Anda di halaman 1dari 65

JURNAL

M00C PPPK

NAMA : KADARUSMAN MARO


NIP : 197910132022211007
JABATAN : AHLI PERTAMA – GURU IPS
UNIT KERJS : UPTD SMP NEGERI KOKAR
AGENDA I
SIKAP PRILAKU BELA NEGARA

A. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara.,


1. Wawasan Kebangsaan.
Wawasan kebangsaan merupakan modal utama bagi Bangsa Indonesia dalam melaksanakan,
mengisi, dan mempertahankan kemerdekaan. Mengapa demikian ? Karena wawasan
kebangsaan, merupakan pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-rambu dalam
menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi penyelenggaraan
negara di tingkat pusat dan daerah, maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam
melaksanakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pengertian Wawasan Kebangsaan
Secara ringkas, wawasan kebangsaan memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut :
a. Wawasan Kebangsaan merupakan cara pandang mengenai diri dan tanah airnya sebagai
negara kepulauan dan sikap bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya, dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
b. Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut pandang/cara memandang yang
mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan
jati diri sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya dan bertingkah laku sesuai
falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
c. Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, wawasan kebangsaan adalah cara
kita sebagai bangsa Indonesia didalam memandang diri dan lingkungannya dalam
mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai
kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, dengan
berpedoman pada falsafah Pancasila dan UUD 1945. Dengan kata lain wawasan
kebangsaan adalah bagaimana kita memahami wawasan nusantara sebagai satu kesatuan
IPOLEKSOSBUD dan HANKAM.
Tujuan dan Sasaran Wawasan Kebangsaan
Tujuan wawasan kebangsaan, adalah :
a. Mewujudkan bangsa yang kuat, rukun bersatu, berdaya saing tinggi, sejahtera;
b. Menjaga sejarah kebangsaan Indonesia dan cinta NKRI;
c. Meredam berkembangnya penonjolan primordialisme sempit, kesukuan, kedaerahan, dan
mencegah disintregasi bangsa.
Sedangkan sasaran wawasan kebangsaan, adalah :
a. Melaksanakan revitalisasi dan reaktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam penyelenggaraan
negara dan kehidupan masyarakat;
b. Meningkatkan kualitas penangkal ‘maya’ demi lestarinya keberlangsungan NKRI.
Penangkal maya ini dimaknai sebagai penangkal yang tidak berwujud fisik, namun
dimaknai sebagai sebuah keyakinan, pedoman atau cara pandang.
Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan
Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa memiliki
enam dimensi yang bersifat mendasar dan fundamental, yaitu:
a. Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa;
b. Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka, dan besatu;
c. Cinta akan tanah air dan bangsa;
d. Demokrasi atau kedaulatan rakyat;
e. Kesetiakawanan sosial;
f. Masyarakat adil dan makmur.
Makna Wawasan Kebangsaan
Makna Wawasan Kebangsaan, yaitu:
a. Menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi atau golongan;
b. Mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga dapat mempertahankan
asas Bhinneka Tunggal Ika;
c. Tidak memberi tempat pada patriotisme yang picik;
d. Wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila, membawa Bangsa
Indonesia berhasil merintis jalan menjalani misinya di tengah-tengah tata kehidupan di
dunia;
e. Mewujudkan NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, sehingga dapat
membawa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin,
sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju.

Peran Wawasan Kebangsaan dalam Dimensi Ipoleksosbudhankam


Wawasan Kebangsaan, dalam dimensi kehidupan ipoleksosbudhankam, adalah :
a. Ideologi menerima Pancasila sebagai satu-satunya ideologi / pandangan hidup dalam
berbangsa dan bernegara, sehingga persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan NKRI
tetap terjaga.
b. Politik menciptakan kondisi masyarakat yang sadar politik serta sistem politik yang sehat
dan dinamis untuk mewujudkan pemerintahan yang kuat, aspiratif, dan dipercaya.
c. Ekonomi menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin masyarakat
mencapai pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan secara adil.
d. Sosial menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima dan
menghormati segala bentuk perbedaan sebagai kenyataan yang hidup di sekitarnya dan
merupakan karunia Sang Pencipta.
e. Budaya, pelestarian dan pengembangan budaya daerah, untuk melestarikan kekayaan
Indonesia, serta dapat dijadikan kegiatan pariwisata yang memberikan sumber
pendapatan daerah maupun nasional.
f. Pertahanan Keamanan menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan membentuk sikap
bela Negara pada setiap Warga Negara Indonesia.
Potensi Ancaman Wawasan Kebangsaan
Disamping arti, tujuan, sasaran, nilai dasar, makna dan peran wawasan kebangsaan, kita juga
harus memahami potensi ancaman terhadap wawasan kebangsaan, sehingga kita dapat
mengantisipasi sedini mungkin, agar potensi ancaman tersebut tidak berkembang dan
memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
Potensi ancaman terhadap wawasan kebangsaan, antara lain :
a. Menurunnya rasa bangga sebagai bangsa Indonesia.
b. Kebijakan nasional/lokal yang kurang adil dapat menyuburkan potensi perpecahan
(social injustice).
c. Elit yang menonjolkan kepentingan diri/kelompoknya, sehingga melupakan kepentingan
bangsa.
d. Langkanya keteladanan para pemimpin bangsa dan tumbuh suburnya KKN (korupsi,
kolusi, dan nepotisme).
e. Kaburnya batas batas kedaulatan negara.
f. Derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi/ IT.
g. Tidak menghargai pluraritas.
h. Berkembangnya rasa intoleransi dan paham-paham berhalauan keras (radikalisme /
terorisme)

EVALUASI.
a. Urgensi ASN harus berwawasan kebangsaan sehingga menjadi bagian kompetensi
ASN ?
Aparatur sipil negara wajib memiliki wawasan kebangsaan yang baik. Seseorang ketika
sudah menjadi ASN akan menjadi merepresentasikan negara. Oleh karena itu seorang
ASN harus dan wajib menjadi teladan bagi rakyat pada umumnya
tentang perilaku yang mencerminkan wawasan kebangsaan yang baik.
Berikut ini beberapa nilai-nilai yang ada di dalam wawasan kebangsaan:
1. Menghormati dan menyayangi setiap manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang
Maha Kuasa.
2. Mempunyai kemauan dan tekad untuk bersama-sama untuk selalu mengedepankan
persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Mencintai tumpah darah Indonesia.
4. Sepakat dan menyetujui sistem demokrasi yang diterapkan Indonesia.
5. Mempunyai rasa setia kawan dan saling memiliki terhadap sesama warga negara.

b. Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia !


Tanggal 20 Mei untuk pertamakalinya ditetapkan menjadi Hari Kebangkitan Nasional
berdasarkan Pembaharuan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 tahun 1959
tanggal 16 Desember 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur. Melalui
keputusan tersebut, Presiden Republik Indonesia menetapkan beberapa hari yang
bersejarah bagi Nusa dan Bangsa Indonesia sebagai hari-hari Nasional yang bukan hari-
hari libur, antara lain : Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 8 Mei, Hari Kebangkitan
Nasional pada tanggal 20 Mei, Hari Angkatan Perang pada tanggal 5 Oktober, Hari
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober, Hari Pahlawan pada tanggal 10 Nopember,
dan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.

c. Relevansi 4 konsensus dasar kehidupan berbangsa dan bernegara dalam


mewujudkan profesionalitas ASN.
Sangat Relevan bahwa 4 konsensus masih sangat relevan dalam tujuan NKRI.
Melindungi, Memajukan, Melaksanakan, dan Mencerdaskan segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia.

2. Nilai-Nilai Bela Negara


Sebagai warga Negara Indonesia kita wajib untuk membela Negara kita tercinta ini dari
setiap ancaman baik dari dalam maupun luar negara. Meskipun bangsa indonesia sekarang
telah merdeka, namun kita tetap memiliki tugas untuk menjaga dan membelanya, salah
satunya adalah dengan mengisi kemerdekaan tersebut. Salah satu Warisan terbesar dari
pendiri bangsa ini yang dapat kita jadikan sebagai pedoman dalam mengisi kemerdekaan
adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar.
Pengertian Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, perilaku dan sikap warga negara yang dilakukan secara
menyeluruh, teratur dan terpadu serta dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI , kesadaran
berbangsa dan bernegara Indonesia serta mempunyai keyakinan atas kesaktian Pancasila
berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan (eksistensi) hidup
Bangsa dan Negara.
Bela Negara juga dapat diartikan sebagai suatu konsep yang disusun oleh perangkat
perundangan dan petinggi sebuah negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau
seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan menjaga dan mempertahankan
keberlangsungan negara tersebut. Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha
pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang mengancam eksistensi
negara tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini diterjemahkan sebagai upaya untuk
turut serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik lewat moral, sosial,
pendidikan, maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.
Sedangkan Upaya Bela Negara adalah kegiatan yang dilakukan oleh setiap warna negara
sebagai penuaian hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan keselamatan negara.
Untuk penjabaran lebih lengkap mengenai dasar hukum undang-undang tentang upaya bela
negara adalah sebagai berikut:
a. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. pada pasal ini usaha pertahanan
dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta (sishankamrata).
b. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa semua warga Negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Hakikat Petahanan dan Keamanan
adalah perlawanan rakyat semesta untuk menghadapi setiap bentuk ancaman terhadap
keselamatan bangsa dan negara, yang penyelenggaraannya disusun dalam sistem pertahanan
keamanan rakyat semesta dan didasarkan pada kesadaran akan tanggung jawab tentang hak
dan kewajiban warga negara, serta keyakinan akan kekuatan sendiri, keyakinan akan
kemenangan dan tidak kenal menyerah, baik penyerahan diri maupun penyerahan wilayah.
Unsur Dasar Bela Negara
Didalam proses pembelaan bangsa, ada beberapa hal yang menjadi unsur penting,
diantaranya adalah:
a. Cinta Tanah Air
b. Rela berkorban untuk bangsa & Negara
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara
d. Kesadaran Berbangsa & bernegara
e. Memiliki kemampuan awal bela Negara
Fungsi dan Tujuan Bela Negara
Terdapat beragam Fungsi bela negara, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menjaga keutuhan wilayah negara.
b. Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman.
c. Merupakan panggilan sejarah.
d. Merupakan kewajiban setiap warga negara.
Terdapat beragam Tujuan bela negara, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
b. Menjaga identitas dan integritas bangsa/ negara.
c. Melaksanakan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
d. Melestarikan budaya.
e. Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Manfaat Bela Negara
Berikut ini berbagai manfaat yang bisa diperoleh dari bela negara:
a. Membentuk perilaku jujur, adil, tegas, tepat, dan kepedulian antar sesama.
b. Menghilangkan sikap negatif seperti tidak disiplin, egois, malas, boros dan apatis.
c. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
d. Berbakti pada agama, orang tua dan bangsa.
e. Membentuk Iman dan Taqwa pada Agama yang dianut oleh individu.
f. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
g. Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri.
h. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
i. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
j. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas dan pengaturan kegiatan lain.
Contoh Bela Negara dalam Kehidupan Sehari-hari
Contoh beberapa bentuk bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman sekarang di
berbagai lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara)
b. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara)
c. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat)
d. Melestarikan budaya yang ada (lingkungan masyarakat)
e. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan
masyarakat)
f. Kesadaran untuk menaati tata tertib sekolah (lingkungan sekolah)
g. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan sekolah)
h. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga)
i. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan keluarga)
Dasar Hukum Bela Negara
Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara adalah sebagai berikut:
a. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan
Nasional.
b. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah
oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
c. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.
d. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
e. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
f. Undang-Undang No.56 tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih
g. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
h. Amandemen UUD ’45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.
Dalam upaya menjaga kesadaran bela negara, dibuatlah sebuah momen untuk
memperingatinya. Hari yang sudah ditetapkan sebagai hari Bela Negara dipilih tanggal 19
Desember. Penetapan ini dimulai tahun 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
yang dituangkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006.

EVALUASI
a. Nilai-nilai dasar Beala Negara masih relevan saat ini.
Nilai-nilai bela negara adalah cinta akan tanah air masih relevan, kesadaran untuk
berbangsa dan bernegara, dan yakin akan Pancasila menjadi dasar untuk kita lebih
membela negara ini.
Sikap dan perilaku warga negara yang didasari oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 untuk menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara, pada saat ini masih sangat
relevan untuk dilakukan. Karena semangat untuk mencintai negara ini akan selalu ada
dan hadir pada sikap dan perilaku warga negara.
Bela negara adalah tekad, sikap, dan perilaku warga negara yang dilakukan sesuai dengan
aturan Pancasila dan UUD 1945. Bahwa setiap warga negara punya kewajiban yang sama
untuk urusan bela negara. Hal ini harus dilakukan sebagai wujud cinta akan Tanah Air.
Dalam praktiknya, bela negara ini bisa dilakukan secara fisik dan nonfisik.

b. Ancaman yang paling mungkin terjadi saat ini dan mengancam eksistensi NKRI.
Ancaman yang paling berbahaya bagi keutuhan NKRI saat ini adalah ancaman dari
internal kita sendiri seperti perpecahan karena isu Suku Agama Ras dan Antar Golongan
(SARA) serta ancaman dari separatisme yang ingin memisahkan diri dari NKRI.
Ancaman dari dalam ini adalah sangat berbahaya karena sulit dideteksi karena akan
menimbulkan kekacauan dan kerusuhan antar anak bangsa.
Sedangkan kalau ancaman dari luar, maka kita punya kecenderungan untuk bersatu
karena kita memiliki common sense sebagai anak bangsa dan memiliki common enemy (
musuh bersama) yang berasal dari luar.

3. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal
18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar
ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No. 10
Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan perundang-undangan sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara. Artinya, setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945,
tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran lima
norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma - norma dasar lainnya yang
termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar
hukum sistem penyelengagaran negara pada umumnya, atau khususnya sistem
penyelenggaraan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan
aspek sumber daya manusianya.
Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia disebut UUD 1945
hasil Amandemen I, II, III dan IV terakhir pada tahun 2002 (UUD 1945) merupakan hukum
dasar tertulis dan sumber hukum tertinggi dalam hierarkhi peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia. Atas dasar itu, penyelenggaraan negara harus dilakukan untuk
disesuaikan dengan arah dan kebijakan penyelenggaraan negara yang berlandaskan Pancasila
dan konstitusi negara, yaitu UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian depan UUD 1945,
merupakan tempat dicanangkannya berbagai norma dasar yang melatar belakangi, kandungan
cita-cita luhur dari Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan oleh karena
itu tidak akan berubah atau dirubah, merupakan dasar dan sumber hukum bagi Batang-tubuh
UUD 1945 maupun bagi Undang-Undang.
Dasar Negara Republik Indonesia apapun yang akan atau mungkin dibuat. Norma-norma
dasar yang merupakan cita-cita luhur bagi Republik Indonesia dalam penyelenggaraan
berbangsa dan bernegara tersebut dapat ditelusur pada Pembukaan UUD 1945 tersebut yang
terdiri dari empat (4) alinea.
Dari sudut hukum, batang tubuh UUD 1945 merupakan tataran pertama dan utama dari
penjabaran 5 (lima) norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma
dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang
memberi kerangka dasar hukum sistem administrasi negara Republik Indonesia pada
umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan pemerintahan negara yang mencakup
aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.

EVALUASI
a. Kedudukan Pancasila dalam konteks penyelenggaraan negara Indonesia
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti
sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas
dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Artinya, setiap materi muatan
kebijakan negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Rumusan nilainilai dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan ditetapkannya Pancasila yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai
dasar negara sebagaimana diuraikan terdahulu, dengan demikian Pancasila menjadi
idiologi negara. Artinya, Pancasila merupakan etika sosial, yaitu seperangkat nilai yang
secara terpadu harus diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila
merupakan suatu sistem, karena keterkaitan antar sila-silanya, menjadikan Pancasila
suatu kesatuan yang utuh. Pengamalan yang baik dari satu sila, sekaligus juga harus
diamalkannya dengan baik sila-sila yang lain. Karena posisi Pancasila sebagai idiologi
negara tersebut, maka berdasarkan Tap MPR No.VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan
Berbangsa yang masih dinyatakan berlaku berdasarkan Tap MPR No.I/MPR/2003,
bersama ajaran agama khususnya yang bersifat universal, nilainilai luhur budaya bangsa
sebagaimana tercermin dalam Pancasila itu menjadi “acuan dasar dalam berpikir,
bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa”. Etika sosial dimaksud
mencakup aspek sosial budaya, politik dan pemerintahan, ekonomi dan bisnis,
penegakkan hukum yang berkeadilan, keilmuan, serta lingkungan. Secara terperinci,
makna masing-masing etika sosial ini dapat disimak dalam Tap MPR No.VI/MPR/2001.

b. Kedudukan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam konteks


penyelenggaraan negara Indonesia.
Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran
lima norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta normanorma dasar lainnya
yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi
kerangka dasar hukum SANKRI pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan
negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber
daya manusianya. Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia
disebut UUD 1945 hasil Amandemen I, II, III dan IV terakhir pada tahun 2002 (UUD
1945) merupakan hukum dasar tertulis dan sumber hukum tertinggi dalam hierarkhi
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia.

c. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia


Tahun 1945
Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian depan UUD 1945,
merupakan tempat dicanangkannya berbagai norma dasar yang melatar belakangi,
kandungan cita-cita luhur dari Pernyataan Proklamasi. Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
dan oleh karena itu tidak akan berubah atau dirubah, merupakan dasar dan sumber hukum
bagi Batang-tubuh UUD 1945 maupun bagi Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia apapun yang akan atau mungkin dibuat. Norma-norma dasar yang merupakan
cita-cita luhur bagi Republik Indonesia dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara
tersebut dapat ditelusur pada Pembukaan UUD 1945 tersebut yang terdiri dari empat (4)
alinea :
Alinea Pertama : “Bahwa sesungguhya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan” Alinea ini merupakan pernyataan yang menunjukkan
alasan utama bagi rakyat di wilayah Hindia. Belanda bersatu sebagai bangsa Indonesia
untuk menyatakan hak kemerdekaannya dari cengkeraman penjajahan Kerajaan Belanda.

Alinea Kedua : “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah


kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur” Alinea kedua ini memuat pernyataan tentang keinginan atau cita-cita luhur
bangsa Indonesia, tentang wujud negara Indonesia yang harus didirikan. Cita-cita luhur
bangsa Indonesia tersebut sebagai norma dasar berbangsa dan bernegara pada dasarnya
merupakan apa yang dalam literatur kontemporer disebut visi, merupakan cita-cita
sepanjang masa yang harus selalu diupayakan atau digapai
pencapaiannya.

Alinea Ketiga : “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”. Alinea ini merupakan formulasi
formil pernyataan kemerdekaan oleh bangsa Indonesia dengan kekuatan sendiri, yang
diyakini (norma dasar berikutnya) kemerdekaan Republik Indonesia adalah sebagai
rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, dan didukung oleh seluruh rakyat serta untuk
kepentingan dan kebahagiaan seluruh rakyat.
Alinea Keempat : berbunyi “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”. Dalam alinea keempat itulah dicanangkan beberapa norma dasar bagi
bangunan dan substansi kontrak sosial yang mengikat segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dalam kerangka berdirinya suatu negara Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

d. Kedudukan batang tubuh dari UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Dari sudut hukum, batang tubuh UUD 1945 merupakan tataran pertama dan utama dari
penjabaran 5 (lima) norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma
dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang
memberi kerangka dasar hukum sistem administrasi negara Republik Indonesia pada
umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan pemerintahan negara yang mencakup
aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.

e. Kedudukan dan peran ASN dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia
Peran, tugas dan fungsi ASN menempatkan ASN sebagai bagian dari penyelenggara
pemerintahan yang secara langsung bertanggungjawab untuk menjamin terselenggaranya
roda pemerintahan, memiliki tanggungjawab untuk ikut serta secara langsung mewujudkan
cita-cita dan tujuan nasional. Dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara,
baik ideologi, politik, ekonomi dan social budaya serta pertahanan dan keamanan, peran
ASN sangat dominan. Setiap dinamika ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya serta
pertahanan dan keamanan, akan bersinggungan baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan peran, tugas dan fungsi ASN.
B. Analisis Isu Kontemporer.
1. Perubahan Lingkungan Strategis.
a. Konsep Perubahan.
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan
peradaban manusia. Sebelum membahas mengenai perubahan lingkungan strategis, sebaiknya
perlu diawali dengan memahami apa itu perubahan, dan bagaimana konsep perubahan
dimaksud. Untuk itu, mari renungkan pernyataan berikut ini ...“perubahan itu mutlak dan kita
akan jauh tertinggal jika tidak segera menyadari dan berperan serta dalam perubahan
tersebut”.
Dalam konteks PNS, berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan
baik fungsi dan tugasnya, yaitu:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan peraturan perundang-undangan,
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
c. Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia
Sejalan dengan tujuan Reformasi Birokrasi terutama untuk mengembangkan PNS menjadi
pegawai yang transformasional, artinya PNS bersedia mengembangkan cita-cita dan
berperilaku yang bisa diteladani, menggugah semangat serta mengembangkan makna dan
tantangan bagi dirinya, merangsang dan mengeluarkan kreativitas dan berupaya melakukan
inovasi, menunjukkan kepedulian, sikap apresiatif, dan mau membantu orang lain.
Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap beberapa persyaratan
berikut:
a. Mengambil Tanggung Jawab, antara lain dilakukan dengan menunjukkan sikap dan
perilaku yang mencerminkan tetap disiplin dan akuntabilitas, mengakui dan memperbaiki
kesalahan yang dibuat, fair dan berbicara berdasarkan data, menindaklanjuti dan
menuntaskan komitmen, serta menghargai integritas pribadi.
b. Menunjukkan Sikap Mental Positif, antara lain diwujudkan dalam sikap dan perilaku
bersedia menerima tanggung jawab kerja, suka menolong, menunjukkan respek dan
membantu orang lain sepenuh hati, tidak tamak dan tidak arogan, serta tidak bersikap
diskriminatif atau melecehkan orang lain.
c. Mengutamakan Keprimaan, antara lain ditunjukkan melalui sikap dan perilaku belajar
terus menerus, semangat memberi kontribusi melebihi harapan, dan selalu berjuang
menjadi lebih baik.
d. Menunjukkan Kompetensi, antara lain dimanifestasikan dalam bentuk kesadaran diri,
keyakinan diri, dan keterampilan bergaul, mampu mengendalikan diri, menunjukkan
kemampuan bekerja sama, memimpin, dan mengambil keputusan, serta mampu
mendengarkan dan memberi informasi yang diperlukan.
e. Memegang Teguh Kode Etik, antara lain menampilkan diri sesuai profesinya sebagai
PNS, menjaga konfidensialitas, tidak pernah berlaku buruk terhadap masyarakat yang
dilayani maupun rekan kerja, berpakaian sopan sesuai profesi PNS, dan menjunjung tinggi
etika-moral PNS.

b. Perubahan Lingkungan Strategis.


Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C.,2017) ada empat level lingkungan
strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya sesuai
bidang tugas masing-masing, yakni :
a. Individu, keluarga (family),
b. Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/Culture),
c. Nasional (Society),
d. Dunia (Global).
Oleh karena itu, pemahaman perubahan dan perkembangan lingkungan stratejik pada tataran
makro merupakan faktor utama yang akan menambah wawasan PNS. Wawasan tersebut
melingkupi pemahaman terhadap Globalisasi, Demokrasi, Desentralisasi, dan Daya Saing
Nasional, Dalam konteks globalisasi PNS perlu memahami berbagai dampak positif maupun
negatifnya.
PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama kian
menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara (pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika) sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara.

c. Model Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis.


Modal insani yang dimaksud, disini istilah modal atau capital dalam konsep modal manusia
(human capital concept). Konsep ini pada intinya menganggap bahwa manusia merupakan
suatu bentuk modal yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas,
keterampilan, dan produktivitas kerja.
Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok, 2002), yang akan dijelaskan sebagai
berikut :
a. Modal Intelektual, Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan
peluang dan mengelola perubahan organisasi melalui pengembangan SDMnya.
b. Modal Emosional, Kemampuan lainnya dalam menyikapi perubahan ditentukan oleh
kecerdasan emosional. Setiap PNS pasti bekerja dengan orang lain dan untuk orang lain.
c. Modal Sosial, modal sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang
memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka.
d. Modal ketabahan (adversity), konsep modal ketabahan berasal dari Paul G. Stoltz (1997).
Ketabahan adalah modal untuk sukses dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi
maupun kehidupan sebuah organisasi birokrasi.
e. Modal etika/moral, kecerdasan moral sebagai kapasitas mental yang menentukan prinsip-
prinsip universal kemanusiaan harus diterapkan ke dalam tata-nilai, tujuan, dan tindakan
kita atau dengan kata lain adalah kemampuan membedakan benar dan salah.
f. Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani, badan atau raga adalah wadah untuk
mendukung manifestasi semua modal insani yang dibahas sebelumnya, Badan yang tidak
sehat akan membuat semua modal di atas tidak muncul dengan maksimal. Oleh karena itu
kesehatan adalah bagian dari modal manusia agar dia bisa bekerja dan berpikir secara
produktif. Tolok ukur kesehatan adalah bebas dari penyakit, dan tolok ukur kekuatan fisik
adalah; tenaga (power), daya tahan (endurance), kekuatan (muscle strength), kecepatan
(speed), ketepatan (accuracy), kelincahan (agility), koordinasi (coordination), dan
keseimbangan (balance).

2. Isu-Isu Strategis Kontemporer.


PNS sebagai Aparatur Negara dihadapkan pada pengaruh yang dating dari eksternal juga
internal yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD
1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara.
Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis
terkait isu-isu strategis kontemporer diantaranya;
- Korupsi,
- Narkoba,
- Paham radikalisme/ terorisme,
- Money laundry,
- Proxy war,
- Kejahatan komunikasi masal seperti cyber crime,
- Hate Speech,
- Hoax, dan lain sebagainya.
3. Teknik Analisa Isu.
a. Memahami Isu Kritikal.
Secara umum isu diartikan sebagai suatu fenomena/kejadian yang diartikan sebagai
masalah, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia isu adalah masalah yang
dikedepankan untuk ditanggapi;
Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat
urgensinya, yaitu
o Isu saat ini (current issue)
o Isu berkembang (emerging issue), dan
o Isu potensial.
b. Teknik-Teknik Analisa Isu
o Teknik Tapisan Isu, Setelah memahami berbagai isu kritikal yang dikemukakan di
atas, maka selanjutnya perlu dilakukan analisis untuk bagaimana memahami isu
tersebut secara utuh dan kemudian dengan menggunakan kemampuan berpikir
konseptual dicarikan alternatif jalan keluar pemecahan isu.
o Teknik Analisis Isu, dari sejumlah isu yang telah dianalisis dengan teknik tapisan,
selanjutnya dilakukan analisis secara mendalam isu yang telah memenuhi kriteria
AKPK atau USG atau teknik tapisan lainnya dengan menggunakan alat bantu dengan
teknik berpikir kritis, misalnya menggunakan system berpikir mind mapping,
fishbone, SWOT, tabel frekuensi, analisis kesenjangan, atau sekurangnya-kurangnya
menerapkan kemampuan berpikir hubungan sebab-akibat untuk menggambarkan akar
dari isu atau permasalahan, aktor dan peran aktor, dan alternatif pemecahan isu yang
akan diusulkan.
o Analisis Kesenjangan atau Gap Analysis, gap Analysis adalah perbandingan kinerja
aktual dengan kinerja potensial atau yang diharapkan. Metode ini merupakann alat
evaluasi bisnis yang menitikberatkan pada kesenjangan kinerja perusahaan saat ini
dengan kinerja yang sudah ditargetkan sebelumnya, misalnya yang sudah tercantum
pada rencana bisnis atau rencana tahunan pada masing-masing fungsi perusahaan.

C. Kesiap Siagaan Bela Negara


Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai- nilai bela negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk
ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses nation and character building.
Proses nation and character building tersebut didasari oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar akan
ancaman bahaya nasional yang tinggi serta memiliki semangat cinta tanah air, kesadaran
berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan berkorban demi
bangsa dan Negara.
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sebagai calon aparatur pemerintahan sudah seharusnya
mengambil bagian di lini terdepan dalam setiap upaya bela negara, sesuai bidang tugas dan
tanggungjawab masing-masing. Kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS adalah kesiapan untuk
mengabdikan diri secara total kepada negara dan bangsa dan kesiagaan untuk menghadapi berbagi
ancaman multidimensional yang bisa saja terjadi di masa yang akan datang, Kesiapsiagaan bela
negara bagi CPNS menjadi titik awal langkah penjang pengabdian yang didasari oleh nilai-nilai
dasar negara.
1. Kerangka Kesiapsiagaan Bela Negara Dalam Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri
Sipil.
a. Konsep Kesiapsiagaan Bela Negara.
Bela negara adalah kebulatan sikap, tekad dan perilaku warga negara yang dilakukan
secara ikhlas, sadar dan disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh
kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila
dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara.
Dasar hukum mengenai bela negara terdapat dalam isi UUD NKRI 1945, yakni: Pasal 27
ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara. Selanjutnya pada Pasal 30 ayat (1) yang menyatakan bahwa
tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.
b. Konsep Kesiapsiagaan Bela Negara Dalam LATSAR CPNS.
Bentuk kesiapsiagaan adalah kemampuan setiap CPNS untuk memahami dan
melaksanakan kegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah tindak dalam pelaksanaan kegiatan
keprotokolan yang di dalamya meliputi pengaturan tata tempat, tata upacara (termasuk
kemampuan baris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan apel), tata
tempat, dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai peraturan perundangan-
undangan yang berlaku.
CPNS yang siap siaga adalah CPNS yang mampu meminimalisir terjadinya hal-hal yang
tidak diinginkan terkait dengan pelaksanaan kerja. Dengan memiliki kesiapsiagaan yang
baik, maka CPNS akan mampu mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan (ATHG) baik dari dalam maupun dari luar. Sebaliknya jika CPNS tidak
memiliki kesiapsiagaan, maka akan sulit mengatasi ancaman, tantangan, hambatan, dan
ganguan (ATHG) tersebut. Oleh karena itu melalui Pelatihan Dasar CPNS ini, peserta
diberikan pembekalan berupa pengetahuan/kesadaran dan praktek internalisasi nilai- nilai
berbagai kegiatan kesiapsiagaan.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari- hari di zaman sekarang di berbagai
lingkungan :
o Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan
keluarga).
o Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
o Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan) Kesadaran untuk
menaati tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan).
o Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan
masyarakat).
o Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat).
o Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
o Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).
c. Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara.
Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka dapat diambil
manfaatnya antara lain:
o Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
o Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesame rekan seperjuangan.
o Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
o Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotism sesuai dengan kemampuan
diri.
o Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi
Team Building.
o Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
o Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
o Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
o Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
o Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

2. Kemampuan Awal Bela Negara


Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara, baik
secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara menjaga
kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan rohani.
Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral dan memegang
teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur dan terhormat.
a. Kesehatan Jasmani dan Mental.
o Kesehatan Jasmani
- Kebugaran Jasmani dan Olahraga
- Pola Hidup Sehat
- Gangguan Kesehatan jasmani
o Kesehatan Mental
Mental (Mind, Mentis, jiwa) dalam pengertiannya yang luas berkaitan dengan
interaksi antara pikiran dan emosi manusia. Dalam konteks modul ini, Kesehatan
mental akan dikaitkan dengan dinamika pikiran dan emosi manusia. Kedua komponen
inilah yang menjadi titik penting dari kehidupan manusia. Keduanya dapat diibaratkan
bandul yang saling mempengaruhi naik- turun bandul tersebut. Pikiran berada di satu
sisi dan emosi berada di sisi lainnya. Keduanya berinteraksi secara dinamis.
b. Kesiap Siagaan Jasmani dan Mental
o Kesiap Siagaan Jasmani.
Salah satu bagian kesiapsiagaan yang wajib dimiliki dan dipelihara oleh PNS adalah
kesiapsiagaan jasmani. Kesiapsiagaan jasmani merupakan serangkaian kemampuan
jasmani atau fisik yang dimiliki oleh seorang PNS atau CPNS yang akan menjadi
calon pegawai.
Kesiapsiagaan jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk
melakuksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien.
Manfaat Kesiapsiagaan Jasmani
Manfaat kesiapsiagaan jasmani yang selalu dijaga dan dipelihara adalah :
- Memiliki postur yang baik, memberikan penampilan yang berwibawa lahiriah
karena mampu melakukan gerak yang efisien.
- Memiliki ketahanan melakukan pekerjaan yang berat dengan tidak mengalami
kelelahan yang berarti ataupun cedera, sehingga banyak hasil yang dicapai dalam
pekerjaannya.
- Memiliki ketangkasan yang tinggi, sehingga banyak rintangan pekerjaan yang
dapat diatasi, sehingga semua pekerjaan dapat berjalan dengan cepat dan tepat
untuk mencapai tujuan.
Latihan, Bentuk Latihan, dan Pengukuran Kesiapsiagaan Jasmani
- Latihan Kesiapsiagaan jasmani
- Bentuk Latihan kesiapsiagaan jasmani
o Kesiapsiagaan Mental.
Kesiapsiagaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami kondisi
mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap berbagai
tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya, baik tuntutan
dalam diri sendiri maupun luar dirinya sendiri, seperti menyesuaikan diri dengan
lingkungan rumah, sekolah, lingkungan kerja dan masyarakat.
Beberapa gejala yang umum bagi seseorang yang terganggu kesiapsiagaan mentalnya,
gejala tersebut dapat dilihat dalam beberapa segi, antara lain pada segi : Pertasaan,
Pikiran, Sikap Prilaku, Kesehatan Jasmani,
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam kesiapsiagaan mental adalah bagaimana
mengelola emosi, melalui kecerdasaran emosi. Kata Emosi berasal dari perkataan
emotus atau emovere, yang artinya mencerca “to strip up”, yaitu sesuatu yang
mendorong terhadap sesuatu. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, emosi
dapat diartikan sebagai: (1) luapan perasaan yang berkembang dan surut diwaktu
singkat; (2) keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis, seperti kegembiraan,
kesedihan, keharuan, kecintaan, keberanian yang bersifat subyektif.
Apabila ditinjau dari psikologi analisa, maka emosi dapat dijelaskan secara berbeda-
beda, karena ada dua hal yang mendasari pengertian emosi menurut psikologi analisa,
yaitu :
- Naluri kelamin “sexual instinct”
- Naluri terdapat pada ego
Dalam menelaah kompetensi seseorang yang didasarkan pada tingkat kecerdasan
emosional, maka dapat dikelompokkan ke dalam empat dimensi, yaitu :
- Kesadaran Diri Sendiri
- Pengelolaan Diri Sendiri.
- Kesadaran Sosial
Factor yang mempengaruhi kecerdasan emosional :
- Faktor Psikologis
- Faktor pelatihan emosi
- Faktor prndidikan
o Etika, Etikat dan Moral
Etika
Secara Etimologi Pengertian Etika berasal dari bahasa Yunani kuno dalam bentuk
tunggal yaitu “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom).
Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput,
kandang, kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan
bentuk jamaknya yaitu “Ta etha”, berarti adat kebiasaan.
Etika dapat disimpulkan sebagai suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan
kesediaan dan kesanggupan seorang secara sadar untuk mentaati ketentuan dan norma
kehidupan melalui tutur, sikap, dan perilaku yang baik serta bermanfaat yang berlaku
dalam suatu golongan, kelompok, dan masyarakat serta pada institusi formal maupun
informal (Erawanto, 2013).

Etiket.
Etiket ini sebagai bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan tata
krama, sopan santun, dan tata cara pergaulan dalam berhubungan sesame manusia
dengan cara yang baik, patut, dan pantas sehingga dapat diterima dan menimbulkan
komunikasi, hubungan baik, dan saling memahami antara satu dengan yang lain.
Bentuk etiket secara umum : Etiket Kerapihan Diri dan Tata Cara, Etiket Berdiri,
Etiket Duduk, Etiket Berjalan, Etiket Berkenalan dan Bersalaman, Etiket Berbicara,
Etiket dalam Jamuan.
Moral.
Arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral,
maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma
etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu
bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma
yang tidak baik. Selanjutnya, ‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai
arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara
tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik
buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan
nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

o Kearifan Lokal
Konsep Kearifan Lokal
Kearifan local adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh manusia di tempat
ia hidup dengan lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh kebaikan.
Kearifan Lokal dapat berupa ucapan, cara, langkah kerja, alat, bahan dan perlengkapan
yang dibuat manusia setempat untuk menjalani hidup di berbagai bidang kehidupan
manusia. Kemudian Kearifan Lokal pun dapat berupa karya terbarukan yang
dihasilkan dari pelajaran warga setempat terhadap bangsa lain di luar daerahnya.

Prinsip Kearifan Lokal


Kearifan lokal memiliki prinsip- prinsip sebagai berikut :
- Bentuk kearifan lokal dapat berupa gagasan, ide, norma, nilai, adat, benda, alat,
rumah tinggal, tatanan masyarakat, atau hal lainnya yang bersifat abstrak atau
konkrit; sebagai hasil dari budi pekerti pengetahuan, keterampilan dan sikap mulia
manusia di suatu daerah.
- Segala bentuk kearifan lokal yang dihasilkan oleh manusia mengandung nilai
kebaikan dan manfaat yang diwujudkan dalam hubungannya dengan lingkungan
alam, lingkungan manusia dan lingkungan budaya di sekitarnya; di tempat manusia
itu hidup;
- Kearifan lokal yang sudah terbentuk akan berkembang dengan adanya pengaruh
kegiatan penggunaan, pelestarian, dan pemasyarakatan secara baikdanbenar
sesuaiaturanyang berlaku di lingkungan manusia itu berada;
- Kearifan lokal dapat sirna seiring dengan hilangnya manusia atau masyarakat yang
pernah menggunakannya, sehingga tidak lagi dikenal kearifan lokal tersebut; atau
karena adanya pengalihan dan penggantian bentuk kearifan lokal yang ada dengan
hal-hal baru dalam suatu lingkungan manusia yang pernah menggunakannya;
- Kearifan lokal memiliki asas dasar keaslian karya karena faktor pembuatan oleh
manusia setempat dengan pemaknaan bahasa setempat, kegunaan dasar di daerah
setempat, dan penggunaan yang massal di daerah setempat.
- Kearifan lokal dapat berupa pengembangan kearifan yang berasal dari luar namun
telah diadopsi dan diadaptasi sehingga memiliki ciri baru yang membedakannya
dengan kearifan aslinya serta menunjukkan ciri-cirilokal.

Urgensi Kearifan Lokal


Analisis urgensi kearifan lokal dapat dibedakan atas skala makro dan skala mikro.
Kearifan lokal skala makro merupakan analisis dalam kontek negara dalam tataran
internasional. Pernyataan yang berbunyi “bahwa kemerdekaan adalah hak segala
bangsa...” dan “...turut menciptakan perdamaian dunia...” yang termaktub di dalam
pembukaan UUD NRI 1945 merupakan kearifan lokal yang bernilai universal khas
bangsa Indonesia.
Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa sebagai esensi Sumpah Pemuda yang
dinyatakan pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan kearifan lokal dalam tataran
nasional. Sumpah tersebut sarat dengan kearifan lokal, terutama kesadaran, keikhlasan,
dan komitmen untuk mengutamakan persatuan dan kesatuan daripada kepentingan
individu, kelompok, suku, golongan dan kerajaan.

c. Rencana Aksi Bela Negara.


Aksi Nasional Bela Negara memiliki elemen-elemen pemaknaan yang mencakup: 1)
rangkaian upaya-upaya bela negara; 2) guna menghadapi segala macam Ancaman,
Gangguan, Hambatan, dan Tantangan; 3) dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
dan negara, 4) yang diselenggarakan secara selaras, mantap, sistematis, terstruktur,
terstandardisasi, dan massif; 5) dengan mengikutsertakan peran masyarakat dan pelaku
usaha; 6) di segenap aspek kehidupan nasional; 7) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, 8) serta
didasari oleh Semangat Mewujudkan Negara yang Berdaulat, Adil, dan Makmur sebagai
penggenap Nilai- Nilai Dasar Bela Negara, 9) yang dilandasi oleh keinsyafan akan
anugerah kemerdekaan, dan; 10) keharusan bersatu dalam wadah Bangsa dan Negara
Indonesia, serta; 11) tekad untuk menentukan nasib nusa, bangsa, dan negaranya sendiri.
o Program Rencana Aksi Bela Negara
o Penyusunan Rencana Aksi Bela Negara

d. Kegiatan Kesiapsiagaan Bela Negara


o Peraturan Baris Berbaris.
- Pengertian
Pengertian Baris Berbaris (PBB) adalah suatu wujud Latihan fisik, diperlukan guna
menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup dalam rangka membina dan kerjasama
antar peserta Latsar, salah satu dasar pembinaan disiplin adalah latihan PBB, jadi PB
bertujuan untuk mewujudkan disiplin yang prima, agar dapat menunjang pelayanan
yang prima pula, juga dapat membentuk sikap, pembentukan disiplin, membina
kebersamaan dan kesetiakawanan dan lain sebagainya.

- Manfaat
Manfaat mempelajari baris berbaris yaitu guna menumbuhkan sikap jasmani yang
tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin, sehingga dengan demikian peserta
Latsar CPNS senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan
individu dan secara tidak langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab.
- Pelaksanaan sikap sempurna posisi duduk di kursi.
- Pelaksanaan sikap sempurna posisi duduk bersila
- Ketentuan umum dalam istirahat
- Pelaksanaan sikap istirahat posisi berdiri
- Pelaksanaan sikap istirahat posisi duduk di kursi
- Pelaksanaan sikap istirahat posisi duduk bersila
- Ketentuan umum dalam periksa kerapian
- Tata cara periksa kerapian biasa dan parade
- Berhitung dalam bentuk formasi bersaf.
- Berhitung dalam bentuk formasi berbanjar.
- Ketentuan umum Lencang Kanan/Kiri setengah lengan
- lencang kanan/kiri dan lencang depan
- Tata cara lencang kanan dan atau lencang kiri
- Tata cara setengah lengan lencang kanan dan atau setengah lengan lencang kiri
- Tata cara lencang depan
- Ketentuan umum pelaksanaan perubahan arah Gerakan ditempat tanpa senjata.
- Urutan kegiatan hadap kanan
- Urutan kegiatan hadap kiri
- Urutan kegiatan hadap serong kanan
- Urutan kegiatan hadap serong kiri
- Urutan kegiatan balik kanan
- Membuka/menutup barisan
- Gerakan jalan ditempat. Ketentuan umum jalan ditempat diawali dari posisi berdiri
sikap sempurna. Aba-aba jalan ditempat adalah “JALAN DI TEMPAT =
GERAK”. Urutan pelaksanaan jalan di tempat.
- Dll

o Keprotokolan
- Konsep Keprotokolan
Pengertian keprotokolan adalah pengaturan yang berisi norma-norma atau aturan-
aturan atau kebiasaan-kebiasaan mengenai tata cara agar suatu tujuan yang telah
disepakati dapat dicapai.
Esensi di dalam tatanan tersebut antara lain mencakup : Tata cara, yang
menentukan tindakan yang harus dilakukan dalam suatu acara tertentu, Tata
krama, yang menentukan pilihan kata-kata, ucapan dan perbuatan yang sesuai
dengan tinggi rendahnya jabatan seseorang. Rumus-rumus dan aturan tradisi /
kebiasaan yang telah ditentukan secara universal ataupun di dalam suatu bangsa itu
sendiri.
Selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan susunan ketatanegaran
yang berubah dan juga perkembangan global, maka kemudian UU No 8 tahun
1987 tersebut disempurnakan melalui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010
tentang Keprotokolan yang memberikan penjelasan bahwa “Keprotokolan “ adalah
: “ serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam acara kenegaraan
atau acara resmi yang meliputi Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata
Penghormatan sebagai bentuk penghormatan kepada seseorang sesuai dengan
jabatan dan/atau kedudukannya dalam negara, pemerintahan, atau masyarakat.”
Konsep keprotokolan dalam modul ini adalah hal yang lebih difokuskan kepada
kemampuan memahami dan melakukan pengaturan keprotokolan dalam berbagai
bentuk upacara ada bersifat acara kenegaraan atau acara resmi maupun berupa
upacara bendera, atau upacara bukan upacara bendera serta acara kunjungan.
Adapun Beberapa bentuk upacara yaitu :
 Upacara Bendera yakni upacara pengibaran Bendera Kebangsaan yang
diselenggarakan dalam rangka Peringatan Hari-hari Besar Nasional.
 Upacara Bendera Pada Acara Kenegaran
 Upacara Bendera Pada Acara Resmi
 Upacara Bukan Upacara Bendera
o Tata Tempat.
 Pengertian umum dan hakekat
Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) Peraturan Pemerintah Nomer 62 Tahun 1990,
definisi Tata Tempat adalah “aturan mengenai urutan tempat bagi pejabat
Negara, Pejabat Pemerintah dan Tokoh Masyarakat tertentu dalam acara
kenegaraan atau acara resmi”. Tata tempat pada hakekatnya juga mengandung
unsur-unsur siapa yang berhak lebih didahulukan dan siapa yang mendapat hak
menerima prioritas dalam urutan tata tempat. Orang yang mendapat tempat
untuk didahulukan adalah seseorang karena jabatan, pangkat atau derajat di
dalam pemerintahan atau masyarakat.
 Aturan Dasar Tata Tempat
- Orang yang berhak mendapat tata urutan yang pertama adalah mereka yang
mempunyai jabatan tertinggi yang bersangkutan mendapatkan urutan
paling depan atau paling mendahului.
- Jika menghadap meja, maka tempat utama adalah yang menghadap ke
pintu keluar dan tempat terakhir adalah tempat yang paling dekat dengan
pintu keluar.
- Pada posisi berjajar pada garis yang sama, tempat yang terhormat
 Tata Upacara
Upacara adalah serangkaian kegiatan yang diikuti oleh sejumlah
pegawai/aparatur/karyawan sebagai peserta upacara, disusun dalam barisan di
suatu lapangan/ruangan dengan bentuk segaris atau bentukU, dipimpin oleh
seorang Inspektur Upacara dan setiap kegiatan, peserta upacara melakukan
ketentuan-ketentuan yang baku melalui perintah pimpinan upacara, dimana
seluruh kegiatan tersebut direncanakan oleh Penanggung Jawab Upacara atau
Perwira Upacara dalam rangka mencapai tujuan upacara.
 Manfaat Tata Upacara
Tata Upacara berguna bagi peserta Latsar CPNS Golongan I, II dan III,
terutama dapat dimanfaatkan di tempat tugas masing-masing sebagai
penanggung jawab upacara sebagai Inspektur Upacara, maupun sebagai
Komandan Upacara, upacara tertentu dan pelaporan kesiapan mulai belajar
atau selesai mengikuti pelajaran setiap hari kepada Widyaiswara/Fasilitator di
dalam/luar kelas, serta Pendamping Kelas/Pengasuh.
 Pengertian Tata Upacara
Pengertian Tata Upacara secara umum adalah suatu kegiatan upacara secara
umum dilapangan yang urut-urutan acaranya telah ditentukan di
instansi/perkantoran resmi pemerintah. Adapun pengertian Tata upacara sesuai
Undang- undang 9 tahun 2010 tentang Keprotokolan dalam pasal 1
menjelaskan bahwa Tata Upacara adalah aturan melaksanakan upacara dalam
Acara Kenegaraan dan Acara Resmi. Selanjutnya,
 Kelengkapan Upacara : Perwira upacara, Komandan upacara, Inspektur
upacara, Pejabat lain sesuai dengan kebutuhan, misalnya perlengkapan,
keamanan dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan
o Tata Penghormatan.
Tata penghormatan meliputi tata cara pemberian penghormatan dan penyediaan
kelengkapan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk tercapainya kelancaran
upacara. Dalam acara resmi, pejabat negara, pejabat pemerintah, dan tokoh
masyarakat tertentu mendapat penghormatan berupa:
 pemberian tata tempat;
 penghormatan bendera negara;
 penghormatan lagu kebangsaan;
 penghormatan jenazah bila meninggal dunia;
 pemberian bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan.
o Pelaksanaan Kegiatan Apel
Pelaksanaan kegiatan apel sangat diperlukan baik ditempat pekerjaan maupun di
lingkungan Diklat. Apel adalah suatu kegiatan berkumpul untuk mengetahui
kehadiran dan kondisi personil dari suatu instansi perkantoran atau lembaga
pendidikan yang dilaksanakan secara terus menerus (rutin).
o Etika Keprotokolan
Pemahaman dasar mengenai etika keprotokolan serta pengembangan kepribadian
mutlak diperlukan dan akan menjadi panduan serta modal dasar keberhasilan
pribadi seorang CPNS dalam memberikan pelayanan prima untuk mencapai
kelancaran dan kesuksesan pelaksanakan tugas pada setiap acara resmi dan/atau
kenegaraan baik di dalam negeri maupun pada acara internasional.
Yang perlu diperhatikan dalam etika keprotokolan adalah : Etika Keprotokolan,
Komunikasi Efektif dalam Keprotokolan.
o Kewaspadaan Dini.
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, telah tujuan
Negara adalah, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, telah tujuan
Negara adalah, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, oleh sebab itu maka semua warga bangsa
mempunyai kewajiban yang sama untuk mewujudkan tujuan Negara bangsa
dimaksud, tidak terkecuali bagi para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
 Pengertian dasar intelejen terdiri atas : Pengetahuan, Organisasi, Aktifitas,
 Fungsi Intelejen : Penyelididkan, Pengamanan, Penggalangan,
o Kewaspadaan Dini Dalam Otonomi Daerah.
Untuk mewujudkan ketenteraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat yang
dilakukan dengan upaya- upaya kewaspadaan dini oleh masyarakat dibentuklah
Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat yang selanjutnya disingkat FKDM. FKDM
adalah wadah bagi elemen masyarakat yang dibentuk dalam rangka menjaga dan
memelihara kewaspadaan dini masyarakat, termasuk wakil—wakil Ormas.
Dalam rangka pembinaan FKDM dibentuk Dewan Penasehat Forum Kewaspadaan
Dini Masyarakat di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan kelurahan/desa.
Dewan Penasehat FKDM mempunyai tugas :
 Membantu kepala daerah merumuskan kebijakan dalam memelihara
kewasdaan dini masyarakat.
 Memfasilitasi hubungan kerja antara FKDM dengan pemerintah daerah dalam
memelihara kewaspadaan dini masyarakat.
o Deteksi Dini dan Peringatan Dini Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.
Dalam rangka mengantisipasi ancaman terhadap integritas nasional dan tegaknya
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu dilaksanakan deteksi dini
dan peringatan dini di daerah yang perlu didukung dengan koordinasi yang baik
antar aparat unsur intelijen secara professional yang diatur dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 16 tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2006 tentang Komunitas Intelijen Daerah.
o Kewaspadaan Dini dalam Penyelenggaraan Pertahanan Daerah.
Dalam penyelenggaraan pertahanan Negara,kemampuan kewaspadaan dini
dikembangkan untuk mendukung sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer
dan pertahanan nirmiliter secara optimal, sehingga terwujud kepekaan, kesiagaan,
dan antisipasi setiap warga negara dalam menghadapi potensi ancaman. Di sisi
lain, kewaspadaan dini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai dampak ideologi,
politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang bisa menjadi ancaman bagi kedaulatan,
keutuhan NKRI dan keselamatan bangsa.
o Deteksi Dini dan peringatan Dini Dalam Sistem Keamanan Nasional.
Dalam penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2011
tentang Intelijen Negara Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun dijelaskan bahwa Pembukaan 1945 alinea keempat menyebutkan bahwa
pembentukan Pemerintah Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial yang
senantiasa diupayakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
o Implementasi dan Aplikasi Kewaspadaan Dini Bagi CPNS
Sebagai Abdi Negara dan Abdi Masyarakat, CPNS memiliki kewajiban untuk ikut
mengantisipasi ancaman terhadap integritas nasional dan tegaknya kedaulatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat dimplementasikan dengan
“kesadaran lapor cepat” terhadap setiap potensi ancaman, baik di lingkungan
pekerjaan maupun lingkungan pemukiman, menorong terbentuknya FKDM di
lingkungan masing-masing atau berkontribusi pada Kominda Namun, sebagai
warga Negara kesadaran lapor cepat adalah perwujudan kewaspadaan dini adalah
perwujudan dari kesadaran bela Negara. Pelaporan dapat dilakukan secara lisan
(langsung) atau tertulis kepada aparat/pejabat terkait sesuai dengan potensi
ancaman yang ditemukan.
e. Membangun Tim
PNS yang samapta adalah PNS yang mampu meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan terkait dengan pelaksanaan kerja. Dengan memiliki kesiapsiagaan yang baik
maka PNS akan mampu mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan
baik dari dalam maupun dari luar.
Dalam modul ini, Anda akan diajak melakukan berbagai permainan yang didalamnya
terkandung berbagai macam latihan Kesiapsiagaan baik Jasmani maunpun mental. Target
dari materi ini adalah bagaimana Anda dengan dibantu fasilitator mendapatkan pemaknaan
dari setiap permainan sehingga dapat Anda manfaatkan dalam pelaksanaan tugas.
Jenis permainan yang tercantum dalam modul ini hanya sebagai contoh dari sekian banyak
permainan yang dapat anda lakukan, diantaranya: Birma Crosser, Carterpillar Race,
Folding Carpet, Hulahoop, Log Line, Flying Fox, Spider Web, Grass In The Wind, Almost
Infinite Circle, Tupai dan Pemburu, Pipa Bocor, Evakuasi Bambu, dan Blind Walk.

f. Caraka Malam dan Api Semangat Bela Negara.


Caraka “malam” atau jurit malam bertujuan untuk menanamkan disiplin, keberanian,
semangat serta loyalitas dan kemampuan peserta Latsar CPNS dalam melaksanakan tugas
dengan melewati barbagai bentuk godaan, cobaan serta kemampuan
memegang/penyimpanan rahasia organisasi dan rahasia negara. Selain itu peserta Latsar
CPNS bisa menghafal/ mengingat/ menyimpan berita yang diberikan pada pos Start, dan
akan disampaikan pada Pos yang telah ditentukan. Peserta mampu melampaui berbagai
rintangan/hambatan peserta bisa/dapat menyampaikan berita hanya kepada yang dituju di
Pos Finish.
AGENDA II
NILAI – NILAI DASAR PNS

A. Berorientasi Pelayanan.
1. Konsep Pelayanan Publik.
a. Pengertian Pelayanan Publik
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik
adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administrative yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Adapun penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah setiap
institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain
yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Dalam batasan
pengertian tersebut, jelas bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari
penyelenggara pelayanan. publik, yang kemudian dikuatkan kembali dalam UU
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang menyatakan
bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayan publik.
Prinsip Pelayanan Pablik yang baik adalah : POertisipatif, Transparan, Responsif,
Tidak Diskriminatif, Mudah dan Murah, Efektif dan Efisien, Aksesibel, Akuntabel,
Berkeadilan,
b. Membangun Budaya Pelayanan Prima.
Selama ini permasalahan penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia sangat
berkaitan erat dengan proses pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara,
baik dari sisi prosedur, persyaratan, waktu, biaya dan fasilitas pelayanan, yang
dirasakan masih belum memadai dan jauh dari harapan masyarakat.
Pelayanan publik yang berkualitas harus berorientasi kepada pemenuhan kepuasan
pengguna layanan. Apabila dikaitkan dengan tugas ASN dalam melayani masyarakat,
pelayanan yang berorientasi pada customer satisfaction adalah wujud pelayanan yang
terbaik kepada masyarakat atau dikenal dengan sebutan pelayanan prima. Pelayanan
prima didasarkan pada implementasi standar pelayanan yang dimiliki oleh
penyelenggara.
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas yaitu:
o Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang
berkualitas;
o Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat;
o Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan
pelayanan publik;
o Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti pengaduan
masyarakat;
o Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja,
fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana
prasarana; dan
o Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja
penyelenggara pelayanan publik.
c. ASN Sebagai Pelayan Publik.
Sebagaimana kita ketahui dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu
bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas untuk :
o Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
o Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
o Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Nilai Berorientasi Pelayanan dalam Core Values ASN
Pada tanggal 27 Juli 2021, Presiden Joko Widodo meluncurkan Core Values dan
Employer Branding ASN tersebut, yang bertepatan dengan Hari Jadi Kementerian
PANRB ke-62. Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang
merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis,
Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values tersebut seharusnya dapat dipahami dan
dimaknai sepenuhnya oleh seluruh ASN serta dapat diimplementasikan dalam
pelaksanaan tugas dan kehidupan sehari-hari.
Secara lebih operasional, Berorientasi Pelayanan dapat dijabarkan dengan beberapa
kriteria, yakni: ASN harus memiliki kode etik (code of ethics), Untuk mendetailkan
kode etik tersebut, dapat dibentuk sebuah kode perilaku (code of conducts) yang berisi
contoh perilaku spesifik yang wajib dan tidak boleh dilakukan oleh pegawai ASN
sebagai interpretasi dari kode etik tersebut, Pegawai ASN harus menerapkan budaya
pelayanan, dan menjadikan prinsip melayani sebagai suatu kebanggaan,

EVALUASI MATERI POKOK I


1. B 6. C
2. C 7. C
3. C 8. D
4. B 9. B
5. A 10. A

2. Berorientasi Pelayanan.
a. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan.
ASN sebagai suatu profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut:
o Nilai dasar;
o Kode etik dan kode perilaku;
o Komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;
o Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
o Kualifikasi akademik;
o Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
o Profesionalitas jabatan.
Panduan perilaku/kode etik dari nilai Berorientasi Pelayanan sebagai pedoman bagi
para ASN dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, yaitu:
o Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat
o Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
o Melakukan Perbaikan Tiada Henti
b. Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan
Visi Reformasi Birokrasi, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 81
Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, bahwa pada tahun
2025 akan dicapai pemerintahan kelas dunia, yang ditandai dengan pelayanan publik
yang prima. Pada praktiknya, penyelenggaraan pelayanan publik menghadapi berbagai
hambatan dan tantangan, yang dapat berasal dari eksternal seperti kondisi geografis
yang sulit, infrastruktur yang belum memadai, termasuk dari sisi masyarakat itu
sendiri baik yang tinggal di pedalaman dengan adat kebiasaan atau sikap masyarakat
yang kolot, ataupun yang tinggal di perkotaan dengan kebutuhan yang dinamis dan
senantiasa berubah.
Pandemi COVID-19 yang ada telah menjadikan pola kehidupan sehari-hari mengalami
perubahan yang sangat signifikan. Momentum ini harus kita manfaatkan secara
maksimal untuk melakukan lompatan kemajuan sebagaimana araha Presiden RI. Ada
hikmah di balik pandemi COVID-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia,
utamanya dalam mendorongn percepatan reformasi birokrasi di Indonesia,
Pemanfaatan informasi teknologi dan internet of things menjadi “keterpaksaan” baru,
telah terjadi perubahan secara masif budaya kerja dan cara berpikir ASN.
Dalam lingkungan pemerintahan banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh dan
berkembangnya inovasi pelayanan public diantaranya komitmen dari pimpinan,
adanya budaya inovasi, dan dukungan regulasi. Adanya kolaborasi antara pemerintah,
partisipasi masyarakat, dan stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai strategi
untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya inovasi.

EVALUASI MATERI POKOK II


1. C 6. C
2. B 7. B
3. D 8. A
4. D 9. A
5. A 10. B

B. Akuntabel
1. Potret Pelayanan Publik Negeri ini.
a. Potret layanan Publik Indonesia.
Dalam konteks kehidupan bermasayarakat, Kita sebagai individu ataupun ASN pun
mungkin sudah bosan dengan kenyataan adanya perbedaan ‘jalur’ dalam setiap
pelayanan. Proses mengurus sebuah dokumen, dengan harga, misal, 100.000,
membutuhkan waktu 3 hari, tapi pada kenyataanya, banyak orang yang dapat
memperoleh dokumen tersebut dalam hitungan jam dengan tambahan dana yang
‘beragam’.
Baik sadar atau tidak, kenyataan layanan publik di negeri ini kerap dimanfaatkan oleh
‘oknum’ pemberi layanan untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok.
Peribahasa ‘Waktu Adalah Uang’ digunakan oleh banyak ‘oknum’ untuk memberikan
layanan spesial bagi mereka yang memerlukan waktu layanan yang lebih cepat dari
biasanya. Sayangnya, konsep ini sering bercampur dengan konsep sedekah dari sisi
penerima layanan yang sebenarnya tidak tepat.
b. Tantangan Layanan Publik.
Payung hukum terkait Layanan Publik yang baik tertuang dalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Layanan Publik. Pasal 4 menyebutkan Asas Pelayanan
Publik yang meliputi : a. kepentingan Umum, b. kepastian hukum, c. kesamaan hak, d.
keseimbangan hak dan kewajiban, e. keprofesionalan, f. partisipatif, g. persamaan
perlakuan/tidak diskriminatif h. keterbukaan, i. akuntabilitas, j. fasilitas dan
perlakuan khusus bagi kelompok rentan, k. ketepatan waktu, dan l. kecepatan,
kemudahan, dan keterjangkauan. Undang-Undang ini dengan mantab memberikan
pijakan sebuah layanan publik, yang seharusnya dapat tercermin di setiap layanan
publik di negeri ini. Namun, sebuah aturan dan kebijakan di negeri ini kerap hanya
menjadi dokumen statis yang tidak memberikan dampat apapun ke unsur yang
seharusnya terikat.
Sejak diterbitkannya UU No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, dampaknya
sudah mulai terasa di banyak layanan. Perbaikan layanan tersebut tidak lepas dari
upaya lanjutan yang dilakukan pasca diterbitkannya aturan. Setidaknya, aturan tersebut
tidak lagi menjadi dokumen statis yang hanya bisa diunduh dan dibaca ketika
diperlukan untuk menulis.
c. Keutamaan Mental Melayani.
Employer Branding yang termaktub dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021, “Bangga Melayani
Bangsa”, menjadi udara segar perbaikan dan peningkatan layanan publik. Namun,
Mental dan Pola Pikir berada di domain pribadi, individual. Bila dilakukan oleh semua
unsur ASN, akan memberikan dampak sistemik. Ketika perilaku koruptif yang negatif
bisa memberikan dampak sistemik seperti sekarang ini, sebaliknya, mental dan pola
pikir positif pun harus bisa memberikan dampak serupa.
o Peribahasa ‘Waktu Adalah Uang’ digunakan oleh banyak‘oknum’ untuk
memberikan layanan spesial bagi mereka yang memerlukan waktu layanan yang
lebih cepat dari biasanya. Sayangnya, konsep ini sering bercampur dengan konsep
sedekah dari sisi penerima layanan yang sebenarnya tidak tepat. Waktu berlalu,
semua pihak sepakat, menjadi kebiasaan,dan dipahami oleh hampir semua pihak
selama puluhan tahun.
o Tugas berat sebagai ASN adalah ikut menjaga bahkan ikut berpartisipasi dalam
proses menjaga dan meningkatkan kualitas layanan tersebut. Karena, bisa jadi,
secara aturan dan payung hukum sudah memadai, namun, secara pola pikir dan
mental, harus diakui, masih butuh usaha keras dan komitment yang ekstra kuat.
o Employer Branding yang termaktub dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021, “Bangga
Melayani Bangsa”, menjadi udara segar perbaikan dan peningkatan layanan
publik. Namun, Mental dan Pola Pikir berada di domain pribadi, individual. Bila
dilakukan oleh semua unsur ASN, akan memberikan dampak sistemik. Ketika
perilaku koruptif yang negatif bisa memberikan dampak sistemik seperti sekarang
ini, sebaliknya, mental dan pola pikir positif pun harus bisa memberikan dampak
serupa.

SOAL LATIHAN
a. Perubahan layanan public yang saya rasakan di tempat saya adalah pelayanan
jaringan internet, Alhamdulillah dengan kerja keras pemerintah maka tempat saya
dapat dijangkau oleh jaringan internet dan memudahkan kami masyarakat di
sekitar untuk mengetahui perkembangan dan dinamika di daerah terutama nasional
bahkan mendunia.
b. Contoh disaat hendak mengurus sebuah KTP harus bersusah payah untuk
mendapatkannya. Berbagai alasan terlontar disaat kita akan mendapatkannya,
mulai dari antrian, blanko yang kosong, pejabat kelurahan yang belum hadir, dan
lain-lain tanpa adanya kejelasan yang pasti. Padahal kita sudah meluangkan waktu
dan memenuhi segala persyaratan. Namun yang terjadi adalah kekecewaan yang
seolah-olah harus kita tanggung sebagai harga mahal membuat KTP. Sehingga itu
harapan saya perlu adanya perbaikan pelayanan sehingga masyarakat lebih
gampang dalam mengurus KTP.
c. Pendapat saya adalah layanan yg sesuai dengan harapan kita semua, cepat, simpel,
akuntabel, petugas jujur dan ramah
2. Konsep Akuntabilitas
a. Pengertian Akuntabiulitas.
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi
yang memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik
kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada public (Matsiliza dan
Zonke, 2017).
b. Aspek-Aspek Akuntabilitas.
o Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship),
o Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented),
o Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting).
o Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without
consequences).
o Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance).
c. Pentingnya Akuntabilitas.
Adanya norma yang bersifat informal tentang perilaku PNS yang menjadikebiasaan
(“how things are done around here”) dapat mempengaruhi perilaku anggota organisasi
atau bahkan mempengaruhi aturan formal yang berlaku. Seperti misalnya keberadaan
PP No. 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, belum sepenuhnya
dipahami atau bahkan dibaca oleh setiap CPNS atau pun PNS. Oleh sebab itu, pola
pikir PNS yang bekerja lambat, berdampak pada pemborosan sumber daya dan
memberikan citra PNS berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut, PNS perlu merubah
citranya menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas
untuk membentuk sikap, dan prilaku bertanggung jawab atas kepercayaan yang
diberikan.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
o Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
o Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
o Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peranbelajar).
d. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal,
akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan
akuntabilitas stakeholder.

SOAL LATIHAN
1. Pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas
adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Pendapat saya Akuntabilitas
merupakan tanggung jawab pimpinan yang berkaitan dengan keputusan dan hasil yang
diraih dalam tugasnya. Responsibiltas merupakan pengejawantahan tanggung jawab
oleh suatu perusahaan sebagai anggota masyarakat dalam mematuhi hukum dan
bertindak sesuai dengan nilai nilai masyarakat.
2. Kasus Ombudsman RI Tahun 2020 ini sangatt memberikan gambaran tentang berbagai
capaian kinerja pada berbagai perspektif, sasaran strategis, dan indikator keberhasilan.
merupakan wujud transparansi dan akuntabilitas dalam melaksanakan berbagai
kewajiban yang diembannya dalam pengawasan pelayanan publik di Indonesia.
Perbaikan dalam sektor pelayanan publik merupakan pekerjaan besar yang
berkelanjutan dan memiliki tantangan yang semakin dinamis mengikuti perkembangan
waktu. Namun, Ombudsman RI tidak dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik.
Selain itu Ombudsman RI membutuhkan peran serta aktif masyarakat membantu tugas
Ombudsman dalam mengawasi Pelayanan Publik, sehingga dapat mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Nilai akuntabilitas sangat penting diadopsi dalam penyelenggaraan
pelayanan publik. Hal ini didasarkan pada argumen bahwa eksistensi atau keberadaan
sebuah negara, tergantung pada masyarakatnya. Oleh sebab itu, sudah menjadi
kewajiban bagi negara untuk memberikan pelayanan dengan baik dan bertanggung
jawab.
4. Panduan Prilaku Akuntabel.
a. Akuntabilitas dan Integritas.
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi
landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam
memberikan layanang kepada masyarakat.
Menurut Matsiliza (2013), pejabat ataupun pegawai negara, memiliki kewajiban moral
untuk memberikan pelayanan dengan etika terbaik sebagai bagian dari budaya etika
dan panduan perilaku yang harus dimiliki oleh sebuah pemerintahan yang baik.
b. Integritas dan Anti Korupsi
Integritas adalah salah satu pilar penting dalam pemberantasan korupsi. Secara
harafiah, integritas bisa diartikan sebagai bersatunya antara ucapan dan perbuatan. Jika
ucapan mengatakan antikorupsi, maka perbuatan pun demikian. Dalam bahasa sehari-
hari di masyarakat ,integritas bisa pula diartikan sebagai kejujuran atau
ketidakmunafikan. Dengan demikian, integritas yang konsepnya telah disebut filsuf
Yunani kuno, Plato, dalam The Republic sekitar 25 abad silam, adalah tiang utama
dalam kehidupan bernegara. Semua elemen bangsa harus memiliki integritas tinggi,
termasuk para penyelenggara negara, pihak swasta, dan masyarakat pada umumnya.
KPK merilis sembilan nilai integritas yang bisa mencegah terjadinya tindak korupsi.
Kesembilan nilai itu adalah jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja
keras, sederhana, berani, dan adil.
c. Mekanismne Akuntabilitas.
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini dapat
diartikan secara berbeda- beda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk
perilaku yang berbeda-beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara
lain system penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem
pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun software untuk memonitor pegawai
menggunakan komputer atau website yang dikunjungi).
Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sector publik yang akuntabel, maka
mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi :
o Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality)
Akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
diterapkan.
o Akuntabilitas proses (process accountability)
o Akuntabilitas program (program accountability)
o Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)
d. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan secara umum adalah suatu keadaan sewaktu seseorang pada
posisi yang diberi kewenangan dan kekuasaan untuk mencapai tugas dari perusahaan
atau organisasi yang memberi penugasan, sehingga orang tersebut memiliki
kepentingan profesional dan pribadi yang bersinggungan.
Tipe-tipe Konflik Kepentingan
Ada 2 jenis umum Konflik Kepentingan:
o Keuangan
o Non Keuangan.
e. Pengelolaan Gratifikasi yang Akuntabel
Gratifikasi merupakan salah satu bentuk tindak pidana korupsi. Mari kita mempelajari
lebih dalam mengenai gratifikasi.
Dalam konteks nilai barang dan uang, ataupun konteks pegawai/pejabat negara,
gratifikasi bisa dikategorikan sebagai gratifikasi netral dan ilegal, sehingga harus
memutuskan, dilaporkan atau tidak dilaporkan. Ketika harus dilaporkan, menurut
Pasal 12C UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Anda punya waktu hingga 30 hari sejak menerimanya. Namun dalam konteks pola
pikir, gratifikasi kerap memberikan dampak sangat buruk, yang tidak terpikirkan, oleh
Kita sebagai pemberi atau penerima.
f. Membangun Pola Pikir Anti Korupsi
Nilai integritas adalah nilai yang dapat mengikat setiap unsur pelayan publik secara
moral dalam membentengi institusi, dalam hal ini Lembaga ataupun negara, dari
tindakan pelanggaran etik dankoruptif yang berpotensi merusak kepercayaan
masyarakat. Peran lembaga atau negara dalam membuat regulasi terkait sistem
integritas, dalam hal ini, bisa menggunakan SE Kemenpan-RB Nomor 20 Tahun 2021
tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara,
adalah membuat rambu- rambu bagi semua unsur ASN untuk mengetahui hal yang
dapat dan tidak dapat dilakukan.
g. Apa yang Diharapkan dari Seorang ASN
Perilaku Individu (Personal Behaviour)
o ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan kode
etik yang berlaku untuk perilaku mereka;
o ASN tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan atau anggota
masyarakat;
o Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja dan profesional hubungan
berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang aman dan produktif;
o ASN memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh
kesopanan, kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat untuk kepentingan
mereka, hak-hak, keamanan dan kesejahteraan; PNS membuat keputusan adil,
tidak memihak dan segera, memberikan pertimbangan untuk semua informasi yang
tersedia, undang-undang dan kebijakan dan prosedur institusi tersebut;
o ASN melayani Pemerintah setiap hari dengan tepat waktu, memberikan masukan
informasi dan kebijakan.
SOAL LATIHAN
1. Akuntabilitas Program
Akuntabilitas program, yaitu akuntabilitas yang terkait dengan perimbangan
apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai dengan baik, atau apakah pemerintah
daerah telah mempertimbangkan alternatif program yang dapat memberikan hasil
optimal dengan biaya yang minimal.
2. Tabel
No Poin-poin yang di analisis Jawaban
1 Kondisi apa yang membuat cerita di Kondisi Memberikan Imbalan Atas
video itu berpotensi menjadi kasus Kemenangan Proyek
Tindak Pidana Korupsi?
2 Jenis tindak pidana korupsi apa yang Gratifikasi
relevan dengan cerita di video itu?
3 Siapa saja pihak di dalam video itu Pemenang Tender
yang akan terjerat dalam kasus
korupsi?
4 Kondisi apa yang bisa menjadikan Pemberian Imbalan atas
cerita di dalam video itu menjadi kemenangan Tender.
sebuah kasus Tindak Pidana
Korupsi?
5 Apa dampak yang akan terjadi ke Dapat menimbulkan konflik
depannya bila cerita tersebut kepentingan yang berdampak
menjadi sebuah kasus Tindak Pidana terhadap kerugian bagi masyarakat
Korupsi? secara luas.
6 Apakah menurut Anda apa yang Sudah Benar.
dilaukan oleh Pejabat Lelang sudah Karena Menolak Gratifikasi
benar? Jelaskan kenapa?
7 Selain Pemenang Lelang dan Pejabat Lingkungan Masyarakat.
Lelang, siapa lagi yang bisa berperan
agak kasus itu tidak terjadi?
8 Bila Anda harus memilih salah satu Melaporkan ke KPK
perang dalam video itu, Apa yang
akan Anda lakukan?

5. Akuntabel Dalam Konteks Organisasi Pemerintahan.


a. Transparansi dan Akses Informasi
Perilaku Berkaitan dengan Transparansi dan Akses Informasi (Transparency and
Official Information Access)
o ASN tidak akan mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang diperoleh
selain seperti yangdipersyaratkan oleh hukum atau otorisas yang diberikan oleh
institusi;
o ASN tidak akan menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan pribadi atau
komersial untuk diri mereka sendiri atau yang lain. Penyalahgunaan informasi
resmi termasuk spekulasi saham berdasarkan informasi rahasia dan
mengungkapkan isi dari surat-surat resmi untuk orang yang tidak berwenang;
o ASN akan mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap instansi dan semua
arahan yang sah lainnya mengenai komunikasi dengan menteri, staf menteri,
anggota media dan masyarakat pada umumnya.
b. Praktek Kecurangan dan Perilaku Korup
Perilaku berkaitan dengan menghindari perilaku yang curang dan koruptif (Fraudulent
and Corrupt Behaviour) :
o ASN tidak akan terlibat dalam penipuan atau korupsi;
o ASN dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian keuangan
aktual atau potensial untuk setiap orang atau institusinya;
o ASN dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan kewenangan mereka
untuk keuntungan pribadinya;
o ASN akan melaporkan setiap perilaku curang atau korup;
o ASN akan melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan mereka;
o ASN akan memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas yang berlaku di
sektor publik.
c. Penggunaan Sumber Daya Milik Negara
Fasilitas publik dilarang pengunaannya untuk kepentingan pribadi, sebagai contoh
motor atau mobil dinas yang tidak boleh digunakan kepentingan pribadi. Hal-hal
tersebut biasanya sudah diatur secara resmi oleh berbagai aturan dan prosedur yang
dikeluarkan pemerintah/instansi. Setiap PNS harus memastikan bahwa:
o Penggunaannya diaturan sesuai dengan prosedur yang berlaku
o Penggunaannya dilaklukan secara bertanggung- jawab dan efisien
o Pemeliharaan fasilitas secara benar dan bertanggungjawab. Namun, kadang
permasalahannya tidak selalu “hitam dan putih”.
d. Penyimpanan dan Penggunaan dan Informasi Pemerintah
Perilaku berkaitan dengan Penyimpanan dan Penggunaan Data serta Informasi
Pemerintah (Record Keeping and Use of Government Information):
o ASN bertindak dan mengambil keputusan secara transparan;
o ASN menjamin penyimpanan informasi yang bersifat rahasia;
o ASN mematuhi perencanaan yang telah ditetapkan;
o ASN diperbolehkan berbagi informasi untuk mendorong efisiensi dan kreativitas;
o ASN menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
o ASN memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
o ASN tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain.
e. Membangun Budaya Anti Korupsi di Organisasi Pemerintahan
Aulich (2011) mengatakan, terkait pemberantasan korupsi, peran negara dalam
menciptakan sistem antikorupsi dapat dilakukan melalui peraturan perundangan,
legislasi, dan perumusan kode etik ataupun panduan perilaku. Indonesia tidak
kekurangan regulasi yang mengatur itu semua, Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2014 Tentang Admnistrasi Pemerintahan, Surat Edaran Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 20 Tahun 2021, bahkan Undan-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Tindak Pidana Korupsi.
Tahapan dalam penanganan konflik kepentingan diantaranya yaitu pertama,
penyusunan kerangka kebijakan, kedua, identifikasi situasi konflik kepentingan,
ketiga, penyusunan strategi penanganan konflik kepentingan; dan keempat,
penyiapan serangkaian tindakan untuk menangani konflik kepentingan.

SOAL LATIHAN
1. Konflik kepentingan Non keuangan, karena perbuatan melawan hukum dengan
menyalahgunakan kewenangan untuk memperkaya diri orang/badan lain yang
merugikan keuangan/perekonomian negara. Salah satu faktor penyebab terjadinya
tindak pidana korupsi adalah adanya benturan kepentingan (Conflict of Interest) yang
merupakan suatu kondisi dimana pertimbangan pribadi mempengaruhi dan/atau dapat
menyingkirkan profesionalitas seorang pejabat dalam mengemban tugas. Hal ini dapat
meyebabkan pelayanan publik yang memburuk, kebijakan yang tidak efisien dan tidak
efektif, keputusan dan tindakan yang berpotensi menguntungkan pribadi atau orang
lain, serta kerugian yang ditimbukan bagi orang lain atau negara, yang tentunya
tindakan ini mempertanyakan integritas dari seorang pelayan publik.
2. Tabel.
No Poin-poin yang dianalisis Jawaban
1 Kondisi apa yang membuat berita itu Faktor ekonomi sering dianggap sebagai
berpotensi menjadi kasus Tindak penyebab utama korupsi. Di antaranya
Pidana Korupsi? tingkat pendapatan atau gaji yang tak
cukup untuk memenuhi kebutuhan.
2 Jenis tindak pidana korupsi apa yang Merugikan keuangan Negara
relevan dengan berita itu?
3 Siapa saja pihak di dalam berita itu Pemerintah Daerah
yang akan terjerat dalam kasus
korupsi?
4 Kondisi apa yang bisa menjadikan Kondisi Penyalahgunaan Anggaran
cerita di dalam berita itu menjadi dalam hal penggunaan kwitansi yang
sebuah kasus Tindak Pidana Korupsi? berbeda
5 Apa dampak yang akan terjadi ke Dampaknya akan merugikan Pemerintah
depannya setelah berita itu terjadi? itu sendiri dan Masyarakat.
6 Bila Anda harus memilih salah satu Melaporkan ke KPK
perang dalam berita itu, Apa yang
akan Anda lakukan?
7 Kondisi apa yang membuat berita itu Kondisinya adalah penyalahgunaan
berpotensi menjadi kasus Tindak Kwitansi.
Pidana Korupsi?
8 Jenis tindak pidana korupsi apa yang Merugikan Keuangan Negara
relevan dengan berita itu?

C. Kompeten
1. Tantangan Lingkungan Strategis
a. Dunia VUCA
Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “Vuca World”, yaitu dunia
yang penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian (uncertainty). Demikian
halnya situasinya saling berkaitan dan saling mempengaruhi (complexity) serta
ambiguitas (ambiguity) (Millar, Groth, & Mahon, 2018). Faktor VUCA menuntut
ecosystem organisasi terintegrasi dengan berbasis pada kombinasi kemampuan
teknikal dan generik, dimana setiap ASN dapat beradaptasi dengan dinamika
perubahan lingkungan dan tuntutan masa depan pekerjaan. Dalam hal ini, berdasarkan
bagian isu pembahasan pertemuan Asean Civil Service Cooperation on Civil Service
Matters (ACCSM) tahun 2018 di Singapura, diingatkan tentang adanya kecenderungan
pekerjaan merubah dari padat pekerja (labor intensive) kepada padat pengetahuan
(knowledge intensive).
Berdasarkan dinamika global (VUCA) dan adanya tren keahlian baru di atas, perlunya
pemutakhiran keahlian ASN yang relevan dengan orientasi pembangunan nasional dan
aparatur. Demikian halnya untuk mendukung pemutakhiran keahlian ASN yang lebih
dinamis, diperlukan pendekatan pengembangan yang lebih adaptif dan mudah diakses
secara lebih luas oleh seluruh elemen ASN.
b. Disrupsi Teknologi
Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu. Kecenderungan
kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan
kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu
sendiri,
Dalam konteks ini, akuisisi sejumlah kompetensi dalam standar kompetensi ASN
diperlukan, yang memungkinkan tumbuhnya perilaku dan kompetensi ASN yang
adaptif terhadap dinamika lingkungannya. Menserasikan standar kompetensi jabatan
dan model pengembangan, dengan pendekatan pengambangan yang lebih variatif dan
individual (seperti dari klasikal kepada non klasikal), sesuai kebutuhan kesenjangan
kompetensi masing-masing pegawai, selayaknya lebih diintensifkan.
c. Kebijakan Pembangunan Nasional
Visi pembangunan nasional untuk tahun 2020-2024 di bawah kepemimpinan Presiden
Joko Widodo dan Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin adalah: Terwujudnya Indonesia
Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.
Upaya untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui 9 (sembilan) Misi
Pembangunan yang dikenal sebagai Nawacita Kedua, yaitu:
o peningkatan kualitas manusia Indonesia;
o struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing;
o pembangunan yang merata dan berkeadilan;
o mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
o kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
o penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;
o perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada setiap warga;
o pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya;
o sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.
Setiap ASN perlu berperilaku untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:
“ Berorintasi pelayanan, Akuntabel, Kompoten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
Kolaboratif “.

EVALUASI
1) B
2) S
3) Berorientasi Pelayanan : A
4) Akuntabel : C
5) Kompeten : A
6) Harmonis : A
7) Loyal : A
8) Adaptif : C
9) Kolaboratif : B
2. Kebijakan Pembangunan Aparatur.
a. Merit Sistem
Sesuai dengan kebijakan Undang Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014, prinsip dasar
dalam pengelolaan ASN yaitu berbasis merit. Dalam hal ini seluruh aspek pengelolaan
ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
Perlakuan yang adil dan objektif tersebut di atas meliputi seluruh unsur dalam siklus
manajemen ASN, yaitu:
o Melakukan perencanaan, rekrutmen, seleksi, berdasarkan kesesuaian kualifikasi
dan kompetensi yang bersifat terbuka dan kompetitif;
o Memperlakukan ASN secara adil dan setara untuk seluruh kegiatan pengelolaan
ASN lainnya; dan
o Memberikan remunerasi setara untuk pekerjaan-pekerjaan yang juga setara,
dengan menghargai kinerja yang tinggi.
b. Pembangunan Aparatur RPJMN 2020-2024
Dalam tahap pembangunan Apartur Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024, sebagaimana Gambar 2.1 Pembangunan Aparatur
2020-2024, Reformasi Birokrasi diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang
berkelas dunia (world class bureaucracy), dicirikan dengan beberapa hal, yaitu
pelayanan publik yang semakin berkualitas, dan tata kelola yang semakin efektif dan
efisien (Peraturan MenteriPANRB Nomor 25 Tahun 2020 Tentang Road Map
Reformasi Birokrasi Aparatur 2020-2024).
c. Karakter ASN
Sekurangnya terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN
dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik
tersebut meliputi : integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan
Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship.
Karakter lain yang diperlukan dari ASN untuk beradapatasi dengan dinamika
lingkungan strategis, yaitu: inovatif dan kreatif, agility dan flexibility, persistence dan
perseverance serta teamwork dan cooperation (Bima Haria Wibisana, Kepala BKN,
2020).

EVALUASI
1. Dengan diberlakukannya sistem merit ini, diharapkan dapat membawa perubahan
pada birokrasi terutama dalam perencanaan, pengembangan karier, dan lain-lain. Oleh
karena itu, dalam penerapannya akan memungkinkan terbentuknya tatanan yang lebih
adil dan professional.
2. Wujud birokrasi berkelas dunia tersebut dicirikan dengan apa yang disebut dengan
SMART ASN, yaitu ASN yang memiliki kemampuan dan karakter meliputi:
integritas, profesinal, hospitality, networking, enterprenership, berwawasan global, dan
penguasaan IT dan Bahasa asing.
3. Pastinya pentingnya ASN selalu meningkatkan kompetensi adalah untuk
meningkatkan fungsi utamanya yaitu sebagai pelayan publik. Seiring berkembangnya
zaman, kebutuhan publik terus mengalami perubahan sehingga harus ada penyesuaian
pelayanan dari pemerintah.
3. Pengembangan Kompetensi.
a. Konsepsi Kompetensi.
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan
(skill), dan sikap (attitude) yang terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku
seseorang sesuai tuntutan pekerjaan.
Pengertian yang sama juga digunakan dalam konteks ASN, kompetensi adalah
deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas jabatan (Pasal 1 PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017), dan
kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai professional dan
kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan
mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk mewujudkannya dalam kinerja.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017, Pasal 210 sampai dengan pasal
212, Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan sebagai berikut:
o Mandiri oleh internal instansi pemerintah yang bersangkutan.
o Bersama dengan instansi pemerintah lain yang memiliki akreditasi untuk
melaksanakan pengembangan kompetensi tertentu.
o Bersama dengan lembaga pengembangan kompetensi yang independen.
b. Hak Pengenbangan Kompetensi
Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua
puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran
bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Sesuai Permenpan dan RB Nomor 38 tahun 2017 tentang Standar Jabatan ASN, telah
ditetapkan bahwa setiap pegawai perlu kompeten secara Teknis, Manajerial, dan
Sosial Kultural. Dalam ketentuan tersebut kebutuhan kompetensi untuk masing-
masing jabatan telah ditentukan standarnya, yang dalam hal ini menjadi fondasi dalam
penentuan berbagai kebutuhan pengelolaan kepegawaian, antara lain, pengembangan
kompetensi pegawai. Hak pengembangan tersebut meliputi pengembangan kompetensi
teknis, kompetensi manajerial, dan kompetensi sosial kultural.
c. Pendekatan Pengembangan Kompetensi.
Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat dimanfaatkan pegawai untuk
meningkatkan kompetensinya, yaitu klasikal dan non klasikal. Optimalisasi hak akses
pengembangan kompetensi dapat dilakukan dengan pendekatan pelatihan non klasikal,
diantaranya e-learning, job enrichment dan job enlargement termasuk coaching dan
mentoring. Coaching dan Mentoring selain efesien karena dapat dilakukan secara
masif, dengan melibatkan antara lain atasan peserta pelatihan sebagai mentor sekaligus
sebagai coach.
Selain itu coaching dan mentoring juga penting terkait beberapa hal, yaitu: 1)
Meningkatan kinerja individu dan kinerja organisasi; 2) Membangun komitmen dan
motivasi yang lebih tinggi; 3) Menumbuhkan kesadaran dan refleksi diri dalam
pengembangan potensi diri; 4) Menumbuhkan kemampuan kepemimpinan yang lebih
baik; 5) Membuat proses manajemen perubahan yang lebih baik; 6) Memperbaiki
komunikasi dan hubungan antara atasan-bawahan; 7) Mengimplementasikan
keterampilan yang lebih baik; dan 8) Menumbuhkan budaya kerja yang lebih terbuka
dan produktif.

EVALUASI
1) B
2) B
3) B
4) B
5) B
4. Perilaku Kompeten
a. Berkinerja dan Berakhlak.
Sesuai prinsip Undang-Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014 ditegaskan bahwa ASN
merupakan jabatan profesional, yang harus berbasis pada kesesuaian kualifikasi,
kompetensi, dan berkinerja serta patuh pada kode etik profesinya. Sebagaimana
diuraikan dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2019 tentang
Penilaian Kinerja PNS, bahwa salah satu pertimbangan pembentukan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat
Undang-Undang ASN adalah untuk mewujudkan ASN profesional, kompeten dan
kompetitif, sebagai bagian dari reformasi birokrasi. ASN sebagai profesi memiliki
kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib
mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam
pelaksanaan manajemen ASN.
Dalam kaitan relevansi kode etik profesi ASN dengan kinerja ASN, dapat diperhatikan
dalam latar belakang dirumuskannya kode etik ASN yang disebut dengan BerAkhlak
(Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomo 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values dan
Employer Branding ASN). Dalam Surat Edaran tersebut antara lain dijelaskan bahwa
untuk penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan
ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (world class government) serta untuk
melaksanakan pasal 4 tentang Nilai Dasar dan pasal 5 tentang Kode Etik dan Kode
Perilaku dalam Undang Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang ASN diperlukan
keseragaman nilai-nilai dasar ASN.
b. Learn, Unlearn, dan Relearn
Setiap ASN berpotensi menjadi terbelakang secara pengetahuan dan kealian, jika tidak
belajar setiap waktu seiring dengan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Hal
ini telah diingatkan seorang pakar masa depan, Alfin Toffler (1971), menandaskan
bahwa: “The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write,
but those cannot learn, unlearn, and relearn” (Buta huruf abad ke-21 bukanlah mereka
yang tidak bisa membaca dan menulis, tetapi mereka yang tidak bisa belajar,
melupakan, dan belajar kembali). Sesuaikan cara pandang (mindset) bahwa aktif
meningkatkan kompetensi diri adalah keniscayaan, merespons tantangan lingkungan
yang selalu berubah.
Penyesuaian paradigma selalu belajar melalui learn, unlearn dan relearn, menjadi
penting. Demikian halnya Margie (2014), menguraikan bagaimana bisa bertahan
dalam kehidupan dan tantangan kedepan melalui proses learn, unlearn, dan relearn
dimaksud. Bagaimana konsep proses belajar dari learn, unlearn, dan relearn tersebut.
Pertama, learn dimaksudkan bahwa sejak dini atau sejak keberadaan di dunia, kita
dituntut untuk terus belajar sepanjang hayat.
Berikut ini contoh dari Glints yang diuraikan Hidayati (2020) bagaimana
membiasakan proses belajar learn, unlearn, dan relearn. Berikut langkahnya:
o Learn, dalam tahap ini, sebagai ASN biasakan belajarlah halhal yang benar-benar
baru, dan lakukan secara terusmenerus. Proses belajar ini dilakukan dimana pun,
dalam peran apa apun, sudah barang tentu termasuk di tempat pekerjaannya
masing-masing.
o Unlearn, nah, tahap kedua lupakan/tinggalkan apa yang telah diketahui berupa
pengetahuan dan atau kehalian. Proses ini harus terjadi karena apa yang ASN
ketahui ternyata tidak lagi sesuai atau tak lagi relevan. Meskipun demikian, ASN
tak harus benar-benar melupakan semuanya, untuk hal-hal yang masih relevan.
o Relearn, selanjutnya, dalam tahap terakhir, proses relearn, kita benar-benar
menerima fakta baru. Ingat, proses membuka perspektif terjadi dalam unlearn.
c. Meningkatkan Kompetensi Diri.
Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah adalah
keniscayaan. Melaksanakan belajar sepanjang hayat merupakan sikap yang
bijak.
Setiap orang termasuk ASN selayaknya memiliki watak sebagai pembelajar
sepanjang hayat, yang dapat bertahan dan berkembang dalam oreintasi Ekonomi
Pengetahuan (Knowledge Economy).
Dengan merujuk pada prinsip pembelajar (Blaschke & Hase, 2019), maka perilaku
ASN pembelajar dapat berupai: aktif belajar sesuai kebutuhannya; belajar sambil
melakukan; belajar sebagai penyangga tuntutan keadaan lingkungan yang dinamis;
mempromosikan konstruksi pengetahuan; termasuk berbagi perspektif, dan
mendukung kolaborasi, percakapan dan dialog; termasuk melakukan penyelidikan dan
pemecahan masalah.
Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network. Dalam konteks ini mewujudkan akses belajar seperti kursus online terbuka
massal (MOOCs), di mana koneksi dapat dibentuk untuk membentuk komunitas
pengetahuan.
Contoh bagaimana membangun energi belajar, dapat Saudara telaah tulisan tentang
“Tips dan Trik Meningkatkan Motivasi Belajar Untuk Diri Sendiri” sebagai berikut:
o Membuat Agenda Belajar, untuk mengatur waktu dan materi apa yang harus
dipelajari.
o Menentukan Gaya Belajar, setiap orang memiliki gaya belajarnya masing-masing.
Tentukan apakah Saudara termasuk seseorang yang bertipe visual, auditori, atau
kinestetik. Dengan mengetahui gaya belajar bisa menyesuaikan diri dengan materi
yang ingin dipelajari.
o Istirahat, istirahat termasuk salah satu faktor penting dalam proses belajar. Ketika
tubuh lelah, proses belajar tidak akan maksimal.
o Hindari Gangguan Belajar, aturlah waktu untuk bermain gadget, bermain sosial
medua, melihat televisi, dan game online agar tidak mengganggu waktu belajar.
Jangan berada di kumpulan orang atau keramaian.
o Cari Suasana yang Tepat, semua suasana menjadi tepat jika kamu berhasil
mengontrol diri sendiri. Tentukan suasana yang tepat untuk diri sendiri.
o Belajar/sharing Bersama Teman/jejaring, selain akan menjadi motivasi belajar
dan penyemangat, teman akan membantu saat kamu menemukan kesulitan.
Belajar dengan sistem diskusi biasanya membuat kita lebih mudah memahami
sesuatu
d. Membantu Orang Lain Belajar
Sosialisasi dan Percakapan melalui kegiatan morning tea/coffee termasuk bersiolisai di
ruang istirahat atau di kafetaria kantor sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
ASN pembelajar dapat meluangkan dan memanfaatkan waktunya untuk bersosialisasi
dan bercakap pada saat morning tea/coffee ataupun istirahat kerja. Cara ini selayaknya
tidak dianggap membuang-membuang waktu.
Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” (Thomas H.& Laurence, 1998) atau forum terbuka (Knowledge Fairs
and Open Forums). Dalam forum tersebut merupakan kesempatan bagi pegawai untuk
berinteraksi secara informal.
Cara lain untuk membantu orang lain melalui kegiatan aktif untuk akses dan transfer
Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring
ahli (expert network), pendokumentasian pengalamannya/ pengetahuannya, dan
mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned) (Thomas
H.& Laurence, 1998).
TUGAS INDIVIDU
1. Tindakan yang saya lakukan dalam berbagi ilmu dengan teman-teman guru adalah
saya pernah menjadi mentor dalam kegiatan pengembangan sekolah oleh kepala
sekolah dan saya ditunjuk sebagai mentor untuk kegiatan pembelajaran pembuatan
media pembelajaran (PPT) selama 3 hari pembelajaran dan Alhamdulillah teman-
teman guru sedikit mengerti pembuatan PPT.
2. Contoh lain saya adalah pernah menjadi tutor dalam pelatihan computer di desa-
desa.
e. Melaksanakan Tugas Terbaik.
o Pengetahuan menjadi karya
Sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik instansi pemerintah maupun
swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui berbagai perubahan
lingkungan dan karya manusia. Saat ini, tuntutan organiasi bergeser dari struktur
hierarkis kepada struktur lebih matriks. Pada masa lain, tuntutan lingkungan
mungkin bisa kembali ke arah yang lebih hirakhis untuk optimalisasi organisasi.
Dalam konteks ini energi kolektif setiap pegawai merupakan salah satu elemen
penting dalam dinamika perubahan tersebut, untuk peningkatan kinerja organisasi.
Dengan demikian dimensi emosi sukses yang diperlukan setiap ASN, antara lain,
yaitu: motivasi tinggi, kegembiraan, keyakinan, gairah, kebahagiaan, energi, dan
rasa ingin tahu dengan menghindarkan stres yang berlebihan, kekhawatiran, dan
kemarahan.
o Tugas: Identifikasi Tipikal Individu
Khoo & Tan (2004) menekankan beberapa upaya membangun keyakinan diri
untuk bekerja terbaik, yaitu:
- Pertama, pikirkan saat di masa lalu ketika Anda merasa benar-benar Percaya
Diri;
- Kedua, berdirilah seperti Anda akan berdiri jika Anda merasa benar-benar
Percaya Diri;
- Ketiga, bernapaslah seperti Anda akan bernapas jika Anda merasa benar-benar
Percaya Diri;
- Keempat, miliki ekspresi wajah, fokus di mata Anda ketika Anda merasa
benar-benar Percaya Diri;
- Kelima, beri isyarat seperti yang Anda lakukan jika Anda merasa benar-benar
Percaya Diri; dan • Terakhir, katakan apa yang kamu mau, katakan pada diri
sendiri jika Anda merasa benar-benar percaya diri (gunakan volume, nada, dan
nada suara yang sama).
o Makna Hidup dan Bekerja Baik.
Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan
apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.
Bagaimana cara menemukan makna nilai yang Anda anggap penting. Khoo & Tan
(2004) menguraikan dalam formula pertanyaan relfektif, yang dapat membantu
menemukan nilai yang Anda anggap penting, yaitu:
- Apa yang paling penting bagi saya dalam hidup
- Atau, keadaan emosi positif apa yang paling ingin saya capai
- Atau, apa yang paling penting bagi saya dalam hidup.
Selanjutnya, pikirkan terakhir kali Anda sangat termotivasi untuk melakukan
sesuatu. Keadaan emosi positif apa yang sedang Anda tuju? Misalnya, Anda
pernah sangat termotivasi untuk mengikuti kompetisi pidato atau pencarian bakat.
Tanyakan pada diri sendiri, 'Kondisi emosional apa yang ingin Anda capai?'
Apakah kepuasan yang datang dengan Ketenaran? Prestasi? Pertumbuhan pribadi
atau Kepuasan? (Khoo & Tan, 2004). Sekali lagi, ini akan menjadi indikasi
nilainilai seseorang.

EVALUASI
1. B 8. B
2. B 9. B
3. B 10. B
4. B 11. B
5. B 12. B
6. B 13. B
7. B 14. B

D. Harmonis
1. Keanekaragaman Bangsa dan Budaya di Indonesia.
o Keanekaragaman Bangsa dan Budaya Indonesia.
Dari Sabang di ujung Aceh sampai Merauke di tanah Papua, Indonesia terdiri dari
berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa (ras),
Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi yakni Mongoloid Selatan/Austronesia dan
Melanesia di mana bangsa Austronesia yang terbesar jumlahnya dan lebih banyak
mendiami Indonesia bagian barat.
Keaneka ragaman suku bangsa itu dapat dipahami disebabkan karena kondisi letak
geografis Indonesia yang berada di persimpangan dua benua dan samudra. Hal
tersebut mengakibatkan terjadinya percampuran ras, suku bangsa, agama, etnis dan
budaya yang membuat beragamnya suku bangsa dan budaya diseluruh indonesia.
Keanekaragaman suku bangsa dan budaya membawa dampak terhadap kehidupan
yang meliputi aspek aspek sebagai berikut : 1. Kesenian 2. Religi 3. Sistem
Pengetahuan 4. Organisasi social 5. Sistem ekonomi 6. Sistem teknologi 7. Bahasa.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia
terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan
agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan
dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan
golongan;menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;
bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah
diri; mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia;
mengembangkan sikap tenggang rasa.
o Pentingnya Membangun Rasa Nasionalisme dan Persatuan Kebangsaan.
Sejarah perjuangan bangsa menunjukkan bahawa pada masa lalu bangsa kita adalah
bangsa yang besar. Pada masa jayanya kepulauan nusantara pernah berdiri kerajaan
besar seperti Sriwijaya dan Majapahit.
Perjuangan untuk menjadi bangsa merdeka terus dilakukan pada beberapa wilayah
Indonesia. Perlawanan sampai awal abad ke-20 terhadap Belanda tidak dapat terusir
dari tanah air Indonesia. Beberapa kelemahan perjuangan Bangsa Indonesia yang
membuat gagalnya perlawanan tersebut antara lain :
- Perlawanan dilakukan secara sporadis dan tidak serentak
- Perlawanan biasanya dipimpin oleh pimpinan kharismatik sehingga tidak ada
yang melanjutkan
- Sebelum masa kebangkitan nasional tahun 1908 perlawanan hanya menggunakan
kekuatan senjata
- Para pejuang di adu domba oleh penjajah (devide et impera/politik memecah
belah bangsa Indonesia).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 1951 tentang
Lambang Negara, Bhinneka Tunggal Ika ditulis dengan huruf latin dalam bahasa
Jawa Kuno tepat di bawah lambang negara. Sebagaimana bunyi Pasal 5 sebagai
berikut: "Di bawah lambang tertulis dengan huruf latin sebuah semboyan dalam
bahasa Jawa-Kuno, yang berbunyi: BHINNEKA TUNGGAL IKA."
o Konsep dan Teori Nasionalisme Kebangsaan.
Beberapa aliran besar dalam konsep dan teori mengenai nasionalisme kebangsaan,
yaitu aliran modernis, aliran primordialis, aliran perenialis, dan aliran etno.
- Perspektif modernis dipelopori diantaranya oleh Ben Anderson (1991), J. Breully
(1982,1996), C. Calhoun (1998), E. Gellner (1964, 1983) E. Hobsbawn (1990), E.
Kedourie (1960). Perspektif modernis melihat bahwa bangsa merupakan hasil dari
modernisasi dan rasionalisasi seperti di contohkan dalam Negara Birokratis,
ekonomi industry, dan konsep sekuler tentang otonomi manusia. Perspektif
modernis memandang dunia pra modern berupa formasia politik yang heterogen
(kerajaan, negara – kota, teritori teokrasi, dilegitimasikan oleh prinsip dinasti,
agama, ditandai keragaman bahasa, budaya, batas territorial yang cair, dan
terpenggal, stratifikasi sosial dan regional, menjadi lenyap dengan hadirnya Negara
bangsa.
- Berbeda dengan perspektif modernis, aliran Primordialis dengan tokohnya Clifford
Geertz (1963) melihat bahwa bangsa merupakan sebuah pemberian historis, yang
terus hadir dalam sejarah manusia dan memperlihatkan kekuatan inheren pada
masa lalu dan generasi masa kini.
- Berikutnya aliran perspektif perenialis dengan tokohnya Adrian Hastings (1997)
melihat bahwa bangsa bisa ditemukan di pelbagai zaman sebelum periode modern.
Dengan demikian, dalam perspektif primordialis dan perspektif modernis, bangsa
modern bukanlah sesuatu yang baru, karena dia muncul sebagai kelanjutan dari
periode sebelumnya.
- Akhirnya aliran etnosimbolis, seperti ditunjukkan dalam karya John Amstrong
(1982) dan Anthony Smith (1986)‘ aliran ini mencoba menggabung ketiga
pendekatan tersebut diatas. Aliran etnosimbolis melihat bahwa kelahiran bangsa
pasca abad ke-18, merupakan sebuah spesies baru dari kelompok etnis yang
pembentukannya harus dimengerti dalam jangka panjang. Dari perspektif
primordialis, etnosimbolis melihat perlunya memperhitungkan kekuatan efektif
yang berjangka panjang dari sentiment dan symbolsymbol etnis.
o Potensi dan Tantangan dalam Keanekaragaman bagi ASN
Dalam konteks kebangsaan, perspektif etnosimbolis lebih mendekati kenyataan di
Indonesia. Sejarah telah menunjukkan bahwa para pendiri bangsa yang tergabung
dalam BPUPKI, berupaya mencari titik temu diantara berbagai kutub yang saling
berseberangan.
Kebhinekaan dan Keberagaman suku bangsa dan budaya memberikan tantangan yang
besar bagi negara Indonesia. Wujud tantangan ada yang berupa keuntungan dan
manfaat yang antara lain berupa:
- Dapat mempererat tali persaudaraan
- Menjadi aset wisata yang dapat menghasilkan pendapatan negara
- Memperkaya kebudayaan nasional
- Sebagai identitas negara indonesia di mata seluruh negara di dunia.
- Dapat dijadikan sebagai ikon pariwisata sehingga para wisatawan dapat tertaarik
dan berkunjung di Indonesia
- Dengan banyaknya wisatawan maka dapat menciptkan lapangan pekerjaan
- Sebagai pengetahuan bagi seluruh warga di dunia
- Sebagai media hiburan yang mendidik
- Timbulnya rasa nasionalisme warga negara terhadap negara Indonesia
- Membuat Indonesia terkenal dimata dunia berkat keberagaan budaya yang kita
miliki.
Beberapa potensi tantangan yang muncul dapat ditandai dengan beberapa hal sebagai
berikut:
- Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, seperti perbedaan tujuan, cara
melakukan sesuatu, dan sebagainya.
- Norma-norma sosial tidak berfungsi dengan baik sebagai alat mencapai tujuan.
- Adanya pertentangan norma-norma dalam masyarakat sehingga menimbulkan
kebingungan bagi masyarakat.
- Pemberlakuan sanksi terhadap pelanggar atas norma yang Modul tidak tegas atau
lemah.
- Tindakan anggota masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan norma yang berlaku.
- Terjadi proses disosiatif, yaitu proses yang mengarah pada persaingan tidak sehat,
tindakan kontroversial, dan pertentangan (disharmonis)
- Menguatnya etnosentrisme dalam masyarakatyaitu berupa perasaan kelompok
dimana kelompok merasa dirinya paling baik, paling benar, dan paling hebat
sehingga mengukur kelompok lain dengan norma kelompoknya sendiri. Sikap
etnosentrisme tidak hanya dalam kolompok suku, namun juga kelompok lain
seperti kelompok pelajar, partai politik, pendukung tim sepakbola dan sebagainya.
- Stereotip terhadap suatu kelompok,yaitu anggapan yang dimiliki terhadap suatu
kelompok yang bersifat tidak baik. Seperti anggapan suatu kelompok identik
dengan kekerasan, sifat suatu suku yang kasar, dan sebagainya
Tantangan disharmonis dalam masyarakat dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kondisi sebagai berikut.
- Disharmonis antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku yang
lain. Perbedaan suku seringkali juga memiliki perbedaan adat istiadat, budaya,
sistem kekerabatan, norma sosial dalam masyarakat. Pemahaman yang keliru
terhadap perbedaan ini dapat menimbulkan disharmonis dalam masyarakat.
- Disharmonis antaragama yaitu pertentangan antarkelompok yang memiliki
keyakinan atau agama berbeda. Disharmonis ini bisa terjadi antara agama yang
satu dengan agama yang lain, atau antara kelompok dalam agama tertentu.
- Disharmonis antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang lain.
Pertentangan ini dapat disebabkan sikap rasialis yaitu memperlakukan orang
berbeda-beda berdasarkan ras.
- Disharmonis antargolongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam masyarakat
atau golongan dalam masyarakat. Golongan atau kelompok dalam masyarakat
dapat dibedakan atas dasar pekerjaan, partai politik, asal daerah, dan sebagainya.
o Sikap ASN dalam Keanekaragaman Berbangsa.
Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai kenekaragaman bangsa dan
budaya, sejarah pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori nasionalisme
berbangsa, serta potensi dan tantangannya maka sebagai ASN harus memiliki sikap
dalam menjalankan peran dan fungsi pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam
lingkungan yang berbeda dari sisi suku, budaya, agama dan lain-lain.
Ada dua tujuan nasionalsime yang mau disasar dari semangat gotong royong, yaitu
kedalam dan keluar.
- Kedalam, kemajemukan dan keanekaragaman budaya, suku, etnis, agama yang
mewarnai kebangsaan Indonesia, tidak boleh dipandanga sebagai hal negative dan
menjadi ancaman yang bisa saling menegasikan. Sebaliknya, hal itu perlu disikapi
secara positif sebagai limpahan karunia yang bisa saling memperkaya khazanah
budaya dan pengetahuan melalui proses penyerbukan budaya.
- Keluar, nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang memuliakan
kemanuiaan universal dengan menjunjung tinggi persaudaraan, perdamaian, dan
keadilan antar umat manusia.

Latihan dan tugas


1) Suku tempat saya terdiri atas sejumlah sub-suku bangsa, antara lain Suku Abui,
Alor, Belagar, Deing, Kabola, Kawel, Kelong, Kemang, Kramang, Kui, Lemma,
Maneta, Mauta, Seboda, Wersin, dan Wuwuli. Pada masa lampau sub-sub suku
bangsa tersebut masing-masing hidup terasing di daerah perbukitan dan
pegunungan, terutama untuk menghindari peperangan dan tekanan dari dunia luar.
2) Beberapa cara menghargai perbedaan keberagaman pekerjaan atau profesi sebagai
ASN adalah :
- Menghormati pekerjaan orang lain.
- Tidak membeda-bedakan pekerjaan atau tingkatannya.
- Tidak menghina atau mengejek suatu jenis pekerjaan, karena tiap orang
memiliki pekerjaan berbeda.
3) Sikap saya sebagai ASN dalam Menghargai Keberagaman adalah :
- Menghargai agama yang dianut orang lain.
- Menghargai perbedaan suku, ras dan budaya orang lain.
- Tidak mengejek seseorang berdasarkan warna kulit, rambut dan lainnya.
- Mau menolong sesama tanpa harus melihat status sosial orang tersebut.
2. Mewujudkan suasana Harmonis dalam Lingkungan Bekerja dan Memberikan
Layanan Kepada Masyarakat.
a. Pengertian Nilai Dasar Harmonis dalam Pelayanan ASN
o Pengertian Harmonis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna dan tulisan kata
‘harmonis’ yang benar :
- har·mo·nis a bersangkut paut dng (mengenai) harmoni; seia sekata;
- meng·har·mo·nis·kan v menjadikan harmonis;
- peng·har·mo·nis·an n proses, cara, perbuatan mengharmoniskan;
- ke·har·mo·nis·an n perihal (keadaan) harmonis; keselarasan; keserasian: ~ dl
rumah tangga perlu dijaga.
Harmoni adalah ketertiban alam dan prinsip/hukum alam semesta.
o Pentingnya Suasana Harmonis.
Pola Harmoni merupakan sebuah usaha untuk mempertemukan berbagai
pertentangan dalam masyarakat. Hal ini diterapkan pada hubungan-hubungan
sosial ekonomi untuk menunjukkan bahwa kebijaksanaan sosial ekonomi yang
paling sempurna hanya dapat tercapai dengan meningkatkan permusyawaratan
antara anggota masyarakat. Pola ini juga disebut sebagai pola integrasi.
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu
tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan
bekerja sama, meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada
pelanggan.
Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk membangun budaya tempat kerja
nyaman dan berenergi positif. Ketiga hal tersebut adalah :
- Membuat tempat kerja yang berenergi
- Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikan kontribusi
- Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi Tak dapat dielakkan
jika pendapatan adalah salah satu motivator terbaik di lingkungan kerja.
Demikian juga rasa memiliki. dengan membagi kebahagiaan dalam organisasi
kepada seluruh karyawan dapat meningkatkan rasa kepemilikan dan
meningkatkan antusiasme para karyawan.
b. Etika Publik ASN dalam Mewujudkan Suasana Harmonis.
o Pengertian Etika dan Kode Etik.
Etika lebih difahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral
mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya
dilakukan.
Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok
khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk
ketentuanketentuan tertulis. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk
mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui
ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh
sekelompok profesional tertentu.
o Etika Publik
Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni:
- Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
- Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam
menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
- Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.
o Sumber Kode Etik ASN
- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
- Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1959 tentang Sumpah Jabatan Pegawai
Negeri Sipil dan Anggota Angkatan Perang
- Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai
Negeri Sipil
- Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil.
- Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps
dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.
- Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.
- Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
o Kode Etik ASN
ASN ada dua belas kode etik dan kode perilaku ASN itu, yaitu:
- Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi;
- Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
- Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
- Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
- Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan;
- Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
- Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien;
- Menjaga agar tidak terjadi disharmonis kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
- Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
o Perilaku ASN.
Penerapan sikap perbertika ilaku yang menunjukkan ciri-ciri sikap harmonis.
Tidak hanya saja berlaku untuk sesama ASN (lingkup kerja) namun juga berlaku
bagi stakeholders eksternal. Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan:
- Toleransi
- Empati
- Keterbukaan terhadap perbedaan.
Perubahan mindset ini merupakan reformasi birokrasi yang paling penting,
setidaknya mencakup tiga aspek penting yakni:
- Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
- Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;
- Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah,
o Tata Kelola dan Etika dalam Organisasi.
Sebagai pelayan, tentu saja pejabat publik harus memahami keinginan dan harapan
masyarakat yang harus dilayaninya. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat akan hak-haknya sebagai dampak globalisasi yang ditandai revolusi
dibidang telekomunikasi, teknologi informasi, transportasi telah mendorong
munculnya tuntutan gencar yang dilakukan masyarakat kepada pejabat publik
untuk segera merealisasikan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance). Pola-pola lama dalam penyelenggaraan pemerintahan sudah
tidak sesuai lagi dengan tatanan masyarakat yang telah berubah. Oleh karena itu
tuntutan masyarakat tersebut merupakan hal yang wajar dan sudah seharusnya
ditanggapi para pejabat publik dengan melakukan perubahan paradigma dalam
penyelenggaraan pembangunan yang terarah bagi terwujudnya penyelenggaraan
pemerintahan yang baik.
o Etika ASN sebagai pelayan public
Supaya etika publik dapat dihayati dan dilaksanakan secara menyeluruh di dalam
organisasi, para pegawai tidak cukup hanya diberikan definisi atau rumusan-
rumusan norma yang abstrak tanpa rujukan yang jelas mengenai kewajiban dan
larangan yang berlaku. Di sinilah letak pentingnya kode etik diantara aparat sipil
negara atau PNS pada khususnya. Kode etik adalah rumusan eksplisit tentang
kaidah-kaidah atau norma yang harus ditaati secara sukarela oleh para pegawai di
dalam organisasi publik. Kode etik biasanya merupakan hasil dari kesepakatan
atau konsensus dari sebuah kelompok sosial dan pada umumnya dimaksudkan
untuk menunjang pencapaian tujuan organisasi.
PNS sebagai ASN diharapkan bekerja baik di tempat belerja juga menjadi role
model di lingkungan masyarakat. Dengan menegakkan nilai etika maka suasana
harmonis dapat terwujud dilinkungan ditempat bekerja dan lingkungan masyarakat
dimanapun ASN berada.
c. Peran ASN dalam Mewujudkan Suasana dan Budaya Harmonis
o Peran ASN.
Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN,
tugas pegawai ASN adalah sebagai berikut.
- Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
- Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
- Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan menciptakan budaya
harmoni dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya adalah sebagai berikut:
- Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral
dalam artian tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang
ada.
- PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok-kelompok minoritas,
dengan tidak membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan
kelompok tersebut.
- PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan untuk menunjang sikap
netral dan adil karena tidak berpihak dalam memberikan layanan
- Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka
menolong baik kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya
yang membutuhkan pertolongan.
- PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.
o Budaya Harmonis.
Dalam dunia nyata upaya mewujudkan suasana harmonis tidak mudah. Realita
lingkungan selalu mengalami perubahan sehingga situasi dan kondisi juga
mengikutinya. Ibarat baterai yang digunakan untuk menggerakkan motor atau
mesin suatu masa akan kehabisan energi dan perlu di ‘charge’ ulang.
Mulai dari mengenalkan kepada seluruh personil ASN dari jenjang terbawah
sampai yang paling tinggi, memelihara suasana harmonis, menjaga diantara
personil dan stake holder. Kemudian yang tidak boleh lupa untuk selalu
menyeseuaikan dan meningkatkan usaha tersebut, sehingga menjadi
habit/kebiasaan dan menjadi budaya hidup harmonis di kalangan ASN dan seluruh
pemangku kepentingannya. Upaya menciptakan budaya harmonis di lingkungan
bekerja tersebut dapat menjadi salah satu kegiatan dalam rangka aktualisasi
penerapannya.

Latihan dan Tugas.


1. Kode Etik di tempat saya bekerja adalah :
- Berpenampilan Baik dan Rapi
- Dapat Bekerja sama
- Berani Mengakui Kesalahan
- Bertanggung Jawab terhadap pekerjaan yang diberikan
- Menghargai pendapat orang lain
2. Etika ASN yang mendukung Keharmonisan bekerja adalah
- Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi;
- Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
- Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
- Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
3. Contoh Nilai etika dan pelanggaran etika di tempat kerja saya adalah
Nilai Etika : Menunjukkan Sikap Hormat Kepada Orang Lain.
Pelanggaran Etika : Membuang sampah sembarangan.
Suikap saya adalah Menjadi contoh bagi teman-teman yang lain dalam hal yang
melanggar etika.
4. Misalnya bergotong royong membersihkan lingkungan, ikut musyawarah desa maupun
perayaan penting di sekitar lingkungan kita. Cara itu dapat meningkatkan komunikasi
yang baik antar warga dan antar tetangga sehingga menciptakan sebuah keharmonisan.
5. Sudah sangat harmonis karena sesame rekan-rekan kerja sudah saling memahami dan
saling menghargai dengan tugas masing-masing seta memberikan pelayanan yang baik
kepada siswa-siswi dan orang tua serta lingkungan disekitar sekolah.
E. Loyal
a. Konsep Loyal
o Urgensi Loyalitas ASN.
Pertanyaan yang cukup menarik untuk dibahas pada awal uraian modul ini adalah
kenapa nilai “Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values
yang harus dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut kajiannya dapat dilakukan dengan melihat faktor
internal dan faktor eksternal yang jadi penyebabnya.
- Faktor Internal
Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal sebagaimana tersebut
di atas adalah sifat loyal atau setia kepada bangsa dan negara. Sifat dan sikap loyal
terhadap bangsa dan negara dapat diwujudkan dengan sifat dan sikap loyal ASN
kepada pemerintahan yang sah sejauh pemerintahan tersebut bekerja sesuai dengan
peraturan perundangundangan yang berlaku, karena ASN merupakan bagian atau
komponen dari pemerintahan itu sendiri.
- Faktor Eksternal.
Modernisasi dan globalisasi merupakan sebuah keniscayaan yang harus dihadapi
oleh segenap sektor baik swasta maupun pemerintah. Modernisasi dan globalisasi
ini salah satunya ditandai dengan perkembangan yang sangat pesat dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi. Perkembangan
Teknologi Informasi ini ibarat dua sisi mata uang yang memilik dampak yang
positif bersamaan dengan dampak negatifnya.
Bersamaan dengan peluang pemanfaatan teknologi informasi sebagaimana
diuraikan di atas, ASN milenial juga dihadapkan pada berbagai tantangan yang
harus (dan hanya dapat dihadapi) dengan sifat dan sikap loyal yang tinggi terhadap
bangsa dan negara, seperti information overload, yang dapat menyebabkan
paradox of plenty, dimana informasi yang ada sangat melimpah namun tidak
dimanfaatkan dengan baik atau bahkan disalahgunakan. Tentunya sebagai seorang
ASN akan banyak mengetahui atau memiliki data dan informasi penting terkait
bangsa dan negara yang tidak boleh disalahgunakan pendistribusian dan
penggunaannya.
o Makna Loyal dan Loyalitas.
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan,
paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional.
Untuk bisa mendapatkan sikap loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan
memengaruhinya. Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh
organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain: Taat Kepada Peraturan,
Bekerja dengan Integritas, Tanggung Jawab pada Organisasi, Kemauan untuk
Bekerja Sama, Rasa Memiliki yang Tinggi, Hubungan Antar Pribadi, Kesukaan
Terhadap Pekerjaan, Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan, Menjadi Teladan
bagi Pegawai Lain.
o Loyal dalam Core Values ASN.
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:
- Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
- Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
- Menjaga rahasia jabatan dan negara.
o Membangun Perilaku Loya
- Dalam Konteks Umum.
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai
terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan : Membangun Rasa
Kecintaaan dan Memiliki, Meningkatkan Kesejahteraan, Memenuhi Kebutuhan
Rohani, Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir, Melakukan Evaluasi secara
Berkala.
- Memantapkan Wawasan Kebangsaan.
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
- Meningkatkan Nasionalisme.
Setiap pegawai ASN harus memiliki Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan
yang kuat sebagai wujud loyalitasnya kepada bangsa dan negara dan mampu
mengaktualisasikannya dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa berlandaskan
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.

Latihan:
1. Aspek – aspek yang daopat mempeengaruhi loyalitas adalah : a.) Ketaatan atau
kepatuhan, b) bertanggung jawab, c) pengabdian dan d) kejujuran.
2. Core Values ASN BerAKHLAK adalah nilai-nilai yang Berorientasi Pelayanan,
Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif yang bertujuan
untuk memperkuat budaya kerja yang mendorong pembentukan
karakter ASN profesional.
3. Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang. Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Setia. kepada NKRI serta Pemerintahan yang Sah. Menjaga
Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan. Negara. Menjaga Rahasia Jabatan
dan Negara.

Evaluasi Materi Pokok 1


1. C 5. C
2. B 7. D
3. B 8. D
4. A 9. A
5. C 10. B

b. Panduan Perilaku Loyal


o Panduan Perilaku Loyal
- Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Setia kepada NKRI serta Pemerintahan yang Sah.
- Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara
- Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara
o Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya
dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam
kehidupan sehari-harinya. Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 menyebutkan
bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
Agar setiap warga dapat berkontribusi nyata dalam upaya-upaya bela negara tersebut
selanjutnya dalam pasal 7-nya dirumuskan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara sebagai
berikut :
- Cinta Tanah Air,
- Sadar Berbangsa dan Bernegara,
- Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara,
- Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara,
- Kemampuan Awal Bela Negara,

Latihan
1. Perlunya reedukasi ideologi negara di kalangan ASN yang telah terpapar paham
radikalisme/terorisme. Reedukasi dilakukan kepada ASN yang terbukti terlibat dalam
kepengurusan organisasi radikal dan/atau terlarang.
2. Terpaparnya ASN dalam paham radikalisme jelas merupakan pengkhianatan sumpah dan
janji ASN. Banyak ASN yang kecewa terhadap kepemimpinan presiden terpilih
mengekspos ujaran kebencian terhadap simbol negara (presiden) dan pemerintah melalui
status dan komentar di media sosial.
3. Pertama : perlunya reedukasi ideologi negara di kalangan ASN yang telah terpapar paham
radikalisme/terorisme. Reedukasi dilakukan kepada ASN yang terbukti terlibat dalam
kepengurusan organisasi radikal dan/atau terlarang.
Kedua, dibutuhkan penelitian khusus (litsus) terhadap ASN yang berpotensi terpapar
pemikiran dan konsepsi radikalisme. Litsus dilakukan bagi ASN yang nyata-nyata
menolak paham negara Pancasila dalam berbagai sikapnya.
Ketiga, mengambil tindakan tegas --pemberhentian-- bagi ASN yang telah terbukti aktif
dalam kegiatan radikalisme dan terorisme. ASN yang nyata-nyata telah melanggar sumpah
Korpri harus dikeluarkan dari jabatan/status ASN.

c. Loyal dalam konteks Organiasasi Pemerintahan.


o Komitmen pada sumpah /Janji sebagai Wujud Loyalitas PNS.
Di dalam pasal 66 UU ASN disebutkan bahwa Setiap calon PNS pada saat diangkat
menjadi PNS wajib mengucapkan sumpah/janji. Dimana dalam bunyi sumpah/janji
tersebut mencerminkan bagaimana Core Value Loyal semestinya dipahami dan
diimplementasikan oleh setiap PNS yang merupakan bagian atau komponen sebuah
organisasi pemerintah.
o Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS
Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari
larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Dampak negatif yang
dapat terjadi jika seorang PNS tidak disiplin adalah turunnya harkat, martabat, citra,
kepercayaan, nama baik dan/atau mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas Unit
Kerja, instansi, dan/atau pemerintah/negara.
Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun
2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas
yang tinggilah yang dapat menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini dengan
baik.
o Pelaksanaan Fungsi ASN sebagai Wujud Loyalitas PNS
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam
melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari implementai nilai-
nilai loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah.
- ASN sebagai Pelaksana Kebijakan Publik
- ASN sebagai Pelayan Publik.
o Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud Loyalitas PNS.
Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam
kehidupannya sebagai ASN yang merupakan bagian/komponen dari organisasi
pemerintah maupun sebagai bagian dari anggota masyarakat. Penjelasan aktualisasi
nilai-nilai pada setiap sila-sila dalam Pancasila dapat diuraikan sebagai berikut.
- Sila Ke-1 (Nilai-Nilai Ketuhanan)
- Sila Ke-2 (Nilai-Nilai Kemanusiaan)
- Sila Ke-3 (Nilai-Nilai Persatuan)
- Sila Ke-4 (Nilai-Nilai Permusyawaratan)
- Sila Ke-5 (Nilai-Nilai Keadilan Sosial)

Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “Pengebiran Makna Loyalitas PNS” dan berikan
contohnya
Makna umum dari loyalitas adalah kesetiaan atau kepatuhan. Dalam organisasi modern,
termasuk organisasi pemerintahan mengkondisikan loyalitas pada aturan, bukan person.
Tetapi dalam praktiknya loyalitas selalu disimpangkan sebagai kesetiaan pada person.
CFontohnya : pemimpin yang sedang berkuasa untuk menggalang dukungan dari kalangan
PNS adalah dengan melibatkannya menjadi tim sukses, dan memerintahkan PNS tertentu
untuk turut mengkampanyekan diri dan pasangannya.
2. Karakter Pegawai yang loyalk terhadap organisasiny adalah :
- Nyaman dan mencintai pekerjaan.
- Memiliki integritas dalam bekerja.
- Memberikan pujian terhadap hasil kerja karyawan lain.
- Memberi teladan bagi karyawan lain.
- Berani memberikan kritik demi kemajuan perusahaan.
3. Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS
Disiplin sangat diperlukan dalam mendukung lancarnya pelaksanaan pekerjaan pada suatu
organisasi. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggungjawab seseorang terhadap
tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja,
dan terwujudnya tujuan organisasi.
F. Adaptif
I. Mengapa Adaptif.
a. Perubahan Lingkungan Strategis
Lingkungan strategis di tingkat global, regional maupun nasional yang kompleks dan terus
berubah adalah tantangan tidak mudah bagi praktek-praktek administrasi publik, proses-
proses kebijakan publik dan penyelenggaraan pemerintahan ke depan. Dalam kondisi di
mana perubahan adalah sesuatu yang konstan, dengan nilai sosial ekonomi masyarakat
yang terus bergerak, disertai dengan literasi publik yang juga meningkat, maka cara sektor
publik dalam menyelenggarakan fungsinya juga memerlukan kemampuan adaptasi yang
memadai. Perubahan lingkungan strategis ini menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan.
b. Kompetisi di sector public
Perubahan dalam konteks pembangunan ekonomi antar negara mendorong adanya
pergeseran peta kekuatan ekonomi, di mana daya saing menjadi salah satu ukuran kinerja
sebuah negara dalam kompetisi global. Sampai dengan tahun 2000-an, Amerika Serikat
dan Jepang merupakan dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Namun satu dekade
kemudian, muncul beberapa pemain besar lain, seperti Tiongkok misalnya, yang terus
tumbuh dan berkembang pesat menjadi kekuatan ekonomi regional, dan bahkan kini
menggeser Jepang dan menjadi pesaing serius Amerika Serikat sebagai negara adidaya
baru. Di tingkat regional, khususnya kawasan Asia Tenggara, walaupun Indonesia juga
memimpin sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar, tetapi negara tetangga
seperti Malaysia, Thailand, Filipina atau Vietnam tentu akan selalu menjadi pesaing
penting di tingkat regional. Persaingan atau kompetisi adalah kata kuncinya.
Seluruh bentuk kompetisi di atas akan memaksa dan mendorong pemerintah baik di
tingkat nasional maupun daerah dengan motor birokrasinya untuk terus bersaing dan
beradaptasi dalam menghadapi setiap perubahan lingkungan yang terjadi. Adaptasi
menjadi kata kunci bagi negara untuk dapat menjadi kompetitif.
c. Komitmen Mutu
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui kerja ASN di sektornya
masing-masing memerlukan banyak perbaikan dan penyesuaian dengan berbagai tuntutan
pelayanan terbaik yang diinginkan oleh masyarakat. Kurang berkualitasnya layanan selalu
muncul dalam berbagai bentuk narasi, seperti misalnya :
o terkait dengan maraknya kasus korupsi, sebagai cerminan penyelenggaraan
pemerintahan yang tidak efisien;
o banyaknya program pembangunan sarana fisik yang terbengkalai, sebagai cerminan
ketidak-efektifan roda pemerintahan;
o kecenderungan pelaksanaan tugas yang lebih bersifat rule driven dan sebatas
menjalankan rutinitas kewajiban, sebagai cerminan tidak adanya kreativitas untuk
melahirkan inovasi; serta terutama (4) masih adanya keluhan masyarakat karena
merasa tidak puas atas mutu layanan aparatur, sebagai cerminan penyelenggaraan
layanan yang kurang bermutu.
d. Tantangan Praktek Administrasi Publik.
Dari seluruh contoh perubahan lingkungan strategis, maka kita dapat melihat bahwa untuk
memastikan bahwa negara tetap dapat menjalankan fungsinya, dan pelayanan publik dapat
tetap berjalan di tengah-tengah perubahan ini, maka kemampuan adaptasi menjadi penting
dan menentukan.
Rumusan tantangan perubahan lingkungan juga diperkenalkan dengan rumusan
karakteristik VUCA, yaitu Volatility, Uncertaninty, Complexity dan Ambiguity. Indonesia
dan seluruh negara di dunia tanpa kecuali menghadapi tantangan yang relatif sama pada
aras global, dengan perubahan lingkungan yang berkarakteristik VUCA, yaitu:
o Volatility
o Uncertainty
o Complexity
o Ambiguity
Dari sudut pandang governance ini, maka adaptasi dari praktek-praktek penyelenggaraan
negara yang didominasi oleh peran negara atau pemerintah, menjadi peran-peran yang
lebih terdistribusi kepada aktor negara atau pemerintah dengan aktor lainnya di luar
pemerintah

Diskusi :
1. Lingkungan strategis yang berubah dapat menjadi kekuatan dan tantangan bagi percepatan
pembangunan, kekuatan dan tantangan dapat menjadi kekuatan baru, menjadi pintu
inovasi dalam mewujudkan kinerja pembangunan. Kemampuan aparatur negara
beradaptasi dengan perubahan lingkungan strategis menjadi bagian dari pengembangan
sumber daya manusia aparatur untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, sekaligus bisa
mengantisipasi dan mempersiapkan kondisi pembaruan dalam menerapkan birokrasi yang
berkelas dunia.
2. Sifat adaptif ini juga harus dimiliki oleh setiap karyawan sebagai operator dari berbagai
teknologi yang telah diciptakan. Oleh karena itu, perlu adanya budaya adaptif dalam
manajemen perusahaan agar tidak mengalami ketertinggalan dan dapat menghadapi
perkembangan zaman.
3. Peningkatan kompetensi pegawai tidak hanya bisa dilakukan dengan mengikuti
Pendidikan dan pelatihan saja, tetapi melalui media Corporate University setiap pegawai
bisa meningkatkan kompetensi sesuai dengan tugasnya melalui coaching dan mentoring
dengan para senior yang sudah berpengalaman. Namun PNS baru agar perbanyak
wawasan dan tingkatkan kompetensi agar cepat dapat beradaptasi dengan lingkungan dan
regulasi/ aturan yang ada terkait dengan tugas dan fungsi dalam jabatannya masing-
masing.
II. Memahami Adaptif.
a. Kreatifitas dan Inovatif.
Pada umumnya istilah kreativitas dan inovasi kerap diidentikkan satu sama lain. Selain
karena saling beririsan yang cukup besar, kedua istilah ini memang secara konteks boleh
jadi mempunyai hubungan kasual sebab-akibat. Sebuah inovasi yang baik biasanya
dihasilkan dari sebuah kreativitas. Tanpa daya kreativitas, inovasi akan sulit hadir dan
diciptakan.
Selanjutnya kreativitas mempunyai pengertian yang lebih melunak dan melekat pada sifat
manusiawi. Kreativitas dapat dipandang sebagai sebuah kemampuan (an ability) untuk
berimajinasi atau menemukan sesuatu yang baru. Ini artinya kreativitas sudah mengalami
pergeseran makna dari pengertian ”menciptakan” menjadi ”menemukan”. Jadi bukan
kemampuan menciptakan sesuatu dari yang tidak ada (creativity is not the ability to create
out of nothing), tetapi kemampuan memunculkan ide dengan cara mengkombinasikan,
merubah atau memanfaatkan kembali ide.
b. Organisasi Adaptif.
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap (landscape),
pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership). Unsur lanskap terkait dengan
bagaimana memahami adanya kebutuhan organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan
strategis yang berubah secara konstan.
Organisasi adaptif esensinya adalah organisasi yang terus melakukan perubahan,
mengikuti perubahan lingkungan strategisnya. Maragaret Rouse2, mengatakan “An
adaptive enterprise (or adaptive organization) is an organization in which the goods or
services demand and supply are matched and synchronized at all times. Such an
organization optimizes the use of its resources (including its information technology
resources), always using only those it needs and paying only for what it uses, yet ensuring
that the supply is adequate to meet demand”.
c. Adaptif sebagai nilai dan budaya ASN
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki
kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan
dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan.
Lima disiplin ini sangat aplikatif dalam konteks pelaksanaan tugas dan fungsi ASN di
lingkungan kerjanya masing-masing. Dengan mempraktikkan kelima disiplin tersebut, ada
jalan bagi organisasi untuk selalu mendapat pengetahuan baru. Tanpa pengetahuan yang
selalu diperbarui maka organisasi cenderung menggunakan pengetahuan lama, atau
kadaluwarsa, yang justeru akan menjadi racun bagi organisasi tersebut.
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di
dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan
adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun
organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat
berpikir kritis versus berpikir kreatif.

Latihan.
1. Organisasi adaptif adalah merupakan organisasi yang memiliki kemampuan untuk
merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan
flexible . Organisasi adaptif adalah proses pertumbuhan, perkembangan dan klimaks serta
anti klimaks dalam sebuah daur hidup.
2. Adalah :
- Memanfaatkan peluang – peluang yang berubah – ubah.
- Memperhatikan kepentingan – kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat dan sebagainya.
- Mendorong jiwa kewirausahaan.
- Konsisten dengan keputusan yang sudah diambil sejak awal.
III. Panduan Prilaku adaptif.
Salah satu praktik perilaku adaptif adalah dalam hal menyikapi lingkungan yang
bercirikan ancaman VUCA. Johansen (2012) mengusulkan kerangka kerja yang dapat
digunakan untuk menanggapi ancaman VUCA, yang disebut VUCA Prime, yaitu Vision,
Understanding, Clarity, Agility. Johansen menyarankan pemimpin organisasi melakukan
hal berikut :
o Hadapi Volatility dengan Vision
o Hadapi Uncertainty dengan Understanding
o Hadapi Complexity dengan Clarity
o Hadapi Ambiguity dengan Agility
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik
individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun
atau mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA
(Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision,
hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi
ambiguity dengan agility. Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan
untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat
dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam
organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya
yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya organisasi
telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat
dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja.
IV. Adaptif dalam konteks pemerintahan.
Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana pengembangan kapasitas
pemerintah adaptif dengan indicator-indikator sebagai berikut: (a) Pengembangan sumber
daya manusia adaptif; (b) Penguatan organisasi adaptif dan (c) Pembaharuan institusional
adaptif. Terkait membangun organisasi pemerintah yang adaptif, Neo & Chan telah
berbagi pengalaman bagaimana Pemerintah Singapura menghadapi perubahan yang terjadi
di berbagai sektornya, mereka menyebutnya dengan istilah dynamic governance. Menurut
Neo & Chen, terdapat tiga kemampuan kognitif proses pembelajaran fundamental untuk
pemerintahan dinamis yaitu berpikir ke depan (think ahead), berpikir lagi (think again)
dan berpikir lintas (think across). Selanjutnya, Liisa Välikangas (2010) memperkenalkan
istilah yang berbeda untuk pemerintah yang adaptif yakni dengan sebutan pemerintah
yang tangguh (resilient organization). Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut
lima dimensi yang membuat organisasi kuat dan imajinatif: kecerdasan organisasi, sumber
daya, desain, adaptasi, dan budaya (atau sisu, kata Finlandia yang menunjukkan keuletan.

G. Kolaboratif.
1. Konsep Kolaboratif.
a. Devinisi Kolaborasi.
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi dan
collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019)
mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between
two or more firms aiming to become more competitive by developing shared
routines”.
b. Kolaborasi Pemerintahan.
Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
1) forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga; 2) peserta dalam forum
termasuk aktor nonstate; 3) peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan
dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik; 4) forum secara resmi diatur
dan bertemu secara kolektif; 5) forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan
konsensus (bahkan jika konsensus tidak tercapai dalam praktik), dan 6) fokus
kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen. Tata kelola kolaboratif ada di
berbagai tingkat pemerintahan, di seluruh sektor publik dan swasta, dan dalam
pelayanan berbagai kebijakan (Ghose 2005; Davies dan White 2012; Emerson et al.
2012). Disini tata kelola kolaboratif lebih mendalam pelibatan aktor kebijakan
potensial dengan meninggalkan mestruktur kebijakan tradisional.
c. Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintaha.
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan
upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan publik.
Dalam pengertian ini WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan bagaimana
instansi pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu. Untuk kasus
Australia berfokus pada tiga hal yaitu pengembangan kebijakan, manajemen program
dan pemberian layanan. Dari definisi ini diketahui bahwa WoG merupakan pendekatan
yang menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat sektoral yang
selama ini terbangun dalam model NPM. Bentuk pendekatannya bisa dilakukan dalam
pelembagaan formal atau pendekatan informal.
2. Praktik dan Aspek Normatif Kolaboratif Pemerintah.
a. Panduan Perilaku Kolaboratif.
Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), organisasi yang memiliki
collaborative culture indikatornya sebagai berikut: 1) Organisasi menganggap
perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi; 2) Organisasi menganggap
individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya yang diperlukan untuk
terus menghormati pekerjaan mereka; 3) Organisasi memberikan perhatian yang adil
bagi staf yang mau mencoba dan mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan
tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan); 4) Pendapat yang berbeda didorong
dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap kontribusi dan pendapat sangat
dihargai; 5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik
b. Kolaboratif dalam Konteks Organisasi Pemerintah.
Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan bahwa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah
kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan
formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik.
c. Beberapa Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintahan.
Pejabat Pemerintahan memiliki kewajiban memberikan Bantuan Kedinasan kepada
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan untuk melaksanakan
penyelenggaraan pemerintahan tertentu Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat
memberikan Bantuan Kedinasan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang
meminta dengan syarat: a.) Keputusan dan/atau Tindakan tidak dapat dilaksanakan
sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan b.)
penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan karena kurangnya tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan; c.) dalam hal melaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak memiliki pengetahuan dan
kemampuan untuk melaksanakannya sendiri; d.) apabila untuk menetapkan Keputusan
dan melakukan kegiatan pelayanan publik, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
membutuhkan surat keterangan dan berbagai dokumen yang diperlukan dari Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya; dan/atau e.) jika penyelenggaraan
pemerintahan hanya dapat dilaksanakan dengan biaya, peralatan, dan fasilitas yang
besar dan tidak mampu ditanggung sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
tersebut.

Latihan :
1. Collaborative governance adalah serangkain pengaturan dimana satu atau lebih
lembaga publik yang melibatkan secara langsung stakeholder non-state di dalam
proses pembuatan kebijakan yang bersifat formal, berorientasi consensus dan
deliberative yang bertujuan untuk membuat atau mengimplementasikan kebijakan
publik .
2. Pemasalahan nya adalah, Dimanfaatkan rekan kerja. Salah satu tantangan di dunia
kerja yang gak jarang bikin karyawan gak betah, adalah kondisi rekan kerja
menyebalkan. Sengitnya persaingan di dunia kerja. Melatih kewaspadaan. Menerima
kritik.

Anda mungkin juga menyukai