Anda di halaman 1dari 32

Kebijakan Moneter &

Implementasinya di Indonesia
Sertifikasi Kebanksentralan Dasar
2

Outline Pembahasan

• Apa itu Kebijakan Moneter

• Kerangka Kerja Kebijakan Moneter

• Kebijakan Moneter di Indonesia

• Paradigma Baru Kebijakan Moneter


3

Apa itu Kebijakan Moneter

Dilakukan oleh bank sentral (di Indonesia


oleh Bank Indonesia)

Pengelolaan besaran moneter


(jumlah uang beredar) dan suku
bunga untuk mencapai stabilitas
makro (Mishkin , 2007)
Kebijakan
Moneter
Dilakukan dengan mempertimbangkan
siklus kegiatan ekonomi, sifat
perekonomian ( terbuka / tertutup) &
faktor fundamental lainnya.

Ditujukan untuk menjaga kestabilan harga


yaitu Angka Inflasi dan Nilai Tukar)
4

Kebijakan Moneter & Siklus Kegiatan Ekonomi


• Kebijakan moneter, sbg bagian dari pengelolaan stabilisasi ekonomi
makro, diterapkan sejalan dgn siklus ekonomi (business cycle).
• Kebijakan moneter terbagi menjadi kebijakan moneter ekspansif dan kontraktif
 Ekspansif : penambahan jumlah uang beredar/penurunan suku
bunga kebijakan
 Kontraktif : pengurangan jumlah uang beredar /peningkatan suku
bunga
kebijakan
BC Ekonomi dalam resesi
sehingga kebijakan moneter
ekspansif supaya mempercepat
recovery
CD Ekonomi boom sehingga
kebijakan moneter kontraktif
untuk menghindari overheating

Kebijakan moneter ini disebut


counter-cyclical monetary policy
dengan tujuan untuk
mengarahkan pertumbuhan
ekonomi agar berada pada
trend-nya.
5

Kebijakan Moneter & Kebij. Ekonomi Makro Lain


Kebijakan moneter merupakan bagian integral dari kebijakan ekonomi makro

Kebijakan ekonomi makro

Kebijakan Kebijakan Makro Sektoral


moneter Kebijakan fiskal

Tercapainya stabilitas makro


Tujuan akhir :
ekonomi (stabilitas harga,
Social Welfare
pertumbuhan ekonomi, tersedianya
lapangan kerja)
6

Kebijakan Moneter dalam Perekonomian Terbuka

Transaksi
Perdagangan

Keterbukaan Foreign
perekonomian
Capital
Transaksi Flow
Keuangan
Capital Capital
Inflow
Outflow

Kebijakan Potensi Jumlah Potensi Jumlah Kebijakan


moneter Uang Beredar moneter
Uang Beredar
kontraktif Naik ekspansif
Turun
Risiko :
• Tekanan inflasi Risiko :
• Apresiasi NT • Pelemahan
• Ekses likuiditas NT
• Asset price • Imported
bubble
Inflation
7

Kebijakan Moneter dalam Perekonomian Terbuka


8

Kebijakan Moneter dalam Perekonomian Terbuka


IMPOSSIBLE TRINITY (TRILEMA)
 Suatu negara tidak dapat mencapai 3 target makroekonomi secara
bersamaan yaitu nilai tukar tetap, rezim devisa bebas, dan
independensi kebijakan moneter.
 Impossible Trinity: Hanya dua tujuan yang bisa dicapai.

a. Jika Nilai Tukar Tetap & Rezim


Devisa Bebas  kebijakan moneter
Nilai Tukar
diarahkan untuk menjaga NT yg
Tetap tetap tsb (no independency)
b
b. Jika NT Tetap & Kebij. Moneter
a Independensi Independen tidak dapat
Kebijakan melakukan kebijakan devisa
Moneter bebas
Rezim Domestik
c
Devisa Bebas c. Jika Rezim Devisa Bebas &
Kebij. Moneter Independen
Alternatif solusi untuk otonomi kebijakan moneter: tidak dapat melakukan
• Rezim nilai tukar tetap dan kontrol devisa
• Rezim nilai tukar floating dan devisa bebas
kebijakan NT Tetap
9

Kerangka Kerja Kebijakan Moneter

Kerangka Kerja Kebijakan Moneter

Kerangka Operasional Kerangka Strategis

Sasaran Sasaran
Tools / Operasional Antara
Sasaran
Instrumen (Operating (Intermediate
Akhir
Target) Target )
- OPT (Jual beli SSB) - Uang Primer - M1, M2, Kredit - Inflasi
- Fas. Diskonto - Sk bunga jk.pdk - Sk. bunga jk.pjg -
- Giro Wajib Min - Exchange Rate Pertumbuhan
- BI Rate Ekonomi
10
Kerangka Strategis Kebijakan Moneter

Rezim Kebijakan Moneter

2. Penargetan Nilai Tukar


1. Tanpa jangkar (No
(Exchange Rate
Anchor)
Targeting )

3. Penargetan Besaran 4. Penargetan inflasi


Moneter (Monetary
(Inflation Targeting)
Targeting)
11
Kerangka Strategis Kebijakan Moneter

– No Anchor Tidak menetapkan sasaran akhir dan intermediate


tertentu. Tergantung penilaian dan keyakinan boards of governor.
Untuk operating target biasanya menggunakan suku bunga.
– Exchange rate targeting; mendasarkan pada pengendalian nilai
tukar (sbg intermediate target) untuk mencapai sasaran akhir
(inflasi dan pertumbuhan ekonomi).
– Monetary targeting; mendasarkan pada pengendalian uang
beredar (sbg. Intermediate target) dan uang primer (sbg. Sasaran
operasional) untuk mencapai sasaran akhir, dengan berdasar
kestabilan permintaan uang.
– Inflation targeting; memfokuskan sasaran akhir pada target
inflasi yang diumumkan. Untuk intermediate targetnya
menggunakan inflation forecast, yang mendasarkan pada semua
channel transmisi moneter. Biasanya dikombinasikan dengan
suku bunga untuk penentuan operating targetnya.
Instrumen Kebijakan Moneter 12

• Penetapan tingkat suku bunga pinjaman /


Penetapan suku bunga
simpanan bank
Instrumen Langsung

• Penetapan jumlah maksimum kredit yang


Penetapan pagu kredit dapat disalurkan oleh bank

• Mewajibkan bank untuk memelihara rasio


Rasio Likuiditas SSB/mata uang tertentu dalam % tertentu

Kredit Langsung • Kewajiban bank untuk memberikan kredit


pada sektor-sektor tertentu
Instrumen Kebijakan Moneter 13

• Jual beli surat berharga Pem. atau BI di pasar primer/


Operasi Pasar Terbuka pasar sekunder
Instrumen Tidak Langsung

• Jual Beli valuta asing di pasar valas untuk


(OPT) mempengaruhi jumlah uang beredar dan nilai tukar
• Mekanisme lelang atau non lelang

• Fasilitas kredit / simpanan dari bank sentral berjangka


pendek
Standing Facility (SF) • Dengan jaminan surat2 berharga
• Tingkat sk bunga ditetapkan sesuai arah kebijakan

• Kewajiban bank-bank untuk menyimpan % tertentu


Giro Wajib Minimum dari Dana Pihak Ketiga di bank sentral
(GWM) • Akan Mempengaruhi kemampuan bank u/
menyalurkan kredit
Instrumen Kebijakan Moneter 14

Kebijakan moneter Ekspansif Kebijakan moneter Kontraktif

OPT : BI membeli SSB OPT : BI menjual SSB

IV : BI membeli USD Dolar dari pasar IV : BI menjual dollar di pasar valas


valas dengan Rupiah untuk menarik Ruiah

SF : BI menurunkan tk suku bunga SF : BI menarikkan tk suku bunga


diskonto diskonto

RR : BI menurunkan ketentuan RR RR : BI menaikkan ketentuan RR


15
Kerangka Operasional Kebijakan
16

Transmisi Kebijakan Moneter


Kebijakan Moneter di Indonesia
17

Periode Krisis 1998

Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter

 Spekulasi thd Baht menjalar ke  Di bawah sistem NT managed floating pd


Rupiah (contagion effect) shg investor saat itu, kebijakan2 yg diambil adl
asing menarik dananya scr tiba2. melakukan intervensi di pasar valas &
melebarkan band (rentang) intervensi.
Timbul kepanikan di pasar valas dan
Tekanan begitu kuat & cadangan devisa
tjd aksi borong devisa yg menyebabkan
menurun shg sistem NT floating
Rupiah merosot tajam dlm wkt diadopsi. Pemerintah memutuskan ikut
singkat. Ini mrp awal dr krisis program IMF (awal 1998).
ekonomi thn 1997.
 Bank run & penutupan bank diatasi dgn
penyediaan dana talangan oleh
 Pemerintah menutup sejumlah bank
pemerintah melalui BI (BLBI) di bawah
shg tjd krisis kepercayaan thd bank program penjaminan pemerintah atas
dan rupiah, tjd bank run. seluruh kewajiban bank.
 Kebijakan suku bunga tinggi untuk
 Tjd excess likuiditas, laju inflasi
menghadapi tekanan inflasi akibat
mencapai 77,63% tahun 1998, dan
kelebihan likuitas dlm perekonomian.
suku bunga SBI 1 bulan mencapai
38,44% pd tahun yg sama.
Kebijakan Moneter di Indonesia
18

Periode Pasca Krisis

Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter


 Pengendalian JUB melalui pencapaian
 Stl berada di bawah program IMF, NT sasaran operasional uang primer yg
rupiah masih rentan dan tekanan inflasi ditetapkan sesuai dgn program yg
masih tinggi. disepakati antara Pemerintah dan IMF
 Kebijakan yg diambil scr berangsur2  Suku bunga diturunkan stl NT rupiah
mampu menstabilkan nilai tukar rupiah stabil dan tekanan inflasi terkendali.
dan mengendalikan tekanan inflasi.  Tugas pokok BI menurut UU No.23/99
adl (1) menetapkan & melaksanakan
 Lahir UU No.23/1999 tentang Bank kebijakan moneter (2) mengatur &
Indonesia sbg penguatan BI scr menjaga kelancaran sistem pembayaran
kelembagaan sbg bank sentral, dgn fokus (3) mengatur & mengawasi sistem
mencapai dan memelihara kestabilan nilai perbankan. Ketiga tugas ini
rupiah. BI mrp bank sentral yg independen, saling terkait dalam upaya
namun transparan & accountable. mencapai kestabilan rupiah.
 Menurut UU No.24/99, BI diberi
wewenang utk melaksanakan
kebijakan NT dan pengelolaan cad.
devisa sesuai dgn sistem NT dan
sistem devisa yg ditetapkan.
19
Kebijakan Moneter di Indonesia
Capital Revearsal, Perlambatan
Capital Outflow Capital inflow & pertumbuhan & penurunan hrg
High Inflation Kenaikan harga komoditas komoditas global
global

• Monetary • Monetary targeting ke inflation targeting • Penguatan kerangka


kebijakan moneter
Targetin
g
Kebijakan Moneter di Indonesia
20

Periode 1999-2004

Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter

 Munculnya paradigma baru kebijakan


 Tugas pokok yg telah ditetapkan dalam bank sentral di bidang moneter,
UU, menuntut BI untuk juga responsif perbankan dan sistem pembayaran
terhadap dinamika yg terjadi dalam yaitu Inflation Targeting Framework
bidang tugasnya. (ITF), Arsitektur Perbankan Indonesia
(API), dan Real Time Gross Settlement
 Terdapat tuntutan untuk melakukan (RTGS).
amandemen thd UU No.23/1999 ttg BI  Amandemen UU ttg BI dalam UU
sbg upaya untuk menyesuaikan No.3/2004, dgn pokok2 antara lain: (1)
dengan perkembangan kondisi penetapan sasaran inflasi oleh
ekonomi, sosial, dan politik. pemerintah stl berkoordinasi dgn BI, (2)
pengalihan fungsi pengawasan bank
pada 2010, (3) penyediaan Financial
Safety Nets, (4) pembentukan Badan
Supervisi, (5) Keanggotaan DG:
internal/eksternal, dan (6) Aspek2
transparansi, akuntabilitas, dan
kredibilitas.
Kebijakan Moneter di Indonesia
21

Periode 2005 - sekarang

Kondisi Ekonomi Kebijakan Moneter

 Episode kenaikan harga komoditas


dunia (terutama minyak), membuat  UU No. 21 / 2011
pemerintah beberapa kali menaikan • BI bertanggung jawab atas
harga minyak domestik. kebijakan makroprudensial untuk
 Krisis subprime mortgage & krisis menjaga stabilitas sistem
keuangan global keuangan
 Melambatnya perekonomian negara
 Kebijakan Pengelolaan Arus Modal :
maju yang berimbas pada
 Ketentuan DHE untuk penguatan
perekonomian negara berkembang.
 Debt crisis di negara maju, membuat pasokan valas
 Pengayaan instrumen untuk
risk factor meningkat. Meningkatkan
risk apetite terhadap negara emerging. menyerap ekses likuiditas domestik
Aliran capital inflow yang besar.
 Issue tappering yang ditunda masih  Penerapan bauran kebijakan dan
menimbulkan ketidakpastian kebijakan makroprudensial untuk
perekonomian global menjaga stabilitas perekonomian
 Pengalihan fungsi pengawasan bank
kepada OJK
Paradigma Baru Kebijakan Moneter : ITF

 Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan kerangka kerja


kebijakan moneter yang secara transparan dan konsisten
diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi beberapa tahun ke
depan yang secara eksplisit ditetapkan dan diumumkan.
 Empat prinsip pokok rezim kebijakan moneter dengan ITF:
1. Memiliki sasaran utama, yaitu Sasaran Inflasi, yang dijadikan
sebagai prioritas pencapaian (overriding objective) dan acuan
(nominal anchor) kebijakan moneter.
2. Bersifat antisipatif (preemptive atau forward looking) dengan
mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk
pencapaian sasaran inflasi ke depan.
3. Mendasarkan pada analisis, prakiraan, dan kaidah kebijakan
tertentu dalam menetapkan pertimbangan respon kebijakan
moneter (constrained discretion).
4. Sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang sehat (good
governance), yaitu berkejelasan tujuan, konsisten, transparan,
dan berakuntabilitas.
22
23

Mengapa Inflation Targeting

M1 inflasi
M0
M2
Mo X mm = M
mm = (C+D)/(R+C)
= [C/D + 1 ] /
[R/D + C/D]
= (c+1) /

(r+c)

Mo = Monetary Base
M = Money Suply
mm = money multiplier
C = Currency
D = Deposit at
banks
24

Mengapa Inflation Targeting

Quantity-Based Approach VS Price-Based Approach

Penyebab Ketidakstabilan Struktural tersebut adalah karena:

• Pesatnya perkembangan sektor keuangan dan majunya inovasi


produk keuangan yang menyebabkan kegiatan penciptaan uang
(money creation) oleh sistem keuangan menjadi berlipat ganda.

• Terjadinya proses decoupling antara sektor moneter dan sektor


riil.

• Sulitnya mengidentifikasi arah kausalitas antara uang beredar


dan kegiatan ekonomi. Adanya kecenderungan kegiatan
ekonomi mempengaruhi uang beredar, bukan sebaliknya.
25

Mengapa Inflation Targeting

Mulai July 2005, Bank Indonesia menerapkan ITF :


• BI secara eksplisit mengumumkan sasaran inflasi kepada
publik dan kebijakan diarahkan untuk mencapai sasaran
inflasi yang ditetapkan Pemerintah
• Kebijakan moneter diarahkan secara forward looking ; stance
kebijakan ditetapkan dengan melihat perkembangan inflasi
ke depan apakah on track dengan sasaran.
• Stance kebijakan moneter dicerminkan dari penetapan
suku bunga kebijakan (BI Rate) yang diharapkan
mempengaruhi suku bunga pasar uang, suku bunga
deposito, suku bunga kredit dan akhirnya output & inflasi
• Transparansi dan akuntabilitas kebijakan kepada publik dan
stakeholder
26

ITF : From Standard to Flexible


Global Financial Crisis tahun 2008 mengajarkan:

• Beragam Tantangan vs Beragam Instrumen


Dalam perekonomian kecil terbuka, berbagai tantangan yang dialami
kebijakan moneter sebagai hasil dari arus modal yang dinamis
mengimplikasikan bahwa otoritas moneter seharusnya menggunakan
berbagai instrumen juga.

• Kestabilan Makroekonomi tidak dapat tercapai tanpa kestabilan


Sistem Keuangan
Meski stabilitas harga harus tetap menjadi tujuan utama dari bank
sentral, GFC menunjukkan bahwa hanya mempertahankan inflasi yang
rendah saja, tanpa menjaga stabilitas keuangan, tidaklah cukup.

• Kebijakan Nilai tuker memegang peranan penting dalam kebijakan


ITF
Dalam perekonomian ekonomi kecil terbuka, dinamika nilai tukar
banyak dipengaruhi oleh persepsi risiko investor. Ada kalanya mengelola
nilai tukar dilakukan untuk menghindari volatilitas yang berlebihan.
27

Flexible Inflation Targeting

Bauran instrumen kebijakan pada akhirnya merupakan bagian dari strategi penting
untuk mengoptimalkan kebijakan moneter

Bauran Kebijakan Moneter dan Makroprudensial (Instrumen)


Menjaga otonomi kebijakan moneter dalam mencapai kestabilan harga
• Menetapkan suku bunga kebijakan untuk memberikan sinyal
dan mengelola ekspektasi inflasi;
• Mengutilisasi instrumen makroprudensial untuk mengelola likuiditas
dan mencegah risiko sektor keuangan.

Manajemen Nilai Tukar Manajemen Arus Modal


Menstabilisasi pergerakan nilai tukar sejalan Mengelola dinamika arus modal dalam
dengan fundamentalnya mendukung stabilitas makroekonomi
• Konsisten dengan pencapaian sasaran • Mengutilisasi instrumen makroprudensial
inflasi; untuk mengelola pergerakan arus modal
• Intervensi nilai tukar untuk dan mencegah risiko sektor eksternal;
mengurangi • Mempromosikan pendalaman keuangan
volatilitas jangka pendek; pasar valuta asing;
• Mencari keseimbangan optimal antara • Mendukung manajemen cadangan devisa
menyediakan ruang u/ apresiasi/ depresiasi sebagai bentuk self-insurance
& mengelola kecukupan cadev.
28

Stance kebijakan Moneter


29
Stance kebijakan Moneter
30
Kinerja Kebijakan Moneter
31
Kesimpulan
32

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai