2. Fikry Haikal
3. Habibul Ahir
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu
Manajemen tentang “Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen”.
Adapun tentang “Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen” ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin untuk disusun dengan rapi dan benar dan tentunya dengan cara kerja
kelompok sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini serta menyelesaikannya
tepat waktu dan kami sendiri mengapresiasi akan hal itu.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah “Sejarah
Perkembangan Ilmu Manajemen” ini.
Kelompok penulis
I
DAFTAR ISI
II
ABSTRAK
Ilmu manajemen merupakan salah satu disiplin ilmu social. Dan seperti diketahui mengalami
perkembangan terus hingga saat ini yang didukung oleh aliran klasik, aliran hubungan
manusiawi, dan aliran modern. Namun jika dilihat peradabannya ilmu manajemen telah
dipraktikkan sejak zaman Nabi Adam as hingga terus dikembangkan beriringan dengan
ajaran islam yang mendorong islam dalam puncak kejayaannya. Di Indonesia ilmu
manajemen juga berkembang dengan mengikuti perilaku masyarakatnya dan seminar atau
diskusi yang dilakukan dalam membantu permasalahan yang terjadi Indonesia. Dengan
demiakian diharapkan dalam penulisan ini bisa membantu khalayak umum memahami
berbagai teori dan pandangan ahli manajemen yang pada isi penulisan ini telah menjawab
pokok pembahasan dengan cukup jelas.
Kata kunci : ilmu manajemen, islam, Indonesia.
BAB 1
PENDAHULUAN
Dan seperti diketahui ilmu manajemen berkembang terus hingga saat ini. Ilmu
manajemen memberikan pemahaman kepada kita tentang pendekatan ataupun tata cara
penting dalam rneneliti, menganalisis dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan manajer.
Oleh karena itu masalah ini berisikan uraian tentang perkembangan (evolusi), teorii
manajemen dari masa ke masa secara umum dan baik di indonesia maupun dalam
peradaban islam. Selain memberikan gambaran bagaimana aliran pikiran masa lalu
diharapkan tulisan ini dapat memberikan sumbangan terhadap ruang lingkup dan
perkembangan ilmu manajemen.
Tulisan ini juga membahas tentang terjadinya perkembangan (evolusi) ilmu manajemen.
Dimana dalam ilmu manajemen dikemukakan ada beberapa aliran sebagai dasar
pemikiran yang dibagi berdasarkan aliran klasik, aliran hubungan manusiawi dan
III
manajemen modern yang merupakan cikal bakal teori manajemen yang berkembang
terus dengan berbagai aliran lainnya. Dan dalam islam sendiri juga telah memunculkan
pemikiran-pemikirannya dari sejak Allah SWT menurunkan risalahnya kepada Nabi
Muhammad SAW lalu dilanjutkan dengan sahabat-sahabatnya.
IV
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Adanya kelompok manusia, yaitu kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih.
4. Adanya tujuan
2. Kemajuan teknologi
3. Saingan baru
4. Tuntutan masyarakat
5. Kebijaksanaan pemerintah
1
Pada kenyataannya rnanajemen sulit dedifenisikan karena tidak ada defenisi
manajemen yang diterima secara universal. Mary Parker Follet mendefenisikan
manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Defenisi ini
rnengandung arti bahwa para manajer untuk mencapai tujuan organisasi melalui
pengaturan orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin dilakukan.
Manajemen memang bisa berarti seperti itu, tetapi bisa juga mempunyai pengertian lebih
dari pada itu. Sehingga dalam kenyataannya tidak ada defenisi yang digunakan secara
konsisten oleh semua orang. Stoner mengemukakan suatu defenisi yang lebih kompleks
yaitu sebagai berikut :
Dari defenisi di atas terlihat bahwa Stoner telah rnenggunakan kata "proses", bukan
"seni". Mengartikan manajernen sebagai "seni" mengandung arti bahwa hal itu adalah
kemampuan atau ketrampilan pribadi. Sedangkan suatu "proses" adalah cara sistematis
untuk rnelakukan pekerjaan. Manajemen didefenisikan sebagai proses karena semua
manajer tanpa harus rnemperhatikan kecakapan atau ketrampilan khusus, harus
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan dalam pencapaian tujuan yang
diinginkan.
Setiap pandangan mungkin berguna untuk berbagai masalah yang berbeda-beda. Ada
tiga aliran pemikiran manajemen yaitu :
a. Aliran klasik
2
c. Aliran manajemen modern
3
2. Pekerjaan diseleksi secara ilmiah dengan rnenempatkan pekerjaan yang cocok untuk
satu pekerjaan.
3. Adanya kerja sarna sesama pekerja, dan bukan bekerja secara individual.
Henry Fayol mengarang buku "General and Industrial management". Pada tahun
1916, dengan sebutan teori manajemen klasik yang sangat memperhatikan produktivitas
pabrik dan pekerja, disamping memperhatikan manajemen bagi satu organisasi yang
kompleks, sehingga beliau menampilkan satu metode ajaran manajemen yang lebih utuh
dalam bentuk cetak biru. Fayol berkeyakinan keberhasilan para manajer tidak hanya
ditentukan oleh mutu pribadinya, tetapi karena adanya penggunaan metode manajemen
yang tepat. Sumbangan terbesar dari Fayol berupa pandangannya tentang manajemen
yang bukanlah semata kecerdasan pribadi, tetapi lebih merupakan satu keterampilan
yang dapat diajarkan dari dipahami prinsip-prinsip pokok dan teori umumnya yang telah
dirumuskan. Fayol membagi kegiatan dan operasi perusahaan ke dalam 6 macam
kegiatan :
4
a. Teknis (produksi) yaitu berusaha menghasilkan dan membuat barang-barang produksi.
b. Dagang (Beli, Jual, Pertukaran) dengan cara mengadakan pembelian bahan mentah
dan menjual hasil produksi.
d. Keamanan (perlindungan harga milik dan manusia) berupa melindungi pekerja dan
barang-barang kekayaan perusahaan.
e. Akuntansi dengan adanya pencatatan dan pembukuan biaya, utang, keuntungan dan
neraca, serta berbagai data statistik.
Selain hal-hal pokok diatas, masih ada beberapa ajaran Fayol lainnya yaitu :
1. Keterampilan yang dibutuhkan oleh manajer tergantung kepada tempat pada
tingkatan organisasi, yang lebih rendah membutuhkan keterampilan dan kemampuan
teknis dibandingkan dengan keterampilan manajerial pada manajer tingkat atas.
5
3. Kernampuan dan keterampilan manajemen dapat diterapkan pada segala bentuk dan
jenis organisasi, seperti rumah tangga, pemerintah, partai, industri dan lainlain.
Teori peralihan dari teori organisasi klasik dilanjutkan oleh periode peralihan yang
diwakili antara lain oleh 3 (tiga) orang tokoh manajemen yaitu : Mary Parker Folett,
Oliver Sheldon, ChesterL. Barnard.
Mary percaya bahwa adanya hubungan yang harmonis antara karyawan dan
manajemen berdasar persamaan tujuan, namun tidak sepenuhnya benar untuk
memisahkan atasan sebagai pemberi perintah dengan bawahan sebagai penerima
perintah. Beliau menganjurkan kedudukan kepemimpinan dalam organisasi, bukan
hanya karena kekuasaan yang bersumber dari kewenangan formil, tapi haruslah berasal
dari pada pengetahuan dan keahliannya sebagai manajer.
1. Hugo Munsterberg (1863 -1916) yaitu Bapak Psikologi Industri. Sumbangannya yang
terpenting adalah berupa pernanfaatan psikologi dalam mewujudkan tujuan-tujuan
produktivitas sarna seperti dengan teori-teori manajemen lainnya. Bukunya
"Psychology and Indutrial Efficiency", ia memberikan 3 cara untuk meningkatkan
produktivitas:
a. Menempatkan seorang pekerja terbaik yang paling sesuai dengan bidang pekerjaan
yang akan dikerjakannya.
6
b. Menciptakan tata kerja yang terbaik yang memenuhi syarat-syarat psikologis untuk
memaksimalkan produktivitas.
c. Menggunakan pengaruh psikologis agar memperoleh dampak yang paling tepat dalam
mendorong karyawan.
Dalam pendidikan dan pelatihan bagi para manajer dirasa semakin pentingnya
"people management skills” daripada "engineering atau technicall skills”, Sehingga
konsep dinamika kelompok dalam praktek manajemen lebih penting daripada
manajemen atas dasar kemampuan perseorangan (individu).
Walaupun demikian ada beberapa kelemahan temuan Mayo yang dinyatakan oleh
orang orang yang beranggapan kepuasan karyawan bersifat kompleks, karena selain
ditentukan oleh lingkungan sosial, juga oleh faktor-faktor lainnya yaitu tingkat gaji, jenis
pekerjaan, struktur dan kultur organisasi, hubungan karyawan manajemen dan lain-lain.
Gerakan hubungan manusia terus berkembang dengan munculnya pemikiran-pemikiran
lain yang juga tergolong dalam aliran perilaku yang labih maju.
7
Teori Mayo ini pun kemudian lebih ditingkatkan dengan pendapat bahwa rnanusia
tidak hanya didorong oleh berbagai kebutuhan yang dikenal dengan konsep "complex-
man". Karena tidak ada dua orang yang persis sama, oleh sebab itu seorang manajer yang
efektif akan berusaha mempelajari kebutuhan-kebutuhan setiap individu yang terkait
dalam organisasinya agar dapat mempengaruhi individu tersebut.
3. William Ouchi (1981) William Ouchi, dalam bukunya "theory Z -How America
Business Can Meet The Japanese Challenge (1981)", memperkenalkan teori Z pada
tahun 1981 untuk menggambarkan adaptasi Amerika atas perilaku Organisasi Jepang.
Teori beliau didasarkan pada perbandingan manajemen dalam organisasi.
Sumbangan para ilmuan yang beraliran hubungan manusiawi ini terlihat dalam
peningkatan pemahaman terhadap motivasi perseorangan, perlaku kelompok, ataupun
hubungan antara pribadi dalam kerja dan pentingnya kerja bagi manusia. Para manajer
diharapkan semakin peka dan terampil dalam menangani dan berhubungan dengan
bawahannya. Bahkan muncul berbagai jenis konsep yang lebih mengaji pada masalah
masalah kepemimpinan, penyelesaian perselisihan, memperoleh dan memanfaatkan
kekuasaan, perubahan organisasi dan konsep komunikasi.
Walaupun demikian aliran ini tidak bebas dari kritikan, karena di samping terlalu umum ,
abstrak dan kompleks, sukar sekali bagi manajer untuk menerangkan tentang perilaku
manusia yang begitu kompleks dan sukar memilih nasehat ilmuwan yang mana yang
sebaiknya harus dituruti dalam mencapai solusi di dalam perusahaan.
8
teknik ilmu manajemen ini membantu para manajer organisasi dalam berbagai kegiatan
penting, seperti dalam hal penganggaran modal, manajemen cash flow, penjadwalan
produksi, strategi pengembangan produksi, perencanaan sumber daya manusia dan
sebagainya. Aliran ini juga memiliki kelemahan karena kurang memberi perhatian
kepada hubungan manusia. Oleh karena itu sangat cocok untuk bidang perencanaan dan
pengendalian, tetapi tidak dapat menjawab masalah-masalah sosial individu seperti
motivasi, organisasi dan kepegawaian. Konsep dari aliran ini sebenarnya sukar
dipahami oleh para manajer karena dapat menyangkut kuantitatif sehingga para
manajer itu merasa jauh dan tidak terlibat dengan penggunaan teknik-teknik ilmu
manajemen yang sangat ilmiah dan kompleks.
Maka dari proses ini kita dapat melihat perkembangan teori manajemen terus
berkembang hingga saat ini yang dilihat dari lima sisi yaitu :
1. Dominan, yaitu aliran yang muncul karena adanya aliran lain. Pengkajian dari masing
masing aliran masih dirasakan bermanfaat bagi pengembangan teori manajemen.
3. Konvergensi, yang menampilkan aliran dalam satu bentuk yang sarna sehingga batas
antara aliran menjadi kabur. Perkembangan seperti inilah yang sudah terjadi sekalipun
bentuk pengembangannya tidak seimbang karena masih terlihat bentuk dominan dari satu
rnazhab terhadap yang lain.
4. Sintesis, berupa pengembangan menyeluruh yang lebih bersitat integrasi dari aliran
aliran seperti yang kemudian tampil dalam pendekatan sistem dan kontingensi.
1.
Dalimunthe, R, F., Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen, © 2 0 0 3 Digitized by USU digital library,
Sumber internet ; https://www.academia.edu/download/34852874/sejarah_manajemen.pdf
9
2.2 Perkembangan Ilmu Manajemen Dalam Islam
Sebagai sebuah praktik kerja sama antara dua atau beberapa orang, maka manajemen
telah lama dikenal manusia. Bahkan dapat dikatakan, bahwa manajemen ada sejak
adanya dua manusia di bumi ini. Karena itu, manajemen tertua yang dipraktikkan oleh
manusia adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Adam as. ketika mengatur dan
membagikan pekerjaan di antara anak-anaknya sesuai dengan watak dan tabiatnya
masing-masing. Habil yang berperasaan halus dan penyayang diberi tugas beternak
sementaranya Qabil yang berperawakan kasar dan keras diberi tugas bertani atau
berkebun bercocok tanam dan merambah hutan. Sedangkan anak perempuannya diberi
tugas-tugas memasak, merawat dan membersihkan rumah serta tugas-tugas domestic
lainnya.2
Begitu juga manajemen yang dilakukan oleh Nabi-Nabi yang datang sesudah Nabi
Adam as., seperti Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as, Nabi Isa as, sampai ke
Nabi terakhir Muhammad Saw. Salah satu, karya Nabi-Nabi tersebut yang bersifat pisik
dan paling monumental adalah Ka‟bah yang dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim
bersama Nabi Ismail as.
Setelah berlalu masa yang begitu panjang, maka dicoba menyusun manajemen
sebagai suatu ilmu pengetahuan yang dilakukan pada pertengahan abad ke-19 M. Para
ahli menganggap bahwa manajemen ilmiah ini lahir dari peradaban Barat. Kelahirannya
dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan untuk mengatur hubungan kerja sama antara
individu dengan individu lainnya dalam masyarakat secara umum khususnya dalam
lapangan bisnis.
Boleh jadi anggapan ini ada benarnya dari sisi menyusunnya sebagai sebuah disiplin
ilmu. Akan tetapi, manajemen sebenarnya telah lama diterapkan dalam dunia Islam,
bahkan ketinggian manajemen telah mengantarkan umat Islam menduduki tempat tinggi
dalam hal peradaban di dunia ini selama belasan abad. Hanya saja, sebagai sebuah
pengelolaan atau pengaturan kerja sama, maka sepanjang sejarah Islam tidak dianggap
sebagai sesuatu yang penting untuk dijadikan disiplin ilmu yang dikaji secara terpisah.
Manajemen pada waktu itu menyatu dalam pelaksanaan syariat dalam kehidupan Islam.
2.
Arifin, Bey. 1996. Rangkaian Cerita dalam al-Qur’an. Cet. 15; Jakarta: alMaarif.
10
Beberapa jejak sejarah yang penting diungkap untuk menunjukkan kehadiran manajemen
dalam peradaban Islam dapat dikemukakan sebagai berikut:
Praktek manajemen yang paling menonjol di zaman Rasulullah Saw. terlihat ketika
setelah hijrah dari Mekah ke Madinah. Adapun selama di Mekkah, manajemen
Rasulullah Saw. lebih banyak terarah pada pelaksanaan dakwah. Secara umum, dakwah
di Mekah meliputi dua tahap, yakni: pertama, dakwah sirriyah (sembunyi) yang
dilakukan sejak masa bi’ṡah (pengangkatan sebagai Rasul) sampai hijrah ke Madinah.
Dengan penuh kecermatan, Nabi Saw melakukan dakwah secara individu dan
tersembunyi. Hal ini menjadi kemestian mengingat gagasan yang dibawa oleh Nabi
Saw adalah sesuatu yang baru bagi masyarakat Quraisy. Seandainya Islam yang dibawa
oleh Nabi langsung disampaikan secara terbuka dan terang-terangan bisa jadi ia akan
mati sebelum tersebar karena pasti mendapat perlawanan sengit sementara belum ada
orang-orang yang siap menjadi pengembannya.
Setelah terjadinya pristiwa Isra‟ dan Mi‟raj, Nabi Saw mulai menempuh tahapan baru
dalam dakwahnya yang lebih bersifat politis, yakni mencari himayah (perlindungan dan
dukungan) dari para tokoh terkemuka baik di Mekah maupun di luar Mekah. Di Mekah,
aktivitas ini dilakukannya sendiri, sementara di luar Mekah, terutama di Madinah
ditugaskan kepada Mushab bin Umair untuk melakukannya sampai ia berhasil
mendapatkan dukungan politik bahkan militer dari Madinah. Dengan dukungan penuh
itulah, maka Nabi Saw melakukan persiapan hijrah.
Dari pristiwa hijrah, terlihat betapa manajemen yang dilakukan oleh Rasulullah sangat
matang. Karena di malam terjadinya hijrah, orang Quraisy merencanakan pembunuhan
11
terhadap Nabi agar jangan sampai hijrah, maka perencanaannya dipersiapkan antara
Nabi Saw dengan Abu Bakar ra. Pembagian tugas pun dilakukan dengan beberapa
petugas yan terdiri dari anak-anak Abu Bakar dan beberapa orang yang terlibat. Mulai
dari penunjuk jalan, yang menangani logistik untuk perjalanan dan selama
persembunyian di Gua Hira, pemonitor berita dan pergerakan Quraisy sampai penunjuk
jalan yang disewa dari orang yang berpengalaman.
Periode setelah hijrah dimana umat Islam telah memiliki kekuatan dengan berdirinya
Daulah Islam dengan Nabi Saw sebagai kepala negaranya. Dalam aspek
ketatanegaraan, Nabi Saw. Mengorganisasi kepemimpinannya menjadi beberapa
jawatan dan wilayah (kewalian) yang dipimpin oleh seorang wali dan keamilan yang
dipimpin oleh seorang amil. Untuk keperluan musyawarah, Nabi Saw menempatkan
posisi sahabatsahabat senior sebagai anggota Majlis Syūrā, di antaranya: Abu Bakar,
Umar, Ali, Hamzah, Ja‟far Raḍiya Allāhu ‘anhum.
Dalam negeri, Nabi Saw menerapkan Islam secara menyeluruh dalam semua lapangan
kehidupan. Terhadap nonmuslim, dilakukan pengaturan bahwa semua nonmuslim yang
bersedia tinggal dalam naungan Islam diperlakukan sebagai ahl zimmi dengan hak dan
kewajiban sama dengan umat Islam, kecuali mereka bebas dari kewajiban membayar
zakat dan jihad. Terkait urusan luar negeri, Nabi Saw. menetapkan politik dakwah dan
jihad. Bentuk hubungan luar negeri adalah dalam rangka melakukan dakwah mengajak
kepada Islam. Jika mereka menolak, mereka dibiarkan dan ditawarkan untuk bergabung
dengan wilayah Islam dengan tetap pada agama mereka masing-masing. Jika mereka
juga menolak, maka mereka diperlakukan sebagai ahl al-harb dan boleh diperangi
sampai mereka tunduk secara militer.
2. Zaman Khulafaurrasyidin
Era Khulafaurrasyidin diawali oleh Abu Bakr al-Shiddiq yang memerintah selama dua
tahun (632-634 M), dilanjutkan oleh Umar bin aKhattab selama sepuluh tahun (634 644
M), Utsman bin Affan selama dua belas tahun (644-656 M) dan Ali bin Abi Thalib
selama lebih empat tahun (656-661 M). Kondisi di zaman Khulafaurrasyidin tidak jauh
berbeda dengan di zaman Nabi saw. Para khalifah pada umumnya hanya mengikut apa
yang ditinggalkan oleh Nabi Saw, sehingga masa pemerintahan mereka juga dinamakan
khilāfah ‘alā minhaj al-Nubuwwah (pemerintahan yang tegak di atas manhaj kenabian).
12
Pada masa Khulafaurrasyidin, wilayah Islam semakin luas. Meliputi seluruh jazirah
Arab, wilayah Syam, sebagian Afrika dan Eropa. Wilayah yang luas itu diorganisasi
menjadi beberapa wilayah dan dipimpin oleh seorang wali, baik wāli shalat (memimpin
shalat dan sebagai simbol tugas mengurusi kepemimpinan/pemerintahan) maupun wāli
māl (hanya mengurusi zakat dan urusan harta lainnya).
Dari segi manajemen pemerintahan, terlihat banyak hal menonjol di masa Umar bin
Khattab. Di masa Umar, pertama kali Bayt al-Māl dipisahkan dari masjid,
dilembagakan dan ditunjuk pengelola khusus agar dapat dikelola secara rapi. Selain itu,
Umar juga menunjuk pelaksana pengadilan yang terpisah dari tangan khalifah.3
Khalifah membentuk lembaga peradilan dan menunjuk Qadhi untuk memutuskan
perkara atau perselisihan di masyarakat. Selain itu, juga ditunjuk Qadhi Hisbah yang
bertugas mengawasi dan memelihara ketertiban dan menjamin hak hak masyarakat.
Pasca Khulafaurrasyidin terdapat tiga kepemimpinan dalam kurun waktu yang sangat
lama, yakni diawali oleh kepemimpinan dari keluarga Bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus (661-750 M), Bani Abbasiyah yang berpusat di Bagdad (750-1258 M), dan
Bani Utsmaniyah yang berpusat di Istambul Turki (1258-1924 M).
Selain itu, perubahan mekanisme pemilihan calon khalifah dengan sistem pewarisan
dari khalifah sebelumnya, mirip dengan sistem putra mahkota dalam pemerintahan
kerajaan. Meskipun demikian, metode baku pengangkatan khalifah dengan bai‟at tidak
mengalami perubahan.
3.
Abdullah, Ma‟ruf. 2012. Manajemen Berbasis Syariah. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Hlm. 7
4.
Abdullah, Ma‟ruf. 2012. Manajemen Berbasis Syariah. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Hlm. 11
13
Meskipun dari aspek pemerintahan banyak keburukannya terutama dari aspek
nepotisme, tetapi juga terdapat banyak kemajuan yang dicapai. Sebagai contoh dalam
penyelenggaraan pemerintahan di masa kepemimpinan Bani Umayyah bersifat Arabic
centris, yakni mengutamakan para pejabat dari bangsa Arab sehingga simbol-simbol
Islam yang memang tidak bisa dipisahkan dari Arab tetap terjaga. Di masa ini, banyak
berkembang ilmu-ilmu syariat, terutama dan hadis dan fiqhi. Di masa inilah terjadi
puncak kemajuan ilmu hadis ditandai lahirnya imam-imam hadis.
Masa yang paling terkenal di era pemerintahan Bani Umayyah adalah ketika Umar bin
Abd Aziz menjadi khalifah. Selama dua tahun memimpin dengan manajemen
pemerintahan yang berbasis pelayanan masyarakat berhasil membawa masyarakat
mencapai kesejahteraan yang maksimal. Khalifah menerapkan perhitungan harta
kekayaan bagi pejabat dan pegawai negara. Pegawai negara yang terindikasi
mendapatkan kekayaan yang tidak wajar diwajibkan untuk mengembalikan ke kas
negara. Hal itu dimulai dari diri khalifah dengan keluarganya dengan mengembalikan
semua perhiasan yang diberikan oleh kahlifah sebelumnya.
5.
Fachruddin, Fuad Mohd. 1985. Perkembangan Kebudayaan Islam. Cet. 1; Jakarta: Bulan Bintang. Hlm. 51
14
mengundang seluruh insinyur terkenal untuk membuatkan gambar sebuah kota yang
indah, aman dari banjir dan sebagai pelindung dari musuh. Para insinyur itu kemudian
menggambar di atas tanah datar dengan menggunakan pasir, lalu diletakkan di atasnya
bola-bola dari kapas yang kemudian disiram dengan minyak lalu dibakar sehingga
terlihat jelas gambaran proyek yang akan dibangun.6 Setelah perencanaan proyek
selesai, pembangunan pun dimulai dengan mendatang ribuan pekerja ahli dari berbagai
daerah. Bentuk kota yang dibangun membentuk setengah lingkaran yang saling
berhadapan. Dalam setiap kelompok pemukiman masyarakat dibangun fasilitas sanitasi,
pengolahan sampah, lembaga pendidikan, masjid, dan pasar, serta pusat layanan
masyarakat yang semuanya relatif dekat dan dapat dijangkau dengan berjalan kaki.
Salah satu yang menonjol juga dalam aspek manajemen pemerintahan adalah
dilembagakannya al-ẖisbah (pemeliharaan hak-hak umum masyarakat). Al-hisbah
sebenarnya sudah ada sejak masa Khulafaurrasyidin, tetapi ditingkatkan lagi
manajemennya pada masa ini. Al-hisbah merupakan lembaga kontrol yang bertugas
menyelesaikan persoalan publik, menjaga ketertiban, menjaga adab dan tata krama,
mengawasi pelaksanaan pasar agar sesuai prinsip-prinsip syariah dan melaksanakan
amar ma’ruf nahi ‘an al-mungkar secara umum.7
6.
Fachruddin, Fuad Mohd. 1985. Perkembangan Kebudayaan Islam. Cet. 1; Jakarta: Bulan Bintang. Hlm. 75
7.
Abdullah, Ma‟ruf. 2012. Manajemen Berbasis Syariah. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Hlm. 7
8.
Fachruddin, Fuad Mohd. 1985. Perkembangan Kebudayaan Islam. Cet. 1; Jakarta: Bulan Bintang. Hlm. 85
15
ketinggian peradaban. Tidak ketinggalan bangsa Barat Kristen waktu itu juga ikut
menimba ilmu di negeri kaum muslimin lalu pulang ke kampungnya dan
mengembangkan ilmu-ilmu itu sampai terjadinya kebangkitan mereka dalam bidang
ilmu pengetahuan dan industry (renaisance).
Pada zaman Abbasiyah inilah yang dikenal dalam sejarah sebagai zaman emas
kemajuan ilmu pengetahuan, sekaligus sebagai jembatan emas yang menghubungkan
peradaban sebelum masehi dengan peradaban manusia modern. Namun, pemerintahan
dengan segala kemajuannya mengalami stagnasi setelah pusat pemerintahan di Bagdad
dilumpuh oleh pasukan Mongol pada tahun 1258 M. Setelah itu, pemerintahan Islam
tidak lagi sehebat sebelumnya karena telah dilanda konflik kepentingan dan perebutan
kekuasaan di kalangan elit sampai datangnya masa pemerintahan dari kalangan Bani
Utsmaniyah di Turki.
Singkat cerita setelah berakhirnya pemerintah utsmaniyah pada tanggal 3 maret 1924,
maka negeri-negeri muslim terpecah menjadi banyak Negara karena serangan dari
penjajah barat. Walaupun secara de facto manajemen pemerintahan di pegang oleh
kaum muslimin sendiri tapi karena penjajah akhirnya terpengaruh teori-teori
manajemen barat dan maka dari itu corak manajemen islam pun sedikit mengalami
perubahan dengan prakteknya berkembang dengan pola secular artinya terjadi
pemisahan antara nilai-nilai agama dengan ilmu pengetahuan, karena dari itu semua
akibat dilupakannya kontribusi-kontribusi islam yang pada hakikatnya ilmu manajemen
telah ada sejak peradaban islam itu sendiri.9
9.
Basri, H, & Mansur., Manajemen: Sejarah Dan Penerapannya Dalam Dakwah, Al-Munzir, Vol. 12, No. 2,
2019. DOI: http://dx.doi.org/10.31332/am.v12i2.1480
16
1) Tahun 1950-1957
Selama periode ini, Konsep dari manajemen di Indonesia adalah secara kuat
dipengaruhi oleh ilmuwan-ilmuwan Belanda yang mengajar pada universitas-universitas
di Indonesia. Manajemen pada masa ini dianggap sebagai suatu bagian dari Ekonomi
bisnis yang focus utamanya adalah pada teori-teori nilai dan harga, biaya, dan teori-teori
dalam administrasi dan sistim kontrol yang berhubungan dengan organisasi bisnis.
2) Tahun 1957-1960
Periode ini ditandai oleh memuncaknya perjuangan untuk mendapatkan Irian Jaya dari
Belanda. Segala sesuatu tentang belanda adalah ditolak oleh masyarakat Indonesia dalam
sebuah pernyataan yang diluncurkan oleh Presiden Soekarno. Para profesor Belanda
dikirim pulang dan konsekuensinya ekonomi bisnis jadi terlantar. Selama periode ini,
tidak ada universitas swasta yang tetap bertahan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, para professor Amerika diundang
Universitas Indonesia sebagai sebuah usaha join dengan Universitas California.
Melalui mereka, konsep dari manajemen diperkenalkan dengan membandingkan
prinsip umum yang mana dapat diaplikasikan dalam mengelola sebuah organisasi untuk
mencapai tujuannya. Pendekatan ini memperluas jangkauan dari manajemen sebagai
sebuah ilmu yang menganalisa dan mencari solusi untuk permasalahan yang dihadapi
oleh suatu perusahaan.
3) Tahun 1960-1965
Periode ini dicirikan oleh ketidakstabilan situasi politik. Oleh Presiden Soekarno
diluncurkan suatu slogan sosialisme ala Indonesia.
Pemikiran dan penulisan umum selama periode ini diteliti untuk spesifik karakteristik
Indonesia. Beberapa penulis merujuk pada "Gotonq Royong" sebagai gaya manajemen
Indonesia. Gotong royong menunjukkan solidaritas kelompok dalam masyarakat
tradisional.
Meskipun secara kuat menolak konsep barat, para sarjana tidak secara buta menerima
sistem manajemen sosialisme. Alternatif yang lebih disukai mereka adalah mencari
sebuah sistem manajemen yang relevan dengan kondisi budaya dari Negara tersebut.
4) Tahun 1965-1970
Periode ini adalah periode reformasi sosial dan politik yang terkenal sebagai Orde,
Baru. Pada masa ini beberapa usaha dibuat untuk mempercepat perkembangan dari
Negara yang telah dirusak selama Orde Lama (sebelum 1965). Rehabilitas dan stabilitas
ekonomi adalah kata kunci dari pemerintah Orde Baru.
17
Selama periode ini dihasilkan usaha-usaha untuk menyelesaikan
permasalahanpermasalahan manajerial yang dihadapi oleh Perusahaan Perdagangan
Negara. Denationalisasi penting untuk memberikan kesempatan bagi perusahaan
perusahaan asing untuk investasi di Indonesia. Perusahaan-perusahaan lokal dihadapkan
dengan persaingan keras dari perusahaan asing yang menanamkan investasinya di
Indonesia. Sehingga perkembangan dari teknik-teknik manajemen modern secara pasti
dibutuhkan sehingga para organisasi-organisasi bisnis tersebut dapat dikelola secara
efektif dan efisien.
Selama periode ini para sarjana Indonesia sekali lagi dihadapkan terhadap konsep
manajemen Amerika dan Eropa Utara, teori-teori dan asumsi-asumsinya.
5) Tahun 1970-1997
Perubahan-perubahan pada awal tahun 1970 mempunyai sebuah pengaruh penting
dalam pertumbuhan dari manajemen di Indonesia. Kebutuhan untuk pendekatan-
pendekatan baru dalam manajemen adalah dicirikan oleh munculnya perusahaan-
perusahaan konsultan manajemen. Dekade ini juga dicirikan oleh perubahan-perubahan
yang secara mendadak di dunia internasional.
Selama periode ini, universitas negeri sebagaimana pula universitas swasta, mulai
menghasilkan tenaga kerja manusia untuk bisnis dan industri. Universitas Indonesia
mendirikan Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Ul (LMFEUI) dan lalu diikuti
oleh universitas negeri lainnya yang memberikan kursus-kursus dalam manajemen.
Selama periode ini juga dianjurkan penulisan kasus dalam permasalahan-permasalahan
manajerial Indonesia. Hal ini bukanlah suatu usaha yang mudah untuk menulis kasus
kasus selama tidak ada perusahaan yang dapat menerima ide tersebut. Akan tetapi sejak
tahun 1975 para perusahaan dianggap berperilaku lebih terbuka sejak mereka sangat
menyadari keuntungan dari studi kasus-kasus. Mereka juga secara berangsur-angsur
sadar pentingnya akurasi pernbahasan informasi dalam pengambilan keputusan.
Pendekatan statistik menjadi lebih populer sebagai salah satu alat untuk pengambilan
keputusan.
6) Tahun 1997-1998
Proses yang berkepanjangan dari krisis Indonesia atau tidak kunjungnya titik balik
selama ini disebabkan oleh proses pergantian pemerintahan yang kurang lancar. Kalau
momentum kedatangan IMF digunakan sebagai patokan dimulainya penanganan krisis
secara menyeluruh, maka Indonesia memang mengalami proses yang tersendat-sendat.
18
Bulan Oktober 1997, Januari 1998, April 1998, semuanya merupakan momentum yang
sebenarnya dapat menjadi titik balik. Akan tetapi titik balik ini tidak timbul karena tidak
ada penggantian pemerintahan. Juni 1998 dan seterusnya ada penggantian pemerintahan,
akan tetapi penggantian tersebut oleh pasar dianggap semu, karena Habibie dipandang
sebagai penerus Suharto.
Disisi lain krisis indonesia menyebabkan meningkatnya pengangguran dan
kemiskinan. Selain itu ambruknya ekonomi ini juga meningkatkan kerentanan sejumlah
besar orang Indonesia,terutama penduduk kota besar yang tergantung pada sektor
industri. Tanpa pekerjaan yang mapan, banyak orang yang tak mampu untuk memenuhi
kebutuhan pokok hidup, dan mereka juga tak bisa mengandalkan negara untuk
menyediakan jaminan sosial.
7) Tahun 1999-2004
Proses terjadinya krisis di Indonesia tidak semuanya berdampak negatif, akan tetapi
proses tersebut memberikan aspek positif diantaranya adalah bahwa krisis ini melahirkan
perubahan politik. Dimana penggantian pemerintahan dari Habibie ke Gus Dur Oktober
1999 merupakan pergantian pemerintahan yang lebih mendasar yang menumbuhkan
suatu titik balik. Sayangnya permulaan bagus Oktober 1999 ini kemudian disia-siakan.
Kesempatan adanya titik balik tidak dimanfaatkan dengan konsolidasi pelaksanaan
program secara serius dan konsisten, sehingga proses pemulihan juga tidak berlangsung.
Dalam sejumlah program stabilisasi dan reformasi ekonomi-keuangan dengan bantuan
IMF seperti tertuang dalam letters of intent (LOI, yang sampai September 2000 telah
berjumlah 16, berkali-kali perkonomian nasional nampak seperti diambang perbaikan.
Akan tetapi harapan ini berkali-kali dikecewakan oleh perkembangan yang kemudian
terjadi. Hasil yang mengecewakan ini pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya
konsistensi pelaksanaan program yang telah menjadi kesepakaan pemerintah dengan
lembaga multilateral ini. Tentu hal ini masih dapat diperbandingkan dengan alternative
lain, yaitu melaksanakan program pemulihan dan pembangunan tanpa IMF.
Pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa titik balik tidak secara otomatis
menumbuhkan pemulihan ekonomi, apalagi proses pembangunan yang berkelanjutan.
Dalam krisis yang dialami berbagai negara Asia, dua aspek sangat dominan yang
dianggap menimbulkan krisis adalah lemahnya sektor perbankan dan besarnya pinjaman
dalam valas perusahaan swasta yang tidak sustainable.
19
Setelah 21 bulan pemerintahan Gus Dur, maka terjadi pergantian pemerintahan. Tentu
ada semacam penyesalan, kalau memang akhirnya memilih Megawati, mengapa tidak
dilakukan dua puluh satu bulan yang lalu saja? Tetapi itu sudah merupakan sejarah.
8) Tahun 2004 – sekarang
Pada masa ini adalah merupakan masa dimana dimulainya tatanan sistem perpolitikan
indonesia yang makin demokratis, hal ini dapat dilihat dari sistem pemilihan presiden
dan wakil presiden secara langsung yang diikuti dengan pemilihan lembaga legislative
yang merupakan perwakilan rakyat di parlemen.
Hal ini tentunya memberikan kepercayaan tersendiri bagi masyarakat akan sistim
demokrasi yang dijalankan, dimana selama ini dirasakan hanya sebagai slogan yang
dikenal dengan asas Pemilu yakni LUBER (Langsung, umum, bebas, dan rahasia) juga
menjawab persoalan krisis kepemimpinan yang selama ini melanda bangsa indonesia.
Dengan bergulirnya reformasi disegala bidang terutama bidang pemerintah juga
membawa dampak yang baik akan bangsa indonesia dimata dunia. Kepercayaan dunia
akan indonesia tersebut menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Masyarakat Indonesia secara tradisional dicirikan oleh konsep musyawarah, mufakat dan
gotong royong, dengan orientasi hirarki yang kuat. "Ikut pemimpin" atau bapakism adalah
sebuah ekspresi yang sangat dikenal untuk perilaku ini sejak orang mendapatkan kebutuhan
untuk menghormati orang yang lebih tua dan status yang lebih tinggi karena mereka
dipertimbangkan untuk punya aturan dari "ayah " dalam suatu organisasi.Bapakisme adalah
didasari kepada pertimbangan: umur, kelas, dan loyalitas kepada atasan. Dalam organisasi,
loyalitas adalah lebih penting daripada konsep barat. Untuk orang dalam organisasi, kerja
adalah tidak sernata-mata berarti pencapaian tujuan, tetapi juga membentuk dan menyusun.
suatu keserasian. Hal ini adalah aturan dari "bapak manajer" untuk menjaga keserasian ini,
dimana akumulasi semua kekuasaan.10
Berikut ini adalah profil manager Indonesia menurut hasil temuan Danandjaja (dalam
sulistya:2002) ;11
a. Bagi para Manajer, perusahaan adalah wujud lain dari pemilik, yang patut dihormati dan
dituruti segala kehendaknya dengan taat. Ucapan “terserah bagaimana maunya
perusahaan”! sangat mudah diucapkan oleh Manajer di Indonesia, terutama kalau sedang
10.
Niode, I, Y, Sistem Manajemen Indonesia: Perbandingan Serta Pembelajaran Melalui Manajemen Negara-
Negara Lain Dan Manajemen Internasional, Jurnal Teknologi dan Manajemen Informatika. Volume 6. No. 4
November 2008. ISSN 1693-6604. Fakultas Teknologi Informatika Univ. Merdeka Malang.
11.
Sulistya Rini, Endang. 2002.“ Manajemen Indonesia: Perpaduan Manajemen Barat dan Timur Serta Budaya
Tradisional”, Artikel Manajemen.
20
frustasi. Karena tidak ada ikatan lain kecuali sebagai wadah tempat ia memperoleh
kesempatan kerja, jaminan dan keamanan, maka para Manajer tersebut akan cenderung
untuk keluar dari perusahaannya begitu saja kalau hal-hal tersebut tidak dipenuhi.
b. Bagi para Manajer, pemilik adalah orang yang sampai batas tertentu dapat memberikan
kesempatan memperoleh apa yang dibutuhkannya. Sesuai dengan orientasi vertikalnya,
para Manajer akan menghormati pemilik, dan malah sering menganggapnya sebagai
orang tua yang mempunyai kewajiban dan tanggung jawab moral untuk memelihara anak
buah dan menjamin keberhasilannya.
21
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketiga aliran manajemen yang telah diuraikan di atas ternyata sampai sekarang
berkembang terus. Aliran hubungan manusiawi dan ilmu manajemen memberikan
pendekatan yang penting dalam meneliti, menganalisis dan memecahkan masalah
masalah manajemen. Demikian pula aliran klasik yang telah berkembang ke arah
pemanfaatan hasil-hasil penelitian dari aliran lain dan terus tumbuh menjadi pendekatan
baru yang disebut pendekatan sistem dan kontingensi.
Aliran klasik dikenal dengan pendekatan proses dan operasi manajemen. Dengan
terjadinya proses perkembangan yang saling berkaitan di antara berbagai aliran ini, maka
kemudian sudah sulit untuk terlalu membedakan dan memisahkan antara aliran-aliran ini
Namun jika dimengerti lebih dalam sebenarnya aliran teori manajemen yang digagas
oleh barat belum setua yang dibayangkan usianya dibanding dengan pengetahuan
manajemen yang telah ada sejak manusia ada yaitu dari prakti yang dilakukan oleh nabi
Adam AS dalam mendidik anak-anaknya dan kemudian perkembangannya turun hingga
peradaban islam yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW yang contohnya seperti proses
dakwah islam yang dilakukannya dengan sembunyi-sembunyi lalu terang-terangan dan
pendirian berbagai lembaga kemasyarakatan maupun pemerintahan dan dilanjutkan oleh
para sahabatnya yang membuatnya islam dalam kejayaannya hingga dinasti ustmaniyah
namun setelahnya mengalami kemunduran karena wilayah kekuasaan islam tidak
menjadi satu induk lagi yang disebabkan oleh penjajah barat yang memecahnya menjadi
Negara-negara berbeda maka dari itu manajemen islam sedikit mengalami perubahan
karena bauran teori yang memisahkan nilai-nilai agama dengan ilmu pengetahuan.
Dari uraian diatas bisa dilihat pada dasarnya perkembangan ilmu manajemen di
Indonesia terus mengalami perkembangan mengikuti perilaku masyarakatnya dan atas
hal banyaknya seminar-seminar yang dilakukan oleh universitas di Indonesia dalam
membantu permasalahan yang terjadi di Indonesia.
22
Maka akhirnya dari aliran-aliran dan teori-teori yang dipaparkan diatas dapat menjadi
pembelajaran bagi para manajer dalam menghadapi berbagai situasi. Disamping itu
seorang manajer dapat saja menggabungkan dan memanfaatkan teori dan konsep yang
paling cocok atau pendekatan untuk menghadapi masalah sederhana maupun yang
kompleks dan pendekatan-pendekatan ini yang menggambarkan kedudukan dan peranan
manajemen saat ini dan di masa datang.
3.2 Saran
Alhamdulillahirabbil‟aalamiin, sebagai manusia yang hidup di dunia ini, hendaklah kita
selalu mempunyai angan untuk selalu haus akan ilmu pengetahuan, dari ilmu kita bisa
melakukan hidup ini dengan sebaik- baiknya. Adapun dengan selesainya penulisan
makalah ini, semoga bisa bermanfaat untuk pembelajaran ilmu manajemen nantinya.
Aamiin. Mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
ketrampilan dalam menyusun kebahasaannya. Penulis banyak berharap para pembaca sudi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi menjadi lebih
baiknya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Bey. 1996. Rangkaian Cerita dalam al-Qur’an. Cet. 15; Jakarta: alMaarif.
Fachruddin, Fuad Mohd. 1985. Perkembangan Kebudayaan Islam. Cet. 1; Jakarta: Bulan
Bintang.
Basri, H, & Mansur., Manajemen: Sejarah Dan Penerapannya Dalam Dakwah, Al-Munzir,
Vol. 12, No. 2, 2019. DOI: http://dx.doi.org/10.31332/am.v12i2.1480
24