Anda di halaman 1dari 9

MEMAHAMI SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

I. WAWASAN KEBANGSAAN
Wawasan kebangsaan merupakan istilah yang kerap kali didengar, namun sering pula
terlupa setelah dipelajari. Jika ditanya kepada masyarakat awam, mayoritas mungkin
akan mendeskripsikan wawasan kebangsaan sebagai pengetahuan terkait negara kita,
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun apakah pengertian wawasan kebangsaan
memang hanya sebatas itu?

A. Pengertian
Nyatanya, wawasan kebangsaan tidaklah terpaku pada seberapa luas
pengetahuan yang dimiliki terkait dengan negara ini. Wawasan kebangsaan adalah
cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan berbangsa dan
bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran
terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI
Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil,
makmur, dan sejahtera. Dalam arti lain, seseorang yang memiliki wawasan
kebangsaan hendaknya tidak berhenti sampai di tahap memiliki pengetahuan terkait
bangsa dan negara, namun ia juga harus berpikir dan bersikap layaknya amanat dan
ajaran dari ideologi yang menjadi dasar landasan negara dan menerapkannya dalam
tata laku sehari-hari.

B. 4 Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara


Negara terdiri dari sekian banyak orang (masyarakat) yang tentu memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Untuk mewujudkan lingkungan sosial yang aman
dan tentram, serta untuk memastikan bahwa setiap individu tidak berkonflik dalam
menjalankan kepentingan tersebut, tentu perlu ditetapkan suatu
persetujuan/konsensus, suatu tujuan yang dapat mempersatukan masyarakat kita
yang majemuk. Berikut adalah 4 komponen yang menjadi 4 konsensus dasar
berbangsa dan bernegara:
1. Pancasila
Pancasila menjadi philofische grondslag yang merupakan landasan atau
dasar dari negara Indonesia. Pancasila merupakan wadah nilai-nilai positif yang
diharapkan dapat membantu Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bangsa
serta menjadi perekat dan pemersatu bangsa.
2. UUD 1945
Negara, selain memiliki ideologi dan visi yang dapat menyatukan masyarakat,
tentu memerlukan suatu hukum yang mengatur segala yang berjalan dalam
negara tersebut. Hukum diperlukan agar tidak adanya perlakuan seenaknya
dalam bernegara. Dalam hal ini, landasan hukum Indonesia adalah UUD 1945.
3. Bhinneka Tunggal Ika
Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keragamannya. Hal ini
lah yang mendasari tercetusnya Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan
Indonesia. Masyarakat Indonesia diharapkan dapat memaknai keragaman yang
dimiliki sebagai suatu kekayaan yang dapat membantu mempersatukan bangs a
ini.
4. NKRI
Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti yang telah diamanatkan dalam
Pembukaan UUD 1945 memiliki tujuan untuk melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

C. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan NKRI


Hal-hal yang menjadi simbol negara Indonesia tertuang dalam dalam UUD 1945
Bab XV.
1. Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih (Pasal 35)
2. Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia (Pasal 36)
3. Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
(Pasal 36A)
4. Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya (Pasal 36B)

II. NILAI-NILAI BELA NEGARA


A. Ancaman
Ancaman dalam konteks bela negara yang dimaksud adalah setiap usaha dan
kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang bertentangan dengan
Pancasila dan mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa.

B. Kewaspadaan Dini
Kewaspadaan dini dalam konteks bela negara adalah kewaspadaan setiap
warga negara terhadap setiap potensi ancaman terhadap negara. Dalam kata lain,
warga negara hendaknya peka dalam mendeteksi dan mengidentifikasi segala
sesuatu hal yang memiliki kemungkinan untuk mengancam NKRI, baik itu hal yang
memiliki bentuk fisik maupun tidak.

C. Pengertian Bela Negara


Terlaksananya praktik bela negara dapat dirunut secara logis dengan adanya
implementasi teori kontrak sosial/teori perjanjian sosial tentang terbentuknya
negara. Berdasarkan teori tersebut, sekelompok masyarakat yang nantinya menjadi
warga negara menginginkan hidup yang aman, tentram, dan damai. Maka dari itu,
dibentuklah suatu negara agar mereka dapat memenuhi keinginan mereka tersebut.
Di sisi lain, ketika warga negara yang tentunya memiliki berbagai kepentingan pribadi
yang berbeda ini bersatu di bawah satu tujuan dan cita-cita negara yang sama, maka
tentulah negara tersebut akan menjadi negara yang kuat. Sebagai warga negara yang
menghuni suatu negara yang amanah dalam menjalankan tugasnya, maka tentu
tidak ada salahnya bagi warga negara yang dimaksud untuk melangsungkan aksi bela
negara agar negaranya tetap dapat tumbuh dan berkembang, bukannya habis
dilahap oleh ancaman.

D. Nilai Dasar Bela Negara


1. Cinta tanah air
Negara Indonesia ialah rumah, tempat kita lahir, menjalankan hidup, dan
tempat kita pulang. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai sesuatu yang harus kita
cintai dan lindungi. Ada pun sikap cinta tanah air ini dapat ditampilkan dengan
cara bangga menggunakan produk Indonesia, serta mendukung putra-putri
Indonesia berprestasi ketika mereka tampil di kancah internasional.
2. Sadar berbangsa dan bernegara
Negara Indonesia adalah negara yang majemuk, negara yang muncul dari
usaha rakyat luas sehingga bisa menjadi seperti sekarang ini. Hal ini menjadikan
kepentingan rakyat harus didahulukan, lebih di atas kepentingan golongan
maupun kepentingan pribadi. Ada pun nilai sadar berbangsa dan bernegara ini
dapat tercermin dari sikap aktif berorganisasi, patuh pada peraturan perundang-
undangan, mengikut pemilu, serta menegakkan peraturan perundang-undangan
di tengah masyarakat.
3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, rakyat Indonesia itu beragam.
Mereka pun juga pasti memiliki pemikiran dan kepentingan pribadi yang
beragam. Namun demikian, setiap warga negara harus tetap bersatu di bawah
satu ideologi yang sama agar integritas bangsa tetap terjaga. Ada pun sikap setia
pada Pancasila sebagai ideologi negara dapat ditunjukkan melalui kegiatan yang
mengamalkan Pancasila, tidak diskriminatif dalam bertindak, serta mendukung
terwujudnya kesetaraan dalam pekerajaan.
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
Nilai ini dapat dimaknai dengan seorang warga negara hendaknya berusaha
sekuat tenaga untuk memajukan bangsa agar negara mampu bersaing dengan
negara lainnya dan tidak hilang semata-mata karena warganya acuh tak acuh
terhadap nasib bangsanya sendiri. Ada pun nilai ini dapat diterapkan dengan
perilaku gemar membantu sesama, serta memberikan layanan yang prima pada
publik.
5. Kemampuan awal bela negara
Bela negara hendaknya dilakukan oleh setiap lapisan masyarakat karena
sesungguhnya setiap warga negara dapat membela negara dari ancaman
maupun potensi ancaman sesuai dengan tugas, peranan, dan profesi masing-
masing. Ada pun untuk melaksanakan bela negara, seorang warga negara harus
memiliki kemampuan dasar/kemampuan awal terlebih dahulu, di antaranya
senantiasa bersyukur, menjaga kesehatan jasmani dan rohani, memiliki
kecerdasan intelektual dan emosional, mampu melaksanakan kebijakan
pemerintah, serta senantiasa meningkatkan kompetensi diri.
III. SISTEM ADMINISTRASI NKRI
A. Bentuk dan Sistem NKRI
Sejak awal Indonesia berdiri, terutama di masa-masa awal kemerdekaannya,
Indonesia mengalami banyak perubahan terkait bentuk dan sistem pemerintahan
negara sebelum akhirnya mencapai keadaan di mana NKRI kini merupakan negara
kesatuan dengan bentuk republic dan sistem pemerintahan presidensial. Selain
karena adanya keadaan-keadaan darurat, pergantian-pergantian tersebut juga
dilakukan karena administrasi negara dirasa tidak dapat tumbuh jika wadah
penyelenggaraan negaranya tidak sesuai dengan ideologi dasar negara yang berakar
pada paham demokrasi dan berorientasi pada penyelenggaraan kepentingan
masyarakat.

B. Persatuan, Kesatuan Bangsa, dan Nasionalisme


Indonesia yang memiliki banyak keragaman diharapkan dapat memayungi
kemajemukan rakyatnya di bawah suatu kesatuan visi yang menjadi tujuan dan cita-
cita nasional NKRI. Ada pun terwujudnya kesatuan visi ini menjadikan setiap lapisan
masyarakat memiliki tujuan dan kepentingan yang bermuara pada tercapainya
tujuan dan cita-cita bangsa. Berikut adalah beberapa prinsip terkait persatuan dan
kesatuan bangsa:
1. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika
Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai suku,
bahasa, agama, dan juga adat yang harus kita maknai sebagai kekayaan dan
pemersatu bangsa, bukannya malah menjadikan keragaman tersebut sebagai
ajang pemecah belah bangsa.
2. Prinsip Nasionalisme Indonesia
Kita cinta dan bangga pada bangsa kita, namun tidak berarti kita boleh
meremehkan bangsa lain dan merasa bangsa Indonesia merupakan bangsa
terhebat.
3. Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab
Manusia Indonesia ialah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
meskipun memiliki kebebasan, namun juga memiliki tanggung jawab tertentu
terhadap diri sendiri, sesama manusia, dan juga kepada Tuhan penciptanya.
4. Prinsip Wawasan Nusantara
Rakyat Indonesia hendaknya memahami betul apa yang telah diamanatkan
dalam ideologi dasar negara dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
agar kita senantiasa merasa satu, senasib sepenanggungan, serta memiliki tekad
yang sama untuk mencapai cita-cita pembangunan nasional.
5. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi
Masyarakat Indonesia hendaknya memiliki semangat untuk melanjutkan
pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur.

C. Landasan Negara
1. Pancasila adalah landasan idiil, dasar ideologi dan juga filosofi bangsa Indonesia.
2. UUD 1945 adalah landasan konstitusional sistem administrasi NKRI, yaitu norma
dasar dan juga sumber hukum tertinggi dalam hierarki peraturan perundang-
undangan di Indonesia.
D. Kebijakan Publik dan Peran ASN
Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, Pegawai ASN memiliki tiga tugas/peranan, yaitu:
1. pelaksana kebijakan publik,
2. pemberi pelayanan publik, dan
3. pemersatu NKRI.

IV. Perubahan Lingkungan Strategis


A. Lingkungan Strategis
1. Tingkatan lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam
melakukan pekerjaannya meliputi tingkatan 1) individu, 2) keluarga, 3)
masyarakat, 4) nasional, dan 5) dunia.
2. Adanya globalisasi mengakibatkan munculnya pengaruh eksternal maupun
internal yang dapat mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara.

B. Modal Insani
Enam komponen modal manusia (human capital concept) meliputi:
1. modal intelektual yang menekankan kemampuan seseorang untuk merefleksi
diri dan berpikir cerdas,
2. modal emosional yang berupa kecerdasan emosional dalam memahami emosi
diri sendiri (self awareness), mengelola emosi diri (self management), berempati
(social awareness), dan berinteraksi secara positif dengan orang lain
(relationship management),
3. modal sosial yang berupa kerjasama antarwarga untuk menemukan solusi atas
permasalahan yang tengah dihadapi serta dapat dibagi menjadi kesadaran
sosial/kemampuan berempati (social awareness) dan kemampuan sosial (social
skill),
4. modal ketabahan (adversity) yang dicetuskan Paul G. Stoltz mengisyaratkan
bahwa seorang yang sukses adalah manusia dengan tipe climber yang senantiasa
bersemangat dan tak pantang menyerah dalam menghadapi situasi sulit,
5. modal etika/moral memiliki empat komponen, yaitu integrity, responsibility,
compassionate, dan forgiveness, dan
6. modal kesehatan (kekuatan) fisik/jasmani yang dapat diukur dari bebas atau
tidaknya seseorang dari penyakit, tingkat tenaga, daya tahan, kekuatan,
kecepatan, ketepatan, kelincahan, koordinasi, dan keseimbangan.

V. Isu-isu Strategis Kontemporer


Berikut adalah beberapa contoh isu-isu strategis kontemporer:
A. Korupsi
Korupsi dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk tindakan buruk yang
didasarkan oleh sifat egois atau atas dasar kepentingan pribadi yang umumnya
dikaitkan dengan penyalahgunaan atas aset negara, khususnya dalam bentuk uang.
Dalam upaya untuk memberantas korupsi, Indonesia telah memiliki peraturan
perundang-undangan yang mengatur terkait tindak pidana korupsi dan juga memiliki
lembaga independen Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang bertugas untuk
memberantas korupsi di Indonesia.

B. Narkoba
Narkoba yang merupakan akronim dari narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya sebenarnya tidak sepenuhnya dilarang. Hal ini dikarenakan, beberapa
jenis narkoba tertentu sebenarnya masih digunakan dan memang diperlukan dalam
dunia kedokteran. Namun demikian, jika narkoba disalahgunakan, maka hal tersebut
dapat mengakibatkan munculnya ketergantungan bagi oknum-oknum yang tidak
bertanggungjawab tersebut. Dalam upaya untuk memberantas narkoba, Indonesia
telah memiliki peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang narkotika.
Namun demikian, ada baiknya masyarakat dan lembaga lainnya ikut berperan dalam
menggalakkan penerapan kesadaran anti narkoba di lingkup masyarakat sekitar.

C. Terorisme dan Radikalisme


Terorisme dan radikalisme adalah dua istilah yang kerap kali dikaitkan satu
sama lain. Namun perlu dipahami bahwa keduanya memiliki definisinya masing-
masing. Terorisme dapat diartikan sebagai salah satu metode untuk mencapai suatu
tujuan politik dengan mengancam menggunakan kekerasan terhadap penduduk sipil,
sedangkan radikalisme dapat diartikan sebagai suatu paham yang diyakini oleh
sekelompok masyarakat yang menginginkan terjadinya suatu perubahan, baik
perubahan sosial maupun politik, dengan cara melakukan kekerasan dan hal-hal
ekstrem lainnya. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi potensi ancaman
yang dimiliki isu terorisme dan radikalisme ini adalah dengan membangun kesadaran
anti terorisme dan anti radikalisme dan mengedukasi masyarakat terkait isu ini agar
tak gampang terpengaruh ideologi dan nilai-nilai lain yang sebenarnya bertentangan
dengan falsafah negara kita.

D. Money Laundering
Pencucian uang adalah suatu tindak kejahatan yang bertujuan untuk
menyamarkan atau menyembunyikan asal-usul dari suatu aset agar terlihat seolah-
olah berasal dari suatu transaksi atau sumber yang normal dan sah. Upaya yang telah
dikerahkan dalam menangani isu ini di antaranya ialah adanya peraturan perundang-
undangan di Indonesia yang mengatur tentang tindak pidana pencucian uang. Selain
itu, Indonesia juga memiliki lembaga intelijen keuangan Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK) yang telah diberi mandat untuk mencegah dan
memberantas tindak pidana pencucian uang di Indonesia.

E. Proxy War
Proxy war secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu perselisihan antara dua
pihak dengan menggunakan pihak ketiga. Dalam arti lain, kedua pihak ini
menggunakan pihak ketiga tersebut sebagai boneka dan pihak ketiga ini lah yang
akan menanggung kerugian dari terjadinya proxy war ini. Ada pun proxy war dapat
terjadi karena isu ini menginfiltrasi secara tak kasat mata, menyasar keyakinan dan
ideologi suatu bangsa yang dapat mengakibatkan hilangnya identitas dari bangsa
yang dimaksud tersebut sehingga dapat dengan mudah terpengaruh oleh pihak
lainnya. Untuk mencegah bangsa dan negara kita menjadi sasaran empuk proxy war,
maka tentu sosialisasi akan wawasan kebangsaan dan sikap sadar atas ideologi
negara perlu senantiasa digaungkan.

F. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax)


Kejahatan mass communication menjadi marak berseliweran karena semakin
mudahnya akses atas informasi akibat perkembangan teknologi yang cukup pesat
dewasa ini. Ancaman dari isu ini dapat diminimalisir dengan menerapkan sikap awas
dan berhati-hati dalam menggunakan teknologi, khususnya dalam hal
beropini/berpendapat di media sosial dan juga dalam menyaring dan membagikan
informasi. Selain itu, Pemerintah Indonesia juga telah memiliki peraturan perundang-
undangan terkait ITE yang memberikan garis besar netiket di Indonesia.

VI. Teknik Analisis Isu


A. Memahami Isu Kritikal
Isu kritikal dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan tingkat urgensinya, yaitu
1. isu saat ini (current issue),
2. isu berkembang (emerging issue), dan
3. isu potensial.

B. Teknik Analisis Isu


1. Teknik Tapisan Isu
a. Menggunakan aspek Aktual, Kehalayakan, Problematik, dan Kelayakan
b. Menggunakan aspek Urgency, Seriousness, dan Growth
2. Teknik Analisis Isu
a. Mind mapping
b. Fishbone diagram
c. Analisis SWOT

VII. Kerangka Kegiatan Bela Negara


1. Dasar hukum bela negara tertuang dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (3) dan juga Pasal
30 ayat (1).
2. Bela negara sendiri dapat didefinisikan sebagai sikap dan perilaku warga negara yang
ikhlas berkorban demi negara atas dasar rasa cinta dan setianya pada negara untuk
menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara.
3. Kesiapsiagaan bela negara pada dasarnya adalah keadaan siap siaga baik secara fisik,
mental, maupun sosial untuk melakukan bela negara.
VIII. Kegiatan Bela Negara
1. Pasukan Baris Berbaris
2. Keprotokolan
3. Kegiatan Apel

IX. Kemampuan Awal Bela Negara


1. Sehat secara jasmani dan mental
2. Siap siaga secara jasmani dan mental
3. Menerapkan etika, etiket, dan moral
4. Menerapkan kearifan lokal
Referensi:

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. (2019). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS Analisis
Isu Kontemporer. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. (2019). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Kesiapsiagaan Bela Negara. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. (2019). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Nilai Bela Negara. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia.

Catatan untuk diperhatikan:

Karya tulis ini merupakan hasil yang Penulis pahami dan simpulkan secara pribadi setelah membaca
referensi tersebut di atas dan dapat mengandung hal-hal yang merupakan opini Penulis secara
subjektif, sehingga karya tulis ini hendaknya tidak dijadikan sebagai cerminan pandangan organisasi
penerbit terhadap topik terkait.

Anda mungkin juga menyukai