Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

MAKALAH KONFERENSI MEJA BUNDAR

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Nama Kelompok 2 :
1. Ayu Chintia Anggraini Putri
2. Apriana Wilianti
3. Ni Nyoman Widiani
4. Nurul Hamidah
5. I Made Andra Purwanto
6. I wayan Andika Saputra

SMP NEGERI 4 GERUNG


2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul konferensi meja bundar. Makalah
ini diajukan guna memenuhi tugas Sekolah.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Gerung , 9 Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar ..........................................................................................................


Daftar isi ...................................................................................................................
Bab I pendahuluan ...................................................................................................
1.1 Latar belakang ....................................................................................................
1.2 Rumusan masalah ..............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ..........................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan Makalah ........................................................................................
1.5 Prosedur Makalah ........................................................................................................
BAB II PENDAHULUAN ...............................................................................................
A. Latar Belakang Konferensi Meja Bundar ..................................................................
B. Proses Konfrensi Meja Bundar .................................................................................
C. Hasil Konferensi Meja Bundar ...................................................................................
D. Dampak KMB ............................................................................................................
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................
3.2. Saran ...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam sebuah negara berkembang sebuah konferensi atau perundingan sudah sangat
tidak asing lagi di dengar terlebih jika negara tersebut merupakan negara yang baru saja
mencapai kemerdekaannya, untuk menstabilisasikan keadaan banyak hal yang ditempuh suatu
negara salah satunya dengan perundingan itu sendiri, adapun perundingan-perundingan ini
dilakukan biasanya untuk mencapai suatu kemerdekaan yang mutlak bagi negara yang baru
merdeka namun jika untuk negara-negara yang telah maju atau pun berkembang sebuah
perundingan biasanya digunakan untuk melancarkan sebuah kesepakatan antara beberapa pihak
yang bertujuan untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi negara-negara yang
terlibat di dalamnya.
Sebagai contoh di Indonesia sendiri banyak konferensi-konferensi yang dilakukan setelah
hari kemerdekaan ditetapkan, masih banyak permasalahan yang dihadapi para petinggi negeri ini
dalam memperjuangkan kemerdekaan penuh atas tanah Pertiwi. Belumlah cukup korban jiwa
yang hilang untuk memperjuangkan negeri ini terlepas dari cengkeraman tangan para penjajah,
masih banyak usaha yang harus dilakukan dalam mencapai cita-cita mulia, yakni merdeka penuh
tanpa ada campur tangan asing.
Adapun salah satu konferensi yang terjadi di Indonesia ialah, Konferensi Meja Bundar
(KMB). Tepatnya pada tanggal 23 Agustus 1949, perundingan ini diadakan di Den Haag. Tujuan
dari konferensi ini antara lain untuk memperjuangkan kedaulatan penuh atas Indonesia yang
sebelumnya sangatlah ditentang pihak Belanda, selain itu juga untuk menyelesaikan beberapa
sengketa antara kedua belah pihak. Hasil dari konferensi tersebut nyatanya sebagian besar
berpihak pada Indonesia, hal ini merupakan hal yang sangat menggembirakan, namun dalam hal
ini masih ada beberapa poin yang dirasa Indonesia sangat bertentangan dengan tujuan awalnya,
yakni merdeka secara penuh. Karena dalam butir-butir yang dihasilkan dari konferensi tersebut,
terdapat butir yang menyatakan bahwa Belanda mengakui RIS sebagai negara yang berdaulat,
hal inilah yang dianggap mengganjal karena dalam hal ini yang diinginkan bukanlah negara
Indonsesia serikat, begitu pula dengan tidak diakuinya Irian Barat sebagai wilayah NKRI
sehingga membuat Indonesia untuk mampu memperjuangkan kembali salah satu wilayahnya
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah diatas, terdapat beberapa rumusan masalah, yakni:
1. Apa latar belakang terjadinya KMB?
2. Bagaimanakah hasil dari KMB?
3. Bagaimana dampak yang dihasilkan dari perundingan tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui
dan memahami:
1. Latar belakang KMB
2. Jalannya KMB
3. Dampak yang dihasilkan dari KMB bagi kedua belah pihak.
4. Upaya yang dilakukan Indonesia terhadap hasil KMB

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara
praktis. Secara praktis dengan dibuatnya makalah ini diharapkan, baik penulis maupun para
pembaca dapat menambah pengetahuannya mengenai konferensi yang terjadi di Indonesia,
khususnya KMB. Adapun secara teoritis diharapkan makalah ini dapat berguna dalam
pengembangan mata kuliah Revolusi di Indonesia.

1.5 Prosedur Makalah


Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah
metode deskriktif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan permasalahan yang dibahas
secara jelas dan konprehensif. Data teoritis dalam penulisan makalah ini dikumpulkan dengan
mengguakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca
berbagai literatur yang relavan dengan tema makalah.
BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Konferensi Meja Bundar


Indonesia telah diakui keberadaannya oleh dunia setelah menyatakan kemerdekaan pada
tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi, ternyata hal itu bukanlah akhir dari perjuangan bangsa
Indonesia untuk mencapai kata Daulat. Masa revolusi merupakan awal dari permasalahan
bangsa Indonesia setelah kemerdekaan. Gerakan pendaulatan di berbagai daerah yang disertai
dengan kekerasan dan pembunuhan terjadi pada masa permulaan revolusi. Belanda bersama
sekutunya kembali ke Indonesia dengan alasan ingin melucuti tentara Jepang yang ditawan di
Indonesia. Keinginan untuk menguasai kembali negara Indonesia masih dimiliki oleh bangsa
Belanda. Berbagai macam cara dilakukan oleh Belanda, sehingga kembali bermunculan
perlawanan dari rakyat Indonesia.
Kejadian yang dialami bangsa Indonesia ini kemudian menarik simpati wakil Ukraina di PBB
untuk meminta perhatian Dewan Keamanan terhadap keadaan Indonesia, namun gugatan
tersebut ditolak (Dekker, 1997:192). Negara Indonesia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa
perselisihan hendaknya diselesaikan dengan jalan damai. Bangsa Indonesia mengadakan
perundingan-perundingam damai dengan pihak Belanda. Akan tetapi, kesepakatan hasil
perundingan-perundingan tersebut dilanggar oleh Belanda, bahkan Belanda telah melancarkan
Agresi Militer Belanda I dan Agresi Militer Belanda II.
Kejadian tersebut kembali menarik simpati wakil-wakil di PBB untuk menyelesaikan masalah
ini. Atas dasar Roem-Roijen Statement disepakatilah oleh kedua belah pihak untuk
melaksanakan perundingan kembali melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) (Dekker, 1989:79).
Sebelum KMB dilaksanakan, pemimpin RI dan BFO terlebih dahulu mengadakan Konferensi
Inter Indonesia (KII). Kabinet baru dibentuk dan digunakan sebagai delegasi Indonesia pada
KMB. Konferensi ini diadakan di Den Haag, dipimpin oleh Perdana Menteri Kerajaan Belanda
W. Drees, dan berlangsung dari tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 November 1949.
Konferensi ini dihadiri oleh delegasi-delegasi Republik Indonesia yaitu Moh. Hatta, delegasi
BFO yaitu Sultan Hamid, delegasi kerajaan Belanda yaitu J.H. van Maarseven, serta UNCI
sebagai wakil Dewan Keamanan PBB.
Persoalan KMB yang terberat adalah masalah Irian Barat yang sampai saat itu masih menjadi
wilayah kekuasaan Belanda. Belanda berusaha untuk memisahkan daerah ini dari Indonesia.
Mengenai masalah Irian Barat tersebut, terjadi perdebatan diantara kedua belah pihak. Atas saran
wakil Australia di dalam UNCI disepakati bahwa dalam setahun setelah penyerahan kedaulatan,
Irian Barat dirundingkan lagi untuk pengembalian de facto kepada Indonesia. Kekuasaan di Irian
Barat secara mutlak belum didapatkan oleh Belanda, Indonesia juga merasa kecewa karena
belum sepenuhnya memiliki kedaulatan yang riil bagi wilayahnya dari Sabang sampai Merauke.
Penyerahan kedaulatan diadakan pada tanggal 27 Desember 1949 di tiga tempat yaitu di
Amsterdam, di Jakarta, dan di Yogyakarta. Kedaulatan Indonesia kepada RIS akan diserahkan
secara resmi oleh Belanda, dan kini RIS telah berdaulat secara riil atas Indonesia seluas Hindia
Belanda dahulu.
Banyak hal yang dapat dipelajari dari makalah ini. Proses-proses sejarah yang sedemikian rupa
dapat dijadikan motifasi oleh generasi-generasi berikutnya untuk lebih meningkatkan rasa
nasionalismenya, dan tetap menjaga negara tercinta agar kejadian yang dialami nenek
moyangnya di masa lampau (penjajahan) tidak terulang lagi.

B. Proses Konfrensi Meja Bundar


Pada tanggal 23 Agustus sampai tanggal 2 November 1949, yang disengelarakan di Den
Hag. Yang diwakili oleh Drs Moh. Hatta (sebagai ketua), Mr.Moh Roem, Prof. Dr Soepomo dr j
leimena, Mr. Ali Sastroamidjoyo , Ir Juanda, Kolonel TB Simatupang, Mr Suyono Hadinoto, Dr
Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim Pringodigdo. Sementara dari BFO (Bijeenkomst
Federaal Overleg) ialah sultan Pontianak Hamid Algadri (Halim, dan Yayah, 1986 : 236 ).
Deligasi dari Belanda diketuai Mr. van Maarseveen, sedangkan UNCI oleh Chritcjley.
Adapun Pesan Perdana Menteri Mohammad Hatta ketika akan berangkat ke Konferensi Medja
Bundar, antara lain:
Perjuangan kemerdekaan terbagi dua: satu di luar negeri di Den Haag dan dua di dalam
negeri. Perdjuangan di luar negeri ditentukan oleh factor dan kekuatan jang ada di dalam negeri.
Artinja, perdjuangan tersebut tidak bisa menjimpang dari keadaan dalam negeri. Sebab kalau
menjimpang akan tergantung di awing-awang. Tidak ada tanah untuk pidjakan kaki
Selanjutnya diingatkan :
Kekuatan Dalam negeri pada waktu ini, bukan main hebatnja. Pradjurit dan rakjat
seluruhnja melancarkan gerilja dimana-mana. Bersatu padu dalam satu persatuan bulat
menghantam lawan kemerdekaan. Selama revolusi kita jang 4 tahun ini, belu pernah kekuatan
dan persatuan sehebat sekarang ini (Mansur,A, 2010:278)
Sesampainya pada deligasi itu ke Belanda, sambutan dari Belanda cukup baik dengan menjukan
keramahan dalam melayani para delegasi. Para deligasi di tempatkan di hotel mewah Kurhaus
Schevenigen dan mobil mobil mengkilap yang bika di gunakan sewaktu waktu di butuhkan.
Setiap hari angota deligasi di beri uang saku F1. 25, yang waktu itu sebanding dengan US $10,
dan berdaya beli tinggi saat itu. Delegasi di bagi menjadi beberapa komisi-komisi militer
dipimpin oleh Dr. J. Leimena, dan angotanya Kolonel TB Simatupang (mewakili Angkatan
Darat), komandor S. Suryadarma (Angkatan Udara, yang menyusul belakangan), Laksamana
Subiyakto (Angkatan Laut) dan Letnan Kolonel Daan Yahya dan letnan Kolonel M.T Haryono.
Dari pihak komisi mileter Belanda Moorman (kepala staf Angkatan Laut Nedrland) dan
Fokkema Andre. Masalah yang sulit di pecahkan dalam konferensi itu sebagai berikut :
1. Uni Indonesia Belanda. Indonesia menginginkan agar sifatnya hanya kerja sama yang
bebas tanpa adanya organisasi permanen, sedangkan Belanda menginginkan kerja sama yang
luas dengan organisasi permanen yang luas pula.
2. Soal hutang. Indonesia hanya mengakui hutang hutang Hindia Belanda sampai
menyerahnya Belanda kepada Jepang. Sebaliknya, Belanda berpendapat bahwa Indonesia harus
mengambil alih semua kekayaan maupun hutang Hindia Belanda saampai saat itu, termasuk
biaya perang kolonial terhadap Indonesia.
Akhirnya setelah memalui perundingan yang berlarut larut pada tanggal 2 November 1949
tercapailah persetujuan KMB.

C. Hasil Konferensi Meja Bundar


Banyak sumber yang mengupas mengenai hasil dari konferensi meja bundar ini,. Terlepas dari
sudut pandang dari para sejarawan dan para pakar yang membahas perundingan tersebut. Penulis
disini akan membahas dari beberapa literature dan referensi yang digunakan.
Pada tanggal 23 Agustus hingga tanggal 2 November 1949 disepakati sebagai waktu
diadakannya konferensi meja bundar. Drs. Moh. Hatta sangat mendominasi jalannya
persidangan, hasil yang pertama sangat memihak kepada belanda yaitu Ratu Belanda sebagai
pimpinan simbolis, soekarno akan menjadi presiden RIS dan Hatta sebagai perdana menteri
(1949-50). Berbagai jaminan diberikan kepada investasi-investasi belanda di Indonesia dan
disepakati bahwa akan diadakan konsultasi-konsultasi mengenai beberapa masalah keuangan. -
(M.C. Ricklefs, 2008 : 487) sehingga bisa dikatakan banyak pihak dari kalangan Indonesia yang
menganggap bahwa rencana tersebut merugikan kedaulatan dan kebebasan bagi bangsa
Indonesia.
Hasil sidang yang selanjutnya ialah bahwa Belanda tetap mempertahankan kedaulatan atas
papua sampai ada perundingan-perundingan lebih lanjut mengenai status wilayah tersebut. dan
RIS memikul tanggung jawab atas utang Hindia Timur Belanda yang setelah terjadi banyak
tawar menawar, jumlahnya ditetapkan sebesar 4,3 milyar gulden; sebagian besar dari jumlah ini
sebenarnya merupakan biaya yang dipakai oleh pihak Belanda dalam usahanya menumpas
Revolusi. (M.C. Ricklefs,2008 : 487). Dan pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa belanda
secara resmi meyerahkan kedaulatan atas Indonesia tetapi tidak termasuk papua.
Sangat berbeda dengan buku sejarah Indonesia modern karya M.C. Ricklef Dalam buku Api
Sejarah jilid 2 karangan Ahmad Mansur Suryanegara hanya menyebutkan tiga hasil pokok dari
keputusan KMB, yaitu:
1. Pada 27 Desember 1949 akan dilaksanakan penyerahan kedaulatan kepada Republik
Indonesia Serikat.
2. Satu-satunya organisasi kesenjataan RIS adalah APRIS. Dengan intinya adalah TNI. KNIL
dibubarkan dan diterima dalam APRIS. Dibentuk misi militer Belanda yang bertugas melatih
APRIS.
3. Irian Barat akan dibicarakan kembali setahun kemudian. (Ahmad Mansur Suryanegara,
2010: 280)
Sedangkan menurut sumber dari internet adalah Setalah melakukan perundingan yang cukup alot
dan lama maka diputuskanlah hasil dari sidang konferensi meja bundar diantaranya sebagai
berikut
1. Belanda mengakui RIS sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat.
2. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
3. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah
pengakuan kedaulatan RIS.
4. Antara RIS dan kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia Belanda yang
dikepalai Raja Belanda.
5. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet
akan diserahkan kepada RIS
6. Tentara kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang tentara kerajaan Hindia
(KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa para anggotanya yang diperlukan akan
dimasukkan dalam kesatuan TNI
Kesimpulan dari sumber-sumber diatas bisa ditarik benang merah bahwa sebenarnya
hasil dari konferensi meja bundar sebagian besar sama berbedanya ada sumber yang hanya
mengambil pokok atau yang terpenting saja dari hasil konferensi meja bundar tersebut dan ada
sumber yang menganggap semua hasil dari konferensi meja bundar adalah penting yang
kemudian penulis tersebut menuliskan semua.

D. Dampak KMB
Dalam sebuah perundingan atau sebuah persetujuan yang telah ditetapkan oleh kedua
belah pihak terutama dalam hal ini adalah pihak Indonesia dengan Belanda tentunya ada
dampak-dampak yang disebabkan oleh hasil keputusan yang telah ditetapkan dalam perundingan
tersebut. Dampak ini dapat dirasakan oleh kedua belah pihak baik secara langsung maupun tidak,
terutama dampak yang dirasakan oleh Indonesia itu sendiri. Baik dampak positif yang dirasakan
oleh negara Indonesiayang bersifat menguntungkan maupun dampak negatif yang bersifat
merugikan bagi bangsa Indonesia.
Salah satu dampak dari hasil perundingan tersebut yang menguntungkan bagi bangsa
Indonesia adalah Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia dan Lahirlah Republik
Indonesia Serikat (RIS) sebagai akibat persetujuan KMB (Algandri, Hamid,1991 : 68). Dengan
menyerahkan kedaulatan yang diberikan Belanda kepada Bangsa Indonesia dan terbentuknya
Republik Indonesia Sementara menunjukkan bahwa Belanda mengakui Kemerdekaan Indonesia.
Bentuk negara Indonesia sebagai dampak dari hasil perundingan tersebut menjadi Republik
Indonesia Serikta (RIS) dimana adanya negara-negara bagian ini tidak sesuai dengan cita-cita
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Karena negara-negara bagian hasil olahan Belanda
yang dibuat-buat untuk memecah-belah bangsa Indonesia terbukti tidak mendapatkan dukungan
dari rakyat setempat karena rakyat pun mengetahui tujuan dan maksud dari pembentukan bentuk
negara ini yang tidak akan membuat Indonesia bersatu. Hal ini yang membuat RIS tidak bertahan
lama. Rakyat setempat dulu membiarkan pembentukan negara semacam itu (RIS) karena takut
pada tentara Belanda (Algandri, Hamid, 1991 : 68).
Dampak lain yang dirasakan oleh bangsa Indonesia yang menguntungkan bagi bangsa
Indonesia adalah konflik yang terjadi antara Belanda dengan Bangsa Indonesia dapat diakhiri
dan pembangunan Indonesia segera dapat dimulai. Dengan berakhirnya konflik yang terjadi
antara Belanda dengan Indonesia membuat bangsa Indonesia dengan leluasa dan tanpa gangguan
dari pihak Belanda melakukan pembangunan yang bertujuan untuk memakmurkan serta
memajukan bangsa Indonesia.
Selain dampak positif yang bersifat menguntungkan bagi bangsa Indonesia, perundingan
tersebut pun menimbulkan dampak negatif yang bersifat merugikan bagi bangsa Indonesia yaitu
Belanda belum mengakui Irian Barat sebagai bagian dari Bangsa Indonesia. belanda masih
menganggap Irian Barat adalah miliki mereka, sehingga Bangsa Indonesia pada masa setelah
perundingan KMB berakhir masih berusaha memperjuangkan Irian Barat untuk memperoleh
pengakuan dari Belanda bahwa Irian Barat merupakan salah satu bagian dari Bangsa Indonesia.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konferensi Meja Bundar merupakan sebuah pertemuan pada tanggal 23 Agustus hingga 2
November 1949 di Den Haag yang merupakan tindak lanjut dari perundingan Roem-rojen yang
secara eksplisit hasilnya menandakan bahwa Belanda mulai mengakui kedaulatan Indonesia.
Sidang KMB ini antara lain membahas mengenai pembentukan panitia pusat yang anggotanya
dari pihak Indonesia terdiri dari Mohammad Hatta, Moh Roem, A.K Pringgodigdo, Sultan
Hamid II, Ide Anak Agung, dan Soeparmo sementara dari pihak Belanda sendiri anggotanya
ialah Van Maarseven, D.U Stikker, Van Rojen dan Van der Vlak.
Di dalam konferensi ini juga banyak terjadi perdebatan, terutama yang menyangkut
masalah Irian Barat sebab pihak Belanda keberatan untuk menyerahkan Irian Barat kepada
Republik Indonesia Serikat. Hasil nyata dari adanya konferensi ini ialah adanya penyerahan
kedaulatan dari Belanda ke Indonesia yang secara resmi diserahkan oleh Ratu Juliana pada
tanggal 27 Desember 1949. Hasil ini cukup memuaskan bagi pihak Indonesia meskipun di sisi
lain perihal Irian Barat masih terombang-ambing karena keputusan mengenai Irian Barat akan
diputuskan maksimal setahun dari perundingan tersebut dengan pengertian bahwa dalam jangka
setahun dari penyerahan kedaulatan, soal-soal mengenai Irian Barat akan ditentukan dengan jalan
perundingan antara RIS dan Belanda.

3.2. Saran
Bahasan mengenai Konferensi Meja Mundar ini seharusnya bisa membuat kita lebih
tersadar akan betapa pentingnya perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan kita dalam
mencapai kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Seharusnya ini bisa menjadikan
suatu refleksi bagi kita semua bahwa tidak ada perjuangan yang sia-sia baik perjuangan fisik
maupun diplomasi semua usaha yang dilakukan mendatangkan hasil positif yakni bagi
kemerdekaan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Algandri, Hamid. (1991). Suka Duka Masa Revolusi : Jakarta : UIP


Anonim. (2013) Konferensi Meja Bundar [Internet] :Tersedia hehe
http://indonesiaindonesia.com/f/101663-sejarah-konferensi-meja-bundar-kmb/ [ 12 Juli 2013].
Dekker, N. (1989). Sejarah Revolusi Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.
Dekker, N. (1997). Sejarah Pergerakan dan Revolusi Nasional. Malang: IKIP Malang.
Halim, A dan Yayah, L (1986). 30 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta : Citra Lantoro.
Mansur, Ahmad Suryanegara (2010). Api Sejarah 2. Bandung: PT Salamadani Pustaka Semesta
Riclefs, MC. (2008). Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Sermabi Ilmu Semesta

Anda mungkin juga menyukai