I. WAWASAN KEBANGSAAN
Wawasan kebangsaan merupakan istilah yang kerap kali didengar, namun sering pula
terlupa setelah dipelajari. Jika ditanya kepada masyarakat awam, mayoritas mungkin
akan mendeskripsikan wawasan kebangsaan sebagai pengetahuan terkait negara kita,
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun apakah pengertian wawasan kebangsaan
memang hanya sebatas itu?
A. Pengertian
Nyatanya, wawasan kebangsaan tidaklah terpaku pada seberapa luas
pengetahuan yang dimiliki terkait dengan negara ini. Wawasan kebangsaan adalah
cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan berbangsa dan
bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran
terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI
Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil,
makmur, dan sejahtera. Dalam arti lain, seseorang yang memiliki wawasan
kebangsaan hendaknya tidak berhenti sampai di tahap memiliki pengetahuan terkait
bangsa dan negara, namun ia juga harus berpikir dan bersikap layaknya amanat dan
ajaran dari ideologi yang menjadi dasar landasan negara dan menerapkannya dalam
tata laku sehari-hari.
B. Kewaspadaan Dini
Kewaspadaan dini dalam konteks bela negara adalah kewaspadaan setiap
warga negara terhadap setiap potensi ancaman terhadap negara. Dalam kata lain,
warga negara hendaknya peka dalam mendeteksi dan mengidentifikasi segala
sesuatu hal yang memiliki kemungkinan untuk mengancam NKRI, baik itu hal yang
memiliki bentuk fisik maupun tidak.
C. Landasan Negara
1. Pancasila adalah landasan idiil, dasar ideologi dan juga filosofi bangsa Indonesia.
2. UUD 1945 adalah landasan konstitusional sistem administrasi NKRI, yaitu norma
dasar dan juga sumber hukum tertinggi dalam hierarki peraturan perundang-
undangan di Indonesia.
D. Kebijakan Publik dan Peran ASN
Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, Pegawai ASN memiliki tiga tugas/peranan, yaitu:
1. pelaksana kebijakan publik,
2. pemberi pelayanan publik, dan
3. pemersatu NKRI.
B. Modal Insani
Enam komponen modal manusia (human capital concept) meliputi:
1. modal intelektual yang menekankan kemampuan seseorang untuk merefleksi
diri dan berpikir cerdas,
2. modal emosional yang berupa kecerdasan emosional dalam memahami emosi
diri sendiri (self awareness), mengelola emosi diri (self management), berempati
(social awareness), dan berinteraksi secara positif dengan orang lain
(relationship management),
3. modal sosial yang berupa kerjasama antarwarga untuk menemukan solusi atas
permasalahan yang tengah dihadapi serta dapat dibagi menjadi kesadaran
sosial/kemampuan berempati (social awareness) dan kemampuan sosial (social
skill),
4. modal ketabahan (adversity) yang dicetuskan Paul G. Stoltz mengisyaratkan
bahwa seorang yang sukses adalah manusia dengan tipe climber yang senantiasa
bersemangat dan tak pantang menyerah dalam menghadapi situasi sulit,
5. modal etika/moral memiliki empat komponen, yaitu integrity, responsibility,
compassionate, dan forgiveness, dan
6. modal kesehatan (kekuatan) fisik/jasmani yang dapat diukur dari bebas atau
tidaknya seseorang dari penyakit, tingkat tenaga, daya tahan, kekuatan,
kecepatan, ketepatan, kelincahan, koordinasi, dan keseimbangan.
B. Narkoba
Narkoba yang merupakan akronim dari narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya sebenarnya tidak sepenuhnya dilarang. Hal ini dikarenakan, beberapa
jenis narkoba tertentu sebenarnya masih digunakan dan memang diperlukan dalam
dunia kedokteran. Namun demikian, jika narkoba disalahgunakan, maka hal tersebut
dapat mengakibatkan munculnya ketergantungan bagi oknum-oknum yang tidak
bertanggungjawab tersebut. Dalam upaya untuk memberantas narkoba, Indonesia
telah memiliki peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang narkotika.
Namun demikian, ada baiknya masyarakat dan lembaga lainnya ikut berperan dalam
menggalakkan penerapan kesadaran anti narkoba di lingkup masyarakat sekitar.
D. Money Laundering
Pencucian uang adalah suatu tindak kejahatan yang bertujuan untuk
menyamarkan atau menyembunyikan asal-usul dari suatu aset agar terlihat seolah-
olah berasal dari suatu transaksi atau sumber yang normal dan sah. Upaya yang telah
dikerahkan dalam menangani isu ini di antaranya ialah adanya peraturan perundang-
undangan di Indonesia yang mengatur tentang tindak pidana pencucian uang. Selain
itu, Indonesia juga memiliki lembaga intelijen keuangan Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK) yang telah diberi mandat untuk mencegah dan
memberantas tindak pidana pencucian uang di Indonesia.
E. Proxy War
Proxy war secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu perselisihan antara dua
pihak dengan menggunakan pihak ketiga. Dalam arti lain, kedua pihak ini
menggunakan pihak ketiga tersebut sebagai boneka dan pihak ketiga ini lah yang
akan menanggung kerugian dari terjadinya proxy war ini. Ada pun proxy war dapat
terjadi karena isu ini menginfiltrasi secara tak kasat mata, menyasar keyakinan dan
ideologi suatu bangsa yang dapat mengakibatkan hilangnya identitas dari bangsa
yang dimaksud tersebut sehingga dapat dengan mudah terpengaruh oleh pihak
lainnya. Untuk mencegah bangsa dan negara kita menjadi sasaran empuk proxy war,
maka tentu sosialisasi akan wawasan kebangsaan dan sikap sadar atas ideologi
negara perlu senantiasa digaungkan.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. (2019). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS Analisis
Isu Kontemporer. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. (2019). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Kesiapsiagaan Bela Negara. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. (2019). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia.
Karya tulis ini merupakan hasil yang Penulis pahami dan simpulkan secara pribadi setelah membaca
referensi tersebut di atas dan dapat mengandung hal-hal yang merupakan opini Penulis secara
subjektif, sehingga karya tulis ini hendaknya tidak dijadikan sebagai cerminan pandangan organisasi
penerbit terhadap topik terkait.