Anda di halaman 1dari 26

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“NILAI DAN NORMA KOSNTITUSIONAL UUD NRI 1945 DAN


KONSTITUSIONALITAS KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN
DI BAWAH UUD”

Oleh :

Kelas : 1B Sarjana Terapan Keperawatan


Nama Anggota :
1. Ni Kadek Dian Rosita Dewi (P07120220081)
2. Ni Komang Enggi Tri Meriska (P07120220082)
3. Ni Putu Sriwahyuni (P07120220084)
4. Putu Sulistiawati (P07120220085)
5. Ni Nyoman Eka Dwiyanti (P07120220086)
6. Anak Agung Istri Pradnyasuari (P07120220087)
7. Komang Mita Sukriani (P07120220088)
8. Dewa Made Agus Putrawan (P07120220089)
9. I Putu Wira Pradnyana Putra (P07120220090)
10. Ni Putu Sintha Anggreni (P07120220091)
11. Luh Putu Putri Rigina Priskayani (P07120220092)
12. Gusti Agung Putri Candradewi (P07120220093)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan berkah dan rahmatnya bagi kelancaran pembuatan makalah untuk pemenuhan
nilai mata Pendidikan Kewarganegaraan. Judul makalah ini adalah “Nilai dan Norma
Kosntitusional UUD NRI 1945 Dan Konstitusionalitas Ketentuan Perundang-Undangan Di
Bawah UUD”
Makalah ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat :
1. Dr. I Nyoman Bagiastra, SH.,MH selaku dosen yang mengajar di mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan, yang telah memberi dorongan, motivasi, dan petunjuk-
petunjuk kepada penulis.
2. Pihak keluarga yang telah membantu dan memberi dorongan moril maupun materiil
yang juga sangat membantu dalam proses penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi
maupun teknik penulisannya, mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang
penulis miliki oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan
demi sempurnanya makalah ini dan semoga bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 15 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................


DAFTAR ISI ..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 ..........................................................................................................Latar Belakang
1.2 ..........................................................................................................Rumusan Masalah
..........................................................................................................
1.3 ..........................................................................................................Tujuan Penulisan
..........................................................................................................
1.4 ..........................................................................................................Manfaat Penulisan
..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 ..........................................................................................................Pengertian Negara
..........................................................................................................
2.2 ..........................................................................................................Pengertian Nilai
dan Norma........................................................................................
2.3 ..........................................................................................................Pengertian
Konstitusi ........................................................................................
2.4 ..........................................................................................................Konsep dan
Urgensi Konstitusi Dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara.........................................................................................
2.5 ..........................................................................................................Esensi dan Urgensi
Konstitusi Dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara.........................................................................................
2.6 ..........................................................................................................Sistem
Ketatanegaraan Indonesia Menjadi Konstitusi
Republik Indonesia..........................................................................
2.7 ..........................................................................................................UUD 1945 Sebagai
Konsititusi Negara Republik Indonesia...........................................
2.8 ..........................................................................................................Nilai dan Norma
Konstitusional Ketentuan Perundang-undangan
Di Bawah UUD................................................................................
2.9 ..........................................................................................................Argumen Tentang
Dinamika dan Tantangan Konstitusi Dalam
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara..............................................

BAB III PENUTUP


3.1 ..........................................................................................................Kesimpulan
3.2 ..........................................................................................................Saran ....

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide
demokrasi dapat dikatakan tampa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi
merupakan hukum dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar penyelenggaraaan bernegara
didasarkan pada konstitusi sebagai hokum dasar. Negara yang berlandaskan kepada suatu
konstitusi dinamakan Negara konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan secara
ideal sebagai Negara konstitusional maka konstitusi Negara tersebut harus memenuhi
sifat-sifat dan cirri-ciri dari konstitusionalisme. Jadi Negara tersebut harus menganut
gagasan tenttang konstitusionalisme. Konstitusionalisme sendiri merupakan suatu ide,
gagasan, atau paham. Oleh sebab itu, bahasan tentang negara dan konstitusi pada bab ini
terdiri atas konstitusionalisme, konstitusi Negara, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara
Republik Indonesia, dan Sistem ketatanegaraan Indonesia.
Manusia hidup bersama dalam berbagai kelompok yang beragam latar belakangnya.
Mula-mula manusia hidup dalam sebuah keluarga. Lalu berdasarkan kepentingan dan
wilayah tempat tinggalnya, ia hidup dalam kestuan sosial yang disebut masyarakat dan
pada akhirnya menjadi bangsa. Bangsa adalah kumpulan masyarakat yang membentuk
suatu negara. Berkaitan dengan tumbuh kembangnya bangsa, terdapat berbagai teori besar
dari para ahli untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat dan karakter sendiri.
Istilah bangsa memiliki berbagai makna dan pengertian nya yang berbeda-beda. Bangsa
merupakan terjemahan dari kata “nation” (dalam bahasa inggris). Kata nation bermakna
keturunan atau bangsa.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan negara ?
1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan nilai dan norma ?
1.2.3 Apakah yang dimaksud dengan Kosntitusi ?
1.2.4 Bagaimana konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara ?
1.2.5 Bagaimana esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsan dan
bernegara ?
1.2.6 Mengapa sistem ketatanegaraan Indonesia menjadi Kosntitusi Republik
Indonesia ?
1.2.7 Bagaimana UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesia ?
1.2.8 Bagaimana nilai dan norma konstitusional ketentuan perundang-undangan
dibawah UUD ?
1.2.9 Bagaimana argumen tentang dinamika dan tantangan kosntitusi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian negara
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian nilai dan norma
1.3.3 Untuk mengetahui pengertian konstitusi
1.3.4 Untuk mengetahui konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
1.3.5 Untuk mengetahui esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
1.3.6 Untuk mengetahui mengapa system ketatanegaraan Indonesia menjadi konstitusi
Republik Indonesia
1.3.7 Untuk mengetahui bagaimana UUD 1945 sebagai konstitusi negara Republik
Indonesia
1.3.8 Untuk mengetahui bagaimana nilai dan norma konstitusional ketentuan
perundang-undangan dibawah UUD
1.3.9 Untuk mengetahui argument tentang dinamika dan tantangan kosntitusi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Dapat memahami pengertian negara
1.4.2 Dapat memahami pengertian nilai dan norma
1.4.3 Dapat memahami pengertian konstitusi
1.4.4 Dapat memahami konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
1.4.5 Dapat memahami esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
1.4.6 Dapat memahami mengapa sistem ketatanegaraan Indonesia menjadi konstitusi
Republik Indonesia
1.4.7 Dapat memahami UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesi
1.4.8 Dapat memahami nilai dan norma konstitusional ketentuan perundang-undangan
dibawah UUD
1.4.9 Dapat memahami argumen tentang dinamika dan tantangan konstitusi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara


Menurut Krasner (1978:10) merumuskan negera sebagai sejumlah peran dan
institusi yang memiliki dorongan dan tujuan khusus yang berbeda dari kepentingan
kelompok tertentu mana pun dalam masyarakat.
Menurut Eric Nordlinger daam bukunya On the Autonomy of the Democratic
State (1981:11) melihat negara sebagai semua individu yang memegang jabatan di
mana jabatan tersebut memberikan kewenangan kepada invidu-individu untuk
membuat dan menjalankan keputusan – keputusan yang dapat mengikat pada sebagian
atau keseluruhan dari segmen-segmen dalam masyarakat.
Menurut Marxian memandang negara pada awalnya sebagai bentuk dari
kepentingan pribadi dari para kapitalis yang berfungsi sebagai instrument untuk
meraih tujuan tertentu. Dengan demikian, negara dipandang sebagai pelaksana dari
kepentinga kelas tertentu.
Istilah Negara merupakan terjemahan kata asing : state (Inggris), staat
(Belanda dan Jerman), atau etat (Perancis). Secara terminologi, negara diartikan
sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-
cita untuk bersatu, hidup dalam suatu kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang
berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai konstitutif yang dimiliki oleh suatu negara
berdaulat: masyarakat (rakyat), wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat. Negara
identik dengan hak dan kewenangan. Negara adalah wilayah dengan tata aturannya
sendiri yang berlaku untuk seluruh lapisan masyarakat yang menghuni wilayah
tersebut.
Tujuan Negara Sebagai sebuah organisasi kekuasaan dari kumpulan orang-
orang yang mendiaminya, negara harus memiliki tujuan yang disepakati bersama.
Tujuan sebuah negara dapatbermacam-macam, antara lain:
- Bertujuan untuk memperluas kekuasaan.
- Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum.
- Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum.
Dalam konteks negara Indonesia, tujuan negara adalah untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial sebagaimana tertuang dalam Pembukaan dan penjelasan UUD 1945.Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan suatu negara yang bertujuan
untuk mewujudkan kesejahteraan umum, membentuk suatu masyarakat adil dan
makmur.

2.2 Pengertian Nilai dan Norma


Pengertian nilai, menurut Djahiri nilai adalah harga, makna, isi dan pesan ,
semangat, atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan teori, sehingga
bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan,
mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar
perilaku.
Sedangkan menurut Dictionary dalam Winataputra, nilai adalah harga atau
kualitas sesuatu. Artinya, sesuatu dianggap memilki nilai apabila sesuatu tersebut
secara instrinsik memang berharga. Nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas
yang melekat pada suatu obyek, bukan obyek itu sendiri. Sesuatu yang mengandung
nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Misalnya, bunga itu
indah, perbuatan itu susila. Indah, susila adalah sifat atau kualitas yang melekat pada
bunga dan perbuatan. Dengan demikian maka nilai itu sebenarnya adalah suatu
kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan kenyataan lainnya sebagai pembawa
nilai (wartrager).
Pengertian norma adalah tolak ukur/alat untuk mengukur benar salahnya suatu
sikap dan tindakanmanusia. Norma juga bisa diartikan sebagai aturan yang berisi
rambu-rambu yang menggambarkan ukuran tertentu, yang di dalamnya tergantung
nilai benar/salah.
Pengertian norma lainnya adalah tatanan dan pedoman perilaku yang
diciptakan manusia sebagai masyarakat sosial untuk melangsungkan kehidupan
bersama-sama dalam suatu kelompok masyarakat. Norma merupakan suatu petunjuk
atau juga patokan perilaku yang benar dan pantas dilakukan saat berinteraksi sosial
dalam suatu masyarakat. Mudahnya, norma adalah sekumpulan aturan informal yang
mengatur interaksi manusia. Bisa juga diartikan sebagai pedoman, ketentuan dan
acuan yang menjadi keharusan bagi para anggota masyarakat dan segala objek yang
menjadi milik masyarakat tersebut untuk mengikuti dan mematuhi dan mengakui
pedoman tersebut.
Norma merupakan aturan berperilakudalam kehidupan bermasyrakat sehingga
berisi perintah atau larangan. Aturan ini bertujuan untuk mencapai kehidupan
masyarakat yang aman, tertib dan damai. Bagi individu atau kelompok masyarakat
yang melanggar norma-norma yang berlaku dimasyarakat tersebu, maka akan
dikenakan sanksi yang berlaku baik hukum maupun sosial.

2.3 Pengertian Konstitusi


Konsep konstitusi dari segi bahasa atau asal katanya (secara etimologis).
Istilah konstitusi dikenal dalam sejumlah bahasa, misalnya dalam bahasa Prancis
dikenal dengan istilah constituer, dalam bahasa Latin/Italia digunakan istilah
constitutio, dalam bahasa Inggris digunakan istilah constitution, dalam bahasa
Belanda digunakan istilah constitutie, dalam bahasa Jerman dikenal dengan istilah
verfassung, sedangkan dalam bahasa Arab digunakan istilah masyrutiyah (Riyanto,
2009). Constituer (bahasa Prancis) berarti membentuk, pembentukan. Yang dimaksud
dengan membentuk di sini adalah membentuk suatu negara. Kontitusi mengandung
permulaan dari segala peraturan mengenai suatu negara atau dengan kata lain bahwa
konstitusi mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai negara
(Prodjodikoro, 1970), pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan
suatu negara (Lubis, 1976), 88 dan sebagai peraturan dasar mengenai pembentukan
negara (Machfud MD, 2001).
Kata konstitusi berasal dari bahasa Perancis “constituer” yaitu sebagai suatu
ungkapan yang berarti membentuk.Oleh karena itu, pemakaian kata konstitusi lebih
dikenal untuk maksud sebagai pembentukan, penyusunan atau menyatakan suatu
negara. Dengan kata lain, secara sederhana, konstitusi dapat diartikan sebagai suatu
pernyataan tentang bentuk dan susunan suatu negara, yang dipersiapkan sebelum
maupun sesudah berdirinya negara yang bersangkutan.

2.4 ..........................................................................................................Konsep dan


Urgensi Konstitusi Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Istilah konstitusi dikenal dalam sejumlah bahasa, misalnya dalam bahasa Prancis
dikenal dengan istilah constituer, dalam bahasa Latin/Italia digunakan istilah
constitutio, dalam bahasa Inggris digunakan istilah constitution, dalam bahasa
Belanda digunakan istilah constitutie, dalam bahasa Jerman dikenal dengan istilah n
fungsinya sebagai berikut :

1. Konstitusi berfungsi sebagai landasan konstitusionalisme. Landasan


konstitusionalisme adalah landasan berdasarkan konstitusi, baik konstitusi dalam
arti luas maupun konstitusi dalam arti sempit. Konstitusi dalam arti luas meliputi
undang-undang dasar, undang-undang organik, peraturan perundang-undangan
lain, dan konvensi. Konstitusi dalam arti sempit berupa Undang-Undang Dasar
(Astim Riyanto, 2009).
2. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa,
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan
demikian, diharapkan hak-hak warganegara akan lebih terlindungi. Gagasan ini
dinamakan konstitusionalisme, yang oleh Carl Joachim Friedrich dijelaskan
sebagai gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan kegiatan yang
diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat. Tetapi yang dikenakan beberapa
pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan
untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas
untuk memerintah (Thaib dan Hamidi, 1999).
3. Konstitusi berfungsi: (a) membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar
dalam menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya;
(b) memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat yang
dicitacitakan tahap berikutnya; (c) dijadikan landasan penyelenggaraan negara
menurut suatu sistem ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua
warga negaranya; (d) menjamin hak-hak asasi warga negara.
4. Konstistusi penentu atau pembatas kekuasaan negara, konstitusi pengatur
hubungan kekuasaan antar organ negara, konstitusi pengatur hubungan kekuasaan
antara organ negara dengan warga negara, konstitusi pemberi atau sumber
legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan penyelenggaraan
kekuasaan negara, konstitusi sebagai penyalur atau pengalih kewenangan dari
sumber kekuasaan yang asli kepada organ negara, konstitusi sebagai sumber
simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu sebagai rujukan identitas dan keagungan
kebangsaan serta sebagai center of ceremony, konstitusi sebagai sarana
pengendalian masyarakat baik dalam arti sempit yaitu bidang politik dan arti luas
mencakup bidang sosial ekonomi, konstitusi sebagai sarana perekayasaan dan
pembauran masyarakat.

Dari fungsi tersebut kita tahu bahwa urgensi dari konstitusi yaitu dilihat dari
dua segi. Segi pertama dari segi isi karena konstitusi memuat dasar garis struktur dan
memuat fungsi negara. Kedua, dari segi bentuk yang memuat konstitusi bukan
sembarang orang atau lembaga. Mungkin bisa seorang raja, rakyat, badan konstitusi
atau lembaga diktator.
Pada sudut pandang kedua mengaitkan pentingnya konstitusi dengan pengertian
hukum dalam arti sempit, dimana konstitusi dibuat oleh badan hukum dalam arti
sempit dimana konstitusi dibuat oleh badan yang mempunyai “wewenang hukum”
yaitu sebuah badan yang diakui sah untuk memberikan kekuatan hukum pada
konstitusi. Tapi dalam kenyatannya tidak menutup kemungkinan adanya konstitusi
yang sama sekali hampa (tidak sarat makna, kursif penulis) karena tidak ada pertalian
yang nyata antara pihak yang benar-benar menjalankan pemerintahan negara.
2.5 Esensi dan Urgensi Konstitusi Dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara
Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan
sesuatu hal yang sangat krusial, karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk
sebuah negara. Dalam lintasan sejarah hingga awal abad ke-21 ini, hampir tidak ada
negara yang tidak ada negara yang tidak memiliki konstitusi. Hal ini menunjukkan
betapa urgenya konstitusi sebagai suatu perangkat negara. Konstitusi dan negara
ibarat dua sisi mata uang yang satu sama lain tidak terpisahkan.
Konstitusi menjadi sesuatu yang urgen dalam tatanan kehidupan
ketatanegaraan,karena konstitusi merupakan sekumpulan aturan yang mengatur
organisasi negara,serta hubungan antara negara dan warga negara sehingga saling
menyesuaikan diri dan saling bekerjasama. Dr.A.Hamid S.Attamimi menegaskan –
seperti yang dikutip Thaib – bahwa konstitusi atau Undang–Undang Dasar
merupakan suatu hal yang sangat penting sebagai pemberi pegangan dan pemberi
batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan dalam mengatur bagaimana kekuasaan
negara harus dijalankan. Sejalan dengan perlunya konstitusi sebagai instrumen untuk
membatasi kekuasaan dalam suatu negara, Meriam Budiardjo mengatakan:
“Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi
konstitusional,Undang – undang dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi
kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak
bersifat sewenang –wenang .Dengan demikian diharapkan hak-hak warga negara akan
lebih terlindungi”.(Budiardjo,1978:96).
Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan
tersebut, Kusnardi menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi dalam
dua (2) bagian, yakni membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi kekuasaan
pemerintah atau penguasa dalam negara. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi
mereka yang memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggap sebagai
organisasi kekuasaan, maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau
kumpulan asas yang mendapatkan bagaimana kekuasaan dibagi diantara beberapa
lembaga kenegaraan, seperti antara lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Selain
sebagai pembatas kekuasaan ,konstitusi juga dugunakan sebagai alat untuk menjamin
hak –hak warga negara. Hak –hak tersebut mencakup hak-hak asasi,seperti hak untuk
hidup,kesejahteraan hidup hak kebebasan.
Dari beberapa pakar yang menjelaskan mengenai urgensi konstitusi dalam
sebuah negara,maka secara umum dapat dikatakan bahwa eksistensi konstitusi dalam
suatu negara merupakan suatu keniscayaan,karena dengan adanya konstitusi akan
tercipta pembatasan kekuasaan melain pembagian wewenang dan kekuasaan dalam
menjalankan negara.Selain itu,adanya konstitusi juga menjadi suatu hal sangat
penting untuk menjamin hak-hak asasi warga negara,sehingga tidak terjadi
penindasan dan perlakuan sewenang –wenang dari pemerintah.
Konstitusi adalah sarana dasar untuk mengawasi proses kekuasaan. Oleh
karena itu setiap konstitusi mempunyai beberapa peranan yaitu :
1. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik
2. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak penguasa,dan menetapkan
bagi penguasa tersebut batas-batas kekuasaan mereka, sehingga tidak terdapat
kekuasaan yang semena – mena.
3. Untuk membatasi kesewenang-wenangan tindakan pemerintah untuk menjamin
hak-hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat.
4. Konstitusi bertujuan untuk mengatur organisasi negara dan susunan
pemerintahan. Sehingga dimana ada organisasi negara dan kebutuhan menyusun
suatu pemerintahan negara, maka akan diperlukan konstitusi.
5. Konstitusi mempunyai posisi yang sangat penting dalam kehidupan ketatanegaraan
suatu negara karena konstitusi menjadi barometer(ukuran) bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara, juga merupakan ide-ide dasar yang digariskan penguasa
negara untuk mengemudikan suatu negara.

6. Konstitusi menggambarkan struktur negara dan sistem kerja yang ada diantara
lembaga-lembaga negara.Konstitusi menjelaskan kekuasaan dan kewajiban
pemerintah sekaligus membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak sewenang-
wenang dalam bertindak.
Dari berbagai penjelasan tentang tujuan konstitusi diatas, dapat dikatakan bahwa
tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan
membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang
dilakukan penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa
untuk mewujudkan tujuan Negara.Jadi, pada hakikatnya konstitusi Indonesia
bertujuan sebagai alat untuk mencapai tujuan negara dengan berdasarkan kepada
nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara.

2.6 Sistem Ketatanegaraan Indonesia Menjadi Konstitusi Republik Indonesia


Konstitusi suatu negara pada hakekatnya merupakan hukum dasar tertinggi
yang memuat hal-hal mengenai penyelenggaraan negara, karenanya suatu konstitusi
harus memiliki sifat yang lebih stabil dari pada produk hukum lainnya. Terlebih lagi
jika jiwa dan semangat pelaksanaan penyelenggaraan negara juga diatur dalam
konstitusi sehingga perubahan suatu konstitusi dapat membawa perubahan yang besar
terhadap sistem penyelenggaraan negara. Bisa jadi suatu negara yang demokratis
berubah menjadi otoriter karena terjadi perubahan dalam konstitusinya.
Adakalanya keinginan rakyat untuk mengadakan perubahan konstitusi
merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Hal ini terjadi apabila mekanisme
penyelenggaraan negara yang diatur dalam konstitusi yang berlaku dirasakan sudah
tidak sesuai lagi dengan aspirasi rakyat. Oleh karena itu,  konstitusi biasanya juga
mengandung ketentuan mengenai perubahan konstitusi itu sendiri, yang kemudian
prosedurnya dibuat sedemikian rupa sehingga perubahan yang terjadi adalah benar-
benar aspirasi rakyat dan bukan berdasarkan keinginan semena-mena dan bersifat
sementara atau pun keinginan dari sekelompok orang belaka.
Pada dasarnya ada dua macam sistem yang lazim digunakan dalam praktek
ketatanegaraan di dunia dalam hal perubahan konstitusi. Sistem yang pertama adalah
bahwa apabila suatu konstitusi diubah, maka yang akan berlaku adalah konstitusi
yang berlaku secara keseluruhan (penggantian konstitusi). Sistem ini dianut oleh
hampir semua negara di dunia. Sistem yang kedua ialah bahwa apabila suatu
konstitusi diubah, maka konstitusi yang asli tetap berlaku. Perubahan terhadap
konstitusi tersebut merupakan amandemen dari konstitusi yang asli tadi. Dengan
perkataan lain, amandemen tersebut merupakan atau menjadi bagian dari
konstitusinya. Sistem ini dianut oleh Amerika Serikat.
Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat utntuk
menyusun sebuah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala arti
dan fungsinya. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17
Agustus 1945, konstitusi Indonesia sebagai sesuatu ”revolusi grondwet” telah
disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh panitia persiapan kemerdekaan Indonesia dalam
sebuah naskah yang dinamakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Dengan demikian, sekalipun Undang-Undang Dasar 1945 itu merupakan konstitusi
yang sangat singkat dan hanya memuat 37 pasal namun ketiga materi muatan
konstitusi yang harus ada menurut ketentuan umum teori konstitusi telah terpenuhi
dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut. Pada dasarnya kemungkinan untuk
mengadakan perubahan atau penyesuaian itu memang sudah dilihat oleh para
penyusun UUD 1945 itu sendiri, dengan merumuskan dan melalui pasal 37 UUD
1945 tentang perubahan Undang-Undang Dasar. Dan apabila MPR bermaksud akan
mengubah UUD melalui pasal 37 UUD 1945 , sebelumnya hal itu harus ditanyakan
lebih dahulu kepada seluruh Rakyat Indonesia melalui suatu referendum.(Tap no.1/
MPR/1983 pasal 105-109 jo. Tap no.IV/MPR/1983 tentang referendum) 
Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan menjadi salah
satu agenda sidang Tahunan MPR dari tahun 1999 hingga perubahan ke empat pada
sidang tahunan MPR tahun 2002 bersamaan dengan kesepakatan dibentuknya komisi
konstitusi yang bertugas melakukan pengkajian secara komperhensif tentang
perubahan UUD 1945 berdasarkan ketetapan MPR No. I/MPR/2002 tentang
pembentukan komisi Konstitusi. Sistem ketatanegaraan Indonesia menurut UUD 1945
adalah sebagai berikut.
1. Bentuk Negara adalah kesatuan
2. Bentuk pemerintahan adalah republik.
3. Sistem pemerintahan adalah presidensial.
4. Sistem politi adalah demokrasi atau kedaulatan rakyat.

2.7 UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia


Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945. Dalam tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD 1945
menempati tempatan tertinggi. Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945 adalah
kelompok aturan dasar / pokok Negara yang berada dibawah Pancasila sebagai Norma
Dasar.
1. Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia
Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di
Indonesia telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat priode,
yaitu sebagai berikut:

a. Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD 1945
terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal aturan
paralihan, 2 ayat aturan tambahan, dan bagian penjelasan.
b. Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlakunya UUD RIS. UUD RIS
terdiri atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.
c. Periode 17 Agustus 1959-5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 terdiri atas 6 bab, 146
pasal, dan beberapa bagian.
d. Periode 5 Juni 1959- sekarang kembali berlaku UUD 1945.

Kasus untuk periode keempat bberlaku UUD 1945 dengan pembagian berikut:
1. UUD 1945 yang belum diamandemenkan;

2. UUD 1945 yang sudah diamandemenkan (tahun 1999, tahun 2000, tahun 2001,
dan tahun 2002) Amandemen tersebut adalah:
a. Amandemen ke-1 pada sidang umum MPR, disahkan 19 Oktober 1999
b. Amandemen ke-2 pada sidang tahunan MPR, disahkan 18 Agustus 2000
c. Amandemen ke-3 pada siding tahuna MPR, disahkan 10November 2001
d. Amandemen ke-4 pada tahunan MPR, disahkan 10 Agustus 2002

Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia pertama kali ditetapkan oleh


PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD yang ditetapkan oleh PPKI tersebut
sebenarnya merupakan hasil karya BPUPK melalui siding-sidangnya dari tanggal 29
Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 dan tanggal 10 Juli sampai 16 juli 1945. Hasil karya
BPUPKI berupa rancangan pembukaaan hukum dasar dari BPUPKI itulah yang
selanjutnya ditetapkan menjadi UUD Negara Indonesia setelah mengalami perubahan
seperlunya oleh PPKI.

Sidang PPKI pertama berlangsung tanggal 18 Agustus 1945 yang menghasilkan


3 keputusan penting, yaitu sebagai berikut.

1) Mengesahkan Rancangan Pembukaan Hukum Dasar Negara dan Hukum Dasar


Sebagai UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Memilih Ir. Seokarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan wakil
presiden.

3) Membentuk sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk membentuk


presiden.

Sidang PPKI mengenai pengesahan undang-undang dasar inin belangsung sngat


singgat yaitu kurang lebih dua jam. Namun dengan semangat persatuan dan keinginan
untuk segera membentuk konstitusi Negara maka penetepan UUD 1945 berjalan
dengan lancar.

Perubahan yang dilakukan hanyalah hal-hal yang kecil saja, bukan masalah
yang mendasar. Hal ini karena PPKI sudah mendapatkan naskah rancangan hokum
dasar yang dihasilkan oleh BPUPKI. Beberapa perubahan tersebut antara lain:

a. Istilah”hokum dasar” diganti menjadi” undang-undang dasar”,


b. Kata”mukadimah” diganti menjadi”pembukaan”

c. “dalam suatu hukum dasar”diubah menjadi”dalam suatu undang-undang dasar”


d. Diadakannya ketentuan tentang perubahan UUD yang sebelumnya tidak ada;
e. Rumusan”Ketuhanan Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi
Pemeluk-Pemluknya” diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesia oleh PPKI
dilakukan dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut.

1. Pengesahan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Yang Terdiri Dari 4


Alinea.
2. Pengesahan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republok Indonesia
terdiri atas 16 Bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan dua ayat aturan
tambahan.

Jadi pada waktu yang disahkan PPKI adalah UUD Negara Indonesia yang terdiri
atas dua bagaian yaitu bagian pembukaan dan bagian batang tubuh atau pasal-
pasalnya. Adapun bagian penjelasan dilampirkan kemudian dalam satu naskah yang
dibuat dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946.
Berdasarkan hal itu maka Naskah Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun II
No. 7 Tanggal 15 Februari 1946, terdiri atas:

a) Pembukaan

b) Batang tubuh, dan

c) Penjelasan.

Undang-undang Dasar Neraga Republik Indonesia 18 Agustus 1945 hanya


berlaku dalam waktu singkat yaitu mulai tanggal 18 Agustus 1945 sampai 27
Desember 1949. Sejak 27 Desember diberlakukannya Undang-Undang Dasar baru
disebut kontitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) tahun 1949. Konstitusi kedua
yang berlaku diindonesia adalah Konstitusi Republi Indonesia Serikat disingkat KRIS
atau UUD RIS. Dan UUD Negara Republik Indonesia 18 Agustus 1945 tetap berlaku
tetapi hanya disalah satu Negara bagian RIS yaitu Negara Republik Indonesia (RI)
yang beribu kota di Yogyakarta. Kontitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) atau
UUD RIS 1949 berlaku dari tanggal 27 Desember 1949 sampai tanggal 17 Agustus
1950, bangsa Indonesia kembali kebentuk Negara kesatuan. Dengan demikian, UUD
RIS 1949 tidak diberlakukan lagi. Priode berlakunya UUD RIS 1949 daei tanggal 27
Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, oleh Moh. Yamin disebut konstitusi II.

1) Mukadimah yang terdiri dari empat ayat.

2) Bagian batang tubuh yang terdiri dari atas 6 bab, 197 pasal dan lampiran.

Beberapa ketentuan pokok dala UUD RIS 1949 antara lain:


a. Bentuk Negara adalah serikat, sedangkan bentuk pemerintahan adalah republik
b. Sistem pemerintahan adalah parlamenter. Dalam sistem pemerintahan ini,
kepala pemerintahan dijabat oleh seorang perdana mentri.perdana mentri apis
saat itu adalah Moh. Hatta.

Konstitusi yang berlaku setelah UUD RIS adalah Undang-Undang Dasar


Sementara (UUDS) 1950. Undang-undang dasar sementara dimaksud sebagai
pengganti dari UUD RIS 1949 setelah Indonesia kembali ke bentuk Negara kesatuan
yang dituangkan dalam Undang-Undang Federal No.7 Tahun 1950 tentang perubahan
konstitusi RepublikIndonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara
Republik Indonesia. Konstitusi inilah yang menyusun UndangUndang Dasar yang
bersifat tetap. UUDS 1950 terdiri atas:

1. Mukadimah yang terdiri dari empat ayat.

2. Batang tubuh yang terdiri atas 6 bab dan 164 pasal.

3. Bentuk Negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republic;

4. Sistem pemerintah adalah parlementer menurut UUDS 1950;

5. Adanya badan Konstituante yang akan menyusun undang-undang dasar tetap


sebagai pengganti dari UUDS 1950.

Undang-Undang Dasar Sementara 1950 tidak berhasil menyelesaikan tugasnya.


Situasi ini kemudian memicu munculnya dekrit yang isinya sebagai berikut:
a) Menetapkan pembubaran Konstituante;

b) Menetapkan berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS

1950;
c) Pembentukan MPRS dan DPAS.
2. Proses Amandemen UUD 1995
Amandemen (bahasa inggris: amendtmendt) artinya perubahan.
Mengamandemen artinya mengubah atau mengadakan perubahan. Istilah amandemen
sebenarnya merupakan hak, yaitu hak parlemen untuk mengubah atau mengusulkan
perubahan rancangan UU. Perkembangan selanjutnya muncul istilah amandemen
UUD yang artinya perubahan UUD. Istilah perubahan konstitusi itu sendiri
mencangkup dua pengerrtian yaitu:
a. Amandemen konstitusi
b. Pembaruhan konstitusi
Dalam hal amandemen konstitusi, perubahan yang dilakukan merupakan
addendum atau sisipan dari konstitusi yang asli. Konstitusi yang asli tetap berlaku.
Adapun bagian yang diamandemen merupakan atau menjadi bagian dari
konstitusinya.
Amandemen atas UUD 1945 dimaksudkan untuk mengubah dan
memperbaruhi konstitusi negara indonesia agar sesui dengan prinsip-prinsip negara
demokrasi. Dengan adanya amandemen terhadap UUD 1945 maka konstitusi kita
diharapkan semakin baik dan lengkap meyesuikan dengan tuntutan perkembangan
dan kehidupan dan kenegaraan yang demokratis.
UUD 1945 sebagai konstitusi atau hukum dasaar negara republik indonesia
juga haus mampu menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan. Untuk itu perlu
dilakukan perubahan terhadap UUD 1945 yang sejak merdeka sampai masa
pemerintahan presiden soeharto belum pernah dilakukan perubahan.
Tentang perubahan UUD dinyatakan pada pasal 37 UUD 1945 sebagai
berikut:
1. Unsur perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidam majelis
permusyawaratan rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari
jumlah anggota majelis permusyawaratan

2. Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukkan
dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
3. Untuk mengubah asal-asar UUD, sidang majelis permusyawaratan rakyat diadiri
oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota majelis permusyawaratan
rakyat.
4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan
sekurang-kurangnya 50% ditambah satu anggota dari seluruh anggota majelis
permusyawaratan rakyat.
5. Khusus mengenai bentuk negara kesatuan republik indonesia tidak dapat
dilakukan perubahan.
Perubahan atau amandemen UUD 1945 dilakukan perama kali oleh MPR pada
siadang umum MPR tahun 1999 dan mulai berlaku sejak tanggal 19 oktober 1999.
Amandemen atas UUD 1945 dilakukan oleh MPR sebanyak 4 kali. Dengan demikian
UUD 1945 telah mengalami 4 kali perubahan yaitu sebagai berikut:
a. Amandemen pertama terjadi pada sidang umum MPR tahun 1999, disahkan 19
oktober 1999.
b. Amandemen kedua terjadi pada sidang tahunan, disahkan 18 agustus 2000.

c. Amandemen ketiga terjadi pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 november 2001.
d. Amandemen keempat terjadi pada sidang tahunan PPR, disahkan 10 agustus 2002.

Jadi, pada perubahan keempat ini yang diamandemen sebanyak 13 pasal serta 3
pasal aturan peralihan dan 2 pasal aturan tambahan.
Dengan cara amandemen ini, UUD 1945 yang asli masih tetap berlaku, hanya
beberapa ketentuan yang sudah diganti dianggap tidak berlaku lagi. Yang beraku
adalah ketentuan-ketentuan yang baru. Naskah perubahan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari UUD negara republik indonesia tahun 1945.
Dengan demikian, naskah UUD 1945 kita terdiri atas:
1. Naskah asli UUD 1945

2. Naskah perubahan pertama UUD 1945

3. Naskah perubahan kedua UUD 1945

4. Naskah perubahan ketiga UUD 1945

5. Naskah perubahan keempat UUD 1945

Naskah UUD 1945 perubahan pertama, kedua, ketiga, dan keempat tersebut
tertuang dalam putusan MPR tentang UUD 1945 dan perubahannya. Putusan MPR
tersebut tidak menggunakan nomor putusan majelis. Hal inin berbeda dengan jenis
putusan majelis lainnya, yaitu ketetapan majelis dan keputusan majelis yag
menggunakan nomor keputusan majelis.
Dengan amandemen tersebut maka konstitusi negara indonesia UUD 1945
menjadi lebih lengkap dan bertambah jumlah pasal-pasalnya. Jumlah keseluruhan
pasal yang diubah dari perubahan perama sampai keempat ada 73 pasal. Namun
jumlah nomor pasal tetap yaitu 37 tidak termasuk aturan peralihan dan aturan
tambahan. Perubahan diakukan dengan cara menambahkan huruf A, B, C, dan
seterusnya setelah nomor pasal (angkanya). Misalnya pasal 28, kemudian pasal 28A,
pasal 28B dan seterusnya.

3. Isi UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


UUD 1945 sekarang ini hanya terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pembukaan
dan bagian pasal-pasal. Bagian pembukaan pada umumnya berisi pernyataan luhur
dan cita-cita dari bangsa yang bersangkutan. Namun tidak semua konstitusi negara
meiliki bagian pembukaan ini. Konstitusi malaysia, singapure, dan australia tidak
memiliki bagian pembukaan. Contoh konstitusi negara yang memiliki bagian
pembukaan adalah konstitusi jepang, india, dan amerika serikat.
Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian yang penting dalam konstitusi
negara indonesi. Pembukaa UUD 1945 berisi empat alinie sebagai pernyataan luhur
bangsa indonesia. Selain berisi pernyataan, ia juga berisi cita-cita dan keinginan
bangsa indonesia, dalam bernegara yaitu mencapai masyarakat merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur. Setiap alenia pembukaan UUD 1945 memiliki makna
dan cita-cita tersendiri sebagai satu kesatuan.
Alenia pertama berbunyi “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
Alenia kedua berbunyi “dan perjuangan pergerakkan kemerdekaan indonesia
telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan
rakyat indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara indonesia, yang
merdeka bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”.
Alenia ketiga berbunyi “atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan
dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaaannya”.
Alenia keempat sebagai berikut “kemudian dari pada itu untuk membentuk
suatu pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan
seluruh tumpah dara indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu UUD 1945negara indonesia,
yang terbentuk dalam susunan negara republik indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh ikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”.

2.8 Nilai dan Norma Konstitusional Ketentuan Perundang-Undangan


Nilai adalah sesuatu yang dijadikan sebagai panduan dalam hal
mempertimbangkan keputusan yang akan diambil kemudian. Nilai juga merupakan
sesuatu yang bersifat abstrak, karena mencakup pemikiran dari seseorang.
Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Aturan yang
bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan sentosa.
Konstitusi adalah hukum tertinggi suatu Negara, sebab tanpa konstitusi negara
tidak mungkin terbentuk. Dengan demikian konstitusi menempati posisi yang sangat
vital dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Dengan kata lain, konstitusi
membuat suatu peraturan pokok mengenai sendi-sendi pertama untuk menegakkan
negara. Nilai-nilai konstitusi terdiri dari norma agama, norma kesusilaan, norma
kesopanan, norma kebiasaan, dan norma hukum.
Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan
tentang bagaimana pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum
yang terdapat dalam konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat mendasar dari suatu
negara, maka konstitusi dikatakan pula sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan
dalam penyelenggaraan suatu negara.
Konstitusi diperlukan dalam kehidupan berbangsa-negara di Indonesia fsebab
memiliki fungsi-fungsi yang penting, sebagai berikut,

 Landasan konstitusionalisme, adalah landasan berdasarkan konstitusi, baik


konstitusi dalam arti luas maupun konstitusi dalam arti sempit.
 Untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
 Untuk membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam
menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya, memberi
suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat yang di cita-citakan tahap
berikutnya, dijadikan landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem
ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya,
menjamin hak-hak asasi warga negara.
Konstitusi mempunyai materi muatan tentang organisasi negara, HAM,
prosedur mengubah UUD, kadang-kadang berisi larangan untuk mengubah sifat
tertentu dari UUD, cita-cita rakyat dan asas-asas ideologi negara.
Pada awal era reformasi, adanya tuntutan perubahan UUD NRI 1945
didasarkan pada pandangan bahwa UUD NRI 1945 belum cukup memuat landasan
bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat, dan penghormatan terhadap
HAM. Di samping itu, dalam tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-pasal yang
menimbulkan penafsiran beragam (multitafsir) dan membuka peluang bagi
penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, dan praktik KKN.
Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi
kebutuhan bersama bangsa Indonesia. Oleh karena itu, MPR melakukan perubahan
secara bertahap dan sistematis dalam empat kali perubahan. Keempat kali perubahan
tersebut harus dipahami sebagai satu rangkaian dan satu kesatuan.

2.9 Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Konstitusi Dalam


Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Menengok perjalanan sejarah Indonesia merdeka, ternyata telah terjadi
dinamika ketatanegaraan seiring berubahnya konstitusi atau undangundang dasar yang
diberlakukan. Setelah ditetapkan satu hari setelah proklamasi kemerdekaan, UUD
NRI 1945 mulai berlaku sebagai hukum dasar yang mengatur kehidupan
ketatanegaraan Indonesia dengan segala keterbatasannya. Mengapa demikian, karena
sejak semula UUD NRI 1945 oleh Bung Karno sendiri dikatakan sebagai UUD kilat
yang akan terus disempurnakan pada masa yang akan datang.
Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi
kebutuhan bersama bangsa Indonesia. Berdasarkan hal itu MPR hasil Pemilu 1999,
sesuai dengan kewenangannya yang diatur dalam Pasal 37 UUD NRI 1945
melakukan perubahan secara bertahap dan sistematis dalam empat kali perubahan,
yakni:
a. Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999.
b. Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000.
c. Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001.
d. Perubahan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002.

Perubahan UUD NRI 1945 yang dilakukan oleh MPR, selain merupakan
perwujudan dari tuntutan reformasi, sebenarnya sejalan dengan pemikiran pendiri
bangsa (founding father) Indonesia. Ketua panitia Penyusun UUD NRI 1945, yakni Ir.
Sukarno dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 18 Agustus 1945.

Sampai saat ini perubahan yang dilakukan terhadap UUD NRI 1945 sebanyak
empat kali yakni pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Perubahan yang dilakukan
dimaksudkan guna menyesuaikan dengan tuntutan dan tantangan yang dihadapi saat
itu. Persoalan bangsa dan tantangan yang dihadapi saat itu tentunya berbeda dengan
masa awal reformasi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan


kondisi masyarakat ada saat itu. Pada zaman Yunani Kuno para ahli filsafat negara
merumuskan pengertian negara secara beragam. Aristoteles yang hidup pada tahun
384-322 S.M., merumuskan negara dalam bukunya Politica, yang disebutnya
sebagai negara polis. Konstitusi atau undang-undang dasar (bahasa latin :
constitutio) dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan
pada pemerintahan negara biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis.
Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang terperinci, melainkan hanya menjabarkan
prinsip-prinsip yang menajdi dasar bagi peraturan-peraturan lainnya. Konstitusi
Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali disahkan oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945. Dalam
tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD 1945 menempati tempatan
tertinggi. Amandemen (bahasa inggris: amendtmendt) artinya perubahan. Perubahan
yang dilakukan merupakan ada atau sisipan dari konstitusi yang asli. Konstitusi yang
asli tetap berlaku. Adapun bagian yang diamandemen merupakan atau menjadi
bagian dari konstitusinya.

3.2 Saran
Dari penjelasan menganai nilai dan norma kosntitusional UUD NRI 1945 dan
konstitusionalitas ketentuan perundang-undangan di bawah UUD diharapkan dapat
menambah wawasan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi Suryani & Kaswan, Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa,
Bandung: PT Refika Aditama, 2015.

Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pergerian Tinggi , Yogyakarta:


Paradigma, 2016.
Lubis Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI, Medan: AKASHA
SAKTI, 2018.

Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di


Perguruan Tinggi, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007.

https://www.kompasiana.com/amp/aflahanurilfurqan/5f0800f1d541df733d558c
02/nilai-dan-norma-konstitusional-uud-nri-1945-dan-konstitusionalitas-ketentuan-
perundang-undangan-di-bawah-uud-1945 {Diakses pada tangga 14 Januari 2021}

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.coursehero.com/file/46277461/makalah-
kwndocx/&ved=2ahUKEwiExY7Y95zuAhUl83MBHUzVBJMQFjAAegQIBRAC&u
sg=AOvVaw3oQNIDpm4zOdzZtUnbrnFz {Diakses pada tangga 14 Januari 2021}

Anda mungkin juga menyukai