Anda di halaman 1dari 4

PENGELOLAAN PASIEN HIPERTENSI

UNTUK PERAWATAN DI BIDANG


KEDOKTERAN GIGI
 Journal Today

 3 January 2018, 15.15

 By : Pingky Krisna Arindra

RESUME JURNAL Maj Ked Gi; Juni 2008; 15(1):75-80

PENGELOLAAN PASIEN HIPERTENSI UNTUK PERAWATAN DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI

Poerwati Soetji Rahajoe

Pada jurnal ini dibahas mengenai penyakit hipertensi, mekanisme kerja vasokonstriktor dalam
anestesi lokal, serta didiskusikan tentang pengelolaan pasien dengan hipertensi yang
memerlukan perawatan gigi. Dalam bidang kedokteran gigi tujuan pengelolaan dan pencegahan
hipertensi adalah memberikan perawatan dengan strategi preventif dan kuratif yang tepat dengan
kondisi fisik dan kemampuan emosi pasien dalam menerima dan merespon perawatan sehingga
komplikasi lebih lanjut akibat hipertensi selama perawatan gigi dapat dihindari.

Terdapat dua strategi perawatan gigi pada pasien dengan hipertensi yaitu preventif dan
kuratif (tabel 1), serta perhatian yang sangat besar harus diberikan khususnya adanya
kemungkinan komplikasi terjadinya hipertensi akut/crisis hypertension/emergency hipertensi
yang terjadi selama perawatan gigi (tabel 2). Strategi preventif meliputi seluruh tindakan untuk
mengontrol tekanan darah pasien dan semua tindakan preventif dalam bidang kedokteran gigi
sendiri seperti kontrol plak, fluoridasi, dan lain-lain. Tindakan preventif yang efektif untuk mengontrol
tensi pasien meliputi seluruh tindakan menghilangkan penyebab yang dapat meningkatkan tekanan
darah pasien, meliputi kontrol kecemasan atau stress, pemilihan anestesi, bahan anestesi, dan
kontrol sakit setelah tindakan selesai.

Prosedur dental yang lama dan stressful sebaiknya dihindarkan. Pemberian sedatif
peroral (benzodiazepine 5 mg malam sebelum tidur, dan 1 jam sebelum tindakan perawatan) cukup
membantu mengurangi stress. Penggunaan sedasi dengan Nitrous Oxide (N2O) dapat
menurunkan tekanan darah sistole dan diastole sampai 10-15 mmHg kira-kira 10 menit setelah
pemberian dan selanjutnya dapat dilakukan anestesi lokal dengan atau tanpa vasokonstriktor.
Anestesi lokal merupakan pemilihan terbaik untuk pasien dengan hipertensi dibanding anestesi
umum. Pemberian anestesi harus pelan dan penyuntikan intravaskular harus dihindari.

Bahan vasokonstriktor yang menjadi kontra indikasi pasien hipertensi adalah noradrenalin dan
levonordefrin, karena akan meningkatkan tekanan darah secara dramatis, akibat merangsang
reseptor β1 lebih banyak dan sedikit aktivitas di reseptor β2. Adrenalin lebih aman digunakan
untuk pasien dengan hipertensi (konsentrasi 1:80.000 – 1:200.000), karena tidak akan
meningkatkan tekanan darah secara dramatis akibat perangsangan pada reseptor β1 dan β2 yang
hampir sama, selain itu waktu paruh adrenalin kurang lebih 1 menit dan akan dieliminasi kira-kira 10
menit, oleh karena itu pengaruhnya cenderung hanya sesaat. Felypressin adalah satu-satunya
vasokonstriktor nonsimpatometik yang tidak memiliki efek pada dan mungkin lebih aman untuk
pasien-pasien hipertiroid, hipertensi, namun kemampuan mengontrol hemostasis rendah.

American society of anaesthesiologists (ASA) mengklasifikasikan status risiko pasien menjadi:


ASA I, ASA II, ASA III, dan ASA IV. Untuk pasien ASA I, dengan tekanan darah normal 120/80 –
130/89 mmHg, tidak ada penyakit sistemik), perawatan gigi rutin dapat diberikan. Pasien ASA II,
dengan hipertensi tahap 1, dengan tekanan darah 140/90- 159/99, stabil secara medis, tidak ada
pembatasan aktivitas fisik, perlu pemantauan tekanan darah setelah anestesi lokal yang
mengandung adrenalin, perawatan gigi rutin bisa dilakukan. Pasien hipertensi tahap 2, dengan
tekanan darah 160/100-179/109 mmHg, tidak stabil secara medis dan toleransi aktivitas fisik
terbatas (ASA III), perlu pembatasan vasokonstriktor dalam anestesi lokal yang digunakan. Pasien
hipertensi tahap 2, dengan tekanan darah 180/110-209/119 mmHg, tidak stabil secara medis dan
aktivitas fisik sangat terbatas (ASA IV), berisiko untuk perawatan dengan anestesi lokal yang
mengandung vasokonstriktor hanya perawatan gigi darurat nonstressful yang dapat diberikan.
Pasien hipertensi tahap 2, dengan tekanan darah 210/120 mmHg atau lebih tidak dapat
menerima stress fisik maupun emosional, biasanya pasien hipertensi yang langsung mengancam
kehidupan (ASA IV), semua tindakan dental darurat harus dipertimbangkan bahwa terapi gigi
memang benar-benar menguntungkan dibanding komplikasi yang timbul akibat hipertensinya.

Tabel 1. Strategi preventif dan kuratif perawatan gigi pada pasien hipertensi

Tekanan darah Strategi

120/80 mmHg atau kurang Catat tekanan darah setiap kali kunjungan
Perawatan gigi rutin
– Tekanan darah optimal

– Risiko status I

130/85 mmHg atau kurang Catat tekanan darah setiap kali kunjungan
– Tekanan darah normal Perawatan gigi rutin

– Risiko status I

130/85 – 130/89 mmHg Catat tekanan darah setiap kali kunjungan


– Tekanan darah tinggi-normal (prehipertensi) Perawatan gigi rutin

– Risiko status I

140/90 – 159/99 mmHg Catat tekanan darah setiap kali kunjungan


– Hipertensi tahap 1 Perawatan gigi rutin

– Risiko status II – Catat tekanan darah setelah anestesi lokal dengan


adrenalin (dengan pembatasan)
A. Stabil secara medis
Rujuk medis secara rutin
B. Ada pembatasan aktivitas fisik

160/100 – 179-109 mmHg Catat tekanan darah setiap kali kunjungan


– Hipertensi tahap 2 Perawatan gigi selektif

– Risiko status III – Catat tekanan darah setelah anestesi lokal dengan
adrenalin (dengan pembatasan)
A. Tidak stabil secara medis
Rujuk medis secara rutin
B. Ada pembatasan aktivitas fisik

180/110 – 209/119 mmHg Catat tekanan darah setiap kali kunjungan


– Hipertensi tahap 2 Perawatan gigi emergensi

– Risiko status – Monitor tekanan darah selama perawatan

A. Tidak stabil secara medis – Penggunaan anestesi lokal tanpa


ephineprine/adrenalin
B. Sangat terbatas dalam toleransi aktivitas fisik
Rujuk medis secara rutin

210/120 mmHg atau lebih Catat tekanan darah setiap kali kunjungan
– Hipertensi tahap 2 Perawatan gigi emergensi

– Risiko status IV – Monitor tekanan darah selama perawatan

A. tidak toleransi terhadap aktivitas fisik – Penggunaan anestesi lokal tanpa


B. Hipertensi mengancam kehidupan ephineprine/adrenalin

Rujuk medis secara rutin

Tabel 2. Diagnosis dan perawatan krisis hipertensi dalam perawatan gigi

Gejala dan Tanda Perawatan

Lemas Kepala dinaikkan


Pemberian oxygen ( 6 liter per menit)
Wajah Kemerahan
Pemberian nitroglyserin (0,4 mg) sublingual/spray
Sakit kepala
Aktifkan medical emergency
Pusing
Monitor tanda vital
Trinitus

Tekanan darah >180-110 mmHg

Perubahan status mental

Sakit pada dada

Penggunaan bahan vasokonstriktor dalam bahan anestesi lokal pada pasien hipertensi masih
merupakan suatu perdebatan, meskipun sudah ada bukti-bukti penelitian bahwa penggunaan bahan
anestesi lokal yang mengandung vasokonstriktor khususnya adrenalin dalam dosis yang dianjurkan,
yaitu dosis maksimal 0,2 mg untuk pasien sehat tiap kali kunjungan dan 0,04 mg direkomendasikan
untuk pasien dengan hipertensi. Lidocaine comp 2% dengan kadar adrenalin 0,025 mg per ampul
dapat diberikan untuk pasien dengan hipertensi maksimal dosis sebanyak 1,5 ampul.

Anda mungkin juga menyukai