Anda di halaman 1dari 7

PERLAWANAN ACEH TERHADAP KEKUASAAN PORTUGIS

1. Orientasi
Kedatangan bangsa portugis ke wilayah Nusantara karena dorongan ekonomi, agama,
dan petualangan. Keberhasilan Vasco da Gama mencapai kalkuta di pantai barat india pada
1497 telah membuka peluang dan jalan bagi portugis untuk sampai ke Nusantara.
Awal mula peperangan ini dipicu oleh berita mengenai kekayaan Malaka tersebut
yang kemudian mendorong raja portugal mengutus Diego Lopes de Sequeira untuk pergi
ke Malaka. Pada awalnya Sequeira disambut baik oleh Sultan Mahmud Syah. akan tetapi,
para pedagang muslim India berhasil meyakinkan sultan bahwa orang portugis sangat
berbahaya dan merupakan ancaman berat bagi Malaka. Sultan kemudian berbalik
menyerang Sequeira dan mengusir kapal portugis dari perairan Malaka.

2. Komplikasi
Perlawanan Aceh terhadap Portugus di Malaka pertama kali dilakukan pada masa
Pemerintahan Sultan Alaudin Riayat Syah. Untuk itu, Sultan Alaudin Riayat Syah
mengirim utusan ke Konstatinopel (Turki) untuk meminta bantuan militer dan permintaan
khusus mengenai pengiriman meriam-meriam, pembuatan senjata api, dan penembak-
penembak. Selain itu, Aceh juga meminta bantuan dari Kalikut dan Jepara. Dengan semua
bantuan dari Turki maupun kerajaan - kerajaan lainnya, Aceh mengadakan penyerangan
terhadap Portugis di Malaka pada tahun 1568. Namun penyerangan tersebut mengalami
kegagalan.

Usaha - Usaha Aceh untuk mempertahankan diri dari Portugis, Sultan Aceh mengambil
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Aceh berhasil menjalin hubungan baik dengan Turki, Persia, dan Gujarat
b. Aceh berhasil memperoleh bantuan berupa kapal, prajurit, dan makanan dari
beberapa pedagang muslim di Jawa.
c. Kapal-kapal dagang Aceh dilengkapi dengan persenjataan yang cukup baik dan
prajurit yang tangguh.
d. Meningkatkan kerjasama dengan Kerajaan Demah dan Makassar.

Rencana - Rencana Portugis terhadap Aceh sebagai berikut :


a. Menghancurkan Aceh dengan jalan mengepungnya selama 3 tahun.
b. Setiap kapal yang berlayr di selat Malaka akan disergap dan dihancurkan.
Tetapi, rencana Portugis tersebut tidak terlaksana. Sebab, Portugis tidak memiliki
armada yang cukup untuk mengawasi Selat Malaka. Ternyata bukan Portugis yang
berhasil menghancurkan kapal-kapal Aceh, tetapi sebaliknya kapal-kapal Aceh lah yang
sering mengganggu kapal-kapal Portugis di selat Malaka.
Tokoh - tokoh kerajaan Aceh yang melakukan perlawanan adalah :
a. Sultan Ali Mughayat Syah (1514 - 1528) : Berhasil
membebaskan Aceh dari upaya penguasaan bangsa Portugis
b. Sultan Alaudin Riayat Syah (1537-1568) : Berani Menantang dan mengusir
Portugis yang bersekutu dengan Johor.
c. Sultan Iskandar Muda (1607-1636) : Raja Kerajaan Aceh
yang terkenal sangat gigih melawan Portugis.

Perlawanan antara Aceh dan Portugis berlangsung terus


tetapi sama-sama tidak berhasil mengalahkan, sampai
akhirnya Malaka jatuh ke tangan VOC pada 1641.
Kemunduran Aceh mulai terlihat setelah Iskandar Muda wafat dan penggantinya
adalah Sultan Iskandar Thani (1636-1641). Pada saat Iskandar Thani memimpin Aceh,
masih dapat memertahankan kebesarannya, tetapi setelah Aceh dipimpin oleh Sultan
Safiatuddin (1641-1675) Aceh tidak dapat berbuat banyak untuk memertahankan lagi
walaupun Aceh kalah perang dengan Portugis, tetapi Aceh tidak bisa dikuasai oleh
Portugis.
3. Rekontruksi Sejarah
Akibat peperangan Aceh terhadap Portugis :
Serangan Malaka terhadap Sequeira dan anak buahnya memicu kemarahan orang
Portugis yang kemudian mengirim Gubernur Portugis di india yaitu Alfonso
d'Albuqueque. Ia berangkat dari Goa pada bulan April 1511 menuju Malaka dengan
Kekuatan kira - kira 1200 orang dan 17-18 kapal. Portugis menang dan berhasil menduduki
Malaka. Setelah berhasil menaklukkan Malaka, Portugis mengirimkan sebuah armada ke
Maluku dibawah kepemimpinan Franscisco Serrao.

4. Nilai-Nilai yang Dapat Diambil


a. Nilai juang rela berkorban
b. Nilai juang tidak mengenal lelah dan menyerah.
c. Nilai juang harga diri
d. Nilai juang percaya diri
e. Nilai juang rasa senasib dan rasa sepenanggung.
f. Nilai juang Nasionalisme
g. Nilai juang persatuan dan kesatuan.
PERLAWANAN RADEN MAS SAID (MANGKUNEGORO I)
1. Orientasi
Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi adalah keturunan dari raja Mataram
yang melawan kesewenang-wenangan VOC di kawasan Mataram. Kedua tokoh tersebut
merupakan keturunan dari Amangkurat IV yang memerintah Mataram 1719-1726. Raden
Mas Said adalah cucu dari Amangkurat IV dan Pangeran Mangkubumi merupakan putra
keduanya.

2. Peranan Tokoh dan Komplikasi


Mas Said atau dikenal juga dengan
Raden Mas Said adalah putra dari Arya
Mangkunegara yang merupakan adik
Pakubuwono II. Saat remaja, Mas Said
ditempatkan sebagai Gadhek Anom atau
bangsawan rendahan di Kerajaan Mataram yang
membuatnya resah.,Padahal, Mas Said
seharusnya bisa mendapatkan kedudukan
sebagai Pangeran Sentana., Kemudian, Mas Said memutuskan untuk keluar dari istana dan
melakukan pemberontakan di beberapa daerah kekuasaan Kerajaan Mataram.

Pemberontakan ini dilakukannya bersama dengan para bangsawan yang juga


merasa kecewa dengan pemerintahan Pakubuwono II, seperti Suradiwangsa dan
Sutawijaya.,Pemberontakan tersebut membuat Pakubuwono II resah hingga mengadakan
sayembara untuk mengatasi pemberontakan yang dilakukan.,Pakubuwono II akan
memberikan tanah seluas 3.000 hektar bagi siapa saja yang bisa meredam pemberontakan
Mas Said,

Pangeran Mangkubumi kemudian menerima sayembara tersebut dan berhasil


memukul mundur Mas Said dan pasukannya dari Sokawati, Akan tetapi, Pakubuwono II
melanggar janjinya karena dihasut oleh VOC yang membuat Mangkubumi kecewa.
Menurut VOC hadiah tersebut terlalu berlebihan dan menyuruh Pakubuwono II hanya
memberikan 1.000 hektar tanah kepada Mangkubumi.

Peristiwa pengingkaran janji dan tindakan semena-mena Pakubuwono serta VOC


menyebabkan Mangkubumi berbalik arah melawan mereka. Mangkubumi bergabung
dengan perlawanan Raden Mas Said pada 1746. Dalam buku Yogyakarta dibawah Sultan
Mangkubumi 1749-1792 ,Perlawanan Mangkubumi dan Raden Mas Said meluas di
seluruh wilayah Mataram hingga Jawa Timur dan Jawa Tengah. Untuk mmpermudah
pemberontakan di bagilah wilayah yang akan di serang dibagilah wilayah .

Mangkubumi dan Mas Said sepakat untuk membagi wilayah perjuangan. Raden
Mas Said bergerak di bagian timur, Daerah Surakarta ke selatan terus ke Madiun, Ponorogo
dengan pusatnya Sukowati, Sedangkan Mangkubumi konsentrasi dibagian barat Surakarta
terus ke barat dengan pusat di Hutan Beringin dan Desa Pacetokan, dekat Pleret (termasuk
daerah Yogyakarta sekarang). Diberitakan pada saat itu Pangeran Mangkubumi
membawahi sejumlah 13.000 prajurit, termasuk 2.500 prajurit kavaleri.
Perlawanan Mangkubumi dan Raden Mas Said meluas di seluruh wilayah Mataram
hingga Jawa Timur dan Jawa Tengah. Mereka mampu memenangkan pertempuran di
Juwana, Grobogan dan sempat membakar sejujlah rumah dan mengancam keraton.
Mangkubumi bergabung dengan perlawanan Raden Mas Said pada 1746

3. Rekontruksi Sejarah
Akibat perlawanan Mangkubumi bagi Mataram
Isi perjanjian Giyanti adalah kerajaan Mataram di bagi 2yaitu:
 Mataram Barat di serahkan kepada pangeran Mangkubumi dengan gelar Hamengku
Buwono I,kerajaan nya dinamakan kesulitan Yogyakarta
 Mataram Timur ,tetap di kuasai oleh Paku Buwono III,Kerajaan nya di namakan
kesultanan Surakarta.

Akibat perlawanan Raden Mas Said perjanjian Raden Mas Said Bersedia
mendatangi perjanjian Salatiga
Isi perjanjian Salatiga adalah
 Bagian Barat diperintah oleh sultan paku Buwono III dan disebut kasunanan
 Bagian Timur diperintah oleh Raden Mas Said yang bergelar pangeran Adipati
Mangkunegoro I, wilayahnya di sebut Mangkunegaraan

Dampak Pemberontakan Mangkubumi dan Raden Mas Said


Bagi Indonesia yaitu makin sempitnya wilayah Mataram dan banyaknya korban
dari masyarakat pribumi meskipun demikian adanya perjanjian Giyanti dan perjanjian
dan perjanjian Salatiga mampu menghentikan wilayahnya masing-masing.

4. Nilai yang bisa diambil dalam perlawanan Mangkubumi dan Raden


Mas Said:
a) Rela berkorban
b) Membela kejujuran
c) Tidaak pantang menyerah
d) Tidak ingin tanah airnya diduduki oleh bangsa lain

Perlawanan Orang Tionghoa di Batavia


1. Orientasi
Etnis Tionghoa di Nusantara telah mendiami pesisir pantai Jawa jauh sebelum
kedatangan VOC. Mereka tersebar di berbagai daerah di Nusantara, seperti Semarang,
Surabaya dan Sunda Kelapa (Jakarta) sejak masa kerajaan Hindu-Buddha Nusantara.
Ketika awal VOC datang di Nusantara, etnis Tionghoa pun menjalin hubungan baik
dengan mereka. VOC memang sengaja mendatangkan orang – orang tiongkok dalam
rangka mendukung kemajuan perekonomian dan keamanan kota Batavia dan sekitarnya.
Untuk membatasi kedatangan orang – orang tionghoa ke Batavia, VOC mengeluarkan
surat ketentuan bahwa setiap orang Tionghoa yang tinggal di Batavia harus memiliki surat
izin bermukim yang disebut permissiebriefies atau masyarakat lokal seringmenyebutnya
“surat pas”.

2. Peranan Tokoh dan Komplikasi


Ketika Johannes Camphuijs menjadi gubernur jendral VOC
pada 1984-1691. Camphuijs mengeluarkan kebijakan untuk
membatasi masuknya orang Tionghoa ke Batavia. Jika tidak memiliki
surat izin maka akan ditangkap dan dibuang ke sri lanka untuk
dipekerjakan din kebun kebun milik VOC. Pada tahun 1740 terjadi
kebakaran di Batavia. VOC menafsirkan bahwa ini ulah orang –
orang Tionghoa. Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier
memerintahkan untuk membantai orang Tionghoa tanpa pandang
bulu. Tidak hanya orang Eropa, aksi pembantaian juga dilakukan oleh para budak dan
pendatang dari Timur Tengah. Mereka dipaksa ikut menyerang dengan ancaman
keselamatan nyawa. Puncak pembantaian terjadi pada 10 Oktober 1740, saat Gubernur
Jenderal memerintahkan semua etnis Tionghoa yang tersisa untuk
diseret dari rumah-rumah atau bahkan rumah sakit, untuk dibantai di
lapangan depan Museum Fatahillah. Diperkirakan sekurangnya 7.000
sampai 10.000 orang menjadi korban ketika VOC melakukan Adriaan
Valcknier sweeping terhadap orang Cina selama dua hari tersebut.
Mayat mereka kemudian dibuang ke Kali Besar. Mendengar
pembantaian massal oleh VOC di Batavia, sebanyak 3.000 pasukan
Tionghoa menyerbu benteng Belanda di Tangerang pada 11 Oktober
1740. Perlawanan orang Tionghoa di Batavia ini dipimpin oleh yang lebih dikenal dengan
Khe Panjang atau Kapitan Sepanjang. Dalam runutan literasi sejarah,
Kapitan Khe Panjang bagai muncul tiba-tiba. Pada saat bersamaan,
sekitar 5.000 orang Tionghoa menyerbu pertahanan VOC di kawasan
Jatinegara hingga banyak korban jiwa berjatuhan dari kedua belah
pihak. Kapitan Sepanjang pun berusaha menuntut balas dengan
menyerbu Batavia, tetapi kalah persenjataan dan perlengkapan. Hingga
November 1740, pertempuran kecil masih terjadi di sejumlah wilayah.
Sisa-sisa orang Tionghoa yang masih hidup kemudian menyelamatkan
diri ke Kampung Melayu, Pulogadung, Tanjung Priok, dan Sukapura, untuk selanjutnya
berkonsolidasi dengan pasukan pemberontak di daerah Bekasi dan Karawang. Saat VOC
mengirim pasukan di bawah komando Abraham Roos untuk mengejar, Kapitan Sepanjang
dan pasukan Tionghoa akhirnya memilih menyingkir ke wilayah Kerajaan Mataram. Pada
akhir 1740, para pelarian ini tiba di Lasem, Rembang, dan ditolong oleh priyayi setempat.
Raja Pakubuwono 2 juga ikut mendukung pemberontakan orang tionghoa. Pada tahun
1741 benteng VOC kartasura dapat diserang hingga jatuh banyak korban sehingga VOC
meningkatkan kekuatan tantara dan persenjataan. Raja Pakubuwono pun bimbang dan
melakukan perundingan dengan VOC. Sikap tersebut menambah barisan orang orang
kecewa dan sakit hati di lingkungan keraton.

3. Rekontruksi Sejarah
Pada tahun 1740 terjadi kebakaran di Batavia tetapi VOC menafsirkan bahwa ini
sebagai gerakan orang orang tionghoa yang akan melakukan pemberontakan. Sebenarnya
kejadian kebakaran ini bukanlah pemicu dari pembantaian VOC ke orang orang tionghoa
di Batavia. Kericuhan terjadi akibat kepanikan orang orang Tiongha yang dirazia serta
orang orang yang menolak untuk dibuang ke Sri Lanka. Karena pada saat itu hanya orang
orang tertentu yang memiliki surat izin maka imigran illegal mencari cara agar lolos dari
orang orang VOC. Karena VOC salah menafsirkan kejadian kebakaran tersebut akhirnya
VOC membuat pergerakan kejam dan bengis. Mereka memasuki rumah rumah orang
tionghoa serta orang tionghoa yang tidak mengetahui apa apa pada saat itu ketakutan dan
membuat kepanikan akibat pergerakan VOC tersebut.

4. Nilai yang bisa diambil


Nilai yang bisa diambil adalah bahwa kita harus menerapkan “ di mana bumi di
pijak disitu langit dijunjung” yangmana jika ada peraturan khusus di daerah tersebut maka
kita harus mematuhinya keserakahan hanya akan menimbulkan perpecahan dan
peperangan

PERLAWANAN RAKYAT MALUKU


A. Orientasi:
Perlawanan rakyat Maluku pada penjajahan tercatat sebagai salah satu perlawanan
terhebat di negeri ini. Kawasan ini selalu menjadi incaran negara asing karena kekayaan
rempah-rempah. Dua negara pernah mencoba menguasai kawasan ini,
B. Peran Tokoh:
Ada dua tokoh yang terlibat dalam perlawanan tersebut, yakni
Patimurra sebagai pemimpin perlawanan pertama dan pejuang perempuan
Khristina Martha Tiahahu. Khristina Martha Tiahahu diketahui
menggantikan kepemimpinan Pattimura yang menyerahkan diri demi
rakyat. Sayang, perjuangannya harus berhenti ketika ia dibawa ke
pengasingan di Jawa dan meninggal dunia. Kolonial pun semakin
menerapkan kebijakan yang berat terhadap rakyat Maluku, terutama rakyat
Saparua setelah perlawanan rakyat Maluku. Monopoli rempah-rempah
kembali diberlakukan.

C. Rekonstruksi
Perang ini Disertai dengan perebutan benteng Duurstde yang mengakibatkan
kematian Jendral Van Den Berg. Karena adanya bantuan Inggris, Kapten Pattimura
terdesak masuk hutan dan benteng-bentengnya direbut kembali pemerintah. Rakyat nusa
laut menyerah tanggal 10 November 1817 setelah pimpinannya Kapiten Paulus Tiahahu
serta putrinya Kristina Martha Tiahahu. Tanggal 12 November 1817 Kapitan Pattimura
ditangkap dan bersama tiga penglimanya dijatuhi hukuman mati di Niuew Victoria di
Ambon.

D. Nilai Nilai:
Terbukti dari latar belakang perlawanan, yaitu karena kesengsaraan yang dirasakan
oleh rakyat Maluku, sehingga Pattimura tidak terima dan berusah melawan. Dengan
demikian, nilai-nilai kepahlawanan Pattimura diantaranya nasionalisme, sikap pekerja
keras dan pantang menyerah, serta menjunjung tinggi kehormatan, keadilan, dan hak-hak
masyarakat adat

Anda mungkin juga menyukai