Anda di halaman 1dari 8

KONDISI MASYARAKAT INDONESIA PADA MASA PENJAJAHAN

1.Sistem monopoli perdagangan

Sumber:http://perkebunan news.com/category/commodities/cengkeh

Gambar: Cengkih merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang di monopoli Belanda

Tahukahkamu apa hubungan antara komuditas pada gamabar diatas dengan kebijakan
monopoli perdagangan pada masa Penjajahan? Ya, komoditas pada gambar diatas merupakan
hasil kekayaan alam Indonesia yang dimonopoli bangsa-bangsa barat. Apakah pengaruh
monopoli bangsa bangsa Barat bagi kegiatan perdagangan Indonesia pada masa pada masa saat
itu?
Secara etimologi "monopoli" berasal dari bahasa Yunani, yaitu "monos" yang berarti sendiri
dan "pilien" yang berarti penjualan. Dengan demikian, secara sederhana monopoli berarti suatu
kondisi ketika hanya ada satu penjual yang menawarkan suatu barang atau jasa tertentu. Secara
lebih luas monopoli dapat diartikan penguasaan pasar yang dilakukan oleh satu atau sedikit
perusahaan. Bagaimana dampaknya monopoli? Bagi pelaku monopoli sistem ini sangat
menguntungkan karena pelaku monopoli dapat menentukan harga beli dan harga jual. Akan
tetapi, bagi produsen sistem ini sangat merugikan karena harga jual ditentukan oleh pelaku
monopoli.
Di Indonesia praktik monopoli telah berlangsung sejak masa kekuasaan VOC yang ditandai
dengan kegiatan monopoli perdagangan rempah-rempah, terutama di Maluku. Dalam usahanya
melaksanakan kegiatan monopoli, VOC menetapkan beberapa peraturan
Peraturan yg diterapakan:

Rakyat Maluku dilarang menjual rempah-rempah selain kepada VOC.

Jumlah tanaman rempah-rempah ditentukan oleh VOC.

Tempat-tempat ditentukan oleh VOC.

VOC melaksanakan pelayaran hongi agar pelaksanaan monopoli tersebut ditaati oleh rakyat.
Apa sih pelayaran hongi? pelayaran hongi adalah patroli dengan perahu kora-kora yang
dilengkapi senjata untuk mengawasi pelaksanaan monopoli di daerah Maluku. Selain itu, untuk
mempertahankan harga rempah-rempah VOC menggunakan hak ekstirpasi. Hak ekstirpasi
adalah hak VOC untuk menebang tanaman rempah-rempah agar tidak terjadi produksi berlebih
yang dapat menyebabkan harga rempah-rempah merosot.
VOC juga melaksanakan politik memecah belah (devide at impera) untuk memperlancarkan
monopoli perdagangan Indonesia. Dengan menerapkan politik memecah belah VOC berharap
agar terjadi permusuhan antara kerajaan pada saat itu terjadi perang antar kerajaan maupun
konflik dalam kerajaan, VOC akan mendukung salah satu belah pihak. Setelah pihak yang
didukung VOC menang, VOC akan meminta balasan berupa jasa monopoli perdagangan atau
penguasaan atas daerah tertentu.
Dari monopoli perdagangan tersebut , pada masa itu menyebabkan rakyat tidak memiliki
kebebasan untuk menjual hasil bumi mereka. Mereka terpaksa menjual hasil bumi hanya kepada
VOC, meskipun VOC membeli hasil bumi rakyat tersebut dengan harga yang sangat rendah.
Padahal jika, rakyat menjual kepada pedagang lain harga hasil bumi tersebut dapat jauh lebih
tinggi.
Masa kekuasaan VOC menjadi akar kolonialisme Belanda di Indonesia. Meskipun, VOC
merupakan perusahaan dagang yang hanya bertugas mengurus masalah ekonomi dalam
perkembangan . Tetapi VOC bertindak seperti sebuah negara , berbagai kebijakan dikeluarkan
VOC untuk menjalankan kekuasaannya di Indonesia. Pelaksanaan kebijakan ini mendapatkan
izin dari pemerintahan Belanda pemerintahan Belanda memberikan wewenang kepada VOC,
untuk menjalankan kekuasaan di Indonesia wewenang itu disebut hak oktroi. Hak oktroi adalah
hak istimewa yang diberikan pemerintah Belanda kepada VOC.

Isi Hak Oktroi

Mencetak uang

Memiliki angkatan perang

Pemerintah daerah yang didudukinya


Melakukan perjanjian dengan raja-raja

Memonopoli perdagangan rempah-rempah

Untuk memperluas daerah kekuasaannya VOC melakukan politik eksplanasi dengan cara
perang (militer). Beberapa Gubernur jenderal seperti Antonio Van Diemen (1635-1645), Johan
Maatsuyeker (1653-1678), Rijklof van Goens (1678-1681) dan Cornelis Janzoon (1681-1684)
merupakan tokoh-tokoh peletak dasar politik ekspansi VOC . *Politik ekspansi adalah politik
yang bertujuan untuk memperluas daerah jajahan*
Pada akhir abad XVII VOC mengalami kemunduran, kemunduran tersebut disebabkan
beberapa faktor yaitu banyak pegawai VOC yang melakukan korupsi , banyak pegawai VOC
tidak cakap, VOC sering terlibat perang yang memerlukan biaya tinggi, hutang yang melilit,
serta timbulnya perlawanan di berbagai daerah . Akhirnya, pemerintah Belanda mengambil alih
saham VOC dan resmi membubarkan VOC pada tanggal 31 desember 1799. Selanjutnya
Indonesia berada dibawah kekuasaan pemerintahan Belanda masa kekuasaan Belanda ini disebut
masa pemerintahan Hindia Belanda mulai dari periode inilah Belanda secara resmi menjalankan
pemerintahan kolonial dalam arti sebenarnya.

2. Kebijakan kerja paksa

Sumber;http://beritatrans.com/2017/01/06/jalan-raya-anyer-panarukan-bukti-zalimnya-kerja-
rodi-daendels/

Gambar; kerja paksa pada masa kolonial Belanda

Pemerintah Belanda melaksanakan kebijakan kerja paksa. Kerja paksa pada zaman
pemerintahan Belanda disebut kerja rodi dalam pelaksanaan kerja paksa bangsa Indonesia tidak
diberi fasilitas yang memadai. Mereka tidak memperoleh penghasilan yang layak, tidak
diperoleh asupan makanan, dan dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang di luar batasan-batasan
kemanusiaan. Apa sih tujuan dari kerja paksa tersebut? Tujuan dari kerja paksa tersebut karena
pada saat itu pemerintah Belanda sedang mengalami krisis ekonomi sehingga mereka
menerapkan kebijakan kerja paksa.

Sumber:https://m.kaskus.co.id/thread/50ebf97e621243de7f000006/must-see-mengenal-jalan-
raya-pos-anyer---panarukan/

Gambar: Jalur Anyer-Panarukan

Apa hubungannya peta dengan kebijakan kerja paksa? Dalam peta diatas menunjukkan jalur
anyer-panarukan jalur-jalur tersebut membentang dari anyer (Banten), Bogor, Bandung, Cirebon,
Semarang , Rembang, Surabaya hingga Panarukan (Jawa Timur) dengan panjang sekitar 1000
km. Pembangunan jalur tersebut merupakan kebijakan Gubernur jenderal Herman William
daendels yang berkuasa pada tahun 1808-1811 pembangunan jalur anyer sampai panarukan
merupakan salah satu bukti praktik kerja paksa pada masa kolonial.

Jalur Anyer-Panaruka dibangun dengan tujuan utama untuk kepentingan militer, pemerintahan
kolonial. Selain itu untuk kepentingan militer jalur tersebut digunakan sebagai penghubung kota-
kota penting di pulau jawa yang merupakan penghasil berbagai tanaman ekspor. Dengan
dibangun jalur tersebut proses distribusi barang dan jasa untuk kepentingan kolonial menjadi
semakin cepat dan efisien.

Pembangunan jalur anyer Panarukan dilakukan dengan tangan manusia dan melewati gunung
yang terjal serta Medan yang sulit dilewati. Puluhan ribu penduduk dikerahkan secara paksa
untuk membangun jalur tersebut. Mereka tidak digaji dan tidak menerima makanan yang layak
akibatnya ribuan penduduk meninggal baik kelaparan maupun terserang penyakit.

Selain pembangunan jalur Anyer-Panaruk, bentuk praktik kerja paksa pada masa kolonial
Belanda diantaranya

Pembangunan pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.

Pembangunan pangkalan armada di anyer dan ujung kulon.

Pembangunan benteng benteng pertahanan.


Perbudakan di berbagai perusahaan tambang dan perkebunan.

3. Sistem sewa tanah

Tahukah kamu bahwa Inggris juga pernah menjajah Indonesia? *Kalau belum tau cek dibio
Chimie :v

Sumber: Suryo Hartono

Gambar: Kebun Raya Bogor merupakan salah satu peninggalan pada masa penjajahan Inggris

Dari gambar diatas merupakan salah satu peninggalan Inggris yang menjadi bukti kekuasaan
Inggris di Indonesia. Bangsa Inggris berkuasa di Indonesia pada tahun 1811-1816. Setelah
Indonesia jatuh ke tangan Inggris Gubernur jenderal East India Coompany (EIC), Lord
Minto menunjuk Thomas Stamford Raffles sebagai penguasa di Indonesia. Salah satu kebijakan
yang terkenal pada masa pemerintahan Raffles adalah sistem sewa tanah atau Landrent-
system atau Landelijk Stelsel.

Aturan sistem sewa tanah

Petani harus menyewa tanah meskipun memiliki hak kepemilikan tanah tersebut.

Harga sewa tanah tergantung kepada kondisi tanah.

Pembayaran sewa tanah dilakukan dengan uang tunai.

Bagi yang tidak memiliki tanah dikenakan pajak kepala

Dalam perkembangannya, sistem sewa tanah di anggap memberatkan rakyat . Selain itu
sistem sewa tanah juga menggambarkan seolah-olah rakyat tidak memiliki tanah padahal tanah
tersebut adalah milik milik rakyat Indonesia dan juga hasil sewa tanah tersebut tidak di
seluruhnya digunakan untuk kemakmuran rakyat melainkan untuk kepentingan pemerintahan
Inggris.

Pelaksanaa sistem sewa tanah di Indonesia memiliki banyak kelemahan sehingga mengalami
kegagalan.
Penyebab penyebab kegagalan pelaksanaan sistem sewa tanah di Indonesia

sulit menentukan besar kecil pajak bagi pemilik tanah Karena tidak semua rakyat memiliki luas
tanah yang sama.

Sulit menemukan luas dan tingkat kesuburan tanah petani

Keterbatasan jumlah pegawai

Masyarakat desa belum mengenal sistem uang.

Sistem sewa tanah diterapkan hampir di seluruh wilayah pulau jawa. Kecuali Batavia dan
parahyangan yg merupakan daerah yang tidak menerapkan sistem sewa tanah karena hampir
sebagian besar wilayah Batavia menjadi milik swasta . Sedangkan, daerah parahyangan
merupakan daerah wajib tanaman kopi yang memberikan keuntungan besar bagi pemerintah.

4. Sistem Tanaman Paksa

Pada tahun 1830 pemerintah Belanda mengalami kesulitan ekonomi karena kekosongan kas
negara. Kondisi ini disebabkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan Belanda dalam
menghadapi perang diponegoro (1825-1830) dan perang belgia (1830-1831). Kesulitan ekonomi
tersebut Belanda mendorong pemerintahan Belanda mengeksploitasi Hindia Belanda agar
memberikan keuntungan bagi Belanda .Oleh karena itu, pada 1830 pemerintah Belanda
mengirimkan Johanes Van den Bosch ke Hindia Belanda sebagai gubernur jenderal.

Pada masa kepemimpinan di Hindia Belanda Van den Bosch menerapkan kebijakan tanam
paksa atau cultuur stelsel.

Aturan dalam sistem tanam paksa

sistem penduduk wajib menyerahkan seperlima lahan garapannya untuk ditanami tanaman wajib
berkualitas ekspor. Misalnya nila, kopi tembakau, tebu dan kakao.

tanah yang disediakan untuk tanaman wajib dibebaskan dari pembayaran pajak tanah.

Hasil panen tanaman wajib harus diserahkan kepada pemerintah kolonial. Setiap kelebihan hasil
panen dari jumlah pajak harus dibayarkan, dan dikembalikan kepada rakyat.

Hasil panentenaga dan waktu diperlukan untuk menggarap tanaman wajib tidak boleh melebihi
tenaga dan jumlah waktu yang diperlukan untuk menanam padi atau kurang lebih 3 bulan.

Penduduk yang tidak memiliki tanah wajib bekerja selama 66 hari di perkebunan pemerintah.
setiap kerusakan atau kegagalan dalam panen menjadi tanggung jawab pemerintah (jika bukan
kesalahan petani).

Pelaksanaan tanam paksa diserahkan sepenuhnya kepada kepala desa.

Bagi pemerintah Belanda, kebijakan tanaman paksa memberikan banyak keuntungan.


Pelaksanaan tanam paksa berhasil mengisi kekosongan kas negara . Selain itu, pemerintah
memiliki anggaran untuk membangun jaringan transportasi . Akan tetapi, bagi rakyat kebijakan
tanam paksa menyebabkan penderitaan. Kondisi ini terjadi karena dalam pelaksanaan tanam
paksa dan penyimpangan penguasaan Belanda berlaku cultuur procenten yaitu hadiah atau
pesenan bagi pejabat lokal bupati dan kepala desa selaku pelaksana tanam paksa yang dapat
menyerahkan hasil tanaman lebih banyak kebijakan tersebut mengakibatkan para pejabat lokal
semakin menekan rakyat sehingga beban rakyat semakin berat.

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan sistem tanam paksa

Jata tanah yang harus diserahkan penduduk untuk tanaman ekspor melebihi seperlima dari tanah
garapan.

Tanah yang ditanami tanaman wajib tetap ditarik pajak.

setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak yang telah ditentukan ternyata tidak dikembalikan
kepada rakyat.

petani lebih mencurahkan banyak perhatian tenaga dan waktu untuk tanaman ekspor sehingga
tidak dapat mengerjakan sawah dan ladang sendiri.

petani yang tidak memiliki tanah garapan harus bekerja di pabrik atau perkebunan lebih dari 66
hari atau seperlima tahun.

Kegagalan panen tanaman wajib menjadi tanggung jawab petani.

Penderitaan rakyat Indonesia akibat tanam paksa terlihat dari tingginya angka kematian.
Tingginya angka kematian tersebut akibat adanya bencana kelaparan dan kekurangan gizi. Pada
tahun 1848-1850 sekitar 9/10 penduduk grobogan meninggal akibat kelaparan karena terjadi
paceklik. Dari jumlah penduduk grobogan yang berjumlah 89.000 jiwa hanya 9.000 jiwa yang
mampu bertahan saat itu. Penduduk Demak yang semula berjumlah 336.000 orang hanya tersisa
sebanyak 122.000 orang. Data ini belum termasuk data penduduk di daerah lain menuju
menunjukkan kondisi memprihatinkan pada masa penjajahan.
Banyaknya penyelewengan dalam pelaksanaan tanam paksa mendorong munculnya ancaman
terhadap sistem tersebut. Kecaman tersebut tidak hanya dari bangsa Indonesia tetapi juga dari
orang-orang Belanda orang-orang Belanda yang mengancam sistem tanam paksa antara
lain Baron Van Hoevel, E.F.E Douwes Dekker (multatuli) dan L Vitalis . Mereka menurut agar
tanam paksa dihapuskan, ancaman dari berbagai pihak tersebut membuka hasil
ditandatanganinya dengan penghapusan sistem tanam paksa pada tahun 1870.

pada tahun 1870, pemerintah Belanda mengeluarkan Undang-Undang Agraria (Agrarische


With). Undang-Undang tersebut mengatur prinsip-prinsip politik tanah di negeri jajahan.
Undangan tersebut juga menegaskan pihak swasta dapat menyewa tanah, baik tanam pemerintah
maupun tanda penduduk. Tanah milik pemerintah dapat disewakan pengusaha swasta hingga 75
tahun. Adapun tanah milik penduduk dapat disewakan selama 5 tahun, serta tanah yang dapat
disewakan hingga 30 tahun.

Selain undang-undang agraria, pemerintah Belanda mengeluarkan Undang-Undang Gula


(Switch wit). Undang-Undang tersebut berisi larangan keluar Indonesia tebu harus diproses di
Indonesia , pabrik gula milik pemerintah akan dihapus secara bertahap dan diambil alih oleh
pihak swasta. Selanjutnya pihak-pihak swasta diberi kesempatan luas untuk mendirikan pabrik
gula baru. Melalui Undang-Undang Gula ini, perusahaan-perusahaan swasta Eropa mulai
berinvestasi di Indonesia di bidang perkebunan.

Dikeluarkannya Undang-Undang Agraria dan Undang-Undang Gula, menyebabkan semakin


banyaknya pihak swasta yang memasuki tanah jajahan di Indonesia. Mereka memaainkan peran
penting dalam mengeksploitasi tanah jajahan. Tanah jajahan di Indonesia berfungsi sebagai
tempat mengadakan bahan mentah, guna kepentingan industri Eropa dan di tempat penanaman
modal asing tempat pemasaran barang barang hasil industri dari eropa serta penyediaan tenaga
kerja yang murah.

Anda mungkin juga menyukai