1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum penggaraman adalah sebagai
berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip penggaraman ikan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan organoleptik antara penggaraman
kering dan penggaraman basah.
3. Mahasiswa dapat mengetahui hasil kadar air ikan dari perlakuan
penggaraman kering dan basah.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penggaraman
Penggaraman adalah suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
mengawetkan produk hasil perikanan dengan menggunakan garam. Garam yang
digunakan adalah jenis garam napur (NaCl), baik berupa kristal maupun larutan.
Mekanisme pengawetan ikan melalui proses penggaraman adalah yang pertama
garam menyerap air dari dalam tubuh ikan melalui proses osmosa, maka akibatnya
kandungan air dalam tubuh ikan yang menjadi media hidup bakteri menjadi
berkurang sehingga mengakibatkan proses metabolisme dalam tubuh bakteri
menjadi terganggu. Yang kedua garam juga menyerap air dari dalam tubuh bakteri
sehingga bekteri akan mengalami plasmolisis (pemisahan inti plasma) sehingga
bakteri akan mati. Teknologi penggaraman biasanya tidak digunakan sebagai
metode pengawetan tunggal, biasanya masih dilanjutkan dengan proses pengawetan
lain seperti pengeringan ataupun dengan perebusan (Abbas, 1995).
Teknologi penggaraman adalah cara yang paling banyak dilakukan untuk
mengawetkan ikan karena teknologinya yang sangat sederhana dan dapat dilakukan
oleh semua orang, juga cara pengawetan paling murah (Moeljanto, 1982).
Ikan
Penimbangan
Penggaraman Penggaraman
kering basah
Pendiaman selama 24
jam
Penimbangan
Dimana hasil yang sudah diperoleh pada penggaraman kering diproleh hasil yaitu
13% dan untuk penggaraman basah memproleh hasil – 5,4%.
Menurut Soekarno (1985) rata-rata kadar air sebesar 11% hingga 23,44%.
Berdasarkan literatur dengan hasil praktikum terjadi kesesuaikan untuk
penggaraman kering, namun untuk penggaraman basah terjadi ketidaksesuaian
karena pada praktikum kadar air yang dihasilkan adalah minus. Hal itu terjadi
kemungkinan karena ikan yang didiamkan volumenya menjadi bertambah, volume
bertambah karena konsentrasi garamnya lebih besar dari cairan tubuh ikannya itu
sendiri. Hal itu diperkuat dengan pernyataan dari Desroiser (1988), dimana semakin
besar kadar garam yang diberikan maka akan banyak air yang akan ditarik oleh ion
logam. Kemudian Menurut Moeljanto (1982), konsentrasi garam diluar tubuh ikan
lebih pekat dari cairan tubuh ikan maka garam akan merembes masuk kedalam
tubuh ikan tersebut. Semakin tinggi perbedaan konsentrasi antara cairan dalam ikan
dengan garam maka akan semakin cepat proses penetrasi garam kedalam tubuh ikan
secara bersamaan dengan keluarnya cairan dalam tubuh ikan karena adanya tekanan
osmosa.
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum penggaraman adalah sebagai berikut :
1. Prinsip penggaraman ikan adalah pengawetan bahan pangan dengan
menggunakan garam sebagai pengawetnya. Garam menyerap air dari dalam
tubuh ikan melalui proses osmosa, maka akibatnya kandungan air dalam
tubuh ikan yang menjadi media hidup bakteri menjadi berkurang sehingga
mengakibatkan proses metabolisme dalam tubuh bakteri menjadi terganggu.
2. Perbedaan organoleptik antara penggaraman kering dan penggaraman basah
terjadi karena proses yang digunakan berbeda, perbedaan organoleptik juga
terjadi karena adanya konsentrasi garam. Pada penggaraman kering untuk
warna diperoleh hasil pucat (+), aroma amis (+++), tekstur keras (+++) dan
tidak berlendir (+). Pada penggaraman basah untuk warna diperoleh hasil
agak kuning (++), aroma agak amis (++), teksturnya agak keras (++) dan
berlendir (++).
3. Hasil kadar air ikan dari perlakuan penggaraman kering setelah dirata-rata
adalah13% dan untuk penggaraman basah diperoleh hasil kadar air -5,4%.
6.2 Saran
Adapun saran pada praktikum penggaraman adalah sebaiknya uji
organoleptik yang amati tidak hanya warna, tekstur, aroma, lendir dan kadar air
saja. Mungkin bisa ditambahkan kadar protein dan kadar lemak.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi DIY. 2012. Data Kandungan
Gizi Bahan Pangan dan Hasil Olahannya. Yogyakarta: Badan
Ketahanan Pangan.
Purbani. 2003. Buku Panduan Pembuatan Garam Bermutu. Jakarta: Badan Riset
Kelautan dan Perikanan.
Purnomo, Hari. 1995. Aktifitas Air dan Peranannya dalam Pengawetan Pangan.
Jakarta : UI Press.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yulisma, A., Yulvizar, C., dan Rudi, E., 2012. Pengaruh Konsentrasi Kitosan dan
Lama Penyimpanan terhadap Total Plate Count (TPC) Bakteri pada
Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) Asin. Aceh : Universitas Syiah Kuala.