Untuk dapat menjalankan tugas dan perannya sebagai pasien supporter, diselenggarakan
pelatihan bagi pasien supporter yang bertujuan untuk membentuk pasien supporter yang
handal dan memiliki kemampuan membimbing pasien TB Kebal Obat dengan baik. Kegiatan
pelatihan ini merupakan salah satu bagian dari Program Pengendalian TB, khususnya TB Kebal
Obat berbasis masyarakat.
Fungsi dari pelatihan adalah untuk memberikan bekal yang cukup bagi pasien supporter
sehingga mampu mendampingi pasien TB Kebal Obat saat pengobatan, saat pemeriksaan rutin
pemantauan pengobatan, mendeteksi efek samping obat, memotivasi pasien untuk terus
menjalani pengobatan, serta memberikan edukasi bagi keluarga pasien sehingga keluarga
pasien ikut mendukung keberlangsungan pengobatan pasien sampai selesai.
Peran penyelenggara pelatihan juga tidak kalah penting dalam mencapai tujuan pelatihan.
Penyelenggara berperan dalam menyiapkan logistik pelatihan, pengaturan administrative dan
membantu fasilitator mengevaluasi kegiatan. Kerjasama fasilitator dan penyelenggara wajib
dilakukan mulai dari pra pelatihan, saat proses pelatihan berlangsung dan pasca pelatihan.
Tujuan pelatihan pasien supporter
Dari hasil pelatihan dimana pasien supporter mendapatkan pembekalan materi, diskusi dan
juga bermain peran, diharapkan pasien supporter secara mandiri dapat melakukan proses
pendampingan pasien TB Kebal Obat sampai pengobatan selesai.
Agar penyelenggaran pelatihan berjalan lancar dan mencapai tujuan, maka seyogyanya
penyelenggara terutama fasilitator diwajibkan membaca serta mempelajari buku panduan ini
hingga selesai. Kerjasama antara penyelenggara dan fasilitator pelatihan sebelum pelaksanaan,
hingga pelaksanaan pelatihan berjalan harus terjalin dengan baik sehingga tujuan dari pelatihan
yaitu menghasilkan pasien supporter yang handal dapat tercapai, dan menghasilkan manfaat
untuk masyarakat pasca pelatihan.
PANDUAN UMUM DAN KURIKULUM PELATIHAN PASIEN SUPORTER
1. LATAR BELAKANG
Kurikulum pelatihan adalah dasar pelatihan yang terdiri dari tujuan, komponen yang ada di
pelatihan, struktur pelatihan, monitoring dan evaluasi, kurikulum pelatihan dan garis-garis
besar program pembelajaran yang terdiri dari ringkasan pelaksanaan fasilitasi pelatihan.
Agar terjadi sinergi yang baik antara fasilitator yang bertanggung jawab terhadap isi dan
kualitas suatu pelatihan dan penyelenggara sebagai penanggung jawab pelaksanaan latihan,
fasilitator dan penyelenggara harus mempelajari kurikulum dan panduan umum pelatihan
pasien supporter. Sehingga menjadi dasar bagi fasilitator untuk mengawal proses pelatihan
dan juga sebagai acuan bagi penyelenggara dalam mempersiapkan logistic dan material
pendukung pelatihan.
2. TUJUAN PELATIHAN
Tujuan Umum:
Menghasilkan pasien supporter komunitas yang terampil dan memiliki semangat Al
Maun dalam melaksanakan pendampingan pasien TB Kebal Obat
Tujuan Khusus:
1. Peserta memahami tugas dan peran pasien supporter TB Kebal Obat Komunitas
2. Peserta memahami Informasi Dasar Tb Kebal Obat
3. Peserta memahami proses pemeriksaan dan pengobatan pasien TB Kebal Obat
4. Peserta mampu melaksanakan pendampingan pengobatan TB Kebal Obat
5. Peserta terampil berkomunikasi
6. Peserta terampil dalam melaksanakan pencatatan dan pelaporan pasien TB Kebal
Obat
3. PESERTA
Pemilihan awal peserta merupakan langkah awal yang penting dilakukan oleh
penyelenggara. Adapun kriteria pasien supporter:
1. Pendidikan minimal D3 (lebih baik jika lulusan fakultas ilmu kesehatan), misal : FKM,
Stikes, Akper, STKS
2. Mampu berkomunikasi yang baik
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Sangat baik jika memiliki pengalaman menjadi social worker (jika di daerah ada
IPSI/Ikatan Pekerja Sosial Indonesia bisa menjadi sumber recruitment).
5. Mantan pasien dan keluarga mantan pasien (TB dan TB MDR) juga bisa menjadi
pasien supporter karena pengalamannya.
6. Orang yang sebelumnya terlibat dalam program kesehatan: hiv/aids, dll.
7. Bersedia menjadi pasien supporter TB Kebal Obat Komunitas dibuktikan dengan surat
kesediaan sebagai pasien supporter TB Kebal Obat
4. STRUKTUR PELATIHAN
Pelatihan pasien supporter TB Kebal Obat Komunitas berlangsung selama…… JPL (Jam
Pelajaran) dan diakhiri dengan pertemuan evaluasi akhir pelatihan.
Pelatihan ini akan dilangsungkan selama 3 (tiga) hari terdiri dari:
1. Pelatihan di dalam kelas/Pengkayaan Teori (T)
Merupakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas yaitu penyampaian materi
pembelajaran oleh fasilitator.
2. Praktek di dalam kelas (PK)
Merupakan kegiatan praktek di dalam kelas dengan bentuk simulasi, diskusi, bermain
peran, dan curah pendapat yang didampingi oleh fasilitator
3. Praktek Lapangan (PL)
Merupakan kegiatan praktek lapangan pasca pelatihan di dalam kelas. Dalam
pelaksanaannya peserta akan didampingi oleh fasilitator. Kegiatan paraktek lapangan
dilaksanakan di unit rawat jalan fase lanjutan TB Kebal Obat
STRUKTUR PELATIHAN
Waktu (jpl)
Sesi Materi
T PK PL Jumlah
A Materi Dasar
1. Peran pasien supporter dalam 1 0 0 1
penanggulangan TB Kebal Obat
Sub Total 1 0 0 1
B Materi Inti
1. Tugas pasien supporter komunitas 1 1 1 3
2. Informasi dasar TB Kebal Obat 1 1 0 2
3. Pemeriksaan dan Pengobatan pasien TB Kebal 1 1 1 3
Obat
4. Pendampingan pengobatan pasien TB Kebal 1 1 1 3
Obat
5. Komunikasi Efektif 1 1 1 3
6. Pencatatan dan pelaporan suspek TB 1 1 1 3
Sub Total 6 6 5 17
C Materi Penunjang
1. Bina Suasana 0 1 0 1
2. Rencana tindak lanjut 0 1 0 1
Sub Total 0 2 0 2
TOTAL 7 8 5 20
Keterangan:
Waktu 1 JPL adalah 45 menit
Materi dasar disampaikan oleh fasilitator organisasi
Materi Inti dan Meteri Penunjang merupakan tanggung jawab fasilitator pelatihan
5. STRATEGI PELATIHAN
A. Persiapan Pelatihan
Persiapan pelaksanaan dilaksanakan bersama-sama antara fasilitator, penyelenggara
dan pelaksana program yang berkoordinasi untuk membahas beberapa hal antara
lain:
1) Seleksi Pasien Suporter
Untuk menyeleksi calon pasien supporter, pelaksana program harus terlibat dan
harus memiliki pertimbangan dalam memilih pasien supporter yang akan
melaksanakan tugas di wilayahnya. Kriteria pasien supporter berdasarkan acuan
dan kriteria pasien TB Kebal Obat di RS PMDT (kriteria pasien)
5) Jadwal Pelatihan
Jadwal Pelatihan disesuaikan dengan struktur pelatihan yang ada.
C. Metode Pelatihan
Metode pelatihan yang digunakan adalah metode pelatihan interaktif dengan
penerapan sistem pendidikan orang dewasa (andragogik). Pelatihan bersifat dinamis
dan fasilitator diperbolehkan mengembangkan metode pelatihan dan membuat
improvisasi tanpa mengurangi atau melebihkan standar pelatihan yang ada.
1. Kegiatan pelatihan
Catatan:
1. Peserta latih ditekankan untuk mengikuti pelatihan secara penuh sebagai syarat
kelulusan tanpa tertinggal satupun materi (kesedian mengikuti pelatihan juga
merupakan syarat yang dicantumkan dalam lembar kesediaan menjadi pasien
supporter)
2. Jika ada peserta latih yang tidak mengikuti salah satu materi, maka fasilitator
memiliki kewajiban untuk memberikan pendampingan khusus dan menerangkan
materi yang tertinggal di waktu senggang pada masa pelatihan
PERSIAPAN AWAL PELATIHAN
Persiapan pelatihan sangat diperlukan agar segala hal yang berkaitan dengan pelatihan dapat
dipersiapkan. Persiapan pelatihan menjadi tanggung jawab tim koordinator program.
Koordinator Program dapat menggunakan lembar ceklist dibawah untuk mengingatkan panitia
tentang seluruh kebutuhan pelatihan baik persiapan fisik dan sistem peltihan.
Semua check list harus sudah terisi dengan tanda rumput sebelum pelatihan dimulai.
PERSIAPAN FASILITATOR
Persiapan fasilitator yang dikoordinir oleh Koordinator Program dan panitia meliputi:
Material pelatihan disiapkan oleh panitia yang dikoordinir oleh Koordinator Program tingkat
kabupaten. Material pelatihan disiapkan berdasarkan tiap tahapan oleh panitia. Penggunaan
material pelatihan pada saat pelatihan dikoordinasikan oleh fasilitator.
Persiapan material pelatihan sebaiknya sudah selesai paling lambat 3 hari sebelum pelatihan
PENDAHULUAN
Panduan Fasilitasi ini diperuntukkan bagi fasilitator pelatihan pasien supporter TB MDR
Komunitas yang berisi petunjuk proses kegiatan pelatihan. Fasilitator dianjurkan untuk
mempelajari panduan ini secara keseluruhan sebelum memulai pelatihan. Di dalam
pelaksanaannya, pelatihan pasien supporter ini dapat diisi dengan improvisasi tapi tidak keluar
dari kerangka panduan umum pelatihan.
Bagian Panduan
Panduan terdiri dari beberapa bahan bacaan fasilitator yang akan menjadi petunjuk singkat
bagaimana memfasilitasi pelatihan ini:
Keseluruhan kerangka kurikulum dapat dipelajari dalam panduan umum dan kurikulum.
Fasilitator harus menguasai materi tersebut.
ALUR KEGIATAN
PERTEMUAN
KOORDINASI AWAL
SSR-Dinkes-RS PMDT
3. Peran Fasilitator
Peran fasilitator sangat penting untuk mendapatkan output pelatihan yang
diharapkan. Fasilitator harus dapat mengelola sistem pembelajaran senyaman
mungkin bagi peserta pelatihan.
Peran dan fungsi fasilitator:
Memimpin seluruh proses pelatihan di dalam kelas.
Membuka sesi pelatihan dan menutup setiap sesi pelatihan dengan
memberikan kesimpulan di akhir sesi pelatihan
Memberikan penilaian menyeluruh terhadap kemajuan peserta
Mengatur jalannya proses praktek lapangan
Berkoordinasi dengan panitia untuk mempersiapkan praktek lapangan
Menilai dan memberikan kesimpulan terhadap proses praktek lapangan
C. Metode Fasilitasi Sesi
MEMBUKA PELATIHAN
Tujuan Kegiatan:
1. Membuka pelatihan secara resmi
2. Memperkenalkan tujuan pelatihan pada saat memulai pelatihan
3. Membangun persepsi bahwa pelatihan itu menyenangkan dan tidak membosankan
4. Memperkenalkan manfaat pelatihan kepada peserta latih
5. Mendorong komitmen peserta pada pelatihan
6. Mengajak semua peserta mengenal satu sama lain dan membangun keakraban dengan cara
yang menyenangkan.
TUJUAN KEGIATAN:
TUJUAN KEGIATAN
TUJUAN KEGIATAN
1. menjelaskan siapa yang dapat memastikan diagnosa pasien TB Kebal Obat dan
menentukan rencana pengobatan
2. menjelaskan dimanakah penentuan diagnosa TB Kebal Obat ditentukan
3. menjelaskan pengobatan dan pemantauan pengobatan TB Kebal Obat
4. menjelaskan dimanakah pengobatan TB Kebal Obat dan pemeriksaan pemantauan
pengobatan dapat dilakukan
5. menjelaskan efek samping obat
TUJUAN KEGIATAN
PRAKTEK LAPANGAN
TUJUAN KEGIATAN:
Tanggal Kegiatan:
NO INFORMASI DETAIL
1. Identitas Pasien a. Nama:
c. Sex: Laki-laki/Perempuan
d. Alamat lengkap:
d. Rencana Terapi
No Nama Obat (Dosis) Jumlah obat/ Minum/
x minum suntik
NO INFORMASI DETAIL
1. Identitas Pasien a. Nama: Tn X
c. Sex: Laki-laki/Perempuan
Tanggal Kegiatan:
NO INFORMASI DETAIL
1. Identitas Pasien a. Nama:
c. Sex: Laki-laki/Perempuan
d. Alamat lengkap:
2. Bagaimana dan
kapan pasien
dinyatakan
sebagai pasien
TB MDR
3. Bagaimana
pasien selama ini
menjalani
pengobatan
4. Adakah kendala
yang dialami
pasien saat
menjalani
pengobatan
5. Catatan khusus
peserta
LAMPIRAN 2.b. contoh pengisian lembar kerja praktek lapangan
NO INFORMASI DETAIL
1. Identitas Pasien a. Nama: Nn. Y
c. Sex: Laki-laki/Perempuan
2. Bagaimana dan Nn. Y adalah pasien TB Kebal Obat fase lanjutan. Sudah menjalani
kapan pasien pengobatan sejak November 2013.
dinyatakan Pasien menceritakan bahwa sebelum ditetapkan sebagai pasien TB
sebagai pasien MDR, Y adalah pasien TB kategori II yang dinyatakan gagal
TB MDR pengobatan. Y dirujuk oleh Puskesmas kecamatan Maja ke RS dr.
Soetomo. Di RS dr. Soetomo Y menjalani pemeriksaan dahak, dan
pada tanggal 10 November 2013, dinyatakan sebagai pasien TB
MDR, dan tanggal 11 November 2013 mulai menjalani pengobatan
tahap awal TB Kebal Obat. Pengobatan dilanjutkan di RS. Dr.
Soetomo
3. Bagaimana Menurut penuturan Nn. Y, pengobatan yang dijalani saat ini terasa
pasien selama ini lebih berat dibandingkan pada saat pengobatan TB kategori II.
menjalani Walaupun pada pengobatan TB Kategori II juga mendapatkan obat
pengobatan suntikan, tetapi jumlah obat yang diminum lebih banyak. Dan efek
samping minum obat yang dirasakan juga lebih berat. Efek samping
yang berat yang dirasakan adalah mual yang tidak hilang-hilang,
sakit kepala, hal ini muncul terutama pada masa-masa awal
pengobatan. Nn. Y juga merasakan perasaan yang tidak enak, ingin
menyendiri, dan tidak ingin bertemu dengan orang lain.
Sejak awal pengobatan pasien mendapat dukungan dari keluarga,
terutama orang tua, sehingga pada saat efek samping muncul
selalu ada yang menyemangati dan memotivasi untuk tidak
berhenti minum obat.
4. Adakah kendala Menurut penuturan Nn. Y, pengobatan sebenarnya sempat
yang dialami dillanjutkan di Puskesmas Maja, yang lokasinya lebih dekat dengan
pasien saat tempat tinggalnya. Tapi pelayanan yang diberikan di Puskesmas
menjalani Maja kurang berkenan. Petugas kesehatan di Puskesmas Maja
pengobatan kurang ramah.Pasien kembali melanjutkan pengobatan di RS. Dr.
Soetomo.
Kendala lain adalah saat efek samping pengobatan muncul.
Keluhan mual sebenarnya juga dirasakan pada saat pengobatan
TB Kategori II, tapi pada pengobatan TB Kebal Obat,keluhan mual
sangat hebat, dan dirasakan sepanjang hari. Oleh petugas
kesehatan, diberikan obat mual. Hal ini cukup menolong ditambah
dengan beberapa kegiatan yang dapat mengalihkan keluhan,
seperti: mendengarkan musik, membaca Al Qur’an atau mengisi
TTS.