Anda di halaman 1dari 10

TOKOH-TOKOH

PERJUANGAN
KEMERDEKAAN
1. Pati Unus (Jepara)
Pati unus/Pangeran Sabrang Lor ( 1480-1521 ) Adalah Sultan Demak kedua yang memerintah dari tahun 1518 hingga
1521. Rakyat Demak di bawah pimpinan Dipati Unus pada tahun 1521melakukan perlawanan terhadap Portugis di
Malaka dengandi bantu oleh armada Aceh, Palembang, dan Bintan. Pati Unus berusaha merebut kembali Malaka dari
kekuasaan Portugis, namun tidak berhasil. Pati Unus gugur dalam pertempuran ini, dan di gantikan oleh adik
kandungnya, raja Trenggana.
2. Sultan Agung (Mataram)
Raden mas rangsang menggantikan Raden mas Martapura dengan gelar Sultan agung senapati ing Alogo
Ngabdurrakhman. Ia adalah raja Mataram yang memakai gelar Sultan, sehingga lebih di kenal dengan sebutan Sultan
agung. Sultan agung memerintah Mataram dari tahun 1613-1645. Di bawah pemerintahannya, kerajaan Mataram
mencapai kejayaan. Pada saat memerintah kerajaan, ia bertujuan mempertahankan seluruh tanah Jawa dan mengusir
Belanda dari Batavia. Pada masa pemerintahannya, Mataram menyerang ke Batavia 2 kali (tahun 1628 dan tahun 1629),
namun gagal. Dengan ke gagalan tersebut, membuat Sultan Agung makin memperketat penjagaan daerah perbatasan yg
dekat Batavia, sehingga Belanda sulit menembus Mataram. Sultan agung wafat pada tahun 1645 dan di gantikan putranya
bergelar Amangkurat I.
3. Sultan Ageng Tirtayasa (Banten)
Perlawanan rakyat Banten kepada Belanda dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Keinginan Belanda untuk dapat
menguasai Pelabuhan Banten mendapat Pertentangan sang Sultan. Sultan Ageng Tirtayasa memerintah Banten dari tahun
1650 - 1692. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan banten mengalami masa kejayaannya. Ia berusaha memperluas
kerajaannya dan Mengusir Belanda dari Batavia.
4. Sultan Hasanuddin (Sulawesi Selatan)
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, kerajaan Makkasar telah mencapai kejayaan. Belanda mengetahui bahwa
Makkasar Jalur Perdagangan internasional dan penghasil lada, karena itu Belanda ingin menguasai Makkasar. Pada masa
pemerintahan Sultan Hasanuddin, telah mencapai masa kejayaan. Cita Cita Sultan Hasanuddin adalah menguasai jalur
perdagangan Nusantara.
5. Pattimura (Maluku)
Pattimura lahir pada tanggal 8 Juni 1783 dari ayah Frans Matulesi dengan Ibu Fransina Silahoi. Pattimura pada masa
kecilnya bernama Thomas Matulessy. Perang Pattimura/Maluku ini terjadi tahun 1817 merupakan reaksi & perlawanan
rakyat Maluku yang dipimpin oleh Kapitan Pattimura (Thomas Matulessy) yang dibantu beberapa pejuang antara lain,
Philip Latumahina, Thomas Pattiwael, Anthony Reebok & Christina Martha Tiahahu.
6. Imam Bonjol (Sumatra Barat)
Tuanku Imam Bonjol Lahir di Bonjol, Luhak Agam, Pagaruyung, 1772. Wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di
Lotta, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864 Imam Bonjol adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang
berperang melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri pada tahun 1803-1838. 
Nama asli dari Tuanku Imam Bonjol adalah Muhammad Syahab, yang lahir di Bonjol pada 1 Januari 1772. Tuanku Imam
Bonjol memperoleh beberapa gelar, yaitu Peto Syarif, Malin Basa, dan Tuanku Imam. Tuanku nan Renceh dari Kamang,
Agam sebagai salah seorang pemimpin dari Harimau nan Salapan adalah yang menunjuknya sebagai Imam (pemimpin)
bagi kaum Padri di Bonjol. Ia akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol.
7. Pangeran Diponegoro (Yogyakarta)
Pangeran Dipaneraga, juga sering dieja Diponegoro, lahir di Yogyakarta, 11 November 1785. Meninggal di Makassar,
Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun. Pangeran Diponegoro adalah salah seorang pahlawan nasional
Republik Indonesia. Perang Diponegoro adalah perang yang terjadi selama lima tahun antara tahun 1825-1830. Perang ini
disebut juga perang Jawa. Pada saat melawan Belanda, Pangeran Diponegoro menggunakan strategi perang gerilya dan
memusatkan pertahanannya di Goa Selarong.
8. Pangeran Antasari (Kalimantan Selatan)
Perlawanan Rakyat Banjar dipimpin oleh Pangeran hidayat dan Pangeran Antasari. Perlawanan tersebut terkenal dengan
perang banjar, berlangsung dari tahun 1859-1863. Setelah Pangeran Hidayat ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, Jawa
Barat perlawanan rakyat Banjar masih terus dilakukan dipimpin oleh Pangeran Antasari. Atas keberhasilan memimpin
perlawanan, Pangeran Antasari diangkat sebagai pemimpin agama tertinggi dengan gelar panembahan Amirudin
Khalifatul Mukminin. Beliau terus mengadakan perlawanan sampai wafat tanggal 11 Oktober 1862.
9. Sisingamangaraja XII (Sumatra Utara)
Sisingamangaraja lahir di bakara, Tapanuli pada 1849 dan menjadi raja pada tahun 1867. Saat bertahta, ia sangat
menentang penjajah dan melakukan perlawanan, akibatnya ia dikejar kejar oleh penjajah. Setelah tiga tahun dikejar
belanda, akhirnya persembunyian Sisingamangaraja diketahui dan dikepung ketat. Pada saat itu komandan pasukan
Belanda meminta agar ia menyerah dan menjadi sultan batak, namun Sisingamangaraja tetap menolak dan memilih mati
daripada menyerah.

Anda mungkin juga menyukai