Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PEREKONOMIAN

INDONESIA
1. MASA SEBELUM KEMERDEKAAN

Indonesia sangat kaya akan rempah-


rempah, hal tersebut membuat bangsa-
bangsa Eropa berbondong-bondong untuk
menguasai sumber daya alam yang ada di
Indonesia. Negara-negara tersebut yaitu
seperti Portugis, Belanda, Inggris dan
Jepang.
Pada masa penjajahan Portugis, Indonesia tidak
banyak mengalami perubahan karena kekalahannya oleh
Belanda yang lebih kuat untuk menguasai Indonesia.

Pada masa Penjajahan Belanda, selama 350 tahun,


Belanda membentuk Vereenigde Oost-Indische
Compagnie (VOC). Belanda memberikan wewenang
untuk mengatur Hindia-Belanda dengan tujuan
menghindari persaingan antara pedagang Belanda,
sekaligus untuk menyaingi perusahaan imperialis lain
seperti EIC milik Inggris. Namun, pada tahun 1795, VOC
dibubarkan karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi
kekayaan Hindia belanda. Kegagalan itu disebabkan
karna selalu memakan biaya yang besar, seperti
peperangan yang terus menerus, penggunaan tentara
sewaan, lalu sebab lain yaitu karena korupsi, pembagian
divifen kepada para pemegang saham walaupun kas
deficit.
Pada masa penjajahan Inggris, Inggris menerapkan
Landrent (pajak tanah). Dengan Landrent,
masyarakat Indonesia akan memiliki uang untuk
membeli barang produk Inggris atau yang diimpor
dari India.

Pada masa penjajahan militer Jepang ,


menerapkan kebijakan pengerahan sumber daya
ekonomi untuk mendukung gerak maju Jepang dalam
Perang Pasifik. Akibatknya terjadi perombakan besar-
besaran dalam struktur ekonomi masyarakat.
Kesejahteraan merosot tajam dan terjadi bencana
kekurangan pangan, karena produksi bahan
makanan untuk memasok pasukan militer dan
produksi minyak jarak untuk pelumas pesawat
2. MASA ORDE LAMA

Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)


Pada masa ini, ekonomi keuangan amat buruk
karena inflasi yang disebabkan oleh beredarnya
mata uang lebih dari satu secara tidak
terkendali. Pada Oktober 1946 pemerintah RI
mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia)
sebagai pengganti uang Jepang. Namun
adanya blokade ekonomi oleh Belanda dengan
menutup pintu perdagangan luar negeri
mengakibatkan kekosongan kas negara.
Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Perekonomian diserahkan sepenuhnya pada
pasar, padahal pengusaha pribumi masih belum
mampu bersaing dengan pengusaha non-
pribumi. Pada akhirnya hanya memperburuk
kondisi perekonomian Indonesia. Usaha-usaha
yang dilakukan untuk mengatasinya seperti
pemotongan nilai mata uang, menumbuhkan
wiraswasta pribumi, pembatalan sepihak atas
hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni
Indonesia-Belanda.
Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Pada masa ini, Indonesia menjurus pada sistem
etatisme (segalanya diatur pemerintah). Namun
lagi-lagi sistem ini belum mampu memperbaiki
keadaan ekonomi Indonesia. Akibatnya yaitu
Devaluasi menurunkan nilai uang dan semua
simpanan di bank diatas 25.000 dibekukan,
pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk
mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia
dengan cara terpimpinm dan kegagalan dalam
berbagai tindakan moneter.
3. MASA ORDE BARU

Pada awal orde baru, stabilitas ekonomi dan


politik menjadi prioritas utama. Program
pemerintah berorintasi pada pengendalian
inflasi, penyelamatan keuangan negara dan
pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Setelah
melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam
sistem ekonomi liberal ternyata pengusaha
pribumi kalah bersaing dengan pengusaha
nonpribumi dan sistem etatisme tidak
memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem
ekonomi campuran dalam kerangka sistem
ekonomi demokrasi pancasila.
4. MASA ORDE REFORMASI

Dimulai saat kepemimpinan presiden


BJ.Habibie, namun belum terjadi peningkatan
ekonomi yang cukup signifikan dikarenakan
masih adanya persoalan-persoalan fundamental
yang ditinggalkan pada masa orde baru, hingga
sekarang masalah-masalah yang diwariskan
dari masa orde baru masih belum dapat
diselesaikan secara sepenuhnya. Bisa dilihat
dengan masih adanya KKN, inflasi, pemulihan
ekonomi, kinerja BUMN, dan melemahnya nilai
tukar rupiah yang menjadi masalah polemik bagi
perekonomian Indonesia.
5. MASA KEPEMIMPINAN MEGAWATI
SOEKARNOPUTRI

Masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalalah


pemulihan ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan
yang dilakukan untuk mengatasi persoalan ekonomi
antara lain :
~ Meminta penundaan utang sebesar US$ 5,8 Milyar
pada pertemuan paris Club ke-3 dan mengalokasikan
pemabayaran utang luar negri sebesar 116,3 Trilliun.
~ Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi yaitu menjual
perusahaan negara di dalam periode krisis dengan tujuan
melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-
kekuatan politik dan mengurangi beban negara.
Penjaualan tersebut berhasil menaikan partumbuhan
ekonomi Indonesia menajadi 4,1%. Namun kebijakan ini
menibulkan kontroversi yaitu BUMN yang di
privatisasikan dijual pada perusahaan asing.
6. MASA KEPEMIMPINAN SUSILO BAMBANG
YUDHOYONO (SBY)
Kebijakan kontroversial pertama SBY adalah mengurangi
subsidi BBM, yang dilatarbelakangi oleh naiknya harga
minyak dunia. Kemudian muncul pula kebijakan
kontroversial yang kedua yakni BLT bantuan langsung
tunai bagi masyarakat miskin. Namun kebanyakan
BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan
pembagaiannya juga banyak menimbulkan masalah
sosial. Kebijkan yang ditempuh untuk meningkatkan
pendapatan perkapita adalah mengandalkan
pembangunan infrastruktur summit pada tahun 2006 lalu,
yang mempertemukan para investor dengan kepala-
kepala daerah. Dengan semakin banyak investasi asing
di Indonesia, diharapakan jumlah kesempatan kerja juga
akan bertambah. Pada pertengahan bulan oktober 2006
Indonesia melunasi seluruh sisa hutang pada IMF
sebesar 3,2 Miliar dolar AS. Harapan kedepannya adalah
Indonesia tidak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam
menentukan kebijakan dalam negeri.

Anda mungkin juga menyukai