Anda di halaman 1dari 13

Kelompok

Sejarah ekonomi

Nama kelompok:
1. Aldo Yuda Manullang
2. Kezia Meisheli Sabatania
Napitupulu
3. M. Revelli Prana Ramadhan
4. Sarah Michelle Siregar
Orientasi
VOC atau yang biasa dikenal dengan perserikatan dagang Hindia Timur Belanda yang berdiri
pada tanggal 20 Maret 1602, didirikan karena terjadi persaingan dan permusuhan di kalangan
para pedagang Belanda, sehingga apabila tidak dilakukan pencegahan dapat membawa
bencana dan malapetaka. VOC atau kongsi dagang ini ingin mengatasi kerugian seluruh
pedagang Belanda yang bersaing dengan Portugis dan Spanyol di Asia dan mendapatkan
keuntungan yang besar untuk keperluan perang dengan Spanyol.
Mereka memulai perjalanan dunia untuk menguasai jalur perdagangan ke Asia.
Pada saat itu mereka melakukan ekspansi untuk mencari rempah-rempah, dan
pada saat itu Indonesia menjadi negara penghasil rempah terbaik. VOC yang
awalnya bertujuan hanya untuk mengumpulkan dana perang serta memenangkan
persaingan dagang, ternyata juga ikut andil dalam berbagai aspek kehidupan di
Nusantara. Faktanya, semua yang dilakukan termuat dalam oktroi yang telah
dibuat oleh pemerintah Belanda.
Pengungkapan Peristiwa
Kapal VOC untuk pertama kali datang dan
mendarat di Banten pada tahun 1956 untuk
membeli barang dagangan,seperti rempah-
rempah untuk dibawa dan dijual di Eropa.
Namun segera setelah itu,mereka tidak
hanya sekedar berdagang,tapi berniat
menguasai sumber-sumber produksi
secara langsung atau tidak langsung.
Tetapi di balik itu bagi VOC, kedudukan
Batavia semula hanya sebagai pangkalan
untuk menyuplai kapal-kapal dalam
perdagangan rempah dengan makanan, air,
juga perbaikan. Namun, VOC terus
mengembangkan kongsi dagangnya.
Sejak tahun 1619, VOC mendirikan tiga buah
pangkalan di Indonesia, yakni di Jayakarta,
Ambon, dan Banda. Produksi pala di Banda
dikuasai oleh VOC dan dikelola sebagai
perkebunan, produksi dan perdagangan cengkih
di Ambon dimonopoli dan para pengusaha di
pantai Utara ditundukkan. Pada akhir abad-18
daerah kekuasaan VOC mencakup sebagian
besar Jawa dan Maluku serta beberapa pos
dagang di Sumatera,Kalimantan,dan Sulawesi.
Dengan penguasaan teritori yang luas, VOC
mendapatkan penghasilan baru selain
perdagangan, yaitu pajak dan beberapa pungutan
terhadap penduduk di daerah kekuasaannya.
Menuju Konflik
Sistem VOC yang membuat indonesia terganggu adalah sistem ekstraktif : Sistem
ekstraktif adalah sebuah sistem yang sangat peduli pada keuntungan maksimal
perusahaan dengan mengambil sebanyak mungkin sumber daya alam yang
tersedia, tanpa memikirkan kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar
sumber-sumber daya ekonomi yang disedot.
Sebuah studi mengatakan ekonomi indonesia mengalami pertumbuhan yang
panjang pada tahun 1450-1680, setelah itu pada tahun 1680-1750 terjadi penurunan
akibat peperangan dan kemungkinan karena kejenuhan sistem monopoli
perdagangan VOC. Setelah itu pada tahun 1750-1820 kegiatan ekonomi mulai
marak kembali yang diakibatkan meluasnya jaringan infrastruktur, penerapan
teknologi dan produk baru disektor perkebunan.
Puncak Konflik
Sistem ekstraktif tidak menciptakan
perekonomian yang mampu tumbuh secara
berkesinambungan/ berkelanjutan dalam jangka
panjang. Dalam kondisi ini, struktur ekonomi
yang memiliki daya tahan dan dan daya maju
tidak pernah terbentuk. Sistem ekstraktif ini
dibentuk bukan pilihan yang baik bagi
kesejahteraan melainkan memperburuk
kesejahteraan. Manfaat pertumbuhan ekonomi
dinikmati oleh VOC, para penguasa lokal dan
perangkatnya serta pedagang pedagang
perantara, sementara itu mayoritas penduduk
tetap hidup pas-pasan, tingkat hidup subsistensi.
Resolusi
Pemerintah Belanda Ambil VOC Proses panjang
kebangkrutan VOC berlangsung pada belahan
kedua abad 18. VOC dengan kewenangan
monopoli perdagangan serta kewenangan untuk
menerapkan berbagai macam pajak, dan kerja
paksa terhadap penduduk di kawasan di bawah
kekuasaan dan pengaruhnya, yang semakin luas
itu, ternyata terus-menerus mengalami kerugian.
Mengapa? Apa yang terjadi? Perubahan situasi
ekonomi dan politik di Eropa menjadi salah satu
penyebabnya. Perang antara Belanda dengan
Inggris (1781-84) dan pendudukan Belanda oleh
Prancis pada 1794-95 sangat mempengaruhi
kinerja VOC.
Sementara itu, persaingan yang semakin tajam dari para pedagang Inggris, Prancis,
Denmark (tapi terutama dengan para pedagang Inggris) juga menyebabkan menurunnya
keuntungan yang diraih VOC. Namun, di luar itu semua, ada satu penyebab penting lain
dan ini terjadi di dalam tubuh VOC itu sendiri. Seperti yang dilaporkan oleh para pejabat
VOC, penurunan perusahaan ter- utama disebabkan oleh penurunan produktivitas kebun-
kebun di Indonesia. Itu yang dilaporkan secara resmi. Namun, bukan itu yang sebenarnya
terjadi. Berbagai observasi dan laporan pada waktu itu dikembangkan bahwa
produktivitas kebun secara teknis tidak akan menurun. Yang menurun adalah hasil
Koda
"Pemerintahan" zaman VOC
adalah contoh sistem yang murni
bersifat ekstraktif, yaitu
menggunakan seluruh
kemampuan bisnis dan
kewenangan publik yang ada
dikendalikan untuk menyedot
surplus ekonomi semaksimal
mungkin dari kawasan yang
dikuasainya. Sama sekali tidak
ada pertimbangan mengenai apa
nasib mereka yang hidup di
sana.
Dalam sistem ini, tidak ada
pembedaan antara kewenangan
korporasi dan kewenangan publik,
antara kepentingan bisnis dan
kepentingan umum, antara
kepentingan pengusaha dan
penguasa. Semuanya menyatu dan
digunakan untuk mencapai satu
tujuan, yaitu menyedot surplus
ekonomi secara maksimal dari
daerah itu-sistem ekstraktif murni.
Ironisnya, dengan sistem yang
seharusnya sangat menguntungkan
ini, VOC akhirnya bangkrut karena
rugi. Pada akhir abad 18, seluruh
aset dan teritori VOC diambil alih
oleh pemerintah Belanda.

Anda mungkin juga menyukai