PENDAHULUAN
Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu
fungsi kognitif dan proses pikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik,
dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif danpersepsi mengakibatkan
kemampuan menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan
sosial mengakibatkan kemapuan berespon terganggu yang tampak dari perilaku
non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh ) dan perilaku verbal (penampilan
hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas terkait dengan fungsi
otak, maka gangguan atau respon yang timbul disebut pula respon neuro biologik.
Berpikir adalah suatu proses dialektis yaitu selama kita berpikir, fikiran kita
mengadakan tanya jawab dengan pikitan kita untuk dapat meletakkan hubungan-
hubungan antara ketahuan kita dengan tepat.
1
Berpikir adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan
penemuan yang terarah kepada suatu tujuan (Purwanto, 1992)
Proses pikir. Proses informasi yang tidak berfungsi dengan baik akan
mempengaruhi proses berpikir sehingga memberi dampak pada proses
komunikasi. Dalam berkomunikasi mungkin inkoheren, tidak berhubungan,
berbelit dan tidak logis. Klien tidak mampu mengorganisirdan menyusun
pembicaraan yang logis dan koheren. Ketidakmampuan klien ini sering membuat
lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien. Perawat hendaknya
mengidentifikasi beberapa respon verbal dan nonverbal klien serta melakukan
validasi.
2
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Sebagai salah salah satu bahan bacaan atau referensi yang dapat
menambah pengetahuan khususnya mahasiswa-mahasiswi stikes hang-
tuah surabaya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
4
Bentuk dan pengorganisasian bicara
Isi pikir
2. Fungsi Persepsi
Adaptif
Persepsi adalah respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus eksternal
juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensasi sehingga individu dapat
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus yang diterima.
Maladaptif
Ilusi
Halusinasi
3. Fungsi Emosi
Emosi digambarkan dalam istilah mood dan afek
Mood adalah suasana emosi yang memanjang, yang mempengaruhi
kepribadian dan fungsi kehidupan individu.
Afek mengacu pada perilaku: gerakan tangan dan tubuh. Ekspresi wajah
dan intonasi suara dapat diamati ketika individu mengekspresikan dan
mengalami perasaan-perasaan emosi.
Adaptif
Afek sesuai dengan mood
Maladaptif
Gangguan emosi dapat dikaji melalui perubahan afek yaitu:
Afek tumpul
Afek Datar
Afek Tidak sesuai
Afek Yang berlebihan
ambivalen
4. Fungsi Motorik
Adaptif
Aktifitas motorik merupakan manifestasi fungsi kognitif, persepsi dan
afektif secara simultan.
Aktifitas motorik dapat terlihat melalui aktifitas fisik klien
5
Maladaptif
Perubahan motorik dimanifestasikan dalam:
Peningkatan/ penurunan tingkat aktifitas motorik
Impulsif
Manerisme
Automatisme
Stereotip
Kataton
Parkinson (gejala-gejala ekstrapiramidal)
Gerakan mata abnormal
Grimasen
Apraksia
Ekopraksia
Cara berjalan abnormal
5. Fungsi sosial
Adaptif
Sosiaisasi merupakan kemampuan untuk membentuk hubungan kerja sama dan
saling ketergantungan
Maladaptif
Efek langsung
Tidak ada motivasi
Menarik diri
Isolasi sosial
Ketidakmampuan komunikasi secara koheren
Kemunduran keterampilan sosial
Defisit perawatan diri
“paranoid”
Efek tidak langsung
Harga diri rendah
Hubungan sosial yang tidak sesuai
Tidak berminat dalam aktifitas rekreasi
6
Gangguan identitas pribadi
Masuk informasi
1. Sesori internal
Biokimia
Emosi
2. Sesori eksternal
Penglihatan
Peendengaran
Perabaan
Pengecapan
Penciuman
Proses diotak
1. Gerakan motorik
2. Proses piker
3. Respon sosial
4. Respon emosional
Proses informasi merupakan proses masuknya informasi yang akurat,
penyimpanan informasi dan pemakaian kembali informasi tersebut.
7
c. Lonus frontal
d. Ganglia basal
e. Ketidakseimbangan neurotransmitter dan neuromodulator.
3. Pengalaman belajar yang lalu (termasuk pengalaman emosional)
Ingatan
Adapun ingatan itu berdasarkan tiga proses utama, yaitu pencatatan atau
regristrasi (mencatat atau meregristrasi sesuatu pengalaman didalam susunan
syaraf pusat); penahanan atau retensi (menyimpan atau menahan catatan tadi);
dan pemanggilan kembali atau recall (mengingat atau mengeluarkan kembali
catatan itu).
Gangguan ingatan terjadi bila terdapat gangguan pada salah satu atau lebih
dari unsur yang beda itu, umpamanya pada pencatatan, karena kurangnya
perhatian atau hambatan oleh rangsangan yang lain (cara belajar yang salah),
pada penahanan karena keadaan otak sendiri, dan pada pemanggilan kembali
karena gangguan emosi dan kelelahan. Sering satu faktor saja sudah dapat
mempengaruhi pencatatan dan pemanggilan kembali kudua-duanya,
umpamanya gangguan emosi dan kelelahan.
Gangguan ingatan umum tidak terbatas pada suatu waktu tertentu saja
(seperti pada amnesia histerik), dan dapat meliputi:
1. Yang baru saja terjadi: kejadian pada beberapa jam atau beberapa hari
yang lampau.
2. Yang sudah lama berselang terjadi: kejadian beberapa tahun yang lalu
8
Paramnesia: ingatan yang keliru karena distorsi pemanggilan kembali atau
recall, umpamanya:
1. “Deja vu”: seperti sudah pernah melihat sesuatu, tetapi sebenarnya belum
pernah.
Persepsi
persepsi ialah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan serta perbedaan
antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan setelah
panca indranya mendapat perangsang. Jadi persepsi itu dapat terganggu oleh
gangguan otak (karena kerusakan otak, keracunan, obat halusinogenik) oleh
gangguan jiwa (emosi tertentu dapat mengakibatkan ilusi; psikosa dapat
menimbulakn halusinasi) atau oleh pengaruh lingkungan sosio budaya
(mempengaruhi persepsi karena penilaian yang berbeda dan orang dari lingkungan
sosio budaya yang berbeda pula).
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra
seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/ bangun, dasarnya mungkin
organik, fungsional, psikotik ataupun histerik.
9
1. halusinasi penglihatan (visual, optik): tak berbentuk (sinar, kilapan atau
pola cahaya) atau berbentuk (orang, binatang atau barang lain yang
dikenalnya), berwarna atau tidak;
10. halusinasi histerik: timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional
Keyakinan tentang halusinasi ialah sejauh manakah pasien itu yakin bahwa
halusinasinya merupakan kejadian yang benar, umpamanya mengetahui bahwa hal
itu tidak benar, ragu-ragu atau yakin sekali bahwa hal itu benar adanya.
10
Halusinasi itu dapat timbul pada skizofrenia dan psikosa fungsional yang lain,
pada syndrome otak organik, epilepsi (sebagai aura), nerosa histerik, intoksikasi
atropin atau kecubung, zat halusinogenik dan pada deprifasi sensorik.
Tahap I
karakteristik
non psikotik
perilaku klien
Tahap II
menyalakan
11
secara umum halusinasi/ pengalaman sensori menyebabkan rasa antipati
karakteristik
non psikotik
perilaku klien
Tahap III
mengontrol
karakteristik
psikotik
perilaku klien
12
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita
Tahap IV
menguasai
karakteristik
psikotik
perilaku klien
perilaku panik
13
Ilusi ialah interpretasi atau penilaian yang salah tentang pencerapan yang
sungguh terjadi, karena rangsang pada panca indra. Umpamanya: bunyi angin
didengarnya seperti dipanggil namanya; bayangan daun dilihatnya seperti seorang
penjahat. Adapun ilusi itu sangat dipengaruhi oleh emosi pada suatu waktu
tertentu dan biasanya yang bersangkutan dapat mengoreksinya sesudahnya. Ilusi
itu dibedakan dari “halusinasi”, dari “pikiran hubungan” dan dari “disorientasi”.
1. Anesthesia : kehilangan indera peraba pada kulit pasien; tetapi tidak sesuai
denagn anatomi saraf.
2. Paresthesia : indera peraba yang berubah, umpamanya merasa seperti
ditusuk-tusuk jarum, seperti ada semut berjalan, merasa panas atau tebal
pada kulitnya.
3. Gangguan penglihatan atau pendengaran.
4. Perasaan nyeri.
14
5. Makropsia : benda-benda kelihatan lebih besar dari yang sebenarnya,
kadang-kadang begitu besar, sehingga mengerikan; terdapat pada nerosa
histerik.
6. Mikropsia: benda-benda kelihatan lebih kecil dari yang sesungguhnya,
dapat berganti-ganti dengan makropsia pada hysteria (atau dapat timbul
pada delirium tremens).
Gangguan psikofisiologik: ialah gejala atau gangguan pada bagian tubuh yang
disarafi oleh susunan saraf vegetatif dan yang disebabkan oleh gangguan emosi.
Perubahan fisiologik ini biasanya menyertai keadaan emosi tertentu; pada
umumnya reversibel dan biasanya tidak mengakibatkan kerusakan jaringan yang
permanen. Gangguan seperti ini mungkin terjadi pada :
15
Terapi Aktivitas Kelompok
Orientasi Realita
Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang, tempat,
dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi TAK orientasi realitas adalah klien
halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mengenal orang lain,
tempat dan waktu.
Tujuan :
Setting :
Alat :
2. Spidol
16
3. Bola tenis
4. Tape recirder
5. Kaset “dangdut”
Metode :
1. Dinamika kelompok
Langkah kegiatan :
1. Persiapan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi
c. Kontak
17
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tata Kerja
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
18
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Evaluasi
Sesi 1 : TAK
19
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
klien.
Dokumentasi
Tujuan :
Setting :
Alat :
1. Tape recorder
2. Kaset lagu “dangdut”
20
3. Bola tenis
Metode :
1. Diskusi kelompok
2. Orientasi lapangan
Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak pada klien peserta Sesi 1 TAK orientasi
realitas.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Terapis dan klien memakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah klien masih mengingat nama-nama klien yang
lain.
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal tempat yang
biasa dilihat.
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut.
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis.
- Lama kegiatan 45 menit.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Terapis menanyakan kepada klien nama rumah sakit, nama
ruangan; klien diberi kesempatan menjawab. Beri pujian pada klien
yang mampu menjawab dengan tepat.
21
b. Terapis menjelaskan dengan menyalakan tape recorder lagu
dangdut, sedangkan bola tenis diedarkan dari satu peserta ke
peserta yang lain searah jarum jam. Pada saat lagu berhenti, klien
yang sdang memegang bola tenis akan diminta menyebutkan nama
rumah sakit dan nama ruangan tempat klien dirawat.
c. Terapis menyalakan tape recorder, menghentikan lagu, dan
meminta klien yang memegang bola tenis untuk menyebutkan
nama ruangan dan nama rumah sakit. Kegiatan ini diulang sampai
semua peserta mendapat giliran.
d. Terapis memberikan pujian saat klien telah menyebutkan dengan
benar.
e. Terapis mengajak klien berkeliling serta menjelaskan nama dan
fungsi ruangan yang ada. Kantor perawat, kamar mandi, WC,
ruang istirahat, ruang TAK, dan ruangan lainnya.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
Evaluasi
22
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluai adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK orientasi realitas tempat, kemampuan klien yang diharapkan adalah
mengenal tempat di rumah sakit.
Sesi 2: TAK
Nama klien
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengenal tempat-
tempat di ruang rawat dan nama rumah sakit. Beri tanda V jika klien
mampu dan tanda X jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 2, TAK orientasi realitas
23
tempat. Klien mampu menyebutkan nama ruangan dan letak kamar tidur yang lain
belum mampu. Orientasikan dengan tempat-tempat di ruangan.
Tujuan :
Setting :
Alat :
1. Kalender
2. Jam dinding
3. Tape recorder
4. Kaset lagu dangdut
5. Bola tenis
Metode :
1. Diskusi
2. Tanya jawab
Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak kepada klien peserta SesSesi 2 TAK orientasi
realitas.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
24
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Terapis dan klien memakai papan nama.
b. Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
3. Tahap kerja
25
d. Terapis memberikan pujian kepada klien setelah memberikan
jawaban yang tepat.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
b. Tindak lanjut
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK orientasi realitas waktu, kemampuan klien yang diharapkan adalah
mengenal waktu, hari, tanggal, bulan, dan tahun. Formulir evaluasi sebagai
berikut.
26
Sesi 3: TAK
Nama klien
1. Menyebutkan jam
2. Menyebutkan hari
3. Menyebutkan tanggal
4. Menyebutkan bulan
5. Menyebutkan tahun
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengenal waktu, hari,
tanggal, bulan, dan tahun. Beri tanda V jika klien mampu dan tanda X jika
klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK, pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 3, TAK orientasi realitas
27
waktu. Klien mampu menyebutkan tanggal dan hari, tetapi yang lain belum
mampu. Orientasikan klien terhadap waktu secara intensif.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Faktor Penyebab :
Masuk informasi
Proses otak
Respon perilaku
28
Ganglia basal
Ketidakseimbangan neurotransmitter dan neuromodulator.
6. Pengalaman belajar yang lalu (termasuk pengalaman emosional)
BAB IV
PENUTUP
29
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, W.F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Cet. 8. Surabaya: Airlangga
University Press.
Stuart, Gail. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC
http://sehatjiwa-6.blogspot.com/2008/04/gangguan-orientasi-realita.html
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2010/01/gangguan-orientasi-realitas.html
http://www.agung-skep-ns.co.cc/2010/03/terapi-aktivitas-kelompok-orientasi.html
http://wikimedya.blogspot.com/2010/04/gangguan-orientasi-realitas.html
http://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/tak-orientasi-realita-dan-sosialisasi/
30