Disusun oleh:
Dosen Pengampuh:
Drs. Muhammad Teguh, M.Si.
Deassy Apriani, S.E., MSI.
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Dimulai dari tahun 1970 pembangunan ekonomi mengalami redefinisi. Tahun tersebut
muncul pandangan yang baru dengan tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi
tidak lagi menciptakan tingkat pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya, melainkan
penghapusan atau pengurangan tingkat kemiskinan, penanggulangan ketimpangan
pendapatan, dan penyediaan lapangan kerja dalam konteks perekonomian yang terus
berkembang (Todaro 2004: 21). Sementara itu Swasono (2004 a:13) dalam bukunya berjudul
Kebersamaan dan Asas Kekeluargaan mengatakan Pembangunan ekonomi berdasarkan
Demokrasi Ekonomi adalah pembangunan yang partisipatori dan sekaligus emansipatori.
1. Masa Penjajahan
Disamping itu VOC juga menjaga agar harga rempah-rempah agar tetapa tinggi.
Antara lain dengan diadakannya pembatasan jumlah tanaman rempah-rempah. Semua aturan
itu pada umumnya hanya diterapkan di Maluku yang memang sudah diisolasi VOC dari pola
pelayaran niaga samudera Hindia, dengan monopoli rempah-rempah, diharapkan VOC akan
menambah isi kas negeri Belanda.
Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad
diterapkan oleh Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Sistem ini sudah
berhasil di India, dan Thomas Stamford Raffles mengira sistem ini akan berhasil juga di
Hindia Belanda. Selain itu, dengan menggunakan pajak tanah, maka penduduk pribumi akan
memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris atau yang diimpor dari India. Inilah
imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan tidak sekedar untuk dieksplorasi
kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah pemasaran produk dari negara penjajah.
Culturstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas inisiatif
Van Den Bosch. Yang bertujuan untuk memproduksi berbagai komoditi yang permintaannya
ada di pasaran dunia. Sejak saat itu, diperintahkan pembudidayaan produk-produk selain
kopi dan rempah-rempah, yaitu gula, nila, tembakau, teh, kina, karet dan kelapa sawit.
Sistem ini jelas menekan penduduk pribumi, akan tetapi sangat menguntungkan bagi
Belanda, apalagi dipadukan dengan sistem konsinyasi (monopoli ekspor). Setelah penerapan
kedua sistem ini, seluruh kerugian akibat perang dengan Napoleon di Belanda langsung
tergantikan berkali lipat. Sistem ini merupakan pengganti sistem landrent (pajak tanah) dalam
rangka memperkenalkan penggunaan uang pada masyarakat pribumi. Masyarakat diwajibkan
menanam tanaman komoditas ekspor dan menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah
untuk kemudian dibayar dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Bagi
masyarakat pribumi, sudah tentu culturstelstel sangat memeras keringat dan darah mereka,
apalagi aturan kerja rodipun masih diberlakukan. Namun segi positifnya adalah mereka mulai
mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang pada umumnya bukan tanaman
asli Indonesia dan masuknya ekonomi uang di pedesaan yang memicu meningkatnya taraf
hidup mereka. Bagi pemerintah Belanda, ini berarti bahwa masyarakat sudah bisa menyerap
barang-barang impor yang mereka datangkan ke Hindia Belanda. Dan ini juga merubah cara
hidup masyarakat pedesaan menjadi lebih komersial, tercermin dari meningkatnya jumlah
penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi non agraris.
Masa orde lama dimulai dari tanggal 17 Agustus 1945 saat Indonesia merdeka. Pada saat
itu, keadaan ekonomi Indonesia mengalami kegiatan produksi terhenti pada tingkat inflasi
yang tinggi. Indonesia pernah mengalami sistem politik yang demokratis yakni pada periode
1949 sampai 1956. Pada tahun tersebut, terjadi konflik politik yang berkepanjangan dimana
rata-rata umur kabinet hanya dua tahun sehingga pemerintah yang berkuasa tidak fokus
memikirkan masalah-masalah sosial dan ekonomi yangterjadi pada saat itu. Selama periode
1950an struktur ekonomi Indonesia masih peninggalan jaman kolonial, struktur ini disebut
dual society dimana struktur dualisme menerapkan diskriminasi dalam setiap kebijakannya
baik yang langsung maupun tidak langsung. Keadaan ekonomi Indonesia menjadi bertambah
buruk dibandingkan pada masa penjajahan Belanda.
Sejak tahun 1955, pembangunan ekonomi mulai meramba ke proyek-proyek besar. Hal
ini dikuatkan dengan keluarnya kebijakan Rencana Pembangunan Semesta Delapan Tahun
(1961). Kebijakan ini berisi rencana pendirian proyek-proyek besar dan beberapa proyek
kecil untuk mendukung proyek besar tersebut. Rencana ini mencakup sektor-sektor penting
dan menggunakan perhitungan modern. Namun sayangnya Rencana Pembangunan Semesta
Delapan Tahun ini tidak berjalan atau dapat dikatakan gagal karena beberapa sebab seperti
adanya kekurangan devisa untuk menyuplai modal serta kurangnya tenaga ahli.
Perekonomian Indonesia pada masa ini mengalami penurunan atau memburuk. Terjadinya
pengeluaran besar-besaran yang bukan ditujukan untuk pembangunan dan pertumnbuhan
ekonomi melainkan berupa pengeluaran militer untuk biaya konfrontasi Irian Barat, Impor
beras, proyek mercusuar, dan dana bebas (dana revolusi) untuk membalas jasa teman-teman
dekat dari rezim yang berkuasa. Selain itu Indonesia mulai dikucilkan dalam pergaulan
internasional dan mulai dekat dengan negara-negara komunis. Berikut adalah rincian
Perekonomian pada masa orde lama:
Pada masa awal kemerdekaan, keadaan ekonomi Indonesia sangat buruk, yang antara lain
disebabkan oleh :
Inflasi yang sangat tinggi, hal ini disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata
uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI
menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javashe
Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang.
Pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East
Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang
dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang
kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang.
Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi
kenaikan tingkat harga.
Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup
pintu perdagangan luar negeri RI.
Kas Negara kosong
Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan
Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan IR. Surachman pada
bulan Juli 1946.
Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras, mengadakan kontak dengan
perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera dengan
tujuan ke Singapura dan Malaysia.
Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan
yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu
masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan
administrasi perkebunan-perkebunan.
Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga
bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa
petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, diharapkan
perekonomian akan membaik (mengikuti Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian
merupakan sumber kekayaan).
Permasalah ekonomi yang dihadai oleh bangsa Indonesia masih sama seperti
sebelumnya. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem
demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-
galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada
kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi. Akan tetapi,
kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini belum mampu
memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara lain :
a. Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai
berikut : Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp
1000 menjadi Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000
dibekukan
b. Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis
Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan
stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-
baranga naik 400%.
c. Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp
1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat
uang rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat
lebih tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah
meningkatkan angka inflasi.
Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas
utama. Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan
keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pengendalian inflasi mutlak
dibutuhkan, karena pada awal 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650% per tahun.
Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam sistem ekonomi liberal ternyata
pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha nonpribumi dan sistem etatisme tidak
memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem
ekonomi demokrasi pancasila. Ini merupakan praktek dari salah satu teori Keynes tentang
campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara terbatas. Jadi, dalam kondisi-kondisi
dan masalah-masalah tertentu, pasar tidak dibiarkan menentukan sendiri. Misalnya dalam
penentuan UMR dan perluasan kesempatan kerja. Ini adalah awal era Keynes di Indonesia.
Kebijakan-kebijakan pemerintah mulai berkiblat pada teori-teori Keynesian. Kebijakan
ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur
pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan,
kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran
pembangunan, dan peradilan.
perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996
telah mencapai lebih dari AS$1.000.
Sukses transmigrasi.
Sukses KB.
Sukses memerangi buta huruf.
Sukses swasembada pangan.
Pengangguran minimum.
Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun).
Sukses Gerakan Wajib Belajar.
Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh.
Kinerja selama dua pelita pertama sangat memuaskan. Perkonomian tumbuh 7 persen
rata-rata pertahun. Investasi meningkat dengan laju yang menggembirakan, dari 11 menjadi
24 persen produk domestic bruto selama sepuluh tahun. Satu hal yang penting yang perlu
dicatat adalah bahwa, sejak kenaikan- kenaikan harga minyak di pasaran internasional,
anggaran pemerintah menjadi semakin tergantung pada penerimaan domestic pemerintah
bersumber dari minyak . Hal lain lagi yang juga perlu untuk dicatat ialah dalam periode Pelita
II, persisnya pada tanggal 15 November 1978, mata uang rupiah didevaluasi sekitar 50 persen
dari semula Rp.415,00 kemudian menjadi Rp.62,5 per dolar amerika serikat.
Kemelut minyak dunia dan resesi yang melanda negara industri menyebabkan OPEC
dalam bulan Maret 1983 memustuskan untuk “memotong” baik harga maupun produksi
minyak. Sementara itu dalam bulan Mei tahun yang sama, hampir 50 proyek-proyek sektor
publik yang bersifat intensif kandungan impor—secara keseluruhan bernilai lebih US$20
milliar dijadwal ulang atau bahkan dibatalkan gaji pegawai Negara “dibekukan” (tidak
dinaikkan). Di sektor moneter, dilakukan deregulasi parsial system perbankan. Tingkat bunga
pada bank-bank sentral, melainkan diserahkan sendiri pada masing-masing bank. Sistem pagu
kredit dihapuskan pula. Dengan situasi keprihatinan semacam itulah Indonesia memasuki
pelita tahap berikutnya. Untuk pelita IV target pertumbuhan ekonomi ditetapkan “hanya” 5
persen per tahun, lebih rendah daripada target pelita sebelumnya sebesar persen pertahunnya
1) REPELITA I (1967-1974)
Mulai berlaku sejak tanggal 1 april 1969. Tujuan yang ingin dicapai adalah
pertumbuhan ekonomi 5% per tahun dengan sasaran yang diutamakan adalah cukup pangan,
cukup sandang, perbaikan prasarana terutama untuk menunjang pertanian. Tentunya akan
diikuti oleh adanya perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun. Prioritas utamanya
adalah sektor pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam
negeri dan merupakan dasar tumbuhnya industri yang mengolah bahan mentah menjadi
bahan baku.
Prioritas tetap pada pembangunan ekonomi yang dititikberatkan pada sektor pertanian
menuju sasembada pangan, serta peningkatan industri yang mengolah bahan baku menjadi
bahan jadi.
4) REPELITA IV (1984-1989)
Struktur perekonomian kini sudah lebih kokoh dan seimbang, baik dilihat dari sisi
penerimaan Negara; Perolehan devisa penerimaan ekspor: maupun dari sisi manapun tertentu.
Perkembangan-perkembangan disektor keuangan tersebut telah meningkat ivestasi dalam
jumlah yang luar biasa, khususnya dalam tahun 1989 dan 1990. Konsekuensi lanjutannya,
permintaan dalam negeri pun turut menigkat sehingga menimbulkan tekanan nonmigas,
peningkatannya telah mengakibatkan pula kenaikan impor, dan pada giliran menambah beban
deficit transaksi berjalan. Dalam hal utang luar negeri, pembayaran kembali angsuran pokok
dan bunga kian membengkak, baik jumlah multak maupun peranan relatifnya terhadap
seluruh pengeluaran rutin.
Masa Reformasi
Pemerintahan reformasi diawali pada tahun 1998. Peristiwa ini dipelopori oleh ribuan
mahasiswa yang berdemo menuntut Presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya
dikarenakan pemerintahan Presiden Soeharto dianggap telah banyak merugikan Negara dan
banyak yang melakukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Pemerintahan reformasi
dari tahun 1998 sampai sekarang sudah mengalami beberapa pergantian presiden, antara lain
yaitu :
Pada saat pemerintahan presiden B.J Habibie yang mengawali masa reformasi belum
melakukan perubahan-perubahan yang cukup berarti di bidang ekonomi. Kebijakan-
kebijakannya diutamakan untuk menstabilkan keadaan politik di Indonesia. Presiden B.J
Habibie jatuh dari pemerintahannya karena melepaskan wilayah Timor-Timur dari Wilayah
Indonesia melalui jejak pendapat
Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman wahid pun belum ada tindakan yang
cukup berarti untuk menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan. Kepemimpinan
Abdurraman Wahid berakhir karena pemerintahannya menghadapi masalah konflik antar
etnis dan antar agama.
Mengurangi subsidi BBM atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan
ini dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM
dialihkan ke sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung
kesejahteraan masyarakat.
Mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi.
Salah satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan
November 2006, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.
Investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini
mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan
bagi investor, terutama investor asing, yang salah satunya adalah revisi undang-
undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia,
diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
Program konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas dikarenakan persediaan
bahan bakar minyak semakin menipis dan harga di pasaran tinggi.
Kebijakan impor beras, tetapi kebijakan ini membuat para petani menjerit karena
harga gabah menjadi anjlok atau turun drastis
KESIMPULAN
Perekonomian Indonesia sejak masa penjajahan, pemerintahan masa orde lama hingga
masa reformasi masih mengalami beberapa gejolak. Perekonomian Indonesia masih jatuh
bangun. Hal itu dapat dilihat dari :
1. Kemiskinan yang masih ada.
2. Pengangguran tingkat tinggi dikarenakan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia
tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja.
3. Maraknya para koruptor karena hukum di negeri ini kurang tegas (Indonesia termasuk
dalam 5 terbesar Negara terkorup didunia).
4. Masih terjadi kesenjangan ekonomi antara penduduk yang miskin dan yang kaya.
5. Masih memiliki hutang ke luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Sumber Lain
Abdul Hafizh, 2012. Perekonomian Indonesia Pada Masa Orde Lama dan Orde Baru.
http://hafizasmenta.blogspot.com/2012/03/perekonomian-indonesia-pada-masa-
orde.html/ (diakses pada kamis,21 Januari 2021)