KELOMPOK 3:
1. NUR INDAH
2. CAHYANI
3. INTAN ARINI
4. ANDI ALHAM
5. FATUR RAHMAN
6. RISKI ADITYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas berkat Tuhan Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
kasih karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kondisi
Masyarakat Indonesia Pada Masa Penjajahan ini tepat pada waktunya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan saya yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari Bapak Afdal S.Pd. dan pembaca saya terima untuk kesempurnaan makalah ini.
Gambar di atas adalah peta jalan Anyer sampai Panarukan. Jalur tersebut memanjang lebih
dari 1.000 kilometer dari Cilegon (Banten), Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebon, Semarang,
Pati, Surabaya, Probolinggo, hingga Panarukan (Jawa Timur). Saat ini, jalur tersebut
merupakan salah satu jalur transportasi utama bagi masyarakat di Pulau Jawa. Anyer-
Panarukan dibangun 200 tahun yang lalu oleh pemerintah Gubernur Jenderal Daendels
yang merupakan bagian dari Repulik Bataaf (Prancis). Mengapa jalan tersebut harus
dibangun? Bagaimana pengaruhnya bagi bangsa Indonesia?
Pada awal tahun 1795, pasukan Prancis menyerbu Belanda. Raja Willem V melarikan diri ke
Inggris. Belanda pun dikuasai Prancis, dan terbentuklah Republik Bataaf (1795-1806) yang
merupakan bagian Prancis. Kebijakan-kebijakan Republik Bataaf untuk mengatur
pemerintahan di Hindia masih juga terpengaruh Prancis. Pemerintahan yang mewakili
Republik Bataaf di Indonesia adalah Herman Williem Daendels (1808-1811) dan Jan Willem
Janssen (1811).
Kebijakan pemerintah Kerajaan Belanda yang dikendalikan oleh Prancis sangat kentara
pada masa Gubernur Jenderal Daendels (1808 – 1811). Kebijakan yang diambil Daendels
sangat berkaitan dengan tugas utamanya yaitu untuk mempertahankan Pulau Jawa dari
serangan pasukan Inggris.
Pengaruh kebijakan pemerintah kerajaan yang diterapkan oleh Daendels sangat berbekas
dibanding penggantinya, Gubernur Jenderal Janssens yang lemah. Langkah-langkah
kebijakan Daendels yang memeras dan menindas rakyat menimbulkan:
1. kebencian yang mendalam baik dari kalangan penguasa daerah maupun rakyat,
2. munculnya tanah-tanah partikelir yang dikelola oleh pengusaha swasta,
3. pertentangan/perlawanan penguasa maupun rakyat,
4. kemiskinan dan penderitaan yang berkepanjangan, serta
5. pencopotan Daendels.
Pada tahun 1810, Kaisar Napoleon menganggap bahwa tindakan Daendels sangat otoriter.
Pada tahun 1811 Daendels ia ditarik kembali ke negeri Belanda dan digantikan oleh Gubernur
Jenderal Janssens.Ternyata Janssens tidak secakap dan sekuat Daendels dalam melaksanakan
tugasnya. Ketika Inggris menyerang Pulau Jawa, ia menyerah dan harus menandatangani
perjanjian di Tuntang pada tanggal 17 September 1811. Perjanjian tersebut dikenal dengan
nama Kapitulasi Tuntang, yang berisi sebagai berikut.
a. Seluruh militer Belanda yang berada di wilayah Asia Timur harus diserahkan kepada Inggris
dan menjadi tawanan militer Inggris.
c. Pulau Jawa dan Madura serta semua pelabuhan Belanda di luar Jawa menjadi daerah
kekuasaan Inggris (EIC).