DISUSUN OLEH :
WISNU ANDREAN 20410012
NANDA PUTRI KARIZKI 20410007
WAHYU TEDI KURNIAWAN 20410001
RAHMA MONIKA 20410008
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................................................................4
A. Pengertian Etika............................................................................................................................4
B. Pengertian Etiket...........................................................................................................................6
C. Pengertian Moral...........................................................................................................................8
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................10
A. Kesimpulan..................................................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................11
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Pengertian Etika
1. Secara Etimologis
Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani Kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk
tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang
habitat; kebiasaan adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk
jamak (ta etha) artinya adalah: adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar
belakang bagi terbentuknya istilah “etika” yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles
(384-322 s.M.) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, jika kita
membatasi diri pada usul-usul kata ini, maka “etika” berarti: ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dengan memakai istilah modern, dapat
dikatakan bahwa etika membahas “konvensi-konvensi sosial” yang ditemukan dalam
masyarakat (K. Bertens, 1993 hal 4).
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai mengenai benar salah yang dianut masyarakat.
2. Secara Terminologis
1
http://digilib.uinsby.ac.id/647/5/Bab%202.pdf
2
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/10/15-pengertian-etika-menurut-para-ahli-terlengkap.html
10. Ahmad Amin, mengemukakan bahwa etika merupakan suatu ilmu yang menjelaskan
tentang arti baik dan buruk serta apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, juga
menyatakan sebuah tujuan yang harus dicapai manusia dalam perbuatannya dan
menunjukkan arah untuk melakukan apa yang seharusnya didilakukan oleh manusia.
11. Hamzah Yakub, Etika merupakan ilmu yang menyelidiki suatu perbuatan mana
yang baik dan buruk serta memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran.
12. Aristoteles, mengemukakan etika kedalam dua pengertian yakni: Terminius
Technicus & Manner and Custom. Terminius Technicus ialah etika dipelajari sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu problema tindakan atau perbuatan
manusia. Sedangkan yang kedua yaitu, manner and custom ialah suatu pembahasan
etika yang terkait dengan tata cara & adat kebiasaan yang melekat dalam kodrat
manusia (in herent in human nature) yang sangat terikat dengan arti “baik & buruk”
suatu perilaku, tingkah laku atau perbuatan manusia.
13. Maryani dan Ludigdo, mengemukakan etika sebagai seperangkat norma, aturan atau
pedoman yang mengatur segala perilaku manusia, baik yang harus dilakukan dan
yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok masyarakat atau segolongan
masyarakat.
14. Martin, mengemukakan bahwa etika ialah suatu disiplin ilmu yang berperan sebagai
acuan atau pedoman untuk mengontrol tingkah laku atau perilaku manusia.
B. Pengertian Etiket
Etiket adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau
berkelompok dengan manusia lain. Etiket berkaitan dengan nilai sopan santun, tata krama
dalam pergaulan formal. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya
hidup di sebuah pulau terpencil atau di tengah hutan. Etiket berasal kata dari Etiquette
(Perancis) yang berarti dari awal suatu kartu undangan yang biasanya dipergunakan
semasa raja-raja di Perancis mengadakan pertemuan resmi, pesta dan resepsi untuk
kalangan para elite kerajaan atau bangsawan. Dalam pertemuan tersebut telah ditentukan
atau disepakati berbagai peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi, seperti cara
berpakaian (tata busana), cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara bertamu
dengan si kap serta perilaku yang penuh sopan santun dalam pergaulan formal atau
resmi3.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata “etiket”4, yaitu:
Ada empat macam perbedaan sangat penting antara etika dan etiket (K. bertens, 1993 hal
9-11), yaitu:
1. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Di antara beberapa
cara yang mungkin, etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya, cara yang
diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Misalnya, jika
menyerahkan sesuatu kepada orang lain apalagi yang lebih tua, harus
menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Dianggap melanggar etiket,
bila orang menyerahkan sesuatu dengan tangan kiri. Tetapi etika tidak terbatas pada
cara dilakukannya suatu perbuatan; etika member norma tentang perbuatan itu
sendiri. Etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan ya atau
tidak. Jika A menyerahkan amplop kepada B dengan cara amat sopan (dengan tangan
kanan), tapi B adalah seorang hakim dan A adalah orang yang mempunyai perkara di
pengadilan dan amplop berisikan uang yang diberikan untuk menyuap hakim
tersebut, perbuatan ini sangatlah tidak etis, meskipun dari sudut etiket dilakukan
secara sempurna.
2. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang lain hadir atau tidak ada
saksi mata, etiket tidak berlaku. Misalnya, ada banyak peraturan etiket yang mengatur
cara makan atau berpakaian. Dianggap melanggar etiket, bila makan sambil berbunyi
3
http://ike-wahyu.mhs.narotama.ac.id/2012/10/08/pengertian-etika-etiket-moral-norma/
4
http://hana-cahyani.mhs.narotama.ac.id/files/2011/12/Etika-Bisnis.pdf
atau dengan meletakkan kaki di atas meja. Tapi kalau makan sendiri, tidak melanggar
etiket, bila makan dengan cara demikian. Sebaliknya, etika selalu berlaku, juga kalau
tidak ada saksi mata. Etika tidak tergantug pada hadir tidaknya orang lain. Jika
sesudah makan direstoran, kabur tanpa membayar, berlaku tidak etis, juga bila tidak
diketahui oleh pemilik. Larangan untuk mencuri selalu berlaku, entah ada orang lain
hadir atau tidak. Barang yang dipinjam selalu harus dikembalikan, juga jika
pemiliknya sudah lupa.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja
dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Contohnya, makan dengan tangan atau
bersendawa waktu makan. Lain halnya dengan etika. Etika jauh lebih absolute.
“Jangan mencuri”, “jangan berbohong”, “jangan membunuh”merupakan prinsip-
prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar atau mudah diberi “dispensasi.”
4. Jika kita bicara tentang etiket, kita hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja,
sedang etika manyangkut manusia dari segi dalam. Bisa saja orang tampil sebagai
“musang berbulu ayam”: dari luar sangat sopan dan halus,tapi dia dalam penuh
kebusukan. Tidak merupakan kontradiksi, jika seseorang selalu berpegang pada etiket
dan sekaligus bersikap munafik, sebab seandainya dia munafik, hal itu dengan
sendirinya berarti ia tidak bersikap etis. Disini memang ada kontrakdiksi. Orang yang
bersikapetis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.
C. Pengertian Moral
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang
sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka
secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut
sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan, adat. Dengan kata lain, kalau arti kata
’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan
norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja
yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan
bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap
perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam
masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral buruk, artinya
orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik. ‘Moralitas’
(dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’,
hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi
moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat
moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk5.
Kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Bidang
moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikkannya sebagai manusia.
Norma-norma moral adalah tolak ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan
tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai
pelaku peran tertentu dan terbatas. Ada banyak macam norma, diantaranya yaitu norma
khusus dan norma umum. Norma khusus hanya berlaku dalam bidang atau situasi khusus.
Sedangkan norma umum terbagi menjadi tiga macam, yaitu: norma-norma sopan-santun,
norma-norma hukum, dan norma-norma moral. Norma-norma sopan-santun menyangkut
sikap lahiriah manusia. Meskipun sikap lahiriah dapat mengungkapkan sikap hati dan
karena itu mempunyai kualitas moral, namun sikap lahiriah sendiri tak bersifat moral.
Norma-norma hukum adalah norma-norma yang dituntut dengan tegas oleh masyarakat
karena dianggap perlu demi keselamatan dan kesejahteraan umum. Norma hukum adalah
norma yang tidak dibiarkan dilanggar. Dan norma-norma moral adalah tolak-tolak ukur
yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang (Franz Magnis Suseno,
1987 hal 19).
5
http://hana-cahyani.mhs.narotama.ac.id/files/2011/12/Etika-Bisnis.pdf
6
http://www.smknperkapalan.net/ebook/view.php?file=Meteri+VEDC/semester+6/Pert+1/
Etika+Profesi/Tinjauan+Umum+Etik.pdf
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Di era modern ini, perkembangan budaya dan perkembangan tekhnologi sangat
mempengaruhi dalam pembentukan etika, etiket, dan moral yang baik. Karena mereka
tidak memanfaatkan perkembangan tersebut menjadi hal positif yang berguna, tapi
menjadi hal negatif yang merugikan, bukan hanya merugikan diri sendiri melainkan
merugikan orang yang ada di sekeliling kita dan lebih luasnya merugikan bangsa dan
Negara.
B. Saran
Dengan diselesaikannya makalah pengertian etika, etiket dan moral ini,
diharapkan baik pembaca maupun penyusun dapat menerapkan etika, etiket dan moral
yang sesuai di dalam kehidupan bermasyarakat. Pembaca maupun penyusun dapat
memanfaatkan perkembangan budaya dan perkembangan tekhnologi menjadi hal positif
bukan hanya hal negatif saja. Selain itu, juga tidak ikut terpengaruh dalam perkembangan
budaya dan perkembangan tekhnologi.
DAFTAR PUSTAKA