Anda di halaman 1dari 3

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

NAMA : ACH BARIZI FADIL


PRODI : EKONOMI SYARI’AH
SEMESTER : V (LIMA)
DOSEN PEMBINA : ABDUL BARI, S.E, M.M

LEMBAR JAWABAN

1. 1.)Monopoli Perdagangan: Salah satu aspek utama perdagangan pada masa VOC adalah monopoli
perdagangan. VOC mendapatkan hak eksklusif untuk melakukan perdagangan dengan wilayah-wilayah
tertentu di Asia, terutama Hindia Timur. Dengan demikian, VOC memiliki kontrol penuh atas perdagangan di
wilayah-wilayah tersebut, termasuk pengaturan harga dan persediaan barang. Berikut contoh-contohnya:
a. Monopoli rempah-rempah: VOC mendapatkan hak eksklusif untuk mengendalikan perdagangan rempah-
rempah, terutama cengkih dan lada, di Kepulauan Maluku.
b. Monopoli tekstil: VOC juga memiliki monopoli perdagangan tekstil, terutama kain kapas, di wilayah-
wilayah seperti India dan Indonesia. Mereka mengendalikan produksi dan distribusi kain kapas, serta
menentukan harga jualnya.
2.) Sistem Perdagangan Berbasis Kontrak: Aspek kedua dari perdagangan VOC adalah sistem perdagangan
berbasis kontrak. VOC menggunakan kontrak-kontrak dengan pedagang lokal dan pemerintah setempat
untuk mengatur perdagangan dan melindungi kepentingan mereka. Contoh-contoh sistem perdagangan
berbasis kontrak VOC adalah:
a. Kontrak sewa tanah: VOC menggunakan kontrak sewa tanah dengan pemerintah setempat di Hindia
Timur untuk mendapatkan akses ke pelabuhan dan fasilitas perdagangan.
b. Kontrak pengangkutan: VOC juga menggunakan kontrak pengangkutan dengan kapal-kapal dan pedagang
lokal untuk mengatur pengiriman barang.
Dua aspek perdagangan di atas memberikan VOC kekuatan besar dalam mengendalikan perdagangan di
wilayah-wilayah yang mereka kuasai pada abad ke-17 dan ke-18.
2. Sistem ekonomi komando, juga dikenal sebagai sistem ekonomi terpusat atau sosialisme, adalah sistem di
mana pemerintah memiliki kendali penuh atas produksi, distribusi, dan alokasi sumber daya ekonomi.
Dalam sistem ini, keputusan ekonomi utama, seperti apa yang diproduksi, berapa banyak yang diproduksi,
dan bagaimana alokasi sumber daya dilakukan, diambil oleh pemerintah.
Contoh sistem ekonomi komando yang terkenal adalah Uni Soviet pada masa lalu. Di bawah sistem ini,
pemerintah mengendalikan semua sektor ekonomi, termasuk industri, pertanian, dan perdagangan.
3. VOC, atau Vereenigde Oostindische Compagnie (Perusahaan Hindia Timur Belanda), adalah perusahaan
dagang Belanda yang didirikan pada tahun 1602. VOC mengalami kebangkrutan pada tahun 1799.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kebangkrutan VOC:
1.) Korupsi dan manajemen yang buruk: VOC mengalami masalah serius dengan korupsi dan manajemen
yang buruk. Para petinggi VOC terlibat dalam praktik korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan
penggelapan dana perusahaan.
2.) Perang dan konflik: VOC terlibat dalam berbagai konflik dan perang di Hindia Timur. Perang-perang ini
memakan biaya yang besar dan menguras sumber daya perusahaan.
3.) Penurunan permintaan dan harga rempah-rempah: VOC bergantung pada perdagangan rempah-rempah,
terutama rempah-rempah dari Kepulauan Banda. Namun, permintaan dan harga rempah-rempah
mengalami penurunan yang signifikan pada abad ke-18.
4.) Utang yang besar: VOC mengalami akumulasi utang yang besar akibat perang, investasi yang tidak
menguntungkan, dan biaya operasional yang tinggi. Utang yang tidak terbayar ini menjadi beban yang
tidak dapat ditanggung oleh perusahaan.
Meskipun kebangkrutan VOC memiliki dampak negatif yang signifikan pada waktu itu, ada beberapa
manfaat yang dapat diambil dari kejadian ini:
a. Pembelajaran dalam manajemen perusahaan: Kejadian ini mengingatkan pentingnya transparansi,
akuntabilitas, dan pengelolaan keuangan yang baik dalam menjaga keberlanjutan bisnis.
b. Perkembangan sistem hukum dan regulasi: Kebangkrutan VOC mendorong pengembangan sistem
hukum dan regulasi yang lebih baik dalam hal kepemilikan perusahaan, tanggung jawab manajemen,
dan perlindungan kepentingan pemegang saham.
c. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi: Pengetahuan yang diperoleh selama ekspedisi VOC
memberikan kontribusi penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa itu.
4. Pada abad ke-17 dan ke-18, dunia mengalami perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang signifikan.
Beberapa peristiwa penting yang terjadi selama periode ini termasuk Revolusi Ilmiah, Pencerahan, Revolusi
Industri, dan Periode Penjajahan.
Masalah sosial dan politik yang muncul pada periode ini meliputi:
1.) Kekuasaan absolutisme: Banyak negara di Eropa diperintah oleh penguasa absolut yang memiliki
kekuasaan mutlak tanpa batasan. Contohnya adalah Raja Louis XIV di Prancis.
2.) Ketidaksetaraan sosial: Terdapat kesenjangan yang besar antara kelas sosial. Kelas pekerja dan petani
hidup dalam kondisi yang sulit sementara kaum bangsawan dan aristokrat menikmati kekayaan dan
kekuasaan.
3.) Kolonialisme dan imperialisme: Negara-negara Eropa seperti Inggris, Prancis, dan Belanda melakukan
penjajahan dan ekspansi ke wilayah lain di dunia, mengakibatkan eksploitasi sumber daya dan
penindasan terhadap penduduk asli.
4.) Perang dan konflik: Periode ini juga ditandai dengan perang dan konflik yang melibatkan negara-negara
Eropa, seperti Perang Tiga Puluh Tahun dan Perang Napoleon.
Dalam hal teori ekonomi, ada beberapa unit teori yang berkembang pada abad ke-17 dan ke-18:
1) Merkantilisme: Merkantilisme adalah sistem ekonomi yang didasarkan pada keyakinan bahwa kekayaan
suatu negara tergantung pada jumlah emas dan perak yang dimilikinya.
2) Fisiokratisme: Fisiokratisme adalah teori ekonomi yang menekankan pentingnya sektor pertanian dalam
perekonomian.
3) Liberalisme ekonomi: Liberalisme ekonomi muncul pada abad ke-18 dengan pemikiran ekonomi Adam
Smith.
Sistem ekstraktif merujuk pada sistem ekonomi di mana sumber daya alam atau tenaga kerja dieksploitasi
secara intensif untuk keuntungan pihak tertentu tanpa memperhatikan kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan. Contoh sistem ekstraktif termasuk kolonialisme di mana negara-negara Eropa mengambil
sumber daya alam dari koloni mereka tanpa memberikan manfaat yang adil kepada penduduk asli.
5. Selama abad ke-19, Belanda memiliki tiga tahap sistem pemerintahan kolonial yang berbeda di wilayah
jajahannya. Berikut adalah penjelasan singkat dan contoh dari masing-masing tahap tersebut:
1) Sistem Pemerintahan Kultuurstelsel (1830-1870):
Pada tahap ini, Belanda menerapkan kebijakan Kultuurstelsel, yang juga dikenal sebagai Sistem Tanam
Paksa. Sistem ini didasarkan pada prinsip bahwa petani pribumi diwajibkan menanam tanaman
komersial tertentu, seperti kopi, teh, dan nilam, untuk kepentingan Belanda. Hasil panen tersebut
kemudian dijual oleh pemerintah kolonial dengan harga yang rendah. Contoh dari tahap ini adalah
praktik tanam paksa yang diterapkan di Jawa, di mana petani dipaksa menanam tanaman komersial dan
memberikan sebagian hasil panen kepada pemerintah kolonial.
2) Sistem Pemerintahan Liberal (1870-1901):
Pada tahap ini, Belanda mengadopsi kebijakan liberal dalam pemerintahan kolonialnya. Pemerintah
kolonial memberikan kebebasan ekonomi kepada perusahaan swasta Belanda untuk berinvestasi dan
mengelola tanah di wilayah jajahannya. Contoh dari tahap ini adalah perusahaan-perusahaan swasta
Belanda yang mendirikan perkebunan besar di Hindia Belanda, seperti perkebunan teh di daerah
Priangan di Jawa Barat.
3) Sistem Pemerintahan Ethisch (1901-1942):
Pada tahap ini, Belanda mengadopsi kebijakan Ethisch, yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan pendidikan bagi penduduk pribumi di wilayah jajahannya. Pemerintah kolonial
Belanda berusaha membangun infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dan sekolah, serta memberikan
akses pendidikan dan kesehatan kepada penduduk pribumi. Contoh dari tahap ini adalah pembangunan
sekolah-sekolah pribumi dan rumah sakit di berbagai daerah di Hindia Belanda.
Perlu dicatat bahwa meskipun ada upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk pribumi,
sistem pemerintahan kolonial Belanda pada umumnya masih didasarkan pada eksploitasi sumber daya
dan tenaga kerja lokal untuk kepentingan Belanda.

Anda mungkin juga menyukai