N A M A : A G U S S E T I AWA N
NIM : 201501048
Latar Belakang
Stroke atau serangan otak adalah penyakit yang sangat menakutkan saat ini,
Stroke menyerang individu lanjut usia, tetapi juga dapat menyerang dewasa muda dan
anak-anak, terutama dengan kelainan bawaan jantung atau pembuluh darah (Indrawati,
Sari, & Dewi, 2008).Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga setelah
penyakit jantung dan kanker, jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825
orang (7,0‰). Di Jawa Timur sebesar 16 per mil (Riskesdas, 2013). Sedangkan angka
kejadian stroke yang terjadi diwilayah Ponorogo pada tahun 2017 sebanyak 1268 orang
(Rekam Medik Ruang Aster RSUD Dr.Harjono Ponorogo 2017).
Pasien stroke yang dirawat di rumah sakit sering mengalami kelemahan anggota
gerak, baik sebagian maupun seluruhnya yang menyebabkan pasien imobilisasi.
Imobilisasi yang berkepanjangan berpotensi terjadi komplikasi, salah satunya adalah
konstipasi. Konstipasi dapat menyebabkan tekanan pada abdomen yang memicu pasien
mengejan saat berdefekasi. Untuk mengatasi konstipasi perlu dilakukan perawatan
secara komperhensif diantaranya adalah mencatat tanggal buang air besar terahir,
memonitor feses yang meliputi frekuensi, konsistensi, bentuk, volume, dan warna,
memonitor bising usus (Bulechek, dkk 2013). Memasukan suppositoria ke dalam
dubur, menganjurkan pasien untuk memakan makanan tinggi serat, dan memberikan
cairan hangat setelah makan (Ginting, Waluyo, & Sukmarini, 2015).
Tinjauan Pustaka
suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara
Definisi
fokal atau global yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan
yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan
vaskular
Klasifikasi Manifestasi Klinis Faktor Resiko Pemeriksaan Penunjang
Sebagian besar stroke terjadi karena 1. Breathing : Harus dijaga agar jalan
oklusi arteri serebri oleh trombosis nafas bebas dan bahwa fungsi paru-paru
atau emboli yang berkaitan dengan cukup baik.
ateroklerosis. Pada aterosklrerosis, 2. Brain : Bila terjadi edema otak, dapat
mula-mula tebentuk daerah dilihat dari keadaan penderita yang
berlemak yang berwarna kuning mengantuk, adanya bradikardi dapat
pada permukaan arteri. Trombosit diberikan manitol. Untuk mengatasi
selanjutnya melekat pada plak
kejang-kejang yang timbul dapat
(agregasi) dan bersama dengan
diberikan diphenylhydantion atau
fibrin, pelekatan trombosit secara
perlahan memperbesar ukuran plak carbamazepin.
sehingga terbentuk trombus Emboli 3. Blood : pengobatan hipertensi pada
septik dapat menyebabkan fase akut dapat mengurangi tekanan
pembentukan aneurisma serebral perfusi yang justru akan menambah
(mikotik), yang selanjutnya diikuti iskemik lagi..
oleh ruptur pembuluh darah dan 4. Bowel : defekasi dan nutrisi harus
perdarahan. Penyempitan atau diperhatikan. Hindari terjadinya
oklusi pembuluh arteri serebral konstipasi karena akan membuat pasien
mengakibatkan berkurangnya aliran gelisah
darah serebral ke daerah yang 5. Bladder : miksi dan balance cairan
biasanya disuplai oleh pembuluh harus diperhatikan. Jangan samapi
darah yang terkena dan terjadi retentio urine. Pemasangan
pengurangan aliran darah ini kateter jika terjadi inkontinensia.
menentukan keparahan cedera pada
otak.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Biodata
Pengkajian Fisik
Pengkajian biodata difokuskan pada :
Umur, jenis kelamin, ras, lingkungan
tempat tinggal, tingkat pendidikan, faktor
Pengkajian merupakan tahap sosial ekonomi.
yang paling menentukan bagi 2. Keluhan utama :
tahap berikutnya. Kemampuan kelemahan anggota gerak setelah badan,
mengidentifikasi masalah bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi ,
keperawatanyang terjadi pada dan penurunan tingkat kesadaran
tahap ini akan menentukan 3. Riwayat penyakit sekarang :
nyeri kepala, mual, muntah, bahkan kejang
diagnosis keperawatan.
sampai tidak sadar selain gejala
kelumpuhan separuh badan atau gangguan
fungsi otak yang lain.
4.Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke
sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit
jantung,
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang
menderita hipertensi, diabetes mellitus atau
adanya riwayat stroke dari generasi
terdahulu
Pemeriksaan Head To Toe
Mulut dan tenggorokan :Didapatkan penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah
Leher : Terdapat kaku kuduk akibat peningkatan tekanan intrakranial, distensi pembuluh darah vena
jugularis
Abdomen
Auskultasi : penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama
Palpasi : Kuadaran kiri bawah : dapat ditemukan penumpukan skibala karena penurunan peristaltik
sekunder terhadap bad rest yang lama akibatnya terjadi konstipasi pada pola defekasi
Ekstremitas atas dan bawah :
Kelemahan atau kelumpuhan salah satu atau kedua sisi sehingga mempengaruhi kekuatan otot
Fungsi Motorik
Pasien dengan stroke dapat mengalami kehilangan kontrol Kerusakan tersebut dapat berupa hemiplegia
atau hemiparesis
Fungsi sensorik
Pasien dengan stroke dapat dijumpai hemihipestesi
Refleks
Pasien dengan stroke pemeriksaan refleks patologis, pada fase akut refleks patologis sisi yang lumpuh
akan menghilang.
1.Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
peningkatan tekanan intra cranial.
2.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan
Diagnosa Keperawatan keseimbangan dan koordinasi, penurunan kekuatan otot.
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan.
4. Konstipasi berhubungan dengan imobilisasi dan asupan cairan yang
tidak adekuat
Intervensi
Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
Konstipasi Bowel elimination Bowel Management :
Definisi: Indicator : 1. Catat tanggal buang air besar
Penurunan pada frekuensi normal 1. Frekuensi terahir
defekasi yang disertai oleh kesulitan 2. Warna feses 2. Monitor bising usus
atau pengeluaran tidak lengkap feses 3. Bising usus 3. Monitor feses yang meliputi
dan/atau pengeluaran feses yang 4. Konsistensi frekuensi, konsistensi, bentuk,
keras, kering, dan banyak. 5. Bentuk volume, dan warna
Batasan karakteristik : 4. Anjurkan pasien atau keluarga
1. Perubahan pola defekasi untuk memonitor feses yang
2. Penurunan frekuensi meliputi frekuensi, konsistensi,
3. Penurunan volume feses bentuk, volume, dan warna
4. Distensi abdomen 5. Masukan supositoria rektum
5. Rasa rektal penuh sesuai kebutuhan
6. Massa abdomen yang dapat 6. Instruksikan kepada pasien atau
diraba keluarga pada diet tinggi serat
7. Perkusi abdomen pekak dengan cara yang tepat
8. Tidak dapat mengeluarkan feses 7. Instruksikan pada pasie atau
keluarga mengenai hubungan
antara diet, latihan dan asupan
cairan terhadap kejadian
konstipasi
Konsep Konstipasi
Definisi Etiologi Manifestasi Klinis
di Ruang Aster lantai 1 gedung selatan RSUD Dr. Harjono Ponorogo yang
Lokasi beralamat di Jl. Ponorogo-Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa
Timur.
Proses pembuatan studi kasus ini dimulai pada bulan November 2017 yang diawali
Waktu dari pengajuan judul, dan ujian proposal dilaksanakan pada bulan Januari 2018,
pengambilan data dilakukan pada bulan Februari 2018 sedangkan sidang studi kasus
diadakan pada bulan Juni 2018.
Pengumpulan data adalah suatu proses pedekatan kepada
Pengumpulan Data
subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang
diperlukan dalam suatu penelitian. Wawancara
(Interview), Observasi, Pemeriksaan Fisik, Studi
Dokumentasi