Keywords: salt; Salt (NaCl) is a crucial need for human being including as seasoning and food preservative. In
crystal; 2010 the global mean sodium consumption was estimated in 3.9 g/day (equivalent to
crystallization; approximately 10 g/day of salt) which exceeded the maximum recommended intake of 2 g/day
microcrystal; NaCl of sodium, equivalent to 5 g/day of salt. All this time, most people will consume food by desire
and what does is taste only so that is less attention to body needs. Salt crystals that are partly
dissolved are swallowed without giving saltiness. Improving saltiness perception while
avoiding that salt particles be swallowed before they are dissolved in the mouth, requires that
the dissolution rate of salt crystals be increased. Optimizing the physical form of salt can be
for reduce the salt content without decreasing the perceived quality of foods. Small salt
crystals obtained by recrystallizing the salt from the solution by using animal oil and vegetable
oil as its crystallization medium. The result of crystalization using this oil succeeded in making
crystal with micro size and water content according to SNI salt.
100
al-Kimiya, Vol. 4, No. 2 (100-104) Desember 2017/Rabiul Akhir 1439 H
tanpa mengurangi kualitas yang dirasakan dalam garam dengan perbandingan 1 : 10 (bubur garam
makanan. dan minyak : aseton). Campuran garam, minyak
Kristal garam yang sebagian terlarut dalam dan aseton kemudian diaduk menggunakan
mulut ditelan tanpa memberikan rasa asin. Untuk pengaduk magnet selama 10 menit dan disaring
meningkatkan rasa asin dan menghindari garam menggunakan saringan vakum. Kristal garam
tertelan sebelum terlarut dalam mulut maka kemudian didiamkan dalam suhu ruang hingga
tingkat kelarutan kristal garam harus ditingkatkan. beratnya konstan, lalu dikeringkan dalam oven
Laju kelarutan kristal dapat ditingkatkan dengan selama 1 jam pada suhu 150 C, didinginkan
memperbesar luas permukaan kristal yang kontak dalam desikator dan ditimbang berat kristal yang
dengan pelarut. Hal ini dapat dicapai dengan diperoleh.
membuat kristal garam yang berukuran kecil.
Kristal garam dengan ukuran kecil dapat diperoleh Karakterisasi
dengan pemecahan kristal besar atau dengan
metode rekristalisasi [5]. Kristal garam yang diperoleh di bawah
kondisi yang berbeda dikarakterisasi dengan
EKSPERIMEN menggunakan difraksi sinar-X (XRD) dan
Scanning Electron Microscopy (SEM).
Material
Uji Kadar Air
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah akuades, garam dapur, kertas Kadar air kristal garam ditentukan dengan
saring whatmann (no.41), aseton teknis, minyak metode termogravimetri. Cawan dipanaskan
zaitun ekstra virgin, minyak kelapa sawit dan dalam oven selama 15 menit dan didinginkan
lemak sapi. dalam desikator kemudian ditimbang sampai
diperoleh berat konstan. Sebanyak 2 g kristal
Instrumentasi garam ditempatkan pada cawan dan dipanaskan
pada suhu 120 C selama 1 jam kemudian
Instrumen yang digunakan pada penelitian didinginkan dalam desikator dan ditimbang,
ini adalah X-Ray Diffraction (XRD) Philips PW perlakuan ini diulangi sampai didapatkan berat
1835 dan Scanning Elektron Microscopy-Energy konstan.
Dispersive X-Ray (SEM-EDX).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prosedur
Pembuatan Larutan Garam
Pembuatan larutan garam
Rekristalisasi garam untuk membuat garam
Sebanyak 130 g garam dimasukkan dengan ukuran mikro (mikrokristal garam)
kedalam gelas kimia dan dilarutkan dalam dilakukan dari larutan garam 26% dengan
akuades. Larutan dipindahkan ke dalam labu ukur menggunakan minyak sebagai medium
500 mL kemudian ditambahkan akuades hingga kristalisasinya. Untuk membuat larutan garam
tanda batas dan dihomogenkan. 26%, garam ditimbang sebanyak 130 g kemudian
dilarutkan dalam 500 mL akuades. Garam dapur
Rekristalisasi (NaCl) merupakan senyawa yang terikat dengan
ikatan ionik. Garam NaCl ketika dilarutkan dalam
Minyak nabati (minyak zaitun, minyak air maka akan terbentuk interaksi ion-dipol antara
kelapa sawit) dan lemak hewani (minyak lemak NaCl dengan molekul air.
sapi) dipanaskan pada bak penangas yang berisi Molekul air memiliki sifat polar (dwikutub)
pasir sampai suhu 181 C, diteteskan 80 mL dengan muatan positif lebih terpusat pada atom
larutan garam dengan menggunakan pipet tetes hidrogen dan muatan negatif pada atom oksigen.
kedalam minyak pada rentang suhu 181-179 C, Dalam proses pelarutan NaCl, kutub negatif
tetesan air garam didiamkan dalam minyak sampai oksigen dari molekul air akan mengepung dan
air menguap dan terjadi pembentukan kristal menarik kation (natrium) dan kutub positif atom
NaCl. Setelah proses rekristalisasi, minyak yang hidrogen akan mengepung dan menarik anion
mengandung kristal garam didiamkan pada suhu (klorida) seperti yang ditunjukan pada Gambar 1.
ruang selama kurang lebih 24 jam sehingga garam [6].
bisa mengendap. Kemudian supernatan minyak
dibuang dan ditambahkan aseton pada kristal
101
al-Kimiya, Vol. 4, No. 2 (100-104) Desember 2017/Rabiul Akhir 1439 H
Proses pelarutan NaCl dalam air dapat cukup drastis pada minyak yang digunakan
dituliskan seperti pada persamaan (1). sebagai medium rekristalisasi. Ketika larutan
garam diteteskan kedalam minyak panas maka air
NaCl(s) + H2O(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq) (1) dari larutan garam akan menguap karena suhu
minyak yang dipanaskan jauh lebih tinggi dari
titik didih air yaitu 100C, sementara garam dari
Rekristalisasi larutan akan mengalami rekristalisasi didalam
minyak membentuk mikrokristal garam.
Larutan garam yang telah dibuat kemudian
dibagi menjadi tiga perlakuan yaitu direkristalisasi
Pemisahan Garam
dengan menggunakan minyak lemak sapi, minyak
kelapa sawit dan minyak zaitun. Kristalisasi bisa
Setelah garam direkristalisasi dalam minyak
terjadi dari fasa uap, pemadatan cairan pada titik
kemudian bubur garam minyak ini didiamkan
lelehnya atau kristalisasi dari suatu larutan. Pada
selama 24 jam, tujuannya adalah agar kristal
penelitian ini rekristalisasi garam dilakukan dari
garam yang terbentuk mengendap pada dasar labu
larutannya dengan penguapan pelarut (akuades)
sehingga akan mudah dipisahkan dari minyak.
dengan menggunakan minyak sebagai medium
Supernatan minyak kemudian dipisahkan dari
rekristalisasinya. Minyak dipanaskan hingga
kristal garam dengan cara didekantasi. Minyak
mencapai suhu 181C dengan menggunakan pasir
yang menempel pada kristal garam kemudian
sebagai penangas, pasir dipilih sebagai penangas
dipisahkan dengan menggunakan aseton. Aseton
karena memiliki titik leleh yang tinggi sehingga
ditambahkan kedalam campuran bubur garam dan
dapat mencapai suhu pemanasan minyak yang
minyak dengan perbandingan 1:10 (bubur garam
digunakan untuk medium rekristalisasi garam.
minyak : aseton). Aseton dipilih sebagai pelarut
Tujuan digunakannya penangas dalam
karena minyak bersifat nonpolar dan dapat larut
memanaskan minyak adalah agar tidak terjadi
dalam aseton sehingga minyak yang tertinggal
perubahan suhu yang drastis pada minyak
pada mikrokristal garam akan larut dalam aseton
sehingga suhu minyak dapat dipertahankan agar
tetapi garam tidak akan larut.
tetap konstan. Setelah minyak mencapai suhu
Kristal garam yang telah dipisahakan dari
181C diteteskan larutan garam 26% sebanyak 80 minyak dimasukkan kedalam oven dan dipanaskan
mL tetes demi tetes kedalam minyak, penetesan
pada suhu 150C Selama 1 jam, pemanasan ini
larutan garam ini dilakukan pada rentang suhu
dilakukan untuk menghilangkan air dan minyak
minyak 179-181C. Larutan garam dimasukkan yang tertinggal didalam kristal sehingga
tetes demi tetes kedalam minyak panas karena didapatkan kristal garam yang kering.
pada saat ditetesi larutan garam, suhu minyak
akan mengalami penurunan. Jika penambahan
dilakukan dengan jumlah yang banyak secara
langsung maka akan terjadi penurunan suhu yang
102
al-Kimiya, Vol. 4, No. 2 (100-104) Desember 2017/Rabiul Akhir 1439 H
Karakterisasi SEM pada mikrokristal garam Ukuran kristal atau ukuran partikel ini selain
dilakukan pada perbesaran 5000×, dari hasil berpengaruh pada nilai kristalinitas juga dapat
karakterisasi SEM ini diketahui morfologi kristal mempengaruhi laju kelarutan kristal garam.
garam berbentuk kubus dengan ukuran kristalnya Kelarutan merupakan batas maksimal suatu
dapat dilihat pada Tabel 2. padatan yang dapat terkandung didalam suatu
larutan. Ada beberapa hal yang dapat
103
al-Kimiya, Vol. 4, No. 2 (100-104) Desember 2017/Rabiul Akhir 1439 H
mempengaruhi kelarutan suatu padatan didalam 1. Mikrokristal garam dapat diperoleh dengan
pelarutnya, diantaranya yaitu: temperatur, luas rekristalisasi menggunakan minyak hewani dan
permukaan dan pengadukan. Dalam kaitannya minyak nabati sebagai medium
dengan ukuran partikel, maka ukuran partikel akan rekristalisasinya, tetapi didapatkan hasil yang
mempengaruhi luas permukaan suatu kristal. berbeda baik dari segi ukuran maupun secara
Karena ukuran kristal yang kecil, mikrokristal organoleptik.
garam memiliki perbandingan nilai volume dan 2. Dari hasil karakterisasi SEM didapatkan
luas permukaan yang lebih besar jika ukuran kristal yang diperoleh dari hasil
dibandingkan dengan kristal garam dalam ukuran rekristalisasi menggunakan minyak lemak sapi,
besar. Hal ini menjadikan mikrokristal garam minyak zaitun dan minyak kelapa sawit
lebih cepat larut dibandingkan kristal dengan berturut-turut adalah 3,25 – 7,50 m, 2 – 7,50
ukuran yang besar pada jumlah yang sama. m dan 2,50 – 5,25 m.
Kelarutan dipengaruhi oleh luas permukaan dari 3. Kadar air dari mikrokristal garam yang
suatu partikel karena hanya partikel permukaan diperoleh dari hasil rekristalisasi menggunakan
yang bersentuhan langsung dengan pelarut. Oleh minyak lemak sapi, minyak zaitun dan minyak
karena itu, semakin besar luas permukaan kristal kelapa sawit berturut-turut adalah 0,7%, 2,4%
yang bersentuhan dengan pelarut maka laju dan 1,1%.
kelarutan kristal akan lebih cepat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Tabel 2. Ukuran Kristal dari Hasil Analisis XRD dan
SEM Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Laboratorium Pusat Survei Geologi (PSG) atas
Mikrokristal Garam Ukuran Kristal diskusi SEM dan Pusat Penelitian Bahan Tambang
XRD SEM
Teknik Mineral Batubara (PUSLITBANG
Rekristalisasi dalam 51,33 × 10-3 3,25 – 7,50
TekMIRA) atas diskusi metode XRD.
minyak sapi m m
Rekristalisasi dalam 69,30 × 10-3 2,00 – 7,50
REFERENSI
minyak zaitun m m
Rekristalisasi dalam 69,30 × 10-3 2,50 – 5,25
minyak kelapa sawit m m [1] F. J. He, "Reducing salt intake to prevent
hypertension and cardiovascular disease,"
Kadar Air Revista Panamericana de Salud Pública, vol.
32(4), pp. 293 –300, 2012.
Kadar air yang didapatkan dari mikrokristal [2] S.Fahimi, R.Micha, S.Khatibzadeh, P.Shi,
garam dengan medium rekristalisasi minyak M.Ezzati,. D. Mozaffarian J.Powles, "Global,
zaitun, minyak kelapa sawit, dan lemak sapi regional and national sodium intakes in 1990
disajikan pada Tabel 3. and 2010: a systematic analysis of 24 h urinary
sodium excretion and dietary surveys
Tabel 3. Kadar Air Mikrokristal Garam worldwide," British Medical Journal Open,
vol. 3, 2013.
Medium Kristalisasi Kadar Air
Minyak lemak sapi 0,7% [3] Anna Poedjiadi and F.M Titin Supriyanti,
Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press,
Minyak sawit 2,4% 2015.
Minyak zaitun 1,1%
[4] F.G. Winarno, Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991.
Pengukuran kadar air mikrokristal garam
dilakukan dengan metode termogravimetri. Kadar [5] M., Astete, C., Sabliov, C., Olson, D.,
air penting untuk diukur untuk menentukan umur Boeneke, C., & Aryana, K. J. Moncada, "Nano
simpan suatu bahan pangan. Kandungan air yang spray-dried sodium chloride and its effects on
tinggi akan mengakibatkan bakteri mudah the microbiological and sensory characteristics
berkembang biak dan menyebabkan perubahan of surface-salted cheese crackers.," Journal of
pada bahan pangan. Dairy Science, vol. 98, pp. 5946 –5954., 2015.
[6] Marcela Quilaqueo and José Miguel Aguilera,
SIMPULAN "Cristallization of NaCl by Fast Evaporation of
Water in Droplets of NaCl Solution," Food
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik Research International, vol. 84, 2016.
kesimpulan sebagai berikut:
104