Anda di halaman 1dari 41

SEJARAH EKONOMI

INDONESIA

Dr. Muhamad Masri, SE., M.Si


GAMBARAN UMUM
PEREKONOMIAN INDONESIA

Berdasarkan pendekatan Kronologis Histories


subtansi PI digolongkan menjadi:
1. Masa Sebelum Terjajah (sebelum tahun 1600)
2. Masa Penjajahan (1600-1945)
3. Masa Sebelum 1966 (sejak merdeka )
4. Masa Sesudah 1966 (sejak orde baru )
5. Masa sesudah ORBA (masa Reformasi Ekonomi)

2
Periode Masa Belanda
TERBENTUKNYA VOC

• Keberhasilan ekspedisi-ekspedisi Belanda dalam mengadakan


perdagangan rempah-rempah mendorong pengusaha-pengusaha
Belanda yang lainnya untuk berdagang ke Nusantara.Diantara
mereka terjadi persaingan.Disamping itu mereka harus harus
menghadapi persaingan dengan Portugis,Spanyol dan
Inggris.Akibatnya mereka saling menderita kerugian,lebih lebih
dengan sering terjadinya perampokan perampokan oleh bajak laut.
• Atas prakarsa dari 2 orang tokoh Belanda yaitu Pangeran
Maurits dan Johan van Olden Barnevelt pada tahun 1602
kongsi-kongsi dagang Belanda dipersatukan menjadi
sebuah kongsi dagang besar yang diberinama VOC
(Verenigde Oost Indesche Compagnie ) atau ‘Persekutuan
Maskapai Perdagangan Hindia Timur’, pengurus pusat
VOC terdiri dari 17 orang.

• Pada tahun 1602 VOC membuka kantor pertamanya di


Banten yang dikepalai oleh Francois Witter
TUJUAN DIBENTUKNYA VOC

1. Menghindari persaingan tidak sehat diantara sesama


pedagang Belanda untuk keuntungan maksimal.

2. Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi


persaingan,baik dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya
maupun dengan bangsa-bangsa Asia.

3. Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang


berjuang menghadapi Spanyol.
HAK-HAK ISTIMEWA VOC

• Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan leluasa


VOC diberi hak-hak istimewa oleh pemerintah Belanda :
1. Memonopoli perdagangan
2. Mencetak dan mengedarkan uang
3. Mengangkat dan memperhentikan pegawai
4. Mengadakan perjanjian dengan raja-raja
5. Memiliki tentara untuk mempertahankan diri
6. Mendirikan benteng
7. Menyatakan perang dan damai
8. Mengangkat dan memberhentikan penguasa-penguasa
setempat.
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
KOLONIAL BELANDA DAN SISTEM
BIROKRASI PEMERINTAHAN VOC
DI INDONESIA (SEBELUM ABAD
KE-19)
1.POLITIK PERDAGANGAN DAN
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN VOC

Peraturan-peraturan yg ditetapkan VOC dalam


melaksanakan monopoli perdagangan antara lain :
a).Verplichte Laverantie
Yaitu penyerahan wajib hasil bumi dengan
harga yg telah ditetapkan oleh VOC,dan melarang
rakyat menjual hasil buminya selain kepada VOC.
b).Contingenten
Yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar
pajak berupa hasil bumi.
c).Peraturan tentang ketentuan areal dan
jumlah tanaman rempah-rempah yang
boleh ditanam.
d).Ekstirpasi
Yaitu hak VOC untuk menebang tanaman
rempah-rempah agar tidak terjadi over
produksi yg dapat menyebabkan harga
rempah-rempah merosot.
e).Pelayaran Hongi
Yaitu pelayaran dengan perahu kora-kora
(perahu perang) untuk mengawasi
pelaksanaan monopoli perdagangan
VOC dan menindak pelanggarnya.
GAMBAR PERAHU KORA-KORA
Beberapa gubernur jendral VOC yang dianggap
berhasil dalam mengembangkan usaha dagang dan
kolonisasi VOC di Nusantara antara lain :

1.Jan Pieterzoon Coen (1619-1629)


Dikenal sebagai peletak dasar imperialisme Belanda di
Nusantara.Ia dikenal pula dengan rencana kolonisasinya
dengan memindahkan orang-orang Belanda bersama
keluarganya ke Indonesia.
2.Antonio Van Diemen (1636-1645)
Ia berhasil memperluas kekuasaan VOC ke Malaka pada
tahun 1641,Ia juga mengirimkan misi pelayaran yang
dipimpin Abel Tasman ke Australia,Tasmania,Selandia baru.
3.Joan Maetsycker (1653-1678)
Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan VOC ke Semarang
Padang dan Menado.
4.Cornelis Speeldman (1681-1684)
Ia menghadapi perlawanan didaerah dan tidak berhasil mengalahkan
Sultan Agung,Trunojoyo dan Sultan Ageng Tirtayasa.
GAMBAR JAN PIETERZOON COEN
KEMUNDURAN VOC

•Kemunduran dan kebangkrutan VOC terjadi sejak awal abad


ke-18 disebabkan oleh :
1.Banyak korupsi yg dilakukan oleh pegawai-pegawai VOC.
2.Anggaran pegawai terlalu besar sebagai akibat makin luas
nya wilayah kekuasaan VOC.
3.Biaya perang untuk memadamkan perlawanan rakyat
terlalu besar.
4.Persaingan dengan konsi dagang negara lain,misalnya
dengan EIC milik Inggris.
5.Hutang VOC yang sangat besar.
6.Pemberian deviden kepada pemegang saham walaupun
usahanyamengalami kemunduran
7.Berkembangnya faham Liberalisme sehingga monopoli
perdaganganyg diterapkan VOC tidak sesuai lagi untuk
diteruskan.
8.Pendudukan Perancis terhadap negara Belanda pada tahun
1795.
VOC DIBUBARKAN

•Pada tahun 1795 dibentuk panitia pembubaran


VOC dan hak-hak istimewa VOC dihapus.
•Pada tanggal 31 desember 1799 VOC
dibubarkan dengan saldo kerugian sebesar
134,7 juta gulden.
•Selanjutnya semua hutang dan kekayaan
VOC diambil alih oleh Pemerintah Kerajaan
Belanda.
Ciri perekonomian kolonial
• Pada jaman Kolonial Belanda, ekonomi Indonesia diwarnai
oleh suatu strategi yang melahirkan dualisme dalam
kegiatan ekonomi, yaitu dualisme antara sektor ekspor
(enclave) dan sektor tradisonal (hinterland). Sektor ekspor
diwakili dengan kehadiran perkebunan-perkebunan di
daerah pedesaan (Suroso, 1994).

• Pendirian perkebunan di daerah pedesaan semata-mata


karena pertimbangan lokasi yang menguntungkan (tanah
subur, iklim cocok) dan bukan untuk menciptakan lapangan
kerja baru untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Konsep Dualisme

• Sejak jaman penjajahan sampai saat ini


perekonomian Indonesia masih juga
menunjukkan ciri-ciri adanya dualisme, baik
dualisme yang bersifat teknologis, maupun yang
bersifat ekonomis, sosial dan kultural. (Anne
Booth, 1990) :
• “Masyarakat yang mempunyai dua gaya sosial
berbeda, yang masing-masing hidup
berdampingan. Dalam proses evolusi sejarah
normal yang berlaku bagi masyarakat homogen,
kedua gaya sosial tersebut mewakili tahap
perkembangan sosial yang berbeda, dipisahkan
oleh suatu gaya sosial lain yang mewakili tahap
transisi, misalnya : masyarakat sebelum
kapitalisme dan masyarakat kapitalisme maju
yang dipisahkan oleh masyarakat kapitalisme
awal….”
• Peranan Hindia Belanda Dalam Perdagangan
• Peranan Hindia Belanda terlihat dari prosentase
ekspor terhadap ekspor dunia untuk beberapa
komiditi, antara lain : kina 99%, lada 86%, Kapok
72%, karet 37%, agave 33%, hasil kelapa 27%,
minyak sawit 24%, teh 19%, timah putih 17%, gula
5% (Soemitro, 1953; di kutip dari Suroso, 1994).
• Kira-kira 25% dari impor Hindia belanda datang dari
negeri belanda. Memang merupakan politik belanda
untuk mendahulukan firma-firma Dagang Belanda.
• Selama 20 tahun antara kedua perang dunia, neraca
perdagangan Hindia Belanda dengan Amerika
mengalami surplus $ 955 juta, sedang nerraca
dagang negeri Belanda dengan Amerika defisit
sebesar $900 juta. Surplus dari Hindia belanda ini
yang dipergunakan untuk menutup defisit negeri
Belanda (Soemitro, 1953: dikutip dari Suroso, 1994).
• Antara tahun 1921 – 1939 pendapatan riil
penduduk Indonesia asli naik 50% (sekitar 2,6%
per tahun). Sedang laju pertumbuhan penduduk
waktu itu sekitar 1,5% per tahun.
• Ini berarti bahwa pada masa penjajahan Belanda
ada peningkatan kesejahteraan hidup rakyat
meskipun kecil dan lambat sekali.
PERIODE KEMERDEKAAN
Masa Demokrasi Liberal (1945 – 1959)
• Masalah yang dihadapi tahun
1945 – 1950
• Rusaknya prasarana-prasarana
ekonomi akibat perang
• Blokade laut oleh Belanda sejak
Nopember 1946 sehingga kegiatan
ekonomi ekspor-impor terhenti.
• Agresi Belanda I tahun 1947 dan
Agresi belanda II tahun 1948.
• Dimasyarakat masih beredar mata uang rupiah
Jepang sebanyak 4 miliar rupiah (nilainya rendah
sekali). Pemerintah RI mengeluarkan mata uang
“ORI” pada bulan Oktober 1946 dan rupiah Jepang
diganti/ ditarik dengan nilai tukar Rp 100 (Jepang) =
Rp 1 (ORI).

• Pengeluaran yang besar untuk keperluan tentara,


menghadapi Agresi Belanda dan perang gerilya.
(Suroso, 1994).
• Ketegangan dengan Belanda akibat masalah
Irian Barat menyebabkan pengambilalihan
perusahaan[erusahaan asing (Barat).
Sementara itu di daerah-daerah terjadi
pergolakan yang mengarah disintergrasi,
seperti Dewan Banteng, Permesta, PRRI
(Suroso, 1994).
• Selama periode 1949-1956, struktur ekonomi
Indonesia masih peninggalan zaman
kolonialisasi. Sektor formal/ modern, seperti
pertambangan, distribusi, transpor, bank dan
pertanian komersil, yang memiliki kontribusi
lebih besar dari pada sektor informal/
tradisional terhadap output nasional,
didominasi oleh perusahaan-perusahaan
asing yang kebanyakan berorientasi ekspor
komoditi primer (Tulus Tambunan, 1996).
Rencana dan Kebijaksanaan Ekonomi

• Memang sebelum pemerintahan Soeharto,


Indonesia telah memiliki empat dokumenn
perencanaan pembangunan, yakni :
• Rencana dari Panitia Siasat Pembangunan
Ekonomi yang diketuai Muhammad Hatta (1947).
• Rencana Urgensi Perekonomian (1951) – yang
diusulkan oleh Soemitro Djojokusumo.
• Rencana Juanda (1955) – Rencana Pembangunan
Lima Tahun I meliputi kurun waktu 1956-1960.
• Rencana Delapan tahun “Pembangunan Nasional
Semesta Berencana” pada masa demokrasi terpimpin ala
Soekarno
Mengingat situasi keamanan (Agresi Belanda 1947, 1948,
pemberontakan PKI di Madiun 1948) dan silih bergantinya
kabinet maka tidak dimungkinkan adanya program
kebijaksanaan yang bisa dijalankan secara konsisten dan
dan berkesinambungan. Antara tahun 1949-1959 terjadi 7
kali pergantian kabinet (yang rata-rata berumur 14 bulan)
sehingga cukup sulit menilai program ekonomi apa yang
telah berhasil diterapkan masing-masing.
• Pada awal tahun 50-an kebijaksanaan moneter di
negara ini cenderung bersifat konservatif (jumlah
uang yang beredar tumbuh dengan mantap, tetapi
terkendalikan dengan laju 22 % per tahun antara
1951 – 1956). Kemudian selama tahun-tahun
terakhir dasawarsa 50-an jumlah uang yang
beredar tumbuh dengan lebih cepat antara 1956 –
1960). Kebijaksanaan moneter selanjutnya semakin
terkesan sebagai hasil sampingan dari dunia politik
dan dari kebutuhan untuk membiayai defisit APBN
yang semakin membesar (Stephen Grenville dalam
Anne Booth dan Peter Mc Cawley, ed., 1990).
MASA EKONOMI TERPIMPIN ( 1959 – 1966 )
• Masalah yang dihadapi
• Selama Orde Lama telah terjadi berbagai
penyimpangan, dimana ekonomi terpimpin yang
mula-mula disambut baik oleh bung Hatta, ternyata
berubah menjadi ekonomi komando yang statistik
(serba negara). Selama periode 1959 – 1966 ini
perekonomian cepat memburuk dan inflasi
merajalela karena politik dijadikan panglima dan
pembangunannnn ekonoi disubordinasikan pada
pembangunan politik. (Mubyarto, 1990).
• Ada hubungan yang erat antara jumlah uang yang
beredar dan tingkat harga (Stephen Genville dalam Anne
Booth dan McCawley, ed., 1990).

Tahun JUB (%) Harga


(%)
1960 39 19
1961 42 72
1962 99 158
1963 95 128
1964 156 135
1965 280 595
1966 763 635
• Kondisi ekonomi dan politik saat itu: dari dunia
luar (Barat) Indonesia sudah terkucilkan karena
sikpanya yang konfrontatif. Sementara di dalam
negeri pemerintah selalu mendapat rongrongan
dari golongan kekuatan politik “kontra-revolusi”
• MASA EKONOMI PANCASILA/ ORDE BARU (1966 –
1998)
 MASA STABILISASI DAN REHABILITASI (1966 –
1968)
 MASA PEMBANGUNAN EKONOMI (1969 – sekarang)
 MASA OIL BOOM (1973 – 1982)
 MASA PEMBANGUNAN EKONOMI (1983 – 1987)
 MASA PASCA OIL BOOM (1983 – 1987)
• KEGIATAN EKONOMI MEMANAS
(OVERHEATED) SEJAK 1990
• KEGIATAN EKONOMI INDONESIA MENJADI
OVER LOADED TAHUN 1996
• KRISIS MONETER BULAN JULI 1997 MENJADI
KRISIS EKONOMI
• TERJADINYA KONTRAKSI EKONOMI SEJAK
1998
• RENCANA DAN PROGRAM PEMULIAHAN
EKONOMI
Pemerintahan Transisi

• Rupiah bulan Junli 1997 Rp 2.500 menjadi Rp 2.650 per


dolar AS.
• Juli 1997 BI melakukan intervensi:
• Memperlebar rentang intervensi.
• 13 Agustus 1997 rupiah menjadi Rp. 2.682 per dolar AS dan ditutup
sekitar Rp 2.655 perdolar.
• BI memperluas rentang intervensi rupiah dari 8% menjadi 12%.,
rupiah menjadi Rp 2.755 per dolar AS.
• Januari – Februari 1998 menembus 11.000 rupiah per dolar AS.
• Maret 1988 rupiah menjadi Rp 10.550 per dolar AS.
• Pertengahan 1998 adanya kesepakatan dengan IMF memeorandum
tambahan berhubungan dengan kebijaksanaan ekonomi dan
keuangan.
Krisis politik tragedi Universitas trisakti.
Mei 1998 gedung DPR dikuasai mahasiswa.
21 Mei Suharto mengundurkan diri digantikan wakilnya Dr. Habibie.
23 Mei Presiden Habibie membentuk kabinet baru.
Pemerintahan Reformasi - SBY

• Pertengahan 1999 pemilu, dimenangkan oleh PDI-P, kemudian Partai Golkar.


• Oktober 1999 dilakukan SU MPR dan pemilihan Presiden.
• KH. Abdurrachman Wahid terpilih menjadi Presiden dan Megawati Soekarno
Putri sebagai Wakil Presiden.
• Laju pertumbuhan positif walaupun tidak jauh dari 0%.
• Tahun 2000 laju pertumbuhan hampir mencapai 5%.
• Ucapan kontroversial membingungkan pelaku bisnis.
• Dikeluarkan Memorandum I dan II.
• Pertikaian politik, Aceh, Maluku dan Kalimantan tengah.
• Hubungan dengan IMF menjadi tidak baik, karena adanya UU. No 23 tahun
1999 mengenai Bank Indonesia, otonomi daerah yang berhubungan dengan
kebebasan daerah meminjam uang dari luar negeri.
• IMF menunda pencairan dana.
• Indonesia diancam sebagai negara bangkrut oleh Paris Club, tahun 2002 jatuh
tempo membayar hutang.
Akhir Kuliah

Anda mungkin juga menyukai