Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH PEREKONOMIAN

INDONESIA
I. SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA

Indonesia adalah negara yang memiliki letak geografis yang sangat strategis, karena
berada di antara dua benua (Asia dan Eropa) serta dua samudra (Pasifik dan Hindia), sebuah
posisi yang strategis dalam jalur pelayaran perdagangan antar benua. Perdagangan saat itu
mengenal sebutan jalur sutra laut, yaitu jarur dari Tiongkok dan Indonesia yang melalui Selat
Malaka menuju ke India. Perdagangan laut antara India, Tiongkok, dan Indonesia dimulai
pada abad pertama sesudah masehi, demikian juga hubungan Indonesia dengan daerah-daerah
di Barat (Kekaisaran Romawi). Perdagangan di masa kerajaan-kerajaan tradisional disebut
oleh Van Leur mempunyai sifat kapitalisme politik, dimana pengaruh raja-raja dalam
perdagangan itu sangat besar. Misalnya di masa Sriwijaya, saat perdagangan internasional
dari Asia Timur ke Asia Barat dan Eropa, mencapai zaman keemasannya. Raja-raja dan para
bangsawan mendapatkan kekayaannya dari berbagai upeti dan pajak. Tak ada proteksi
terhadap jenis produk tertentu, karena mereka justru diuntungkan oleh banyaknya kapal yang
lewat di daerah mereka.

Sejarah Perekonomian Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 4 masa, yaitu:

1. Masa Sebelum Kemerdekaan

Daya tarik Indonesia akan sumber daya alam dan rempah-rempah membuat bangsa-bangsa
Eropa berbondong-bondong datang untuk menguasai Indonesia. Sebelum merdeka setidaknya
ada 4 negara yang pernah menjajah Indonesia, diantaranya adalah Portugis, Belanda, Inggris,
dan Jepang.

Pada masa penjajahan Portugis, perekonomian Indonesia tidak banyak mengalami perubahan
dikarenakan waktu Portugis menjajah tidaklah lama disebabkan kekalahannya oleh Belanda
untuk menguasai Indonesia, sehingga belum banyak yang dapat diberlakukan kebijakan.

Dalam masa penjajahan Belanda selama 350 tahun Belanda melakukan berbagai perubahan
kebijakan dalam hal ekonomi, salah satunya dengan dibentuknya Vereenigde Oost-Indische
Compagnie (VOC). Belanda memberikan wewenang untuk mengatur Hindia Belanda
dengan tujuan menghindari persaingan antar sesama pedagang Belanda, sekaligus untuk
menyaingi perusahaan imperialis lain seperti EIC milik Inggris.

Untuk mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrooi, yang antara lain
meliputi :
a. Hak mencetak uang
b. Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai
c. Hak menyatakan perang dan damai
d. Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
e. Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja

Hak-hak itu seakan melegalkan keberadaan VOC sebagai “penguasa” Hindia Belanda.
Namun walau demikian, tidak berarti bahwa seluruh ekonomi Nusantara telah dikuasai VOC.
Kenyataannya, sejak tahun 1620, VOC hanya menguasai komoditi-komoditi ekspor sesuai
permintaan pasar di Eropa, yaitu rempah-rempah.

Namun pada tahun 1795, VOC dibubarkan karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi
kekayaan Hindia Belanda. Kegagalan itu nampak pada defisitnya kas VOC, yang antara lain
disebabkan oleh :

a. Peperangan yang terus-menerus dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar
b.Penggunaan tentara sewaan membutuhkan biaya besar
c.Korupsi yang dilakukan pegawai VOC sendiri
d.Pembagian dividen kepada para pemegang saham, walaupun kas defisit

Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif Van
Den Bosch dengan tujuan memproduksi berbagai komoditi yang diminta di pasar dunia.
Sistem tersebut sangat menguntungkan Belanda namun semakin menyiksa pribumi. Sistem
ini merupakan pengganti sistem landrent dalam rangka memperkenalkan penggunaan uang
pada masyarakat pribumi. Masyarakat diwajibkan menanam tanaman komoditas ekspor dan
menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk kemudian dibayar dengan harga yang
sudah ditentukan oleh pemerintah. Cultuurstelstel melibatkan para bangsawan dalam
pengumpulannya, antara lain dengan memanfaatkan tatanan politik Mataram–yaitu kewajiban
rakyat untuk melakukan berbagai tugas dengan tidak mendapat imbalan–dan memotivasi para
pejabat Belanda dengan cultuurprocenten (imbalan yang akan diterima sesuai dengan hasil
produksi yang masuk gudang).
Bagi masyarakat pribumi, sudah tentu cultuurstelstel amat memeras keringat dan darah
mereka, apalagi aturan kerja rodi juga masih diberlakukan. Namun segi positifnya adalah,
mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada umumnya
bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang memicu
meningkatnya taraf hidup

Sistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal) terjadi karena adanya desakkan kaum Humanis
Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga pribumi kearah yang lebih baik dengan
mendorong pemerintah Belanda mengubah kebijakkan ekonominya. Dibuatlah peraturan-
peraturan agrarian yang baru, yang antara lain mengatur tentang penyewaan tanah pada pihak
swasta untuk jangka 75 tahun dan aturan tentang tanah yang boleh disewakan dan yang tidak
boleh. Pada akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan pribumi, tapi malah
menambah penderitaan, terutama bagi para kuli kontrak yang tidak diperlakukan layak.

Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad diterapkan oleh
Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Selain itu, dengan landrent, maka
penduduk pribumi akan memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris atau yang
diimpor dari India. Inilah imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan tidak sekedar
untuk dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah pemasaran produk dari
negara penjajah.

Pemerintah militer Jepang menerapkan kebijakan pengerahan sumber daya ekonomi untuk
mendukung gerak maju Jepang dalam Perang Pasifik. Akibatknya terjadi perombakan besar-
besaran dalam struktur ekonomi masyarakat. Kesejahteraan merosot tajam dan terjadi
bencana kekurangan pangan, karena produksi bahan makanan untuk memasok pasukan
militer dan produksi minyak jarak untuk pelumas pesawat tempur menempati prioritas utama.
2. Masa Orde Lama

a) Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)

Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk karena inflasi yang
disebabkan oleh beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada Oktober
1946 pemerintah RI mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang
Jepang. Namun adanya blokade ekonomi oleh Belanda dengan menutup pintu perdagangan
luar negeri mengakibatkan kekosongan kas negara.

Dalam menghadapi krisis ekonomi-keuangan, pemerintah menempuh berbagai kegiatan,


diantaranya :

 Pinjaman Nasional, menteri keuangan Ir. Soerachman dengan persetujuan Badan


Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) mengadakan pinjaman nasional
yang akan dikembalikan dalam jangka waktu 40 tahun.
 Hubungan dengan Amerika, Banking and Trade Coorporation (BTC) berhasil
mendatangkan Kapal Martin Behrman di pelabuhan Ciberon yang mengangkut
kebutuhan rakyat, namun semua muatan dirampas oleh angkatan laut Belanda.
 Konferensi Ekonomi, Konferensi yang membahas mengenai peningkatan hasil
produksi pangan, distribusi bahan makanan, sandang, serta status dan administrasi
perkebunan asing.
 Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan), memberikan anjuran memperbanyak kebun
bibit dan padi ungul, mencegah penyembelihan hewan-hewan yang membantu dalam
pertanian, menanami tanah terlantar di Sumatra, dan mengadakan transmigrasi.
 Keikutsertaan Swasta dalam Pengembangan Ekonomi Nasional, mengaktifkan dan
mengajak partisipasi swasta dalam upaya menegakkan ekonomi pada awal
kemerdekaan.
 Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank Negara Indonesia,
 Sistem Ekonomi Gerakan Benteng (Benteng Group)
 Sistem Ekonomi Ali-Baba

b) Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)

Perekonomian diserahkan sepenuhnya pada pasar, padahal pengusaha pribumi masih belum
mampu bersaing dengan pengusaha non-pribumi. Pada akhirnya hanya memperburuk kondisi
perekonomian Indonesia.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasinya antara lain:

 Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang untuk mengurangi jumlah uang
yang beredar agar tingkat harga turun
 Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu menumbuhkan wiraswasta pribumi agar bisa
berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional
 Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-
Belanda.

c) Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)


Sebagai akibat Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi
terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segalanya diatur
pemerintah). Namun lagi-lagi sistem ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi
Indonesia. Akibatnya adalah :

 Devaluasi menurunkan nilai uang dan semua simpanan di bank diatas 25.000
dibekukan
 Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis
Indonesia dengan cara terpimpin
 Kegagalan dalam berbagai tindakan moneter

3. Masa Orde Baru

Pada awal orde baru, stabilitas ekonomi dan politik menjadi prioritas utama. Program
pemerintah berorintasi pada pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara dan
pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam
sistem ekonomi liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha
nonpribumi dan sistem etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi
campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila. Ini merupakan praktek dari
salah satu teori Keynes tentang campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara
terbatas.

Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8


jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan,
kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran
pembangunan, dan peradilan. Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan pola umum
pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita.

Hasilnya, pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka
kemiskinan, perbaikan indikator kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi pendidikan
dan penurunan angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat pesat. Pemerintah
juga berhasil menggalakkan preventive checks untuk menekan jumlah kelahiran lewat KB.

Namun dampak negatifnya adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan
sumber-sumber daya alam, perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan dan
antar kelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam, serta penumpukan utang luar negeri.
Disamping itu, pembangunan menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang sarat korupsi,
kolusi dan nepotisme. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa
diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang adil.

Sehingga meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi secara fundamental


pembangunan nasional sangat rapuh. Akibatnya, ketika terjadi krisis yang merupakan imbas
dari ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang paling buruk. Harga-harga
meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan cepat, dan menimbulkan
berbagai kekacauan di segala bidang, terutama ekonomi.

4. Masa Orde Reformasi

Orde reformasi dimulai saat kepemimpinan presiden BJ.Habibie, namun belum terjadi
peningkatan ekonomi yang cukup signifikan dikarenakan masih adanya persoalan-persoalan
fundamental yang ditinggalkan pada masa orde baru. Kebijakan yang menjadi perhatian
adalah cara mengendalikan stabilitas politik. Sampai pada masa kepemimipinan presiden
Abdurrahman Wahit, Megawati Soekarnoputri, hingga sekarang masa kepemimpinan
presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun masalah-masalah yang diwariskan dari masa orde
baru masih belum dapat diselesaikan secara sepenuhnya. Bisa dilihat dengan masih adanya
KKN, inflasi, pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, dan melemahnya nilai tukar rupiah yang
menjadi masalah polemik bagi perekonomian Indonesia.

Masa Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri

Masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalalah pemulihan ekonomi dan penegakan
hukum. Kebijakan yang dilakukan untuk mengatasi persoalan ekonomi antara lain :

a. Meminta penundaan utang sebesar US$ 5,8 Milyar pada pertemuan paris Club ke-3 dan
mengalokasikan pemabayaran utang luar negri sebesar 116,3 Trilliun.

b. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi yaitu menjual perusahaan negara di dalam


periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan
politik dan mengurangi beban negara. Penjaualan tersebut berhasil menaikan partumbuhan
ekonomi Indonesia menajadi 4,1%. Namun kebijakan ini menibulkan kontroversi yaitu
BUMN yang di privatisasikan dijual pada perusahaan asing.

Masa kepemimpinan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono

Kebijakan kontroversial pertama Presiden Yudhoyono adalah mengurangi subsidi BBM,


yang dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke
subsidi sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan
kesejahteraan masyrakat. Kemudian muncul pula kebijakan kontroversial yang kedua yakni
BLT bantuan langsung tunai bagi masyarakat miskin. Namun kebanyakan BLT tidak sampai
ke tangan yang berhak, dan pembagaiannya juga banyak menimbulkan masalah sosial.
Kebijkan yang ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan
pembangunan infrastruktur summit pada bulan 2006 lalu, yang mempertemukan para investor
dengan kepala-kepala daerah. Dengan semakin banyak investasi asing di Indonesia,
diharapakan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah. Pada pertengahan bulan oktober
2006 Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada IMF sebesar 3,2 Miliar dolar AS. Harapan
kedepannya adalah Indonesia tidak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam menentukan
kebijakan dalam negeri.

Sistem Perekonomian Indonesia Saat Ini :

Sebagian orang berpendapat bahawa sistem yang digunakan sekarang lebih condong ke barat
atau disebut sistem ekonomi liberal/kapitalis, sistem yang membebaskan segala macam
bentuk kegiatan ekonomi. Pemerintah tak ada urusan dengan ekonomi yang dilakukan oleh
rakyat. Mereka semua mendapat hak yang sama untuk berkreatifitas tak ada larangan. Intinya
adalah sistem ini semua bebas melakukan apa saja sehingga tak mengherankan kaum
pemodal atau kapital menjadi kaum yang super power pada sistem ekonomi sehingga
membuat yang miskin semakin miskin, eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam,
kesenjangan sosial, itulah yang terjadi pada perekonomian Indonesia. Sistem ekonomi liberal
atau kapitalis yang tidak lama lagi akan menuju neo-liberal. Indikasi sistem perekonomian
Indonesia diarahkan untuk mengikuti mekanisme pasar disamping dominasi kekuatan
korporasi swasta yang semakin menguat. Sistem neo-liberal ini semakin subur manakala bola
salju globalisasi semakin memasuki berbagai sendi-sendi kehidupan. Semula globalisasi
masih terkait dengan bidang informasi dan komunikasi, namun bola salju globalisasi semakin
membesar dan menggulung bidang lainnya termasuk sektor ekonomi,politik. Contohnya saja
Harga BBM sudah didesak agar secara bertahap mengikuti harga internasional. Di Indonesia
sendiri dapat dihitung para konglomerat yang menguasai perekonomian, itu hanya ada
segelintir orang saja. Kondisi ini terjadi sebagai konsekuesi kita menganut sistem kapitalis.
Sebenarnya sistem inilah yang dijalan kan di Indonesia walaupun pemerintah tidak
mengakuinya secara terbuka.

Masuknya Sistem tersebut dapat kita lihat dari beberapa Indikator yaitu :
a. Dihapusnya berbagai subsidi untuk masyarakat secara bertahap, sehingga harga barang
barang strategis ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar.
b. Nilai Kurs rupiah tidak boleh dipatok dengan kurs tetap, sehingga besar kecilnya kurs
rupiah akan ditentukan oleh mekanisme pasar.
c. Perusahaan BUMN mulai beralih ke pihak swasta, sehingga peran pemerintah semakin
berkurang.
d. Keikutsertaan bangsa Indonesai dalam kancah WTO dan perjanjian GATT yang semakin
menunjukan komitmen bangsa Indonesia dalam tata liberalisme dunia.

Dampak positif yang di timbulkan dari sistem kapitalis ini yaitu dari aspek permodalan, kita
dapat dengan mudah mendapatkan modal dengan cepat dari investor asing sedangkan
dampak negatif dari sistem ini banyak terjadi masalah-masalah seperti pengangguran,
kemiskinan, krisis ekonomi dan hutang luar negeri yang tinggi.

Namun meskipun demikian, bagi saya pribadi perekonomian Indonesia bisa dikatakan cukup
memperlihakan peningkatan yang bisa dibanggakan. Terlihat pada saat terjadi krisis global,
dimana banyak negara di dunia mengalami krisis namun tidaklah demikian di Indonesia.
Indonesia masih bisa bertahan dari krisis ekonomi. Walaupun masih dapat bertahan, sudah
seharusnyalah pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia sadar untuk memperbaiki
perekonomian Indonesia yang lebih baik lagi dengan memberantas KKN, memangkas
pengeluaran pemerintah, membuka lapangan pekerjaan, dan lebih memperhatian rakyat demi
terciptanya kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada intinya kerjasamalah yang dibutuhkan
bangsa ini untuk mewujudkan tujuan tersebut.

II. PARADIGMA PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA

Paradigma pembangunan perekonomian adalah kerangka keyakinan yang digunakan sebagai


pedoman untuk melihat suatu persoalan dan bagaimana melaksanakan pembangunan
perekonomian.

Di awali pada 1997, terjadi peristiwa reformasi yang menyebabkan perekonomian luluh
lantak hingga mencapai titik terendah dalam sejarah perekonomian bangsa. Luluh lantaknya
perekonomian pada masa ini, hampir menyebabkan terpecah Indonesia menjadi negara
Balkan.

Sejalan dengan reformasi Indonesia, perekonomian Indonesia pun bereformasi dari sistem
perekonomian otoriter menjadi demokrasi, dari perekonomian sentralisasi menjadi
desentralisasi. Sampai 2004, walaupun belum menunjukkan kepulihan total, perekonomian
Indonesia mulai merangkak perlahan menuju kondisi yang lebih baik. Hampir seluruh
pendapatan negara pada waktu itu digunakan untuk membayar hutang. Tingkat kemiskinan
dan penganguran meningkat tajam. Visi 2025 sebagai paradigma baru perekonomian
Indonesia, akan lebih berkonsentrasi pada perekonomian yang berbasis nasional dan sumber
daya alam.

Masalah Pokok dalam Pembangunan Perekonomian Indonesia :

A. Pengangguran

1. Pengertian Pengangguran

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang
sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah
lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi
masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran


dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan
menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan
menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan
juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan
kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per
kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah
“pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan
tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

2. Jenis & Macam Pengangguran

Ø Berdasarkan Jam Kerja

Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:

 Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga kerja yang


tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
 Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja
setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam
selama seminggu.
 Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-
sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena
memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Ø Berdasarkan Penyebab Terjadinya

Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam:

 Pengangguran Friksional (frictional unemployment)

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan


adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka
lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi
persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian
suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki
kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.

 Pengangguran Konjungtural (cycle unemployment)

Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan


gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.

 Pengangguran Struktural (structural unemployment)

Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur


ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan
oleh beberapa kemungkinan, seperti:

1. Akibat permintaan berkurang


2. Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
3. Akibat kebijakan pemerintah

 Pengangguran Musiman (seasonal Unemployment)

Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan


ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya
seperti petani yang menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.

 Pengangguran Siklikal

Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.

 Pengangguran Teknologi

Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau


penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.

 Pengangguran Siklus

Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan


perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya
permintaan masyarakat (aggrerate demand).
3. Kebijakan Pemerintah Mengatasi Pengangguran

 Mengatasi masalah kependudukan dengan mengendalikan pertumbuhan penduduk,


 Mendukung terciptanya peningkatan kegiatan ekonomi yang diharapkan membuka
peluang dan kesempatan kerja lebih banyak,
 Memperbanyak pusat pelatihan kerja dan memberi kemudahan pengelolahan sekolah
kejuruan,
 Membuka kesempatan dan lapangan kerja di daerah yang kurang berkembang
kegiatan ekonominya,
 Menggalakkan ekspor jasa berupa tenaga kerja ke luar negeri.

B. Inflasi

1. Pengertian Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap
terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-
memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan
persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

Inflasi terjadi apabila :

- Diwarnai kenaikan harga-harga komoditi secara umum.

- Dapat diketahui dan dihitung jika telah berjalan dalam kurun waktu tertentu dan dalam
wilayah tertentu.

Inflasi dapat dibagi dalam :

- Inflasi ringan jika nilainya berkisar 0% s/d 10%

- Inflasi sedang jika nilainya berkisar 10% s/d 30%

- Inflasi berat jika nilainya berkisar 30% s/d 100%

- Hyperinflasi jika nilainya > 100%

Jika dilihat dari sebab-sebab kemuculannya dibagi dalam :

 Inflasi karena naiknya permintaan


Inflasi karena naiknya permintaan adalah inflasi yang terjadi karena adanya gejala naiknnya
permintaan secara umum.

 Inflasi yang terjadi karena naiknnya biaya produksi

Inflasi ini terjadi jika kecenderungan naiknya harga lebih diakibatkan karena naiknya biaya
produksi.

 Inflasi yang berasal dari dalam negeri

Inflasi yang berasal dari dalam negeri adalah inflasi yang terjadi dikarenakan peristiwa-
peristiwa yang terjadi didalam negeri.

 Inflasi yang berasal dari luar negeri

Proses terjadinya diawali dengan masuknya komoditi impor yang telah terkena inflasi (harga
naik) dinegara asalnya.

Inflasi memang akan membawa dampak yang kurang baik bagi beberapa aspek kegiatan
ekonomi masyarakat, diantaranya :

- Pertama, inflasi akan menjadikan turunnya pendapatan riil masyarakat yang memiliki
penghasilan tetap.

- Kedua, inflasi menyebabkan turunnya nilai riil kekayaan masyarakat yang berbentuk
kas.

- Ketiga, inflasi akan menyebabkan nilai tabungan masyarakat menjadi turun.

- Keempat, inflasi akan menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi


terhambat.

Beberapa sisi positif dari adanya inflasi :

- Inflasi yang terkendali menggambarkan adanya aktivitas ekonomi dalam suatu negara.

- Inflasi terkendali merangsang masyarakat untuk terus berusaha bekerja keras untuk
meningkatkan kesejahteraannya.

2. Kebijakan Pemerintah Mengatasi Inflasi

 Kebijakan Moneter, yaitu kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam mengatur
jumlah uang beredar melalui instrument-instrumen moneter yang dimiliki.

Tiga kebijakan moneter yang bisa ditempuh bank sentral:

1. Kebijakan Diskonto (discount policy), yaitu kebijakan untuk mempengaruhi


peredaran uang dengan jalan menaikkan atau menurunkan tingkat bunga.
2. Operasi Pasar Terbuka (open market operation), yaitu membeli dan menjual surat-
surat berharga.
3. Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy), yaitu menaikkan dan menurunkan
persentase persediaan kas dari bank.

 Kebijakan Fiskal, yaitu melalui perubahan pengeluaran dan penerimaan pemerintah.

Dua jenis kebijakan fiscal yaitu:

1. Pengaturan Pengeluaran Pemerintah, yaitu pemerintah harus menjaga penggunaan


anggaran negara agar sesuai dengan perencanaan agar tidak terjadi pertambahan uang
beredar.
2. Peningkatan Tarif Pajak, yaitu dengan dinaikkannya tarif pajak maka penghasilan
rumah tangga akan diberikan kepada pemerintah sehingga daya beli masyarakat atas
barang dan jasa akan berkurang.

 Kebijakan lainnya yaitu:

1. Peningkatan Produksi, yaitu bila produksi meningkat walaupun jumlah uang


bertambah, inflasi tidak terjadi.
2. Kebijakan Upah, yaitu menurunkan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable
income) masyarakat. Penurunan disposable income dilakukan dengan menaikkan
pajak penghasilan.
3. Pengawasan Harga, yaitu dengan menetapkan harga maksimal oleh pemerintah untuk
menghindari kecenderungan dinaikkannya harga oleh pengusaha.

III. SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN INDONESIA YANG MENUJU INDONESIA EMAS

Negara yang maju adalah negara yang mempunyai sistem ekonomi yang kuat serta memiliki
perencanaan pembangunan ekonomi yang terstruktur agar mencapai pembangunan yang
merata. Pengertian pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai
dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan
pendapatan bagi penduduk suatu negara. Berikut saya coba menjelaskan strategi-strategi
pembangunan ekonomi.

A. Macam – macam Strategi Pembangunan Ekonomi

Strategi pembangunan ekonomi diberi batasan sebagai suatu tindakan pemilihan atas faktor –
faktor (variabel) yang akan dijadikan faktor / variabel utama yang menjadi penentu jalannya
proses pertumbuhan (Surono, 1993). Babarapa strategi pembangunan ekonomi yang dapat
disampaikan adalah :

1. Strategi Pertumbuhan

Strategi pembangunan ekonomi suatu negara akan terpusat pada upaya pembentukan modal,
serta bagaimana menanamkannya secara seimbang, menyebar, terarah dan memusat,
sehingga dapat menimbulkan efek pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya bahwa pertumbuhan
ekonomi akan dinikmati oleh golongan lemah melalui proses merambat ke bawah ( trickle –
down – effect ) pendistribusian kembali. Jika terjadi ketidak merataan hal tersebut merupakan
prasyarat terciptanya pertumbuhan ekonomi. Kritik paling keras dari strategi yang pertama ini
adalah bahwa pada kenyataan yang terjadi adalah ketidak merataan yang semakin tajam.
2. Strategi Pembangunan dengan Pemerataan

Inti dari konsep strategi ini adalah dengan ditekankannya peningkatan pembangunan melalui
teknik sosial engineering, seperti halnya melalui penyusunan perencanaan induk, dan paket
program terpadu.

3. Strategi Ketergantungan

Tidak sempurnanya konsep strategi pertama dan kedua mendorong para ahli ekonomi
mencari alternatif lain sehingga pada tahun 1965 muncul strategi pembangunan dengan nama
strategi ketergantungan. Inti dari konsep strategi tergantungan adalah :

 Kemiskinan di negara – negara berkembang lebih disebabkan karena adanya


ketergantungan negara tersebut dari pihak / negara lainnya.
 Teori ketergantungan ini kemudian dikritik oleh Kothari dengan mengatakan “Teori
ketergantungan tersebut memang cukup relevan namun sayangnya telah menjadi
semacam dalih terhadap kenyataan dari kurangnya usaha untuk membangun
masyarakat sendiri (Self Development).

4. Strategi yang Berwawasan Ruang

Strategi ini dikemukakan oleh Myrdall dan Hirschman, yang mengemukakan sebab-sebab
kurang mampunya daerah miskin berkembang secepat daerah yang lebih kaya/maju.
Menurut mereka kurang mampunya daerah miskin berkembang secepat daerah maju
dikarenakan kemampuan/pengaruh menyetor dari kaya ke miskin (Spread Effects) lebih kecil
daripada terjadnya aliran sumber daya dari daerah miskin ke daerah kaya (Back-wash-
effects). Perbedaan pandangan kedua tokoh tersebut adalah, bahwa Myrdall tidak percaya
bahwa keseimbangan daerah kaya dan miskin akan tercapai, sedangkan Hirschman percaya,
sekalipun baru akan tercapai dalam jangka panjang.

5. Strategi Pendekatan Kebutuhan Pokok

Sasarana dari strategi ini adalah menanggulangi kemiskinan secara masal. Strategi ini
selanjutnya dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan Sedunia (ILO) pada tahun 1975,
dengan menekankan bahwa kebutuhan pokok manusia tidak mungkin dapat dipenuhi jika
pendapatan masih rendah akibat kemiskinan yang bersumber pada pengangguran. Oleh
karena itu sebaiknya usaha-usaha diarahkan pada penciptaan lapangan kerja, peningkatan
kebutuhan pokok dan sejenisnya.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Strategi Pembangunan Ekonomi

Pada prinsipnya, pemilihan strategi apa yang digunakan dalam proses pembangunan sangat
dipengaruhi oleh pertanyaan ‘Apa tujuan yang hendak dicapai?’

Jika tujuan yang hendak dicapai adalah menciptakan masyarakat yang mandiri, maka strategi
ketergantungan yang mungkin akan dipakai. Jika tujuan yang ingin dicapai adalah
pemerataan pembanguanan, maka strategi yang berwawasan ruang-lah yang akan
dipergunakan.

C. Strategi Pembangunan Indonesia


Sebelum Orde Baru strategi pembangunan di Indonesia secara teori telah diarahkan pada
usaha pencapaian laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun pada kenyataannya nampak
adanya kecenderungan lebih menitik beratkan pada tujuan-tujuan politik dan kurang
memperhatikan pembangunan ekonomi. Sedangkan pada awal Orde Baru, strategi
pembangunan di Indonesia lebih diarahkan pada tindakan pembersihan dan perbaikan kondisi
ekonomi yang mendasar, terutama usaha-usaha untuk menekan laju inflasi yang sangat tingi
(Hyper Inflasi).

Strategi-strategi tersebut kemudian dipertegas dengan ditetapkan sasaran-sasaran dan titik


berat setiap Repelita, yakni:

REPELITA I : Meletakkan titik berat pada sektor pertanian dan industri yang
mendukung sektor pertanian meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.

Kebijaksanaan pada periode Pelita I:

v Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 1970, mengenai penyempurnaan tata niaga bidang
eksport dan inport

v Peraturan Agustus 1971, mengenai devaluasi mata uang Rupiah terhadap Dolar dengan
sasaran pokok kestabilan harga bahan pokok, peningkatan nilai ekspor, kelancaran impor,
serta penyebaran barang di dalam negeri.

REPELITA II : Meletakkan titik berat pada sektor pertanian dengan meningkatkan


industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku meletakkan landasan yang kuat
bagi tahap selanjutnya.

Periode ini diisi dengan kebijaksanaan mengenai pengkreditan untuk mendorong para
eksportir kecil dan menengah, disamping mendorong kemajuan pengusaha kecil/ekonomi
lemah dengan produk Kredit Investasi Kecil (KIK).

v Kebijakan Fiskal

v Kebijakan Moneter untuk menaikkan hasil produksi nasional dan menaikkan daya saing
komoditi ekspor

REPELITA III : Meletakkan titik berat pada sektor pertanian menuju


swasembada pangan dan meningkatkan industri yang mengolah bahan baku menjadi barang
jadi meletakkan landasan yang kuat bagi tahap selanjutnya.

Kebijaksanaan pada periode Pelita III :

v Tata cara pelaksanaan impor dan lalu lintas devisa

v Paket kebijaksanaan imbal beli (counter purchase)

v Kebijaksanaan devaluasi dengan menurunkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar

REPELITA IV : Meletakkan titik berat pada sektor pertanian untuk melanjutkan


usaha-usaha menuju swasembada pangan dengan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin-mesin industri sendiri, baik industri ringan yang akan terus
dikembangkan dalam Repelita-repelita selanjutnya meletakkan landasan yang kuat bagi tahap
selanjutnya.

Kebijaksanaan pada periode Pelita IV :

v Kebijaksanaan untuk meningkatkan ekspor non-migas (INPRES No.4 Tahun 1985)

v 6 Mei 1986 (PAKEM) mendorong sector swasta di bidang ekspor maupun penanaman
modal

v Devaluasi 1986

v 25 Oktober 1986 deregulasi di bidang perdagangan, moneter, dan penanaman modal

v 15 Januari 1987 peningkatan efisiensi, inovasi, dan produktivitas sektor industry dalam
rangka meningkatkan ekspor non migas

v 24 Desember 1987 (PAKDES) restrukturisasi bidang ekonomi, terutama memperlancar


perijinan (deregulasi)

v 27 Oktober 1988 deregulasi untuk menggairahkan passer modal dan menghimpun dana
masyarakat guna biaya pembangunan

v 21 November 1988 (PAKNOV) deregulasi dan debirokratisasi di bidang perdagangan dan


hubungan laut

v 20 Desember 1988 (PAKDES) memberikan keleluasaan bagi pasar modal dan


perangkatnya untuk melakukan aktivitas yang lebih produktif

REPELITA V : Kebijaksanaan pemerintah diarahkan kepada pengawasan,


pengendalian, dan upaya kondusif guna mempersiapkan proses tinggal landas menuju
rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua.

D. Perencanaan Pembangunan

Adapun definisi perencanaan pembangunan, menurut Bintoro Tjokromidjojo, manfaat


perencanaan adalah :

1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya suatu persyaratan kegiatan,


adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada
pencapaian tujuan pembangunan.
2. Dengan perencanaan maka dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam
masa pelaksanaa yang akan dilalui.
3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara
yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik.
4. Dengan perencanaan dapat dilakukan penyusunan skala prioritas.
5. Dengan adanya rencana maka akan ada suatu alat pengukur untuk mengadakan suatu
pengawasan dan evaluasi.
6. Penggunaan dan alokasi sumber-sumber pembangunan yang terbatas adanya secara
lebih efisien dan efektif.
7. Dengan perencanaan, perkembangan ekonomi yang mantap atau pertumbuhan
ekonomi yang terus menerus dapat ditingkatkan.
8. Dengan perencanaan dapat dicapai stabilitas ekonomi, menghadapi siklis konjungtur.

Dalam sejarah perkembangannya, perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia dibagi


dalam beberapa periode, yakni :

Periode Orde Baru, dibagi dalam :

• Periode 1945 – 1950

• Periode 1951 – 1955

• Periode 1956 – 1960

• Periode 1961 – 1966

Periode Setelah Orde Baru dibagi dalam :

• Periode 1966 s/d periode stabilisasi dan rehabilitasi

• Periode Repelita I : 1969/70 – 1973/74

• Periode Repelita II : 1974/75 – 1978/79

• Periode Repelita III : 1979/80 – 1983/84

• Periode Repelita IV : 1984/85 – 1988/89

• Periode Repelita V : 1989/90 – 1993/94

Anda mungkin juga menyukai