Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH KONDISI MASYARAKAT

INDONESIA PADA MASA PENJAJAHAN

KELOMPOK 3:
1. NUR INDAH
2. CAHYANI
3. INTAN ARINI
4. ANDI ALHAM
5. FATUR RAHMAN
6. RISKI ADITYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas berkat Tuhan Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
kasih karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kondisi
Masyarakat Indonesia Pada Masa Penjajahan ini tepat pada waktunya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan saya yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari Bapak Afdal S.Pd. dan pembaca saya terima untuk kesempurnaan makalah ini.

Jumat, 10 Februari 2023


1. Pengaruh Monopoli dalam Perdagangan

Kalian perhatikan gambar perkebunan cengkeh di atas! Apakah masyarakat di sekitar


tempat tinggalmu menanam tanaman tersebut? Tanaman di atas merupakan salah satu
produk yang dimonopoli bangsa Barat saat menjajah Indonesia.
Cengkih merupakan salah satu hasil utama masyarakat Maluku. Hasil perkebunan tersebut
merupakan tanaman ekspor yang sangat dibutuhkan masyarakat Eropa. Perusahaan
dagang Belanda VOC berusaha menguasai perdagangan tersebut. Rakyat hanya
diperbolehkan menjual hasil perkebunan tersebut kepada VOC. Para pedagang lain tidak
diperbolehkan membeli hasil perkebunan dari rakyat tersebut. VOC telah melakukan
penguasaan perdagangan di Maluku, atau disebut praktik monopoli.
Itulah praktik monopoli yang dijalankan oleh VOC. mereka membeli hasil perkebunan rakyat
dengan harga yang sangat rendah. Petani tidak bisa bebas menjual kepada pedagang lain.
Pada awal kedatangannya, bangsa-bangsa Barat diterima dengan baik oleh rakyat
Indonesia. Hubungan perdagangan tersebut kemudian berubah menjadi hubungan
penguasaan atau penjajahan. VOC terus berusaha memperoleh kekuasaan yang lebih dari
sekedar jual beli. Itulah yang memicu kekecewaan, kebencian, dan perlawanan fisik.
Pada awalnya, VOC meminta keistimewaan hak-hak dagang. Akan tetapi, dalam
perkembangannya menjadi penguasaan pasar (monopoli). VOC menekan para raja untuk
memberikan kebijakan perdagangan hanya dengan VOC. Akhirnya, VOC bukan hanya
menguasai daerah perdagangan, tetapi juga menguasai politik atau pemerintahan.
Kalian tentu sering mendengar istilah monopoli. Apakah yang disebut monopoli? Monopoli
adalah penguasaan pasar yang dilakukan oleh satu atau sedikit perusahaan. Bagaimanakah
dampak monopoli? Bagi pelaku perusahaan, monopoli sangat menguntungkan karena
mereka dapat menentukan harga beli dan harga jual. Sebagai contoh, pada saat melakukan
monopoli rempah-rempah di Indonesia, VOC membuat perjanjian dengan kerajaan-kerajaan
di Indonesia. Isinya, setiap kerajaan hanya mengizinkan rakyat menjual hasil bumi kepada
VOC. Karena produsen sudah dikuasai VOC, maka pada saat rempah-rempah dijual,
harganya sangat turun. Sebaliknya, VOC menjualnya kembali ke Eropa dengan harga yang
sangat tinggi.
VOC memang dibentuk dengan tujuan untuk menghindari persaingan diantara perusahaan
dagang Belanda dan memperkuat diri agar dapat bersaing dengan perusahaan dagang dari
hegara lain, seperti Portugis dan Inggris. Oleh pemerintah Kerajaan Belanda, VOC diberi
hak-hak istimewa yang dikenal dengan nama hak Oktroi, seperti:
1. Hak mencetak uang.
2. Hak memiliki angkatan perang.
3. Hak memerintah daerah yang diduduki.
4. Hak melakukan perjanjian dengan raja-raja.
5. Hak memonopoli perdagangan rempah-rempah.
6. Hak mendirikan benteng.
Dengan adanya hak oktroi tersebut Belanda memaksa kerajaan-kerajaan di Indonesia untuk
menandatangani kontrak monopoli dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah politik
adu domba atau dikenal devide et impera. Siapa yang diadu domba? Adu domba yang
dilakukan Belanda dapat terjadi terhadap kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain,
atau antarpejabat kerajaan. Apa tujuan Belanda melakukan adu domba?
Belanda berharap akan terjadi permusuhan antarbangsa Indonesia, sehingga terjadi perang
antarkerajaan. Belanda juga terlibat dalam konflik internal yang terjadi di kerajaan. Pada
saat terjadi perang antarkerajaan, Belanda mendukung salah satu kerajaan yang berperang.
Demikian halnya saat terjadi konflik di dalam kerajaan, Belanda akan mendukung salah satu
pihak. Setelah pihak yang didukung Belanda menang, Belanda akan meminta balas jasa.
Seusai perang, Belanda biasanya meminta imbalan berupa monopoli perdagangan atau
penguasaan atas beberapa lahan atau daerah. Akibat monopoli, rakyat Indonesia sangat
menderita. Mengapa demikian? Dengan adanya monopoli, rakyat tidak memiliki kebebasan
menjual hasil bumi mereka. Mereka terpaksa menjual hasil bumi hanya kepada VOC. VOC
dengan kekuasaannya membeli hasil bumi rakyat Indonesia dengan harga yang sangat
rendah. Padahal apabila rakyat menjual kepada pedagang lain, harganya bisa jauh lebih
tinggi.
Untuk meluaskan kekuasaan, VOC mempersiapkan penguasaan dengan cara perang
(militer). Beberapa gubernur jenderal, seperti Antonio van Diemon (1635-1645, Johan
Maatsuyeker (1653-1678), Rijklof van Goens (1678-1681), Cornellis Janzoon Speelman
(1681-1684), merupakan tokoh-tokoh peletak dasar politik ekspansi VOC.
VOC mengalami kebangkrutan pada akhir abad XVIII. Korupsi dan manajemen perusahaan
yang kurang baik menjadi penyebab utama kebangkrutan VOC. Akhirnya, tanggal 13
Desember 1799, VOC dibubarkan. Mulai tanggal 1 Januari 1800, Indonesia menjadi jajahan
Pemerintah Belanda, atau sering disebut masa Pemerintahan Hindia Belanda. Mulai periode
inilah Belanda secara resmi menjalankan pemerintahan kolonial dalam arti yang
sebenarnya.
Berikut ini kebijakan-kebijakan VOC yang diterapkan di Indonesia.
1. Menguasai pelabuhan-pelabuhan dan mendirikan benteng untuk melaksanakan monopoli
perdagangan.
2. Melaksanakan politik devide et impera (memecah dan menguasai) dalam rangka untuk
menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
3. Untuk memperkuat kedudukannya, perlu mengangkat seorang Gubernur Jenderal.
4. Melaksanakan sepenuhnya hak Oktroi yang diberikan pemerintah Belanda.
5. Membangun pangkalan/markas VOC yang semula di Banten dan Ambon, dipindah ke
Jayakarta (Batavia).
6. Melaksanakan pelayaran Hongi (Hongi tochten).
7. Adanya hak ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-rempah yang
melebihi ketentuan.
8. Adanya verplichte leverantie (penyerahan wajib) dan Prianger stelsel (sistem Priangan).

Berikut ini pengaruh kebijakan VOC bagi rakyat Indonesia.


1. Kekuasaan raja menjadi berkurang atau bahkan didominasi secara keseluruhan oleh
VOC.
2. Wilayah kerajaan terpecah-belah dengan melahirkan kerajaan dan penguasa baru di
bawah kendali VOC.
3. Hak oktroi (istimewa) VOC, membuat masyarakat Indonesia menjadi miskin, dan
menderita.
4. Rakyat Indonesia mengenal ekonomi uang, mengenal sistem pertahanan benteng, etika
perjanjian, dan prajurit bersenjata modern (senjata api, meriam).
5. Pelayaran Hongi, dapat dikatakan sebagai suatu perampasan, perampokan, perbudakan,
dan pembunuhan.
6. Hak ekstirpasi bagi rakyat merupakan ancaman matinya suatu harapan atau sumber
penghasilan yang bisa berlebih.

2. Pengaruh Kebijakan Kerja Paksa

Gambar di atas adalah peta jalan Anyer sampai Panarukan. Jalur tersebut memanjang lebih
dari 1.000 kilometer dari Cilegon (Banten), Jakarta, Bogor, Bandung, Cirebon, Semarang,
Pati, Surabaya, Probolinggo, hingga Panarukan (Jawa Timur). Saat ini, jalur tersebut
merupakan salah satu jalur transportasi utama bagi masyarakat di Pulau Jawa. Anyer-
Panarukan dibangun 200 tahun yang lalu oleh pemerintah Gubernur Jenderal Daendels
yang merupakan bagian dari Repulik Bataaf (Prancis). Mengapa jalan tersebut harus
dibangun? Bagaimana pengaruhnya bagi bangsa Indonesia?
Pada awal tahun 1795, pasukan Prancis menyerbu Belanda. Raja Willem V melarikan diri ke
Inggris. Belanda pun dikuasai Prancis, dan terbentuklah Republik Bataaf (1795-1806) yang
merupakan bagian Prancis. Kebijakan-kebijakan Republik Bataaf untuk mengatur
pemerintahan di Hindia masih juga terpengaruh Prancis. Pemerintahan yang mewakili
Republik Bataaf di Indonesia adalah Herman Williem Daendels (1808-1811) dan Jan Willem
Janssen (1811).
Kebijakan pemerintah Kerajaan Belanda yang dikendalikan oleh Prancis sangat kentara
pada masa Gubernur Jenderal Daendels (1808 – 1811). Kebijakan yang diambil Daendels
sangat berkaitan dengan tugas utamanya yaitu untuk mempertahankan Pulau Jawa dari
serangan pasukan Inggris.

Dalam upaya mempertahankan Pulau Jawa, Daendels melakukan hal-hal berikut.


1. Membangun ketentaraan, pendirian tangsi-tangsi/ benteng, pabrik mesiu/senjata di
Semarang dan Surabaya serta rumah sakit tentara.
2. Membuat jalan pos dari Anyer sampai Panarukan dengan panjang sekitar 1.000 km.
3. Membangun pelabuhan di Anyer dan Ujung Kulon untuk kepentingan perang.
4. Memberlakukan kerja rodi atau kerja paksa untuk membangun pangkalan tentara.

Berikut ini kebijakan-kebijakan yang diberlakukan Daendels terhadap kehidupan rakyat.


1. Semua pegawai pemerintah menerima gaji tetap dan mereka dilarang melakukan
kegiatan perdagangan.
2. Melarang penyewaan desa, kecuali untuk memproduksi gula, garam, dan sarang burung.
3. Melaksanakan contingenten yaitu pajak dengan penyerahan hasil bumi.
4. Menetapkan verplichte leverantie, kewajiban menjual hasil bumi hanya kepada
pemerintah dengan harga yang telah ditetapkan.
5. Menerapkan sistem kerja paksa (rodi) dan membangun ketentaraan dengan melatih
orangorang pribumi.
6. Membangun jalan pos dari Anyer sampai Panarukan sebagai dasar pertimbangan
pertahanan.
7. Membangun pelabuhan-pelabuhan dan membuat kapal perang berukuran kecil.
8. Melakukan penjualan tanah rakyat kepada pihak swasta (asing).
9. Mewajibkan Prianger stelsel, yaitu kewajiban rakyat Priangan untuk menanam kopi.

Pengaruh kebijakan pemerintah kerajaan yang diterapkan oleh Daendels sangat berbekas
dibanding penggantinya, Gubernur Jenderal Janssens yang lemah. Langkah-langkah
kebijakan Daendels yang memeras dan menindas rakyat menimbulkan:
1. kebencian yang mendalam baik dari kalangan penguasa daerah maupun rakyat,
2. munculnya tanah-tanah partikelir yang dikelola oleh pengusaha swasta,
3. pertentangan/perlawanan penguasa maupun rakyat,
4. kemiskinan dan penderitaan yang berkepanjangan, serta
5. pencopotan Daendels.

Pada tahun 1810, Kaisar Napoleon menganggap bahwa tindakan Daendels sangat otoriter.
Pada tahun 1811 Daendels ia ditarik kembali ke negeri Belanda dan digantikan oleh Gubernur
Jenderal Janssens.Ternyata Janssens tidak secakap dan sekuat Daendels dalam melaksanakan
tugasnya. Ketika Inggris menyerang Pulau Jawa, ia menyerah dan harus menandatangani
perjanjian di Tuntang pada tanggal 17 September 1811. Perjanjian tersebut dikenal dengan
nama Kapitulasi Tuntang, yang berisi sebagai berikut.

a. Seluruh militer Belanda yang berada di wilayah Asia Timur harus diserahkan kepada Inggris
dan menjadi tawanan militer Inggris.

b. Hutang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris.

c. Pulau Jawa dan Madura serta semua pelabuhan Belanda di luar Jawa menjadi daerah
kekuasaan Inggris (EIC).

Anda mungkin juga menyukai