Disusun oleh :
Kelompok E
Eris Septiani
(131710101009)
Ely Astriyaninsih
(131710101015)
Nimas Ayu A
(131710101088)
Ferdianto At taufiqi
(131710101112)
BAB 1. PENDAHULUAN
bakteri dan kegiatan enzim penyebab pembusukan ikan yang terdapat dalam tubuh
ikan (Afrianto dan Liviawaty, 1989). Pembuatan makalah ini bertujuan untuk
mengetahui cara pengolahan ikan agar tidak cepat membusuk.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ikan Asin
Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan
dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan
yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar
untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat. Ikan
sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam
amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya
mencapai 90 persen, dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah dicerna
(Margono dkk, 1993).
2.2 Pembuatan Ikan Asin
Cara pembuatan ikan asin sangat bervariasi tergantung pada jenis dan ukuran
ikan, hasil yang diinginkan, serta daerah produksinya. Pada jenis ikan besar
terlebih dahulu dilakukan pembelahan dan penyiangan, sedangkan jenis ikan
berukuran kecil seperti teri diasin dalam ukuran utuh.
Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) cara penggaraman dalam pembuatan ikan asin,
yaitu penggaraman kering, penggaraman basah, dan kombinasi keduanya.
penggaraman kering dilakukan dengan cara menaburkan atau melumurkan kristal
garam pada seluruh bagian ikan dan rongga perut. Penggaraman basah dilakukan
dengan merendam ikan dalam larutan garam jenuh, kemudian dikristalkan.
Penggaraman basah sering kali diterapkan untuk ikan yang berukuran kecil
misalnya teri ( Yetti, 1983).
Bahan utama yang digunakan untuk pengasinan ikan adalah NaCl. Kemurnian
garam akan sangat mempengaruhi mutu ikan asin yang dihasilkan. Garam yang
mengandung Cu dan Fe menyebabkan daging ikan menjadi berwarna coklat kotor
atau kuning; CaSO4 menyebabkan daging menjadi berwarna putih, kaku dan agak
pahit ( Yetti, 1983).
yang
telah
mengalami
proses
penggaraman, sesuai dengan prinsip yang berlaku, akan mempunyai daya simpan
tinggi karena garam dapat berfungsi menghambat atau membunuh bakteri yang
terdapat di dalam tubuh ikan. Cara kerja garam di dalam menjalankan fungsi
kedua adalah garam menyerap cairan tubuh ikan, selain itu garam juga menyerap
cairan tubuh bakteri sehingga proses metabolisme bakteri terganggu karena
kekurangan cairan, akhirnya bakteri mengalami kekeringan dan mati.
Selanjutnya dijelaskan bahwa garam pada dasarnya tidak bersifat membunuh
mikroorganisme (germisida). Konsentrasi garam rendah (1 3%), justru
membantu pertumbuhan bakteri halofilik. Garam yang berasal dari tempat-tempat
pembuatan garam di pantai mengandung cukup banyak bakteri halofilik yang
dapat merusak ikan kering. Beberapa jenis bakteri dapat tumbuh pada larutan
garam berkonsentrasi tinggi, misalnya red halofilic bacteria yang menyebabkan
warna merah pada ikan. Selain mengakibatkan terjadinya proses osmosis pada selsel mikroorganisme sehingga terjadi plasmolisis. Kadar air dalam sel bakteri
ekstraksi, sehingga menyebabkan kematian bakteri. Penggaraman ikan biasanya
diikuti dengan pengeringan untuk menurunkan kadar air dalam daging ikan.
Dengan demikian, pertumbuhan bakteri semakin terhambat.
2.4 Metode Penggaraman
Garam yang mengandung CaSO4 sebanyak 0,5 1,0% menyebabkan ikan asin
yang dihasilkan mempunyai daging yang putih, kaku, dan agak pahit.
Garam yang mengandung MgCl atau MgSO4 akan menghasilkan ikan asin
Solar salt, garam yang berasal dari air laut yang dikeringkan atau dijemur.
Mine salt, garam yang diperoleh dari tambang.
Garam yang diperoleh dari air yang keluar dari tanah kemudian dikeringkan
Komposisi kimia garam kelas 1, 2 dan 3 dapat disajikan pada Tabel 1 di bawah
ini.
Tabel. 1. Komposisi kimia garam kelas 1, 2, dan 3
No
1
2
Unsur
NaCl
NaCl
Kelas 1
96
1
Kandungan
Kelas 2
95
0,9
Kelas 3
91
0,4
3
MgSO4
4
MgCl2
5
Bahan tidak larut
6
Air
Sumber : Margono 1993
0,2
0,2
2,6
0,5
0,5
Sangat sedikit
3,1
1
1,2
0,2
0,2
untuk
terjadinya
proses
Mengkonsumsi Ikan asin secara terus menerus itu dapat menyebabkan kanker
Nesofaring. Nesofaring adalah daerah yang tersembunyi yang terletak dibelakang
hidung berbentuk kubus. Bagian depan Nasofaring berbatasan dengan rongga
hidung, bagian atas berbatasan dengan dasar tengkorak, serta bagian bawah
merupakan langit dan rongga mulut.
Ikan asin itu merupakan mediator utama dalam pembentukan dan
perkembangan virus Epstein-Barr. Virus ini adalah virus yang berperan penting
dalam timbulnya kanker nasofaring. Virus yang hidup bebas di udara ini bisa
masuk ke dalam tubuh dan tetap tinggal di nasofaring tanpa menimbulkan gejala.
BAB 3. KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa :
a. Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang
diawetkan dengan menambahkan banyak garam.
DAFTAR PUSTAKA
Tri,
dkk,
1993.
Buku
Panduan
Teknologi
Pangan.