi. Pertama, penduduk pribumi

mengalami kontak dengan agama islam kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang

asing Asia yang telah memeluk agama islam tinggal secara tetap di suatu wilayah

Indonesia .Ruang ligkup kajian sejarah islam, Indonesai sejak abad 14 sampai abad ke19

yang menjadi perhatian para sejarawan adalah bagaimana proses masuknya islam di

Asia Tenggara termasuk nusantara, darimana asal islam, siapa yang membawa serta

pengaruh yang dihasilkan akibat islamisasi tersebut. Banyak para ahli yang

mengemukakan teori tentang kapan islam datang, dari mana asalnya, serta siapa

pembawa islam tersebut. Berikut adalah beberapa teori yang di kemukakan oleh para

ahli yang menjelaskan tentang darimana, siapa yang membawa, serta bukti yang ada

tentang masuknya islam ke nusantara.

Pijnappel mengemukakan bahwa asal islam adalah dari Gujarat/ Malabar, yang

dibawa oleh Orang-orang yang bermadzhab syafi’i yang berimigarasi dan menetap di

wilayah India. Snouck Hurgronje, menerangkan islam datang ke nusantara pada abad

5
ke-12, yan berasal dari anak benua India, dan di bawa oleh Para pedagang yang sebagai

perantara perdagangan Timur Tengah dengan nusantara datang ke dunia Melayu,

kemudian di susul dengan orang-orang arab yang kebanyakan keturunan Nabi.

Moquette, menerangkan bahwa islam berasal dari Gujarat, yang di bawa oleh Para

pengimpor batu nisan dari gujarat dengan mengimpor batu nisan ini maka orang

nusantara mengambil islam,

A. Asal-usul masuknya Islam di Nusantara


Risalah Islam dilanjutkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. di Jazirah Arab pada

abad ke-7 masehi ketika Nabi Muhammad saw mendapat wahyu dari Allah swt.

Setelah kematian Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam berkembang hingga Samudra

Atlantik dan Asia Tengah di Timur.

Namun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah,

Abbasiyyah, Turki Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman, Kemaharajaan Mughal,

India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang besar di dunia.

Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya muncul dari negeri-negeri

Islam terutama pada Zaman Emas Islam. Karena banyak kerajaan Islam yang

menjadikan dirinya sekolah.

Di abad ke-18 dan 19 masehi, banyak daerah Islam jatuh ke tangan Eropa.

Setelah Perang Dunia I, Kerajaan Ottoman, yaitu kekaisaran Islam terakhir

tumbang. Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan

yang dilewati oleh jalur sutera. Kebanyakkan Bangsa Arab merupakan

6
penyembah berhala dan sebagian merupakan pengikut agama Kristen dan

Yahudi. Mekah adalah tempat suci bagi bangsa Arab ketika itu karana terdapat

berhala-berhala mereka dan Telaga Zamzam dan yang paling penting sekali serta

Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim beserta Ismail.

Nabi Muhammad saw. dilahirkan di Mekah pada Tahun Gajah yaitu 570

masehi. Ia merupakan seorang anak yatim sesudah kedua orang tuanya

meninggal dunia. Muhammad akhirnya dibesarkan oleh pamannya, Abu Thalib.

Muhammad menikah dengan Siti Khadijah dan menjalani kehidupan yang

bahagia. Namun, ketika Nabi Muhammad saw. berusia 40 tahun, beliau

didatangi Malaikat Jibril Sesudah beberapa waktu Muhammad mengajar ajaran

Islam secara tertutup kepada rekan-rekan terdekatnya, yang dikenal sebagai “as-

Sabiqun al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk Islam)” dan

seterusnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah.

Pada tahun 622 masehi, Nabi Muhammad saw dan pengikutnya hijrah ke

Madinah. Peristiwa lain yang terjadi setelah hijrah adalah pembuatan kalender

Hijirah. Penduduk Mekah dan Madinah ikut berperang bersama Nabi

Muhammad saw dengan hasil yang baik walaupun ada di antaranya kaum Islam

yang tewas. Lama kelamaan para muslimin menjadi lebih kuat, dan berhasil

menaklukkan Kota Mekah. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat, seluruh

Jazirah Arab di bawah penguasaan Islam.

Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan,

pendidikan, dll. Tokoh penyebar islam adalah walisongo antara lain; Sunan

7
Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan

Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

(Sumber: wikipedia)

Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun

dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi

ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam

perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata

sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya

tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai

barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam.

Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad.

Mereka membeli hasil bumi dari negeri ini sambil berdakwah.

Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum

secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara,

adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Aceh kerajaan

Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni kerajaan Samudra Pasai. Berita dari

Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692

H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita

dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi yang ketika singgah di

Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab

Syafi’i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di

Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang

8
salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah

binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada

jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari

penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.

Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk

pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M,

penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah

berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran

pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan

politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan

bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon,

serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran,

keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya

Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya

kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti

Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam

mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya

bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai,

tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke

Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan

lil’alamin.

9
Dengan Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya

pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini,

perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin

erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang

sebagian besar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam

Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar

sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani

berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara,

hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17

dan 18 M. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan

oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang

diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah – terutama Belanda –

menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan

perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan

dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam

Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin

beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat

Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang

mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.

Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke

kepulauan nusantara, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk

menguasai nusantara. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk

kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat

10
Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu

daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan

pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan

jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511,

Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk

membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini

gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau

Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran

besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab

Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya,

Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni

Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan

ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.

Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat

jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman

akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang

mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi’i. Sedangkan

pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi

pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti

gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang.

Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih

menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari

kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit

11
melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil

ditumpas dengan taktik yang licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada

Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak

perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia),

Sulu (Filipina), Samudra Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga

perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang

Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku

Umar).

B. Teori Masuknya Islam di Indonesia


Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad

Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah,

terdapat 3 teori yaitu:

- Teori Gujarat,

- Teori Makkah dan

- Teori Persia.

Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu

masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau

pembawa agama Islam ke Nusantara. Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-

teori tersebut, silahkan Anda simak uraian materi berikut ini.

A. Teori Gujarat

12
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan

pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini

adalah:

o Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam

penyebaran Islam di Indonesia.

o Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur

Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.

o Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297

yang bercorak khas Gujarat.

Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan

Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih

memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam

yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari

keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak (

Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak

penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang

menyebarkan ajaran Islam.

B. Teori Makkah

Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap

teori lamayaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam

masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab

(Mesir). Dasar teori ini adalah:

13
o Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat

perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab

sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga

sesuai dengan berita Cina.

o Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh

mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan

Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.

o Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut

berasal dari Mesir.

Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli

yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan

politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke

7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab

sendiri.

C. Teori Persia

Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan

pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan

budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:

o Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein

cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah / Islam Iran.

Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.

Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.

14
o Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran

yaitu Al – Hallaj.

o Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk

tandatanda bunyi Harakat.

o Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.

Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama

salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein

Jayadiningrat.

Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan

kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa

Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami

perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran

Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).

D. Teori China

Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia

(khususnya di Jawa) berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah

berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di

Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah

berbaur dengan penduduk Indonesia—terutama melalui kontak dagang.

Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana

agama ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus

Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang (618-960)

di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan,

15
telah terdapat sejumlah pemukiman Islam. Teori Cina ini bila dilihat dari

beberapa sumber luar negeri (kronik) maupun lokal (babad dan hikayat),

dapat diterima.

Bahkan menurut sejumlah sumber lokat tersebut ditulis bahwa raja

Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan

keturunan Cina. Ibunya disebutkan berasal dari Campa, Cina bagian selatan

(sekarang termasuk Vietnam). Berdasarkan Sajarah Banten dan Hikayat

Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja Demak beserta leluhurnya ditulis

dengan menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban

Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-cu”. Nama-nama seperti “Munggul” dan

“Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dari Mongol, sebuah wilayah di

utara Cina yang berbatasan dengan Rusia.

Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur

Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina di berbagai tempat, terutama

di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang pada abad ke-15 seperti Gresik,

misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama oleh para

pelaut dan pedagang Cina.

Semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan

tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing

teori tersebut. Meminjam istilah Azyumardi Azra, sesungguhnya kedatangan

16
Islam ke Indonesia datang dalam kompleksitas; artinya tidak berasal dari satu

tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu yang bersamaan.

C. Beberapa Pendapat lain Tentang Awal Masuknya Islam di


Indonesia.
Sumber-sumber luar negeri

o Berita Arab

Para pedagang arab telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan sriwijaya

(abad ke 7 M) yang menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah Indonesia

bagian barat termasuk selat malaka pada masa itu.

o Berita Eropa

Berita ini datangnya dari Marco polo. Ketika suatu saat dia ditugaskan untuk

mengantarkan puterinya yang di persembahkan kepada kaisar romawi.

o Berita India

Berita ini menyebutkan bahwa para pedagang india dari Gujarat mempunyai

peranan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan islam di indonesia.

o Berita China

Berita ini berhasil di ketahui melalui catatan dari ma-huan, seorang penulis yang

mengikuti perjalanan laksamana cheng-ho. Ia menyatakan melalui tulisannya

bahwa sejak kira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar islam yang

bertempat tinggal di pantai utara pulau jawa.

17
Sumber dalam negeri

o Penemuan sebuah batu di leran (dekat Gresik).batu bersurat itu memuat

keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti

Makmur

o Makam sultan Malikul Shaleh di Sumatra Utara yang meninggal pada bulan

ramadha tahun 676 H atau tahun 1297 M.

o Makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 M.

Ajaran-ajaran Islam diantaranya yaitu:

1. Islam mengajarkan toleransi terhadap sesama manusia,saling menghormati dan

tolong menolong.

2. Islam mengajarkan bahwa dihadapan Allah, derajat semua manusia sama,

kecuali takwanya.

3. Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih

dan Penyayang dan mengharamkan manusia saling berselisih,

bermusuhan,merusak, dan saling mendengki.

Islam mengajarkan agar manusia menyembah hanya kepada Allah dan tidak

menyekutukannya serta senantiasa setiap saat berbuat baik terhadap sesama

manusia tanpa pilih kasih.

18
D. Metode-Metode Masuknya Islam Di Indonesia

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya islam masuk di

Indonesia dibawa oleh pedagang asing yang singgah di Indonesia sehingga bisa

disimpulkan masuknya islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai atau tanpa

ada penumpahan darah.

Menurut uka tjandrasasmita[4] masuknya islam di Indonesia dilakukan enam

saluran yaitu:

1. Saluran perdagangan

Masuknya pedagang-pedagang asing dikepulauan Indonesia seperti arab. Cina,

Persia dan India merupakan awal mula masuknya islam di Indonesia yaitu bermula

dari bermukimnya para pedagang asing di pesisir jawa yang penduduknya masih

kafir. Hingga akhirnya mereka mampu mendirikan masjid-masjid dan pemukiman-

pemukiman muslim.

2. Saluran perkawinan

Dilihat dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial lebih baik

dari pada pribumi Indonesia sendiri, sehingga tidak sedikit penduduk pribumi yang

tertarik denan para pedagang muslim tersebut khususnya putri-putri raja dan

bangsawan. Proses islamisasi ini dilakukan sebem adanya pernikahan yang

kemudian dilanjutkan dengan proses pernikahan sampai pada akhirnya mereka

mempunyai keturunan dan mampu membuat daerah-daerah atau bahkan kerajaan-

kerajaan islam.

19
Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim

dengan anak bangsawan atau anak raja dan adipati, karena bangsawan, raja, dan

adipati dapat mempercepat proses masuknya islam di Indonesia.

Demikianlah yang terjadi antara raden rahmat atau sunan ampel dengan nyai

manila. Sunan gunung jati dengan putrid kaunganten. Brawijaya dengan putri

campa yang menurunkan raden fatah ( raja pertama demak ).

3. Saluran tasawuf

Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yangb bercampur

dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka

mempunyai kemampuan dan kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka

ada juga yang mengawini putri-putri bangsawan setempat . dengan ilmu tasawufnya

mereka mengajarkan islam kepada pribumi yang mempunyai persamaan dengan

alam pikiran mereka yangb se4belumnya menganut agama hindu, sehingga agama

baru itu mudah dimenerti dan di terima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang

memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia

pra islam itu adalah Hamzah Fansuri di aceh, syeh lemah abang, dan sunan

panggung di jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di Indonesia di abad

ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.

4. Saluran pendidikan

Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang

diselenggaakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Di pesantren

20
atau pondok itu, calon ulama, guru agama, dam kiai mendapat pendidikan agama.

Setelah kelua dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing kemudian

mereka berdakwah ketempat tertentu mengajarkan islam. Misalnya, pesantren yang

didirikan oleh raden rahmat di Ampel Denta Surabaya dan sunan giri di giri.

Keluaran pesantren giri ini banyak yang di undang ke maluku untuk mengajarkan

agama islam.

5. Saluran kesenian

Saluran islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan

wayang. Dikatakan, sunan kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam

mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia

meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat.

Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita mahabarata dan Ramayana,

tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan islam.

Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat islamisasi, seperti sastra ( hikayat, babad,

dan sebagainya ), seni bangunan dan seni ukir.

6. Saluran politik

Di maluku dan sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk islam setelah rajanya

memeluk islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya

islam didaerah ini. Di samping itu, baik di sumatera dan jawa maupun di Indonesia

bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan islam memerangi

21
kerajaan-kerajaan non-islam. Kemenangan kerajaan islam secara politis banyak

menarik penduduk kerajaan bukan islam itu masuk islam.

7. Melalui pengobatan

Pengobatan menjadi salah satu cara para ulama dalam menyebarkan islam

kepada masyarakat Indonesia. Hal ini tidak hanya dilakukan kepada msyarakat

awam pedesaan tetapi juga kepada para bangsawan bahkan raja dan keluarganya.

Beberapa raja dan keluarganya pun masuk Islam setelah diobati oleh para ulama,

yang kemudian diikuti oleh rakyatnya.

8. Saluran Kebudayaan

Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media

kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa.

Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang.Ia

mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan

ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya.Kedua kesenian

tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa

sampai sekarang.Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-

anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.

22
Proses Islamisasi di Nusantara

Menurut Hasan Muarif Ambary ada tiga tahap proses islamisasi di Nusantara.

Pertama, fase kehadiran para pedagang muslim (abad ke-1 sampai ke-4 H). Sejak

permulaan abad Masehi kapal-kapal dagang Arab sudah mulai berlayar ke wilayah

Asia Tenggara. Akan tetapi apakah ada data tentang masuknya penduduk asli ke

dalam Islam? Meskipun ada dugaan bahwa dalam abad ke-1 sampai ke-4 H terdapat

hubungan perkawinan antara pedagang muslim dengan penduduk setempat,

sehingga mereka memeluk agama Islam. Pada abad ke 1-4 H / 7-10 M Jawa tidak

disebut-sebut sebagai tempat persinggahan pedagang. Mengenai adanya makam

Fatimah binti Maimun di Leran Gresik dengan angka tahun 475 H/1082 M bentuk

maesan dan jiratnya menunjukkan pola gaya hias makam dari abad ke-16 M. Fatimi

berpendapat bahwa nisan itu ditulis oleh orang Syiah dan ia bukan seorang muslim

Jawa, tetapi seorang pendatang yang sebelumnya bermukim di timur jauh.

Proses Islamisasi di Sumatera

Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali

menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia

berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat

persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang

menyebarkan Islam.

Adanya berita dari Marcopolo yang mengatakan bahwa ketika ia mengunjungi

Sumatera penduduk Sumatera Utara beragama Hindu kecuali Ferlec yang sudah

23
beragama Islam dan adanya batu nisan kubur di Aceh dengan nama Sultan Al Malik

al-Saleh yang berangka tahun wafat 1297 M menandakan bahwa Islam sudah

tumbuh dan berkembang di wilayah Sumatera. Adapun teori yang mengatakan

Islam masuk Indonesia abad ke-7 M, tidak lebih realitas “masuknya” yang dibawa

oleh para pedagang muslim karena dalam perjalanan pelayaran dagang mereka ke

dan dari Cina selalu singgah

Proses Islamisasi di Jawa

Sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan Islam, di Jawa telah berdiri kerajaan-

kerajaan Hindu dan kerajaan-kerajaan Budha yang cukup kokoh dan tangguh,

bahkan sampai saat ini hasil peradabannya masih dapat disaksikan. Misalnya, candi

Borobudur yang merupakan peninggalan Budha Mahayana dan kelompok candi

Roro Jonggrang di desa Prambanan dan peninggalan-peninggalan lainnya yang

tersebar di Jawa.Setelah agama Islam datang di Jawa dan Kerajaan Majapahit

semakin merosot pengaruhnya di masyarakat, terjadilah pergeseran di bidang

politik.

Menurut Sartono, islamisasi menunjukkan suatu proses yang terjadi cepat,

terutama sebagai hasil dakwah para wali sebagai perintis dan penyebar agama Islam

di Jawa. Di samping kewibawaan rohaniah, para wali juga berpengaruh dalam

bidang politik, bahkan ada yang memegang pemerintahan. Otoritas kharismatis

mereka merupakan ancaman bagi raja-raja Hindu di pedalaman.

24
Persilangan Budaya di Nusantara

Indonesia secara tepat digambarkan Bung Karno sebagai “taman sari

dunia”. Sebagai “negara kepulauan” terbesar di dunia, yang membujur di titik

strategis persilangan antarbenua dan antarsamudera, dengan daya tarik kekayaan

sumberdaya yang berlimpah, Indonesia sejak lama menjadi titik-temu penjelajahan

bahari yang membawa berbagai arus peradaban.

Menurut Denys Lombard (1996: I, 1), “Sungguh tak ada satu pun tempat di

dunia ini—kecuali mungkin Asia Tengah—yang, seperti Nusantara, menjadi

tempat kehadiran hampir semua kebudayaan besar dunia, berdampingan atau

lebur menjadi satu.” Dia melukiskan adanya beberapa ‘nebula sosial-budaya’ yang

secara kuat mempengaruhi peradaban Nusantara (secara khusus Jawa): Indianisasi,

jaringan Asia (Islam dan China), serta arus pembaratan.

Pengaruh Indianisasi (Hindu-Budha) mulai dirasakan pada abad ke-5,

bersama kemunculan dua kerajaan yang terkenal, Kerajaan Mulawarman di

Kalimantan Timur dan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat sebagai pengikut setia

Wisnu, yang kemudian berkembang secara luas dan dalam hingga seribu tahun

kemudian (abad ke-15), terutama di Sumatra, Jawa dan Bali. Struktur konsentris

kosmologi India berpengaruh pada mentalitas orang-orang di wilayah tersebut,

terlebih di Jawa dan Bali, seperti tampak pada cara berfikir dan sistem tata susila,

juga dalam upacara-upacara dan ungkapan seni.

25
Pengaruh Islamisasi mulai dirasakan secara kuat pada abad ke-13, dengan

kemunculan kerajaan-kerajaan Islam awal seperti Kerajaan Samudera-Pasai di

sekitar Aceh. Dari ujung Barat Nusantara, pengaruh Islam secara cepat meluas ke

bagian Timur meresapi wilayah-wilayah yang sebelumnya dipengaruhi Hindu-

Budha, yang akselarasinya dipercepat justru oleh penetrasi kekuatan-kekuatan

Eropa di Nusantara sejak abad ke-16. Kehadiran Islam membawa perubahan penting

dalam pandangan dunia (world view) dan etos masyarakat Nusantara, terutama,

pada mulanya, bagi masyarakat wilayah pesisir. Islam meratakan jalan bagi

modernitas dengan memunculkan masyarakat perkotaan dengan konsepsi

‘kesetaraan’ dalam hubungan antarmanusia, konsepsi ‘pribadi’ (nafs, personne)

yang mengarah pada pertanggungjawaban individu, serta konsepsi waktu (sejarah)

yang ‘linear’, menggantikan konsepsi sejarah yang melingkar (Lombard, 1996: II,

149-242).

Pengaruh China hampir bersamaan dan saling meresapi (osmosis) dengan

pengaruh Islam, yang mulai dirasakan setidaknya sejak abad ke-14 (zaman Dinasti

Ming di China), ketika imigran-imigran baru dari Fujian dan Guangdong tiba di

Nusantara, dan segera membaur ke dalam struktur sosial-budaya yang ada tanpa

hambatan berarti (Coppel, 1983). Kehadiran anasir China berperan penting dalam

memperkenalkan dan mengembangkan teknik produksi berbagai komoditi (gula,

arak dan lain-lain), pemanfaatan laut untuk perikanan, pembudidayaan tiram dan

26
udang, dan pembuatan garam, pengadopsian teknik serta perlengkapan

perdagangan, gaya hidup (arsitektur, perhiasan, hiburan, tontonan, beladiri, dan

romannya), peran sosial-budaya klenteng serta keterlibatan ulama keturunan China

dalam proses Islamisasi (Lombard, 1996: II, 243-337).

Pengaruh pembaratan diperkenalkan oleh kehadiran Portugis pada abad ke-

16, disusul oleh Belanda dan Inggris. Tetapi aktor utamanya tak pelak lagi adalah

Belanda. Sejak kedatangan armada pertama Belanda di bawah pimpinan Cornelis

de Houtman pada 1596, yang disusul oleh operasi ’Serikat Perseroan Hindia

Belanda’ (VOC) sejak 1602, secara berangsur proses pembaratan mulai dirasakan.

Dengan jatuhnya VOC pada tahun 1799, hegemoni atas Hindia diserahkan dari

‘perusahaan-swasta-kolonial’ kepada imperium negara-kolonial. Negara kolonial

Belanda mulai menancapkan pengaruhnya setelah kekuasaan sementara Inggris

selama perang Napoleon (1811-1816).

Sejak itu, sebagian besar kepulauan Nusantara secara berangsur dan

berbeda-beda diintegrasikan ke dalam satu wilayah kekuasaan kolonial, yang

mentransformasikan pusat-pusat kekuasaan yang terpencar ke dalam suatu negara

kesatuan kolonial. Intensifikasi proses pembaratan terjadi selama masa rezim

‘Liberal’ pada paruh kedua abad ke-19 yang dilanjutkan oleh rezim ‘Politik Etis’ pada

awal ke-20 (Latif, 2005).

27
Pengaruh pembaratan membawa mentalitas modern yang telah dibuka oleh

pengaruh Islam menuju perkembangan yang lebih luas dan dalam. Pada bidang

sosial-ekonomi, pengaruh Barat memunculkan sistem perkebunan, perusahaan dan

perbankan modern, pemakaian besi, perkembangan angkutan, khususnya kereta

api, dan pengobatan modern. Pada bidang sosial-politik, pengaruhnya dirasakan

pada modernisasi tata-kelola negara dan masyarakat, klub sosial, organisasi, dan

bahasa politik modern. Pada bidang sosial-budaya, pengaruhnya tampak pada

kehadiran lembaga pendidikan dan penelitian modern, perkembangan tulisan latin,

percetakan dan pers, dan gaya hidup (Lombard, 1996: I).

Sedemikian ramainya penetrasi global silih berganti, sehingga Nusantara

sebagai tempat persilangan jalan (carrefour) tidak pernah sempat berkembang

tanpa gangguan dan pengaruh dari luar. Akan tetapi, seperti dikatakan oleh Denys

Lombard (1996), situasi demikian tidak perlu dipandang sebagai kerugian. Posisi

sebuah negeri pada persilangan jalan, pada titik pertemuan berbagai dunia dan

kebudayaan, jika dikelola secara baik, mungkin dalam evolusi sejarahnya bisa

membawa keuntungan, kalau bukan syarat untuk terjadinya peradaban agung.

28
E. Faktor Pendukung Islam Cepat Berkembang di
Indonesia
Beberapa hal menyebabkan agama Islam terus berkembang pesat di Indonesia

diantaranya sebagai berikut:

o Adanya perkawinan antara pedagang Arab, Persia, dan Gujarat dengan

penduduk Indonesia.

o Adanya sistem pendidikan pondok pesantren.

o Gigihnya para da'i atau mubaligh dalam menyebarluaskan Islam

o Metode penyampaiannya mengena dihati masyarakat, sebab disesuikan

dengan latar belakang kebudayaan yang dimiliki, misalnya: Wayang kulit,

seni bangunan, dan seni karawitan/seni gamelan

Ajaran sederhana, mudah dimengeri dan diterima. Syarat memeluk Islam

mudah, yaitu dengan mengucapkan Kalimat Syahadat. Didalam agama Islam

tidak mengenal sistem kasta. Upacara keagamaan cukup sederhana, tidak

memerlukan banyak biaya. Seiring surutnya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit

memungkinkan tersebarnya agama Islam.

29
F. Kerajaan – kerajaan Islam di Indonesia

Dari berbagai proses tersebut, Indonesia kemudian menjadi negara yang

mayoritas penduduknya beragama Islam. Pada perkembangannya ajaran Islam

disalurkan melalui berbagai kerajaan yang berkembang di Indonesia. Kerajaan

Islam yang pertama ada dan berkembang adalah kerajaan Samudera Pasai,

dengan raja pertamanya yang bernama Sultan Malik al-Saleh (1297 M/696 H).

Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh. Selain Samudera Pasai, di Aceh

juga ada kerajaan Aceh Darussalam, yang berdiri di atas kerajaan Lamuri.

Di Jawa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Demak, yang

dipimpin oleh raja pertamanya, Raden Patah. Kemudian ada pula kerajaan

Pajang yang dipimpinoleh Jaka Tingkir. Kerajaan ini berdiri setelah

meninggalnya sultan Demak tahun 1546 M. Ada pula kerajaan Mataram yang

dipimpin pertamakali oleh Senopati.

Kemudian kerajaan Cirebon yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati.

Selain di Sumatera dan Jawa, kerajaan Islam juga tumbuh di tempat lain di

nusantara, seperti Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Di Kalimantan ada

kerajaan Banjar (Kalimantan Selatan), Kerajaan Kutai (Kalimantan Timur). Di

Sulawesi ada kerajaan Gowa-Tallo, dengan sultan Alauddin (1591-1636) sebagai

raja Islam yang pertama. Selain Gowa-Tallo, di Sulawesi ada kerajaan Bone,

Wajo, Soppeng dan Luwu). Mereka juga menerima Islam pada awal abad 17 M.

30
Sementara itu di Maluku ada kerajaan Ternate yang memeluk Islam sekitar

tahun 1460 dengan pimpinan seorang raja yang bernama Vongi Tidore.

1. Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam yang pertama kali

tercatat sebagai kerajaan Islam di Nusantara. Secara pasti, mengenai awal dan

tahun berdirinya kerajaan ini belum diketahui secara pasti. Akan tetapi menurut

pendapat Hasyimi, berdasarkan naskah tua yang berjudul Izhharul Haq yang

ditulis oleh Al-Tashi dikatakan bahwa sebelum Samudra Pasai berkembang,

sudah ada pusat pemerintahan Islam di Peureula (Perlak) pada pertengahan

abad ke-9. Perlak berkembang sebagai pusat perdagangan, tetapi setelah

keamanannya tidak stabil maka banyak pedagang yang mengalihkan

kegiatannya ke tempat lain yakni ke Pasai, akhirnya Perlak mengalami

kemunduran.

Dengan kemunduran Perlak, maka tampillah seorang penguasa lokal

yang bernama Marah Silu dari Samudra yang berhasil mempersatukan daerah

Samudra dan Pasai. Dan kedua daerah tersebut dijadikan sebuah kerajaan

dengan nama Samudra Pasai.

Kerajaan Samudra Pasai terletak di Kabupaten Lhokseumauwe, Aceh Utara, yang

berbatasan dengan Selat Malaka.

31
2. Kerajaan Demak

Sebelum dikenal dengan nama Demak, daerah tersebut dikenal dengan

nama Bintoro atau Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah

kekuasaan Majapahit. Kadipaten Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah

salah seorang keturunan Raja Brawijaya V (Bhre Kertabumi) yaitu raja Majapahit.

Dengan berkembangnya Islam di Demak, maka Demak dapat berkembang

sebagai kota dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa.

Hal ini dijadikan kesempatan bagi Demak untuk melepaskan diri dengan

melakukan penyerangan terhadap Majapahit. Setelah Majapahit hancur maka

Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dengan rajanya

yaitu Raden Patah. Kerajaan Demak secara geografis terletak di Jawa Tengah

dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai Demak, yang

dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria. (sekarang Laut

Muria sudah merupakan dataran rendah yang dialiri sungai Lusi). Bintoro

sebagai pusat kerajaan Demak terletak antara Bergola dan Jepara, di mana

Bergola adalah pelabuhan yang penting pada masa berlangsungnya kerajaan

Mataram (Wangsa Syailendra), sedangkan Jepara akhirnya berkembang sebagai

pelabuhan yang penting bagi kerajaan Demak.

3. Kerajaan Banten

Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi tentang kerajaan Demak,

bahwa daerah ujung barat pulau Jawa yaitu Banten dan Sunda Kelapa dapat

direbut oleh Demak, di bawah pimpinan Fatahillah. Untuk itu daerah tersebut

32
berada di bawah kekuasaan Demak. Setelah Banten diislamkan oleh Fatahillah

maka daerah Banten diserahkan kepada putranya yang bernama Hasannudin,

sedangkan Fatahillah sendiri menetap di Cirebon, dan lebih menekuni hal

keagamaan. Dengan diberikannya Banten kepada Hasanuddin, maka

Hasanuddin meletakkan dasar-dasar pemerintahan kerajaan Banten dan

mengangkat dirinya sebagai raja pertama, memerintah tahun 1552 – 1570.

Lokasi kerajaan Banten terletak di wilayah Banten sekarang, yaitu di tepi

Timur Selat Sunda sehingga daerahnya strategis dan sangat ramai untuk

perdagangan nasional. Pada masa pemerintahan Hasannudin, Banten dapat

melepaskan diri dari kerajaan Demak, sehingga Banten dapat berkembang cukup

pesat dalam berbagai bidang kehidupan.

4. Kerajaan Mataram

Pada awal perkembangannya kerajaan Mataram adalah daerah kadipaten

yang dikuasai oleh Ki Gede Pamanahan. Daerah tersebut diberikan oleh

Pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yaitu raja Pajang kepada Ki Gede Pamanahan

atas jasanya membantu mengatasi perang saudara di Demak yang menjadi latar

belakang munculnya kerajaan Pajang. Ki Gede Pamanahan memiliki putra

bernama Sutawijaya yang juga mengabdi kepada raja Pajang sebagai komando

pasukan pengawal raja. Setelah Ki Gede Pamanahan meninggal tahun 1575, maka

Sutawijaya menggantikannya sebagai adipati di Kota Gede tersebut. Setelah

pemerintahan Hadiwijaya di Pajang berakhir, maka kembali terjadi perang

33
saudara antara Pangeran Benowo putra Hadiwijaya dengan Arya Pangiri, Bupati

Demak yang merupakan keturunan dari Raden Trenggono.

Akibat dari perang saudara tersebut, maka banyak daerah yang dikuasai

Pajang melepaskan diri, sehingga hal inilah yang mendorong Pangeran Benowo

meminta bantuan kepada Sutawijaya. Atas bantuan Sutawijaya tersebut, maka

perang saudara dapat diatasi dan karena ketidakmampuannya maka secara

sukarela Pangeran Benowo menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya. Dengan

demikian berakhirlah kerajaan Pajang dan sebagai kelanjutannya muncullah

kerajaan Mataram. Lokasi kerajaan Mataram tersebut di Jawa Tengah bagian

Selatan dengan pusatnya di kota Gede yaitu di sekitar kota Yogyakarta sekarang.

5. Kerajaan Gowa-Tallo

Di Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat beberapa kerajaan di antaranya

Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo dan Sidenreng. Masing-masing kerajaan

tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-masing. Salah

satunya adalah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun

1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan

kerajaan Makasar. Nama Makasar sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa

dan sekarang masih digunakan sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan.

Secara geografis, daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis,

karena berada di jalur pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan daerah

Makasar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik yang berasal dari

Indonesia Timur maupun yang berasal dari Indonesia Barat. Dengan posisi

34
strategis tersebut maka kerajaan Makasar berkembang menjadi kerajaan besar

dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.

6. Kerajaan Ternate-Tidore

Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di kepulauan Maluku. Maluku

adalah kepulauan yang terletak di antara Pulau Sulawesi dan Pulau Irian. Jumlah

pulaunya ratusan dan merupakan pulau yang bergunung-gunung serta keadaan

tanahnya subur. Keadaan Maluku yang subur dan diliputi oleh hutan rimba,

maka daerah Maluku terkenal sebagai penghasil rempah seperti cengkeh dan

pala. Cengkeh dan pala merupakan komoditi perdagangan rempah-rempah yang

terkenal pada masa itu, sehingga pada abad 12 ketika permintaan akan rempah-

rempah sangat meningkat, maka masyarakat Maluku mulai mengusahakan

perkebunan dan tidak hanya mengandalkan dari hasil hutan. Perkebunan

cengkeh banyak terdapat di Pulau Buru, Seram dan Ambon. Dalam rangka

mendapatkan rempah-rempah tersebut, banyak pedagangpedagang yang datang

ke Kepulauan Maluku. Salah satunya adalah pedagang Islam dari Jawa Timur.

Dengan demikian melalui jalan dagang tersebut agamaIslam masuk ke Maluku,

khususnya di daerah-daerah perdagangan seperti Hitu di Ambon, Ternate dan

Tidore.

Selain melalui perdagangan, penyebaran Islam di Maluku dilakukan oleh

para Mubaligh (Penceramah) dari Jawa, salah satunya Mubaligh terkenal adalah

Maulana Hussain dari Jawa Timur yang sangat aktif menyebarkan Islam di

maluku sehingga pada abad 15 Islam sudah berkembang pesat di Maluku.

35
Dengan berkembangnya ajaran Islam di Kepulauan Maluku, maka rakyat Maluku

baik dari kalangan atas atau rakyat umum memeluk agama Islam, sebagai

contohnya Raja Ternate yaitu Sultan Marhum, bahkan putra mahkotanya yaitu

Sultan Zaenal Abidin pernah mempelajari Islam di Pesantren Sunan Giri, Gresik,

Jawa Timur sekitar abad 15. Dengan demikian di Maluku banyak berkembang

kerajaan-kerajaan Islam. Dari sekian banyak kerajaan Islam di Maluku, kerajaan

Ternate dan Tidore merupakan dua kerajaan Islam yang cukup menonjol

peranannya, bahkan saling bersaing untuk memperebutkan hegemoni

(pengaruh) politik dan ekonomi di kawasan tersebut.

G. Perkembangan Masuknya Islam di Beberapa Wilayah

Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia berlangsung di beberapa tempat, yaitu

Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Maliku, Irian Jaya, dan Nusa Tenggara.

1. Perkembangan Islam di Sumatera.

Pada pertengahan abad ke-13, di Sumatera telah berdiri kerajaan Islam

Samudera Pasai yang merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia,

kerajaan ini terletak di pesisir timur laut aceh yang sekarang merupakan

wilayah Kabupaten Lhouksumawe. Samudera Pasai adalah sebuah kerajaan

maritim, samudera pasai telah mengadakan hubungan dengan Sultan Delhi

di India pada pelayaran kerajaan Samudra Pasai merupakan pusat studi

agama Islam dan tempat berkumpulnya para ulama dari berbagai negara

Islam.

36
2. Perkembangan Islam di Jawa

Perkembangan di Jawa tidak bisa dipisahkan dari peranan wali, jumlah

wali yang terkenal sampai sekarang adalah sembilan, yang dalam bahasa

dikenal dengan sebutan WALI SONGO. Para wali yang termasuk dalam wali

songo adalah sebagai berikut :

a. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

Maulana malik ibrahim juga dikenal dengan panggilan Maulana Maghribi

atau syekh Magribi, karena berasal dari wilayah Maghribi, Afrika Utara.

Kedatangannya dianggap sebagai permulaan masuknya Islam di Jawa.

Maulana Malik Ibrahim menerapkan metode dakwah yang tepat untuk

menarik simpati masyarakat terhadap Islam.

b. Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Pada awal penyiaran Islam di pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan

masyarakat menganut keyakinan Islam yang murni. Ia tidak setuju

dengan kebiasaan masyarakat Jawa, seperti kenduri, selamatan dan sesaji.

Hal itu terlihat dari persetujuannya ketika Sunan Kalijaga, dalam

ocehannya menarik umat Hindhu dan Budha mengusulkan agar adat

istiadat Jawa itulah yang diberi warna Islam.

c. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)

Dalam menyebarkan agama Islam, ia selalu menyesuaikan diri dengan

kebudayaan masyarakat yang sangat menggemari wayang serta musik

gamelan. Sunan Bonang memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban.

Dalam aktifitasnnya ia mengganti nama dewa dengan nama-nama

malaikat.

37
d. Sunan Giri (Raden Paku atau ‘Ainul Yaqin)

Sunan Giri memulai aktifitas dakwahnya didaerah Giri dan sekitarnya

dengan mendirikan pesantren yang santrinya kebanyakan berasal dari

golongan masyarakat ekonomi lemah. Sunan Giri terkenal sebagai

pendidik yang berjiwa demokratis.

e. Sunan Drajat (Raden Kasim)

Sunan Drajat juga tidak ketinggalan untuk menciptakan tembang jawa

yang sampai saat ini masih digemari masyarakat, yaitu tembang pangkur.

Hal yang paling menonjol dalam dakwah sunan drajat ialah perhatiannya

yang serius pada masalah-masalah sosial, ia selalu menekan bahwa

memberi pertolongan kepada masyarakat umum.

f. Sunan Kalijaga (Raden Said)

Ketika para wali memutuskan untuk menggunakan pendekatan kultural

termasuk pemanfaatan wayang dan gamelan sebagai media dakwah,

orang yang paling berjasa dalam hal ini adalah Sunan Kalijaga. Sunan

Kalijaga mengarang aneka cerita wayang bernafaskan Islam terutama

mengenai etika.

g. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)

Sunan Kudus mengajarkan agama Islam didaerah Kudus dan sekitarnya,

ia mempunyai keahlian khusus dalam ilmu fiqih, urul fiqih, tauhid, hadits,

tafsir dan logika. Oleh karena itu ia mendapat julukan waliyyul ‘ilmi.

Sunan Kudus juga melaksanakan dakwah dengan pendekatan kultural.

38
h. Sunan Muria (Raden Umar Said)

Sunan Muria memusatkan kegiatan dakwahnya di Gunung Muria yang

terletak 18 km sebelah utara kota Kudus. Cara yang ditempuhnya dalam

menyiarkan agama islam adalah dengan mengadakan kursus-kursus bagi

kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat biasa.

i. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Sunan gunung Jati lahir di Mekkah pada tahun 1448. ia mengembangkan

ajaran islam di cirebon, majalengka, kuningan, kawali, sunda kelapa dan

banten sebagai dasar bagi perkembanganislam di Banten.

3. Perkembangan Islam di Sulawesi

Masuknya islam di Sulawesi tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di

Gresik. Hal itu karena Sunan Giri menyelenggarakan pesantren yang banyak

didatangi oleh santri dari luar Jawa, seperti ternate dan hiu. Pada abad ke-16

di sulsel telah berdiri kerajaan hindhu gowa dan tallo. Penduduknya banyak

yang memeluk agama islam karena hubungannya dengan kesultanan

Ternate.

4. Perkembangan Islam di Kalimantan

Pada abad ke-16, islam mulai memasuki kerajaan Sukadana. Dibagian

selatan Kalimantan berdiri kerajaan islam banjar pada sekitar tahun 1526.

Panngeran Suriansyah merupakan tokoh yang amat penting dalam sejarah

islam di Kalimantan. Dalam usaha mengembangkan islam/ Syekh muhamad

arsyad al-Banjari mendirikan pondok pesantren untuk menampung santri

yang datang dari berbagai pelosok Kalimantan. Pada masa berikutnya

39
muncul seorang pahlawan Kalimatan yang sangat berjasa dalam

mengembangkan islam. Ia adalah Sultan Amirudin Khalifatul Mukminin atau

yang lebih dikenal nama pangeran Antasari.

5. Perkembangan Islam di Maluku dan Irian Jaya

Penyebaran islam di Maluku tidak lepas dari jasa para santri Sunan Drajat

yang berasal dari Ternate dan Hitu. Di Maluku ada 4 kerajaan bersaudara

yang berasal dari keturunan yang sama yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan

Jailolo. Raja Tidore masuk islam dan mengganti nama menjadi Sultan

Jamalludin.

Demikian juga raja Jailolo, ia masuk isalm dan mengganti nama menjadi

Sultan Hassanudin. Peran kesultanan Ternate dalam penyebaran islam baru

dimulai pada masa Sultan Zaenal Abidin. Ia juga berhasil mengambangkan

islam ke Maluku dan Irian Jaya bahkan sampai ke Filipina.

H. Perkembangan Politik Islam di Indonesia


1. Sebelum Kemerdekaan

Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau abad ke tujuh

sampai abad ke delapanmasehi. Ini mungkin didasarkan kepada penemuan batu

nisan seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun dileran

dekat Surabaya bertahun 475 H atau 1082 M. Sedang menurut laporan seorang

musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudera Pasai dalam

perjalanannya ke negeri Cina pada tahun 1345 M. Agama islam yang bermahzab

Syafi’I telah mantap disana selama se abad, oleh karena itu berdasarkan bukti ini

40
abad ke XIII di anggap sebagai awal masuknya agama islam ke Indonesia.Daerah

yang pertama-pertama dikunjungi ialah :

o Pesisir Utara pulau Sumatera, yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian

meluas sampai bisa mendirikan kerajaan islam pertama di Samudera Pasai,

Aceh Utara.

o Pesisir Utara pulau Jawa kemudian meluas ke Maluku yang selama beberapa

abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit.

Pada permulaan abad ke XVII dengan masuk islamnya penguasa kerajaan

Mataram, yaitu: Sultan Agung maka kemenangan agama islam hampir meliputi

sebagai besar wilayah Indonesia.Sejak pertengahan abad ke XIX, agama islam di

Indonesia secara bertahap mulai meninggalkan sifat-sifatnya yang Singkretik

(mistik). Setelah banyak orang Indonesia yang mengadakan hubungan dengan

Mekkah dengan cara menunaikan ibadah haji, dan sebagiannya ada yang

bermukim bertahun-tahun lamanya.Adapun tahapan-tahapan “masa” yang

dilalui atau pergerakan sebelum kemerdekaan, yakni :

a. Pada Masa Kesultanan

Daerah yang sedikit sekali disentuh oleh kebudayaan Hindu-Budha

adalah daerah Aceh, Minangkabau di Sumatera Barat dan Banten di Jawa.

Agama islam secara mendalam mempengaruhi kehidupan agama, social dan

politik penganut-penganutnya sehingga di daerah-daerah tersebut agama

islam itu telah menunjukkan dalam bentuk yang lebih murni. Dikerajaan

tersebut agama islam tertanam kuat sampai Indonesia merdeka. Salah satu

41
buktinya yaiut banyaknya nama-nama islam dan peninggalan-peninggalan

yang bernilai keIslaman.

Dikerajaan Banjar dengan masuk islamnya raja banjar. Perkembangan

islam selanjutnya tidak begitu sulit, raja menunjukkan fasilitas dan

kemudahan lainnya yang hasilnya membawa kepada kehidupan masyarakat

Banjar yang benar-benar bersendikan islam. Secara konkrit kehidupan

keagamaan di kerajaan Banjar ini diwujudkan dengan adanya Mufti dan

Qadhi atas jasa Muhammad Arsyad Al-Banjari yang ahli dalam bidang Fiqih

dan Tasawuf.

Islam di Jawa, pada masa pertumbuhannya diwarnai kebudayaan jawa, ia

banyak memberikan kelonggaran pada sistem kepercayaan yang dianut

agama Hindu-Budha. Hal ini memberikan kemudahan dalam islamisasi atau

paling tidak mengurangi kesulitan-kesulitan. Para wali terutama Wali Songo

sangatlah berjasa dalam pengembangan agama islam di pulau Jawa.

Menurut buku Babad Diponegoro yang dikutip Ruslan Abdulgani

dikabarkan bahwa Prabu Kertawijaya penguasa terakhir kerajaan Mojo Pahit,

setelah mendengar penjelasan Sunan Ampel dan sunan Giri, maksud agam

islam dan agama Budha itu sama, hanya cara beribadahnya yang berbeda.

Oleh karena itu ia tidak melarang rakyatnya untuk memeluk agama baru itu

(agama islam), asalkan dilakukan dengan kesadaran, keyakinan, dan tanpa

paksaan atau pun kekerasan.

b. Pada Masa Penjajahan

Dengan datangnya pedagang-pedagang barat ke Indonesia yang berbeda

watak dengan pedagang-pedagang Arab, Persia, dan India yang beragama

42
islam, kaum pedagang barat yang beragama Kristen melakukan misinya

dengan kekerasan terutama dagang teknologi persenjataan mereka yang

lebih ungggul daripada persenjataan Indonesia. Tujuan mereka adalah untuk

menaklukkan kerajaan-kerajaan islam di sepanjang pesisir kepulauan

nusantara. Pada mulanya mereka datang ke Indonesia untuk menjalin

hubungan dagang, karena Indonesia kaya dengan rempah-rempah,

kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut.

Waktu itu kolonial belum berani mencampuri masalah islam, karena

mereka belum mengetahui ajaran islam dan bahasa Arab, juga belum

mengetahui sistem social islam. Pada tahun 1808 pemerintah Belanda

mengeluarkan instruksi kepada para bupati agar urusan agama tidak

diganggu, dan pemuka-pemuka agama dibiarkan untuk memutuskan

perkara-perkara dibidang perkawinan dan kewarisan.

Tahun 1820 dibuatlah Statsblaad untuk mempertegaskan instruksi ini.

Dan pada tahun 1867 campur tangan mereka lebih tampak lagi, dengan

adanya instruksi kepada bupati dan wedana, untuk mengawasi ulama-ulama

agar tidak melakukan apapun yang bertentangan dengan peraturan

Gubernur Jendral. Lalu pada tahun 1882, mereka mengatur lembaga

peradilan agama yang dibatasi hanya menangani perkara-perkara

perkawinan, kewarisan, perwalian, dan perwakafan.

Apalagi setelah kedatangan Snouck Hurgronye yang ditugasi menjadi

penasehat urusan Pribumi dan Arab, pemerintahan Belanda lebih berani

membuat kebijaksanaan mengenai masalah islam di Indonesia, karena

Snouck mempunyai pengalaman dalam penelitian lapangan di negeri Arab,

43
Jawa, dan Aceh. Lalu ia mengemukakan gagasannya yang dikenal dengan

politik islamnya. Dengan politik itu, ia membagi masalah islam dalam tiga

kategori :

o Bidang agama murni atau ibadah

Pemerintahan kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat islam

untuk melaksanakan agamanya sepanjang tidak mengganggu kekuasaan

pemerintah Belanda.

o Bidang sosial kemasyarakatan

Hukum islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan

adapt kebiasaan.

o Bidang politik

Orang islam dilarang membahas hukum islam, baik Al-Qur’an maupun

Sunnah yang menerangkan tentang politik kenegaraan dan ketata

negaraan.

c. Masa Penjajahan Belanda

Pada tahun 1755 VOC berhasil menjadi pemegang hegemoni politik pulau

jawa dengan perjamjian Giyanti, krena itu raja jawa kehilangan kekuasaan

politikntya.Bahkan, kewibawaan raja sangat tergantung pada VOC. Campur

tangan colonial trehadap khidupan keratin makin meluas, sehungga ulama-

ulama keratin sebagai penasihat raja-raja tersingkir.Rakyat kehilangan

kepimpinannya, sementra pengusaan colonial sangat menghimpit kehidupan

mereka.Eksploitasi hasil bumi rakat untuk kepentingan pemerintah colonial

belanda merajalela, penggusuran dan perampasantanah milik rakyat untuk

kepentingan pemerintaj sangat galakkan. Raja-raja tradisional jarang

44
membantu rakyat, bahkan setelah mendapatkan gaji mereka memihak

kepada tuannya (belanda).Rakyat ketakutan dan kesulitan menghadapi

penindasan.Ini terjadi sampai abad ke-14. Dalam kondisi ni rakyat mencrai

pemimpin nonformal (para ulama, kyai, atau bangsawan) yang masih

memerhatikan mereka. Pusat kekuatan politik berpindah dari istana ke luar,

salah satunya kepesantren-pesantren yang kemudian menjadi basis

perlawanan.

Dalam kondosi seperti itu rakyat bergabung kepada pemimoin nonformal

para kyai, ulama’, dan bangsawan yang menggalang rakyat untuk melawan

dan berjuang atas nam agama.Terjadilah Perang Padri (1821-1837), dipelopori

Imam Binjol dibantu delapan ulama’ yang bergelar Harimau Nan Salapan,

Perang Acewh (1873-1904) dipimpinpanglima Polim yanmg diduklung poara

ulama’, haji dan Muslim Aceh. Meskipun perang ini kalah, tetapi islam makin

berkmbang ke pedalaman dibawah bimbingan sisa-sisa pemimpin yang

menyingkir dari kerajaan Belanda, seperti sisa-sisa tentara Perang Padri di

pedalaman tanah Batak menjadikan sebagian suku Batak memeluk Islam.

d. Masa Penjajahan Jepang

Sebagai penjajah, jepang jauh lebih kejam dari pada Belanda.Jepang

merampas semua harta milik rakyat untuk kepentungan perang, sehingga

rakyat matyi kelaparan.Untuk menymbung hidup, rakyat makan pisang

muda atau hatinya batang pisang, sedangkan untuk baju rakyat memakai

goni. Rakyat dicekam ketakutan kepada jepang yang kempeitei (polisi

rahasia)nya terkenal sangat ganas.

45
Jika pada masa belanda ada istilah “kerja rodi”, maka dizaman menjadi

“romusha”. Jika kerja rodi masih bekerja (paksa) dikampung sendiri, maka

romushadikirim jauh sampai kepedalaman Burma dan Thailand (Muang

Thai) untuk membangun jalur kereta api yang menghubungkan Birma-

Bangkok melalui Konbury.

Islam akan dihapus dan akan diganti dengan agama Shinto. Oleh karena

itu, bahasa dan aksara Arab dilarang. Walaupun nanti larangan itu dicabut

ketika jepang sudah kepepet hamper kalah. Perintah ber-seikeirei

(membungkuk seperti ruku’ dalam shalat kea rah matahari terbit di Timur

kea rah Tenno Heika karena ia dianggap keturunan Dewa Matahari

Amaterasu Omikami – Tuhan jagad raya yang mengaruniai kepada ras

Yamato) dianggap sebagai suatu paksaan untuk berbuat syirik. Dilihat darui

itu jepang sebenarnya lebih kafir dari pada Belanda, karena belanda masih

tergolong kafir kitabi. Jepang mempunyai tujuan untuk me-Nippo-kan

Indonesia. Kalau belanda menjadikan indobnesia Inlander (penduduk kelas

dua), jepang ingin menghilangkan kebangsaan Indonesia menjadi Nippon.

Untuk mempercepat usaha itu segala cara ditempuh, yaitu dengan cara-cara

sebagai berikut:

o Membersihkan kebudayaan Barat, kebudayaan Islam diganti drngan

kebudayaan jepang.

o Mengubah system pendidikan

o Membentuk barisan pemuda

o Memobilisasi pemimpin Islam

46
o Membentuk organisasi baru. diantaranya aldalah Shumubu.

2. Politik Islam Masa Kemerdekaan


a. Masa Revolusi

Keadan perang asia timur berkembang sangat cepat. Russia menyusul

mengumumkan perang kepada jepang, sehingga jepang mengalami kekalahan

demi kekalahan. Pada tanggal 6 agustus 1945 hirosima dibom. Tanggal 7 Agustus

1945 pemerintah Jepang membentuk PPKI (panitia persiapan kemerdekaan

Indonesia). Soekarno, Hatta, dan Dr. Radjiman diundang menemui Marsekal

Terauchi di Dalai (Vietnam). Tanggal 8 agustus 1945 Mansuria diduduki Russia.

Tanggal 9 agustus 1945 Nagasaki dibom. Dalam pertemuan dengan Terauchi itu

soekarno, hatta, dan Dr. radjiman mendapat jaminan bahwa kemerdekaan

Indonesia tak menjadi maslah lagi, waktumnya terserah mereka. Jepang akan

membantu kapan saja Indonesia siap. Ketika soekarno dan kawan-kawan sampai

di Saigon, mereka mendenagr tentang perkembangan perang, maka hatta

menyadari bahwa kekalahan jepang hanya tinggal mmenunggu

waktu.Sekembalinya kje Indonesia, syahrirmenemui hatta dan mendesdak

soekarno untuk mengumumkan kemerdekaan Indonesia tanpa PPKI yang

dibentuk Jepang.Namun usulan syahrir tidak dapat diterima soekarno.Soekarno-

hatta mencari kepastian apakah betul jepang telah menyerah, laksamana maeda

tidak dapat menjawab karena belum ada intruksi daro Tokyo. Karena itu hatta

meminta soebardjo untuki mempersiapkan rapat PPKI yang akan diadakan

tanggal 16 agustus 1945. Tanggal 15 agustus 1945 soebardjo dating kerumah hatta

yang sedang membuat teks proklamasi.Soebardjo dan hatta kemudian pergi

47
kerumah soekarno, disana ada beberapa pemuda yang memaksa soekarno

mengumumkan kemerdekaan malam itu juga melalui radio. Karena soekarno

menolak, Wikana (juru bicara pemuda) mengancam bahwa darah akan mengalir

jika proklamasi tidak diumumkan, tetapi soekarno tetap menolak.

Ketika Soekarno tetap menolak para pemuda kecewa, tetapi mereka sadar

tanpa Soekarno-hatta mereka tidaj sanggup melancarkan revolusi.Oleh karena

itu, akhirnya Soekarno-hatta diculik.Saat mereka baru saja selesai makan sahur

tanggal 16 agustus 1945, dibawah pimpinan Soekarno, mereka dibawa ke

Rengasdengklok. Di Jakarta, ketidakhadiran Soekarno-hatta yang mengundang

rapat PPKI menimbulkan kekhawatuiran. Namun, rupanya barisan peta

(pemuda) tidak kompak sehingga yang semula merencanakan revolusi tidak

terjadi.Akhirnya, salah seorang anggota peta menceritakan kepada soebardjo

dan bersedia mengantar Soekarno-hatta ke Jakarta.

Soekarno-hatta diminta menemui Jenderal Nashimura yang dihadiri

laksamana Maeda. Nashimura mengatakan bahwa ia tidak bertanggung jawab

lagi karena panglima yang kalah perang. Oleh karena itu, akhirnya Soekarno-

hatta membuat teks proklamasi yang disetuji oleh PPKI. Pada subuh jam 3 pagi

17 agustus 1945 teks proklamasi selesai dibuat, jam 10.00 dikumandangkan di

Pegangsaan Timur 56. Dengan dibacakan proklamssi berarti Indonesia merdeka.

b. Masa Mempertahankan Kemerdekaan

Dalam proses membentuk dan mempertahankan Negara yang baru dicapai

secara revolusi, Masyumi sebagai satu-satunya partai politik yang berideologi

islam pada saat itu memandang bahwa masyumi harus langsung terelibat dalam

48
jabtan-jabatan kekuasaan Negara sebagai suatu jalan strategis untuk

mewujudkan tujuan-tujuannya. Dengan cara demikian hukum-hukum Allah

tidak saja keluar dari ceramah-ceramah alim ulama’ dimimbar-mimbar masjid

saja, tetapi juga berasal dari pejabat-pejabat pemerintah dan menjadi undang-

undang. Untuk itu selam kehadirannya, Masyumi merupakan partai yang terlibat

dalam elit pemerintahan, antara lain dengan membentuk pemerintahan atau

berkoalisi dengan poartai-partai lain, sehungga masyumi turut memainkan

peranan dalam menentukan dasar pooltik Indonesia.

Masyumi memerankan politik yang menentukan pada dua kabinet Natsir April

1951, Sukiman Wiryosendjojo, kedua-duanya menjadi perdana menteri. Pada dua

kabinet itu, Menteri Agama berada di tangan KH. Wahiyd Hasyim (unsure NU

dalam Masyumi) sedangkan pada kabinet Wilopo-Prawoto, KH. Fakih Usman

(unsure Muhammadiyah dalam Masyumi). Dalam kabinet Wilopo, Masyumi

mendapat empat kursi dalam pemerintahan.Pada kabinet ke-enam Burhanuddin

Harahap, kembali lagi masyumi menjadi Perdana Menteri.Kabinet ini

merupakan kabinet terakhir sebelum partai ini dibubarkan tahun 1960. Prestasi

kabinet ini menghasilkan Pemilu pertama 1955 dalam sejarah Republik

Indonesia, yaitu membubarkan Uni Indonesia- Belanda.Suatu keberanian yang

perlu dicatat, adalah mengembalikan wibawa pemerintah terhadap Angkatan

Darat.

49
I. Pengaruh Islam terhadap Peradaban Bangsa Indonesia

1. Peradaban dan Agama Masyarakat Indonesia Sebelum Kedatangan


Islam
Secara geografis, wialayah Indonesia termasuk ke dalam kawasan Asia

Tenggara. Masyarakat di wilayah ini telah memiliki peradaban yang tinggi

sebelum kedatangn Islam. Hal itu disebabkan karena wilayah Asia Tenggara

merupakan Negara-negara yang memiliki kesamaan budaya dan agama.

Bangsa Indonesia dalam sejarahnya telah mengenal tulisan yang diajarkan

oleh para penyebar agama Hindu dan Budha.pengaruh ini telah berlangsung

cukup lama, mungkin sejak abad ke-6 atau ke-7 M sampai abad ke-14 dan ke-15

M. pengaruh Hinduisme dan Budhisme membawa perubahan besar, terutama

dalam sistem pemerintahan.

Bukti dari pengaruh agama Hindu dan Budha bagi masyarakat Indonesia

dapat dilihat dari banyaknya bangunan-bangunan suci untuk peribadatan,

seperti candi-candi, ukiran, dan sebagainya. Semua bangunan itu merupakan

perpaduan antara seni bangunan zaman megalithicum, seperti punden

berundak-undak.ukiran dan relief yang terdapat di dalamnya menggambarkan

kreatifitas bangsa Indonesia.

50
2. Pengaruh Islam terhadap Peradaban Bangsa Indonesia dan
Perkembangannya
Islam sebagai agama baru yang dianut sebagian masyarakat Indonesia,

telah banyak memainkan peranan penting dalam berbagai kehidupan sosial,

politik, ekonomi, dan kebudayaan. Peranan itu dapat dilihat dari

perkembangan Islam dan pengaruhnya di masyarakat Indonesia sangat luas,

sehingga agak sulit untuk memisahkan antara kebudyaan local dengan

kebudayaan Islam.

Masuknya kebudayaan Islam dalam kebudayaan nasional, meliputi

bahasa, nama, adat istiadat dan kesenian.

a. Pengaruh Bahasa dan Nama

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional banyak terpengaruh dari

bahasa Arab. Bahasa ini sudah begitu menyatu dalam lidah bangsa

Indonesia. Tidak hanya dalam bahasa komunikasi sehari-hari, bahakan

dipergunakan pula dalam bahasa surat kabar, dan sebagainya.

Pengaruh Islam dalam bidang nama, sungguh banyak sekali. Banyak

tokoh dan bukan tokoh masyarakat menggunakan nama berdasarkanpada

bahasa Arab,yang merupakan bahasa simbol pemersatu Islam. Semua itu

bukti adanya pengaruh Islam dalam kehidupan masyarakat dan bangsa

Indonesia.

b. Pengaruh Adat Istiadat

Adat istiadat yang ada dan berkembang di Indonesia banyak

dipengaruhi oleh peradaban Islam. Diantara pengaruh itu adalah ucapan

51
salam kepada setiap muslim yang dijumpai, atau penggunaannya dalam

acara-acara resmi pemerintahan.

Pengaruh lainnya adalah berupa ucapan-ucapan kalimat penting dalam

do’a. yang merupakan pengaruh dari tradisi Islam yang lestari.

c. Pengaruh Dalam Kesenian dan Bangunan Ibadah

Pengaruh kesenian yang paling menonjol dalam hal ini terlihat dalam

irama qasidah dan lagu-lagu yang bernafaskan ajaran Islam. Syair pujian

yang mengagungkan nama-nama Allah yang sering diucapkan oleh umat

Islam, merupakan bukti pengaruh ajaran Islam terhadap kehidupan

beragama masyarakat Islam Indonesia.

Begitu pula pengaruh dalam bidang bangunan peribadatan. Banyak

bangunan mesjid yang ada di Indonesia, terpengaruh dari bangunan mesjid

yang ada di Negara-negara Islam, baik yang ada di Timur Tengah ataupun

di tempat-tempat lainnya di dunia Islam.

d. Pengaruh Dalam Bidang Politik

Ketika kerajaan-kerajaan Islam mengalami masa kejayaannya, banyak

sekali undur politik Islam yang berpengaruh dalam system politik

pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam tersebut. Misalnya tentang konsep

khalifatullah fil ardi dan dzilullah fil ardi. Kedua konsep ini diterapkan pada

masa pemerintahan kerajaan Islam Aceh Darussalam dan kerajaan Islam

Mataram.

52
Kebanyakan penduduk negara kita beragama Islam. Para ahli

berpendapat bahwa agama Islam mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-

13 M. Agama dan kebudayaan Islam masuk Indonesia melalui para

pedagang yang berasal dari Arab, Persia, dan Gujarat (India), dan Cina.

Agama Islam berkembang dengan pesat di tanah air. Hal ini dapat dilihat

dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam dan peninggalan-peninggalan

sejarah Islam di Indonesia. Agama dan kebudayaan Islam mewariskan

banyak sekali peninggalan sejarah. Peninggalan-peninggalan sejarah

bercorak Islam antara lain masjid, kaligrafi, karya sastra, dan tradisi

keagamaan. Berikut ini akan dibahas satu per satu peninggalan sejarah

Islam di Indonesia.

J. Hikmah Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

Setelah memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna

atau ciri yang khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita

dapat mengambil hikmah, diantaranya sebagai berikut:

1. Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.

2. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki

ketangguhan dan pekerja keras.

3. Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam

tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan

ajaran dasar dalam Islam.

53
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Budha masih kuat.

Kala itu, Majapahit masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk

wilayah Indonesia. Masyarakat Indonesia berkenalan dengan agama dan

kebudayaan Islam melalui jalur perdagangan, sama seperti ketika berkenalan

dengan agama Hindu dan Buddha. Melalui aktifitas niaga, masyarakat Indonesia

yang sudah mengenal Hindu-Buddha lambat laun mengenal ajaran Islam.

Persebaran Islam ini pertama kali terjadi pada masyarakat pesisir laut yang lebih

terbuka terhadap budaya asing. Setelah itu, barulah Islam menyebar ke daerah

pedalaman dan pegunungan melalui aktifitas ekonomi, pendidikan, dan politik.

Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung secara

revolusioner, cepat, dan tunggal, melainkan berevolusi, lambat-laun, dan sangat

beragam. Dan dalam perkembangan selanjutnya bermunculan banyak kerajaan-

kerajaan islam di Indonesia seperti samudera pasai dan kerajaan-kerajaan islam

lainnya.

Ada beberapa pendapat mengenai masuknya islam ke Indonesia. Teori

yang dapat dijadikan sebagai acuan juga tidak hanya satu. Jadi memang

datangnya agama islam ke Indonesia belum diketahui secara pasti, ini

dikarenakan kejadiannya telah berlangsung sejak dahulu, sehingga orang pada

masa kini hanya bisa menerka-nerkan prosesnya. Namun bersamaan dengan

itikad itu, kita juga dapat memperoleh pelajaran mengenai masuknya islam ke

54
Indonesia sehingga bisa menambah wawasan dan memperkokoh iman islam

kita.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa, dalam tulisan ini terdapat banyak kekurangan.

Di samping itu juga terbatas karena hanya merupakan makalah, yang tidak

mungkin memuat segala hal mengenai pembahasan sebagaimana dalam judul.

Dengan demikian, kiranya ke depan ada studi lanjut yang dapat memaparkan

sejarah masuknya Islam ke Indonesia dengan lebih baik dan komprehensif.

55
DAFTAR PUSTAKA

 http://islammakalah.blogspot.co.id/p/blog-page_5703.html

 http://adinurahman.blogspot.co.id/2013/04/makalah-sejarah-masuknya-islam-

ke.html

 http://andresyahputra2410.blogspot.co.id/2014/05/makalah-sejarah-masuknya-

islam-di.html

 http://islahilwathon.blogspot.co.id/2014/03/makalah-sejarah-peradaban-islam-

sejarah.html

 http://masterdagan.blogspot.co.id/2013/06/makalah-masuknya-islam-ke-

indonesia.html

 http://azizslaludihati.mywapblog.com/makalah-masuknya-islam-di-

nusantara.xhtml

 http://azizslaludihati.mywapblog.com/makalah-masuknya-islam-di-

nusantara.xhtml

 http://www.pusatmakalah.com/2014/12/makalah-sejarah-penyebaran-islam-

di.html

 https://kartikatriutami.wordpress.com/materi/sejarah/proses-masuk-dan-

berkembangnya-islam-di-indonesia/

 http://www.habibullahurl.com/2015/05/proses-masuknya-islam-ke-kepulauan-

nusantara.html

56

Anda mungkin juga menyukai