Anda di halaman 1dari 15

HAKIKAT ILMU EKONOMI SYARIAH: ASAS, NILAI DASAR DAN

KARAKTERISTIK
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ekonomi
Dosen pengampu: Muhammad Amir Aziz, M.Ag

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2


ROZAL REZEKI (220501082)
RIMA MILAWANDA (220501083)
RAHMA IZZATI (220501084)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puja dan puji syukur kita panjatkan atas rahmat Allah SWT,
berkat rahmat serta Karunia-Nya kami dapat membuat makalah ini yang berjudul “hakikat ilmu
ekonomi syariah: asas, nilai dasar dan karakteristik”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ekonomi. Selain
itu, penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan kepada pembaca tentang apa
isi dari tema yang akan dipaparkan.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Muhammad Amir Aziz, M.Ag
selaku dosen mata kuliah Filsafat Ekonomi. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan penulis dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Oleh karenanya, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih
melakukan banyak kesalahan. Tidak lupa pula penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya
kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Mataram, 21 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................2

C. Tujuan..............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................3

A. Asas-asas Ekonomi..........................................................................................................3-8

B. Nilai Dasar Ekonomi........................................................................................................8-10

C. Karakteristik Ekonomi ....................................................................................................10

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................11

A. Kesimpulan......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu ekonomi lahir sebagai sebuah disiplin ilmiah yang bersifat praktis dan muncul
setelah manusia dihadapkan pada persoalan bagaimana memelihara, mempertahankan dan
menyambung hidup bagi diri sendiri dalam kehidupan pergaulan masyarakat dengan berbekal
alam yang telah tersedia. Sementara aktivitas ekonomi telah ada sejak manusia mendiami bumi
ini, meskipun pengkajiannnya secara ilmu baru dikenal sejak manusia mengenal peradaban.
Dasar ilmu ekonomi telah diletakkan landasannya oleh Adam Smith sejak tahun 1776,
kemudian berkembang menjadi konsep hukum pasar dalam sistem ekonomi kapitalis. Konsep
hukum pasar terkenal dengan teorinya “Bukan karena kemurahan hati tukang daging, tukang
pembuat bir atau tukang roti dapat makan, akan tetapi karena mareka memperhatikan
kepentingan mareka sendiri. Kita berbicara bukan karena rasa kemanusiaan, melainkan karena
cinta mareka kepada mareka sendiri dan janganlah sekali-kali berbicara tentang keperluan-
keperluan kita, melainkan tentang keuntungan mereka”
Ilmu ekonomi kapitalis dan ilmu ekonomi sosialis, memisahkan diri dari filsafat etika dan
kepentigan dari nilai-nilai moral. Azas ekonomi kapitalis didasarkan pada laissez faire (bebas,
liberal), sedangkan azas ekonomi sosialis didasarkan pada konsep pertentangan kelas. Arus
kehidupan yang terbentuk akibat dari sistem ekonomi di atas, telah mengikis nilai-nilai gotong
royong, musyawarah, tolong-menolong dan kebersamaan dalam bingkai religius, sehingga
mengakibatkan lahirnya kemiskinan di tengah kemakmuran yang kondisi ini dapat bertentangan
dengn nilai-nilai moral dan agama, bahkan sangat menyimpang dari garis panduan Islam.
Umat Islam telah melewati sejumlah masa/periode dalam kondisi metode berpikir
produktif, mereka yang melemah hingga bahkan hilang. Namun demikian, alhamdulillah mereka
telah berhasil melewati realitas ini sejak beberapatahun lalu. Tepatnya ketika munculnya dakwah
Islam. Dakwah Islam ini telah berhasil mengarahkan kaum Muslim pada agama Islam yang
mereka peluk sekaligus menjadikan mereka percaya pada pemikiran Islam dan hukum-
hukumnya.
Jika kita mencoba menampilkan sistem ekonomi dalam pandangan ideologi kapitalisme,
kita akan menemukan bahwa ekonomi dalam pandangan mereka adalah sistem yang membahas
tentang kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia beserta alat-alat pemuasnya (goods). Ekonomi
mereka sesungguhnya hanya membahas aspek material (kebendaan) dari kehidupan manusia.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa asas-asas ekonomi?
2. Apa nilai dasar dari ekonomi?
3. Apa saja karakteristik dari ekonomi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui asas-asas ekonomi.
2. Untuk mengetahui nilai dasar dari ekonomi.
3. Untuk mengetahui karakteristik dari ekonomi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asas-Asas (Prinsip) Ekonomi Syariah
Sebelum menjelaskan asas-asas (prinsip-prinsip) ekonomi syariah, terlebih dahulu
akan di uraikan nilai-nilai filosofis ekonomi Islam yang menjadi kerangka acuan prinsip-
prinsip Ekonomi Islam, yaitu:1
1. Alam raya ini adalah milik Allah
Semua kekayaan, hak milik dan sumber-sumber pemasukan merupakan
kepunyaan Allah. Allah mengatur semua ini sesuai dengan cara yang di kehendakinya.
Manusia berbuat dan berkuasa teradap sumber-sumber kekayaan ini hanya dalam batas
keinginan dan iradahnya.2
2. Allah pencipta alam semesta ini esa dan semua yang di ciptakannya tunduk kepadanya
Umat manusia sebagai salah satu mahluk ciptaan Allah memiliki hak dan
kewajiban yang sama sebagai khalifah Allah di muka bumi. Manusia akan menjalin
persamaan persaudaraan serta saling membantu dan bekerjasama dalam setiap aktivitas
termasuk aktivitas ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
3. Beriman kepada hari perhitungan (yaum-al-hisab)
Keyakinan akan adanya hari perhitungan di akhirat ini merupakan asas yang
penting dalam sistem ekonomi Islam karna akan memengaruhi prilaku ekonomi
seseorang.prilaku ekonoinya akan terkendali karena ia sadar, bahwa semua
perbuatannya di dunia termasuk tindakan ekonomi akan di mintai pertanggungjawaban
kelak oleh Allah di akhirat.3
Nilai-nilai filosofis yang ada dalam ekonomi Islam merupakan fondasi dari
munculya prinsip-prinsip ekonomi syariah (Ekonomi Islam) yang menjadi acuan dalam
seluruh aktivitas ekonomi dalam Islam. berikut akan di uraikan prinsip-prinsip (asas-asas)
ekonomi syariah, yaitu:
a. Asas Tauhid
Asas tauhid adalah dasar dari setiap bentuk aktivitas kehidupan manusia. Quraish
Shihab menyatakan bahwa tauhid mengantar manusia dalam kegiatan ekonomi untuk
meyakini bahwa kekayaan apapun yang dimiliki seseorang adalah milik Allah. 4
Keyakinan demikian mengantar seseorang muslim untuk menyatakan seperti dalam QS.
Al-An’am ayat 162:5

1
Abdul Ghofur, pengantar ekonomi syariah, hlm. 16.
2
Monzer kahf, A contribution to the theory of consumer behaviour" dalam studies in islamic economics, ed Kursid
Ahmad, Jeddah: Islamic Fondation, 2012) hlm.22-23
3
Rozalinda,ekonimi islam...., hlm. 18.
4
3M. Quraish Shihab, wawasan al-qur’an, bandung: Mizan, 2013, hlm. 410.
5
https://tafsirweb.com/2286-surat-al-anam-ayat-162.html (di akses pada 21 Maret 2024)

3
Artinya: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam(Q.S. surat al-an’am:162).

Keyakinan atau pandangan hidup seperti ini, akan melahirkan aktivitas yang
memiliki akuntablitas ke-Tuhanan yang menempatkan perangkat syariah sebagai
parameter korelasi antara aktivitas deangan prinsip syariah. Prinsip akidah menjadi
pondasi paling utama yang menjadi penopang bagi prinsip-prinsip lainnya. Kesadaran
tauhid akan membawa pada keyakinan dunia akhirat secara simultan, sehingga seorang
pelaku ekonomi tidak mengejar keuntungan materi semata.
Kesadaran ketauhidan juga akan mengendalikan seorang atau pengusaha muslim
untuk menghindari segala bentuk eksploitasi terhadap sesama manusia. Dari sini dapat
dipahami mengapa Islam melarang transaksi yang mengandung unsur riba, pencurian,
penipuan terselubung, bahkan melarang menawarkan barang pada konsumen pada saat
konsumen tersebut bernegosiasi dengan pihak lain.
Dampak positif lainnya dari prinsip tauhid dalam sistem ekonomi Islam adalah
antisipasi segala bentuk monopoli dan pemusatan kekuatan ekonomi pada seseorang atau
satu kelompok saja. Atas dasar ini pulalah Alquran membatalkan dan melarang
melestarikan tradisi masyarakat Jahiliyah, yang mengkondisikan kekayaan hanya beredar
pada kelompok tertentu saja. Firman Allah dalam surah al- Hasyr ayat: 7:6

6
QS. Al-hasyr ayat: 7.

4
Artinya: Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya
(dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah,
untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang
dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu.(QS.al-hsyr ayat: 7).

Secara faktual, seperti diakui oleh Quraish Shihab, sebagian manusia sangat sukar
mengendalikan keinginannya untuk mendapatkan keuntungan meskipun pada waktu yang
sama ia menganiaya manusia maupun makhluk lain. Karena itu, menurut Quraish, jika
spirit ketuhanan atau peran moral sebagian masyarakat pelaku ekonomi, kurang memadai
untuk mengendalikan keinginannya, maka demi kemaslahatan, pemerintah dibenarkan
melakukan intervensi untuk mengontrol, misalnya, harga-harga kebutuhan pokok,
walaupun pada dasarnya harga barang termasuk kebutuhan pokok diserahkan pada
mekanisme pasar.

b. Asas Keadilan
Di antara pesan-pesan Alqur`an (sebagai sumber hukum Islam) adalah
penegakkan keadilan. Kata adil berasal dari kata Arab/‘adl yang secara harfiyah
bermakna sama. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, adil berarti sama berat, tidak berat
sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar dan sepatutnya. Dengan demikian,
seseorang disebut berlaku adil apabila ia tidak berat sebelah dalam menilai sesuatu, tidak
berpihak kepadasalah satu, kecuali keberpihakannya kepada siapa saja yang benar
sehingga ia tidak akan berlaku sewenang-wenang.
Keadilan merupakan nilai paling asasi dalam ajaran Islam yaitu menegakkan
keadilan dan memberantas kezaliman adalah tujuan utama dari risalah para rasulnya.
Keadilan seringkali di letakkan sederajat dengan kebajikan dan ketakwaan. Ibnu Taymiah
menyebukan bahwa keadilan adalah sebagai nilai utama dari tauhid.7
Dalam operasional ekonomi syariah keseimbangan menduduki peran yang sangat
menentukan untuk mencapai falah (kemenangan, keberuntungan). Dalam terminologi
fikih, adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan sesuatu hanya

7
Suprida, Sejarah pemikiran ekonomi islam, Jakarta: Cv Amanah, 2017, hlm. 5.

5
pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu pada posisinya (wadh‘ al-syai` fi
mahallih)8
c. Asas Maslahat
Secara sederhana, maslahat biasa diartikan dengan mengambil manfaat dan
menolak kemadaratan atau sesuatu yang mendatangkan kebaikan, keselamatan, faedah
atau guna. Hakikat kemaslahatan adalah segala bentuk kebaikan dan manfaat yang
berdimensi integral duniawi dan ukhrawi, material danspritual, serta individual dansosial.
Aktivitas ekonomi di pandang memenuhi maslahat jika memenuhi dua unsur, yakni
ketaatan(halal) dan bermanfaat serta membawa kebaikan (thayyib) bagi semua aspek
secara integral.
Dengan demikian, aktivitas tersebut dipastikan tidak akan menimbulkan mudarat.
Sesuatu dianggap maslahat apabila terpenuhi. Apabila kemaslahatan dikatakan sebagai
prinsip keuangan (ekonomi) maka semua kegiatannya harus memberikan kemaslahatan
(kebaikan) bagi kehidupan manusia; perorangan, kelompok, dan komunitas yang lebih
luas, termasuk lingkungan.
Dalam konteks pembinaan dan pengembangan ekonomi perspektis syariah, teori
maslahat menduduki peranan penting, bahkan menurut para pakar fiqh, maslahah
(kebaikan dan kemanfaatan yang dia sebut dengan kesejahteraan manusia) dipandang
sebagai tujuan akhir dari pensyariatan penetapaan norma-norma syariah.
Agaknya, dalam rangka memperhatikan kemaslahatan inilah, dalam sejarah
pengelolaan sub-sub ordinasi ekonomi Islam, suatu kasus bisa saja berubah ketentuan
hukumnya apabila ‘illatnya (maslahat atau madarat) telah hilang. Begitu juga sesuatu
yang pada dasarnya boleh (tidak dilarang), tapi dalam waktu atau kondisi tertentu bisa
saja ditetapkan hukumnya terlarang (haram). Contoh, keharaman menggunakan jasa bank
konvensional tidak berlaku bagi orang yang tinggal di daerah yang belum ada bank
syariah.
d. Asas Ta’awun (tolong-menolong)
Allah sebagai pencipta, pemilik dan pengatur segala harta, menjadikan bumi, laut,
sungai, hutan, dan lain-lain merupakan amanah untuk manusia, bukan milik pribadi. Di
samping itu Alquran juga mengakui adanya milik pribadi. Dengan demikian ada sintesis
8
Mursal, Journal Perspektif Ekonomi Darrusalam,Padang: Universitas Islam Muhammadiayah Sumatera Barat.
2015.

6
antara kepentingan individu dan masyarakat. Hal ini berbeda sekali dengan sistem
ekonomi komunis dan kapitalis. Selain itu, terdapat hal-hal yang telah lazim dalam
ekonomiIslam, seperti sedekah, baik yang wajib maupun anjuran.
Shadaqah pada dasarnya merupakan sebuah sistem yang berfungsi untuk
menjamin distribusi pendapat dan kekayaan masyarakat secara lebih baik. Dengan kata
lain zakat merupakan salah satu instrument dalam ajaran Islam untuk mengayomi
masyarakat lemah dan sarana untuk berbagi rasa dalam suka maupun duka antar sesama
manusia yang bersaudara dalam keterciptaannya, sehingga tidak tega mengambil bunga
dari saudaranya, tidak curang, dan lain-lain.
Ekonomi Islam memandang bahwa uang harus berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan pokok, sekunder dan penunjang (daruriyah, hajiyah, dan tahsiniah) dalam
rangka mendapatkan ridha Allah secara individual dan komunal. Disamping itu, uang
juga berfungsi untuk cobaan Allah apakah seseorang bersyukur atau kufur. Fungsi sosial
harta dalam Alquran adalah untuk menciptakan masyarakat yang etis dan egaliter.
Berdasarkan pandangan di atas, mencari keuntungan atau akad komersil dengan
berbagai aktivitas ekonomi adalah sesuatu yang terpuji dalam ajaran Islam.Akan tetapi,
aktivitas ekonomi tersebut diharapkan memberi dampak positif terhadap masyarakat,
tidak boleh ada yang terzalimi.Instrumen untuk mencapai tujuan ini,disyariatkanlah
berbagai akad, transaksi, atau kontrak. Jika sebaliknya, cara-cara mendapatkan harta
menyebabkan kemudaratan bagi pihak lain, maka akad trsebut menjadi batal, dan
penggunaannya yang tidak etis dan egaliter akan membuat individu yang bersangkutan
tercela dalam pandangan syara’.
e. Asas Keseimbangan
Allah telah menyediakan apa yang ada di langit dan di bumi untuk kebahagiaan
hidup manusia dengan batas-batas tertentu, seperti tidak boleh melakukan perbuatan yang
membahayakan keselamatan lahir, dan batin, diri sendiri, ataupun orang lain, dan
lingkungan sekitarnya.9 Keseimbangan merupakan nilai dasar yang memengaruhi
berbagai aspek tingkah laku ekonomi seorang muslim. Asas keseimbangan dalam
ekonomi ini terwujud dalam kesederhanaan, hemat dan menjauhi pemborosan serta tidak
bakhil (QS. Surat Al-Furqan ayat: 67).10
9
Rozalinda, ekonomi islam...., hlm. 19.
10
QS. Al-Furqaan ayat: 67.

7
Artinya: Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah
antara yang demikian.
Prinsip keseimbangan ini tidak hanya diarahkan untuk dunia dan akhirat saja,
tetapi juga berkaitan dengan kepentingan perorangan dan kepentingan umum serta
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Selanjutnya asas ini juga berhubungan
eratdengan pengaturan hakmilik individu, hak milik kelompok yang di dalamnya terdapat
keseimbangan antara kepentingan masyarakat dan kepentingan individu. Apabila
keseimbangan mulai bergeser yang menyebabkan terjadinya ketimpangan-ketimpangan
sosial ekonomi, dalam masyarakat maka harus ada tindakan untuk mengembalikan
keseimbangan tersebut baik di lakukan individu ataupun pihak penguasa.
Selanjutnya konsep ekonomi syariah menempatkan aspek keseimbangan
(tawazun/equilibrium) sebagai salah satu pilar pembangunan ekonomi. Prinsip
keseimbangan dalam ekonomi syariah mencakup berbagai aspek, keseimbangan antara
sektor keuangan dan sektor riil, resiko dan keuntungan, bisnis dan kemanusiaan, serta
pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam.

B. Nilai Dasar Ekonomi Syariah


Moral Islam sebagai pilar ekonomi Islam perlu dijabarkan lebih lanjut menjadi nilai-
nilai yang lebih terperinci sehingga pada akhirnya dapat menjadi rumusan penuntutan para
perilaku ekonomi. Nilai-nilai ini merupakan sisi normatif dari ekonomi Islam yang
berfungsi mewarnai atau menjamin kualitas perilaku ekonomi setiap individu. Sebagai
misal, ketika orang Islam membayar zakatnya, namun diikuti dengan kata-kata yang
menyakiti hati penerima zakat, maka amalan zakat tersebut tidak dinilai ibadah atau
mendapatkan imbalan baik dihadapan Allah. Amalan zakat harus diikuti dengan nila-nilai
kesopanan saat mendistribusikannya, misal dengan mengungkit-ungkit pemberiannya.
Keberadaan nilai semata pada perilaku ekonomi dapat menghasilkan suatu
perekonomian yang normatif, tidak akan bisa berjalan secara dinamis. Oleh karena itu,
8
implementasi nila-nilai ini harus secara bersama-sama didasarkan atas prinsip-prinsip
ekonomi. Prinsip inilah yang akan menjadikan bangunan ekonomi Islam kokoh dan
dinamis, dan nilailah yang berfungsi untuk mewarnai kualitas bangunan tersebut. Berikut
ini akan diuraikan beberapa nilai dasar ekonomi Islam yang digali dari Al-Qur’an dan
Sunnah. Meskipun pada dasarnya nilai dan prinsip tidak bisa dipisahkan, namun penjelasan
ini lebih dimaksudkan untuk memudahkan pengindentifikasian sisi positif dan sisi normatif
dari ajaran Islam.
Dalam pelaksanaanya, nilai tauhid ini diterjemahkan dalam banyak nilai dan
terdapat tiga nilai dasar yang menjadi pembeda ekonomi Islam dengan lainnya, yaitu:
1. Adil
Keadilan (adl) merupkan nilai paling asasi dalam ajaran Islam. Menegakkan keadilan dan
memberantas kezaliman adalah tujuan utama dari risalah para Rasul-nya.
2. Khilafah
Nilai khilafah secara umum berarti tanggung jawab sebagai pengganti atau utusan Allah
dialam semesta. Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi, yaitu
menjadi wakil Allah untuk memakmurkan bumi dan alam semesta. Manusia telah
dibekali dengan semua karakteristik mental spiritual dan materil untuk memungkinkan
hidup dan dan mengemban misinya secara efektif. Manusia juga telah disediakan segala
sumber daya memadai bagi pemenuhan kebutuhan kebahagian bagi manusia seluruhnya
seandainya digunakan secara efisien dan adil.
3. Takaful
Islam mengajarkan bahwa seluruh manusia adalah bersaudara. Sesama orang Islam
adalah saudara dan belum sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya
melebihi cintanya pada diri sendiri. Hal inilah yang mendorong manusia untuk
mewujudkan hubungan yang baik diantara individu dan masyarakat melalui konsep
penjaminan oleh masyarakat atau takaful. Jaminan masyarakat (social insurance) ini
merupakan bantuan yang diberikan masyarakat kepada anggotanya yang terkena musibah
atau masyarakat yang tidak mampu. Jaminan masyarakat ini tidak saja bersifat material,
melainkan juga bersifat ma’nawi (non materi).

C. Karakteristik

9
Ada beberapa hal yang mendorong perlunya mempelajari karakteristik ekonomi Islam: 11
1. Meluruskan kekeliruan pandangan yang menilai ekonomi kapitalis (memberikan
penghargaan terhadap prinsip hak milik) dan sosialis (memberikan penghargaan
terhadap persamaan dan keadilan) tidak bertentangan dengan metode ekonomi Islam.
2. Membantu para ekonomi muslim yang telah berkecimpungan dalam teori ekonomi
konvensional dalam memahami ekonomi Islam
3. Membantu para peminat studi fiqh muamalah dalam melakukan studi perbandingan
antara ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional.

11
Mustafa Edwin dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. (Jakarta: Kencana, 2006), h. 17- 18.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu tujuan dinul Islam adalah untuk membangun sebuah tatanan
masyarakat yang berakhlaq, egalitarian dan adil. Tujuan tersebut mencukup bagi
semua aktivitas sosial juga tidak terkecuali dalam bdan ekonomi. Dengan demikian,
dirumuskanlah tujuan ekonomi Islam yaitu “untuk membangun sebuah tatanan
ekonomi negara yang berakhlaq mulia berazaskan persamaan dan keadilan untuk
melahirkan masyarakat yang madani di bawah lindungan Allah
Dalam ilmu ekonomi modern masalah pilihan ini sangat tergantung pada
macam-macam tingkah masing-masing individu. Mereka mungkin tidak
memperhitungkan persyaratan-persyaratan masyarakat. Namun dalam ilmu ekonomi
Islam, kita tidaklah berada dalam kedudukan untuk mendistribusikan sumber-
sumber semau kita. Dalam hal ini ada pembatasan yang serius berdasarkan
ketetapan Kitab Suci AlQur’an dan Sunnah atas tenaga individu
Ekonomi Islam memiliki sifat dasar sebagai ekonomi Rabbani dan Insani.
Disebut Rabbani karena sarat dengan arahan dan nilai-nilai Ilahiah. Lalu ekonomi
Islam dikatakan memiliki dasar sebagai ekonomi Insani karena sistem ekonomi ini
dilaksanakan dan ditujukan untuk kemakmuran manusia
Karakteristik ekonomi Islam meliputi tiga asas pokok. Ketiganya secara
asasi dan bersama mengatur teori ekonomi dalam Islam, yaitu asas akidah, akhlak
dan asas hukum (muamalah).
Nilai-nilai dasar ekonomi islam terdiri dari; nilai kepemilikan, nilai keadilan,
nilai keseimbangan, nilai kebebasan, nilai kebersamaan.
Prinsip-prinsip dan etika bisnis itulah yang kini menjadi landasan
operasional lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia. Dalam kerangka
praktis prinsipprinsip dan etika bisnis tersebut diimplementasikan dalam berbagai
produk jasa dan layanan lembaga keuangan syari’ah yang menggunakan mekanisme
bagi hasil (profit sharing).

11
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghofur, “Pengantar Ekonomi Syariah: konsep dasar, paradigma, pengembangan ekonomi
syariah”. Depok: Rajawali Press, 2020.

Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur,an dan Tafsirnya. Jakarta: Kementrian Agama
Republik Indonesia, 2012.

Monzer kahf, “A contribution to the theory of consumer behaviour" dalam studies in islamic
economics, ed Kursid Ahmad. Jeddah: Islamic Fondation, 2012.

Mursal, “Journal Perspektif Ekonomi Darrusalam”. Padang: Universitas Islam Muhammadiayah


Sumatera Barat, 2015.

Mustafa Edwin dkk, “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”. Jakarta: Kencana, 2006.

M. Quraish Shihab, “wawasan al-qur’an”. bandung: Mizan, 2013.

Rozalinda, “Pengantar Ekonomi”. Depok: Rajawali Pers, 2019.

Suprida, “Sejarah pemikiran ekonomi islam”. Jakarta: Cv Amanah, 2017.

12

Anda mungkin juga menyukai