Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN HIPERTENSI

KELURAHAN MULYOREJO RT 05 RW 01 WILAYAH KERJA

UPTD PUSKESMAS CEPU KECAMATAN CEPU

KABUPATEN BLORA

Oleh :
Anies Puspitaningrum
P1337420920059

PRODI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN HIPERTENSI

KELURAHAN MULYOREJO RT 05 RW 01.

A. BIODATA PASIEN

Data Biografi

Nama : Ny K

Alamat : Mulyorejo RT 05/01 Cepu Blora

Tgl lahir/umur : 72 th

Orang yang paling dekat dihubungi : Bp S (Anak)

B. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

Pasien merasakan pusing-pusing, kaku pada tengkuk, kadang merasakan pegal –pegal pada

kedua kakinya.

C. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

Ny. K mempunyai riwayat hipertensi, penyakit hipertensi ini sudah diketahui oleh keluarga

semenjak 5 tahun yang lalu, bila ada keluhan misalnya pusing-pusing, kaku pada tengkuk,

biasanya berobat di bidan diantar oleh anaknya Bp S. Bila tidak sempat biasanya Ny K minum

jamu yang dibuat sendiri ( jamu godogan ). Ny. K kadang merasakan pegal –pegal pada kedua

kakinya.

D. RIWAYAT KELUARGA

Ny K tinggal bersama suaminya yaitu Bp J, keduanya merupakan pasangan lansia yang hidup

dalam satu rumah. Tempat tinggal mereka bersebelahan dengan anak mereka yaitu Bp S.
E. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

Karakteristik rumah :

Rumah permanent, ukuran 8 x 5 m

Lantai ubin

Ventilasi rumah cukup

Kebersihan rumah cukup bersih

Keluarga mempunyai WC pribadi yang berada di dalam rumah

Air bersih didapat dari PAM yang menyalur dari rumah Bp S

F. RIWAYAT REKREASI

Keluarga tidak mempunyai TV, tapi hanya mempunyai radio. Mereka berdua tidak jarang pergi

bersama-sama. Tidak mempunyai kebiasaan jalan-jalan/rekreasi. Hanya sering berbincang-

bincang berdua di dalam rumah atau di teras rumah.

G. SUMBER SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN

Keluarga Bp S yang merupakan anaknya setiap hari mengunjungi rumah keluarga Bp. J,

Keluiarga mempunyai penghasilan dari hasil kebun sendiri, yang dijual kepada para pembeli

yang mendatangi rumah mereka

H. DISKRIPSI HARI KHUSUS

-setiap lebaran Ny. K dan Bp J selalu berkumpul bersama, Setiap ada acara dalam keluarga

besar ( pernikahan, kelahiran, sunatan ), mereka selalu dilibatkan untuk ikut membantu.

I. TINJAUAN SISTEM
a. Keadaan Umum

Kesadaran : baik

Tensi : 160/100 mm Hg

Nadi : 100 x/menit,

Pernafasan : 20 x/ menit

Suhu : 36 º C

b. Integumen/kulit

 Kulit keriput, keadaan bersih

 elastisitas menurun

 tamak kering, tidak luka di kulit

 kuku menebal dipotong pendek

c. kepala

 bersih, mesocepal

 rambut agak bersih, beruban

d. Mata

 pupil isokor

 tidak anemi

 tidak memakai kacamata

e. telinga : bersih, serumen - , ada sedikit gangguan pendengaran

f. Hidung : tidak ada kelainan

g. Mulut : tidak ada kelainan

h. Leher : tidak ada kelainan


i. Payudara : tidak ada benjolan

j. Pernafasan : normal

k. kardiovaskuler : tidak ada kelainan

l. Gastrointestinal : BAB 2x sehari, konsistensi keras, tapi tidak ada keluhan lain

m. Perkemihan : tidak kelainan

n. Genito urinaria : tidak ada keluhan

o. musculoskeletal : kaki pegal, tidak ada keluhan lain

p. SSP : tidak ada keluhan

J. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL

1. Psikososial

Klien masing sering berhubungan dengan masyarakat sekitar, sering duduk berbincang-

bincang dengan tetangga di depan rumah walau semenjak pandemic klien mengurangi aktivitas

dan mengurangi berhubungan dengan para tetangga. Sebelum pandemic klien terkadang ikut

pengajian yang diadakan di tempatnya. Harapan klien bersosialisasi adalah untuk menambah

saudara dan saling memperhatikan satu sama lain.

2. Identifikasi masalah emosional

Pertanyaan tahap I :

 klien sering mengalami kesulitan tidur

 Klien tidak sering merasa gelisah

 Klien tidak pernah merasa murung atau menangis sendiri

Pertanyaan tahap II :

 tidak ada keluhan 3 bulan terakhir


 tidak ada gangguian/ masalah dengan keluarga lain

 tidak menggunakan obat tidur/penenang

 tidak cenderung mengurung diri

Dengan demikian Ny K tidak mempunyai masalah emosional.

2. Spiritual

Klien taat beribadah masih aktif mengikuti pengajian. Keyakinan klien terhadap

kematian adalah suatu hal yang wajar karena semua manusia akan mati tidak tergantung pada

umur, karena sudah ada yang mengatur. Tapi klien masih punya harapan agar diberi umur

panjang untuk bisa menemani/ melayani suami, anak dan cucunya.

K. PENGKAJIAN FUNGSI KLIEN

1. INDEKS KATZ

Klien termasuk katagori A yaitu mandiri dalam makan, kontinensia, menggunakan

pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi.

2. MODIFIKASI DARI BARTHEL INDEKS

Klien masuk dalam kategori mandiri dengan jumlah nilai 130

L. PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK

1. Identifikasi tingkat intelektual dengan SPSMQ ( Short Portable Mental Status Questioner )

No PERTANYAAN BENAR SALAH


1. Tanggal berapa hari ini ? √
2. Hari apa sekarang ? √
3. Apa nama tempat ini ? √
4 Dimana alamat anda ? √
5 Berapa umur anda ? √
6 Kapan anda lahir ? √
7 Siapa presiden Indonesia sekarang ? √
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ? √
9 Siapa nama ibu anda ? √
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari √
setiap angka baru, semua secara menurun
JUMLAH 8 2

Intrepetasi hasi yaitu: dari 10 pertanyaan Ny K menjawab benar 8 dan salah 2 jadi fungsi

intelektual utuh

2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE ( Mini Mental Status

Exam )

Dengan interpretasi hasil : Ny K memperoleh nilai 18 jadi ada kerusakan aspek fungsi

mental ringan

ANALISA DATA

NO DATA MASALAH KEPERAWATAN


1. Data Subyektif Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan pada
Klien mengatakan bahwa keluarga Bp J khususnya pada Ny K
dia sering mengalami kaku kuduk berhubungan dengan ketidakmampuan
pada tengkuk keluarga merawat anggota keluarga dengan
Klien mengatakan bahwa masalah hipertensi
dia sering pusing
Klien mengatakan bahwa 5
tahun yang lalu dia sudah
menderita hipertensi
Data Obyektif
Pada saat pengkajian Tensi :
160/100 mmHg, Nadi 100 X/menit,
R : 20 x/menit S : 36ºC
Klien belum periksa ke
bidan yang biasa dikunjunginya
Klien belum minum obat
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA GERONTIK

NO DIAGNOSA TUJUAN TUJUAN RENCANA EVALUASI INTERVENSI


KEPERAWATAN JANGKA JANGKA KRITERIA STANDAR
PANJANG PENDEK
1 2 3 4 5 6 7
1. Resiko tinggi Setelah 2X45 1.Setelah 1x30 Respon Tanda 1.menjelaskan
gangguan perfusi menit menit verbal hipertensi ; dan
jaringan pada pertemuan pertemuan pusing, mudah mendiskusikan
keluarga Bp J keluarga keluarga dapat marah, rasa dengan
khususnya pada dapat menyebutkan lemah an keluarga
Ny K merawat tanda gemetar, mata tentang tanda
berhubungan anggota hipertensi,dan berkunang- hipertensi dan
dengan keluarga dapat kunang. penyebabnya.
ketidakmampuan dengan menyebutkan Penyebab 2. gali
keluarga merawat hipertensi penyebab hipertensi pengetahuan
anggota keluarga hipertensi :keturunan, keluarga
dengan masalah stress, tentang
hipertensi kegemukan, penyakit
merokok, hipertensi
makanan 3. Beri
berlemak, kesempatan
alcohol, pada keluarga
tekanan dari untuk
lingkungan, menanyakan
banyak hal-hal yang
mengkonsumsi tidak
makanan asin diketahui.
4
Menanayakan
kembali hal-hal
yang telah
didiskusikan

1 2 3 4 5 6 7
2. Setelah 1x15 Respon Akibat 1.Menjelaskan
menit pertemuan verbal hipertensi ; dan
keluarga mampu penyakit mendiskusikan
mengambil jantung bersama
keputusan untuk koroner, keluarga
merawat anggota stroke, tentang bahaya
keluarga dengan gangguan dari hipertensi.
masalah hipertensi fungsi ginja 2. gali
dengan mampu pengetahuan
menyebutkan keluarga bahaya
akibat bila hipertensi
hipertensi tidak 3. Beri
diatasi kesempatan
pada keluarga
untuk
menanyakan
hal-hal yang
tidak diketahui.
4 Menanyakan
kembali hal-hal
yang telah
didiskusikan

1. menjelaskann
Respon Cara dan
3.Setelah verbal perawatan mendiskusikan
pertemuan 1x15 penderita bersama
menit keluarga hipertensi : keluarga cara
mampu merawat periksa secara perawatan
anggota keluarga teratur, olah hipertensi
dengan masalah raga/jalan-
hipertensi dengan jalan,jaga
mampu: berat

1 2 3 4 5 6 7
menyebutkan cara- Badan, tidak 2. gali
cara perawatan merokok, pengetahuan
hipertensi hindari stress, keluarga
istirahat tentang cara
cukup perawatan
hipertensi
3. Beri
kesempatan
pada keluarga
untuk
menanyakan
hal-hal yang
tidak diketahui.
4 Menanyakan
kembali hal-hal
yang telah
didiskusikan

1 2 3 4 5 6 7
4. Setelah 1x10 Respon Cara 1.Menjelaskan
menit pertemuan verbal memodifikasi dan
keluarga mampu lingkungan mendiskusikan
memodifikasi yaitu: bersama
lingkungan yang - bebaskan dari keluarga
sesuai untuk rasa dingin tentang cara
penderita hindari memodifikasi
hipertensi dengan mandi terlalu lingkungan
mampu: panas untuk penderita
menyebutkan lingkun hipertensi
cara-cara gan bersih 2. Gali
memodifiksi saling pengetahuan
lingkungan untuk mengingatkan keluarga
penderita untuk makan tentang cara
hipertensi minimal rendah garam memodifikasi
3 dari 5 modifikasi hindari lingkungan
lingkungan stres untuk penderita
hipertensi
3. Beri
kesempatan
pada keluarga
untuk
menanyakan
hal-hal yang
tidak diketahui.
4 Menanyakan
kembali hal-hal
yang telah
didiskusikan

1 2 3 4 5 6 7
5. Setelah 1x10 Respon Tanda hipertensi 1.Menjelaskan
menit verbal yang harus dan
pertemuan dirujuk: mendiskusikan
keluarga bila bersama
mampu gejala tidak reda keluarga
memanfaatkan kelumpu mengenai
fasilitas han anggota tanda-tanda
kesehatan gerak/organ lain hipertensi yang
dengan mampu tekanan harus dirujuk
menyebutkan darah diatas 2. Beri
tanda-tanda atau sama kesempatan
hipertensi yang dengan 200/110 pada keluarga
harus dirujuk mmHg untuk
(minimal 2 dari menanyakan
3 tanda) hal-hal yang
tidak diketahui.
4 Menanyakan
kembali hal-hal
yang telah
didiskusikan

CATATAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama keluarga : Bp J
Alamat : Mulyorejo Rt05/01

NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI TANDA


KEPERAWATAN TANGAN
1 2 3 4 5 6
1. 6 Resiko tinggi S: keluarga
Desember gangguan perfusi mengatakan
20 jaringan pada Tanda hipertensi ;
keluarga Bp J pusing, mudah
khususnya pada Ny K marah, rasa lemah
berhubungan dengan an gemetar,
ketidakmampuan Penyebab hipertensi
keluarga merawat : keturunan, stress,
anggota keluarga kegemukan
dengan masalah Akibat hipertensi ;
hipertensi Menjelaskan penyakit jantung
dan berdiskusi dengan koroner, stroke,
Tujuan jangka pendek keluarga tentang gangguan fungsi
: akibat dari hipertensi ginjal
1. keluarga dapat O : respon verbal
menyebutkan tanda, A : tujuan tercapai
penyebab dan akibat Menjelaskan P : pertahankan
hipertensi dan berdiskusi dengan kemampuan
keluarga tentang cara keluarga
2. keluarga dapat merawat penderita
merawat anggota hipertensi S : keluarga
keluarga yang mengatakan
menderita hipertensi cara perawatan
penderita hipertensi
: periksa secara
teratur, olah raga,
hindari stress.
O : respon verbal
A : tujuan tercapai
P : pertahan kan
kemampuan
keluarga

1 2 3 4 5 6
3. keluarga mampu 3. Menjelaskan dan S : keluarga mengatakan
memodifikasi berdiskusi dengan cara memodifikasi
lingkungan yang keluarga memodifikasi lingkungan yaitu:
sesuai untuk lingkungan yang sesuai - bebaskan dari rasa
penderita hipertensi untuk penderita dingin
hipertensi - hindari mandi terlalu
panas
- lingkungan bersih
O : respon verbal
A : tujuan tercapai
P : pertahankankan
kemampuan keluarga

4. keluarga mampu S : keluarga mengatakan


memanfaatkan Menjelaskan dan Tanda hipertensi yang
fasilitas kesehatan berdiskusi dengan harus dirujuk:
keluarga tentang tanda - bila gejala tidak reda
hipertensi yang harus - kelumpuhan
dirujuk ke pelayanan anggota gerak/organ
kesehatan lain
- tekanan darah diatas
/ sama dengan 200/110
mmHg
O : respon verbal
A : tujuan tercapai
P : pertahankan
kemampuan keluarga

S:Keluarga mengataka
Memberikan mengerti diit untuk
penkes diit rendah garam penderita hipertensi
pada pasien hipertensi - pemberian makanan
rendah garam
- porsi sesuai buku
panduan
O: respon verbal
A: tujuan tercapai
P:pertahankan
kemampuan keluarga
RESUME KEPERAWATAN

PADA LANSIA NY. S DENGAN GOUT ARTRITIS DI LINGKUNGAN RT 05 RW 01


KELURAHAN MULYOREJO KECAMATAN CEPU

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik

Stase Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh

ANIES PUSPITANINGRUM

P1337420920059
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI
NERSJURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2020

ABSTRAK

Latar belakang : Proses degeneratif tubuh yang terjadi seiring dengan pertambahan usia akan
meningkatkan risiko terjadinya nyeri sendi akibat osteoarthritis lutut, terutama pada lansia. Nyeri
sendi yang dialami akan menurunkan aktivitas fisik lansia dan berdampak pada penurunan
lingkup gerak sendi. Salah satu tindakan nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk
mengurangi skala nyeri sendi adalah kompres jahe.

Tujuan : untuk mengidentifikasi respon penerima manfaat setelah diberikan kompres jahe

Hasil : Respon penerima manfaat dapat mengurangi nyeri dari skala VAS 5 menjadi 3.
Kemudian, penerima manfaat mampu mengontrol nyeri dengan kompres jahe juga tindakan non
farmakologi lainnya.
Simpulan : Adanya penurunan skala nyeri sendi dengan dilakukan kompres jahe

Kata kunci : kompres jahe, lansia, nyeri


BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolik

(metabolic syndrom) yang terkait dengan pola makan diet tinggi

purin dan minuman beralkohol. Penimbunan kristal

monosodium urat (MSU) pada sendi dan jaringan lunak

merupakan pemicu utama terjadinya keradangan atau inflamasi

pada gout artritis (Widyanto, 2014).

Kadar asam urat normal pada wanita berkisar 2,4-5,7 mg/dl,

sedangkan pada laki-laki berkisar 3,4-7,0 mg/dl, dan pada anak-

anak 2,8-4,0 mg/dl. Berdasarkan data World Health

Organization (WHO, 2017), prevalensi gout arthritis di dunia

sebanyak 34,2%. Gout arthritis sering terjadi di negara maju


seperti Amerika. Prevalensi gout arthritis di Negara Amerika

sebesar 26,3% dari total penduduk. Peningkatan kejadian gout

arthritis tidak hanya terjadi di negara maju saja. Namun,

peningkatan juga terjadi di negara berkembang, salah satunya di

Negara Indonesia. Prevalensi gout arthritis di Indonesia semakin

mengalami peningkatan.

Pada tahun 2013 kejadian gout arthritis sebesar 11,9%

(Kemenkes RI, 2013). Namun, mengalami peningkatan pada

tahun 2016 gout arthritis menduduki urutan kedua setelah

hipertensi. Berdasarkan data RISKESDAS 2013, prevalensi

penyakit sendi pada usia 55 - 64 tahun 45,0%, usia 65 – 74

tahun 51,9, usia ≥ 75 tahun 54,8%. Satu survei epidemologik

yang dilakukan di Jawa Tengah atas kerjasama WHO terhadap

4.683 sampel berusia antara 15-45, didapatkan prevalensi artritis

gout sebesar 24,3%. Sedangkan penelitian yang dilakukan di


puskesmas Gajah Mungkur Semarang terjadi peningkatan

kejadian artritis gout sebesar 17,26% pada tahun 2011

(Angriani, Dewi, & Novayelinda, 2018).

Peningkatan kejadian gout arthritis disebabkan oleh berbagai

faktor resiko seperti faktor asupan purin, obesitas, dan penyakit

penyerta diantaranya hipertensi dan diabetes melitus. Asupan

purin adalah mengkonsumsi makanan yang mengandung purin.

Asupan purin dapat mempengaruhi terjadinya gout arthritis dan

akan bertambah berat apabila disertai dengan pola konsumsi

yang tidak seimbang (Angriani et al., 2018).

Asam urat terjadi dari hasil sisa penghancuran purin, dimana sumber utama purin dalam tubuh

berasal dari makanan yang mengandung purin dan dari hasil metabolisme DNA tubuh. Purin

adalah zat alami yang ditemukan dalam sel, termasuk didalam tumbuhan maupun hewan. Purin

yang masuk kedalam tubuh kita dari makanan selanjutnya akan dimetabolisme menjadi asam

urat. Asam urat sebenarnya bertindak sebagai zat antioksidan yang berguna untuk melindungi

lapisan pembuluh darah. Namun bila jumlah asam urat dalam darah meningkat atau berlebihan

akan menyebabkan asam urat tinggi. Penyebabnya dapat terjadi karena produksi purin yang
tinggi atau terganggunya pengeluaran oleh ginjal. Jika pasien mengkonsumsi makanan yang

tinggi purin akibatnya asam urat akan membentuk kristal dan menumpuk pada persendian, kristal

ini bersifat keras sehingga akan mengikis jaringan lunak atau lapisan tulang rawan pada sendi

dan mengakibatkan gejala peradangan pada sendi. Peradangan yang terjadi akan menimbulkan

rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien yang dapat menganggu dan menghambat aktifitas pasien

dalam kehidupan sehari-hari. (Putri, 2014)

Penderita gout arthritis biasanya mengeluh nyeri pada bagian sendi yang sangat menganggu

aktivitas. Peradangan sendi pada gout dapat terjadi pada seluruh sendi tubuh yang menyebabkan

pembengkakan, sendi teraba panas serta nyeri. Nyeri yang dirasakan bervariasi, mulai dari nyeri

ringan, nyeri sedang hingga nyeri berat yang dapat mengganggu aktivitas dan pola istirahat

penderita. Peradangan ini apabila tidak ditangani dapat menyebabkan kerusakan sendi yang lama

kelamaan akan merubah struktur sendi, fungsi sendi menurun dan akhirnya cacat sehingga

menyebabkan pasien sulit melakukan aktifitas sehari-hari atau bahkan mungkin pasien tidak

melakukan apa-apa jika terjadi kecacatan. (Noviyanti, 2015)

Dengan munculnya masalah keperawatan nyeri kronis atau nyeri yang berkepanjangan yang

sering di keluhkan pasien gout arthritis, perlu adanya penanganan dan pencegahan untuk

menurunkan rasa nyeri yang diderita pasien, maka implementasi yang dilakukan perawat sebagai

edukator pemberi perawatan melalui pendidikan yaitu mengajari cara merawat gout arthritis agar

tidak bertambah parah dan perawat sebagai care giver untuk menanggulangi dan merawat gout

artritis, dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologis

yaitu pemberian obat-obatan, terapi non farmakologi salah satunya adalah pemberian kompres

hangat memakai parutan jahe. Kompres merupakan tindakan mandiri perawat dan upaya
menurunkan nyeri yang diderita pasien. Kandungan pada jahe seperti gingerol, gingerdione, dan

zingeron yang berfungsi menghambat lukotriene dan protagalandin yang merupakan mediator

radang yang memiliki efek antiradang sehingga dapat digunakan untuk mengatasi peradangan

dan mengurangi rasa nyeri akibat asam urat. Perawat juga melakukan perubahan pola makan,

aktifitas seperti melakukan olahraga di pagi hari atau jalan-jalan pagi serta meningkatkan

kualitas hidup pasien, menurunkan dan mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh gout arthritis.

(Herlina, 2013 dalam Samsudin et al., 2016).

B.WOC

Terlampir
BAB II

LAPORAN KASUS KELOLAAN

Tanggal Pengkajian : 7 Desember 2020, 10.00 WIB

A. PENGKAJIAN

a. Identitas

Nama : Ny. S

Tempat /tgl lahir : Blora, 12 April 1959

Usia : 61 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : Lulus SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Rumah : RT 05 RW 01 Mulyorejo

b. Keluarga yang bisa dihubungi


Nama : Tn. A

Alamat : RT 05 RW 01 Mulyorejo

Hubungan : Suami

c. Riwayat keluarga dan genogram

Ny. S mengatakan kalau saat ini tinggal bersama suami. Ny S mempunyai anak laki-laki 1 dan 2
anak perempuan, mereka sudah berkeluarga semua dan Ny S memiliki 7 cucu.

Genogram
PASIEN

d. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi


a. Pekerjaan saat ini : Tidak bekerja
b. Pekerjaan sebelumnya : Tidak bekerja
c. Sumber pendapatan : dari anak-anaknya

d. Kecukupan pendapatan : tercukupi dari anak


e. Lingkungan tempat tinggal

- Kebersihan Dan Kerapihan Ruangan : Kasur, lemari, meja, dapur rapi


- Penerangan : penerangan sudah terang, akses pencahayaan ada.
- Sirkulasi Udara : ada banyak jendela dan jendela dibuka setiap pagi
- Keadaan Kamar Mandi/ Wc : bersih, lantai kasar, tidak licin
- Sumber Air Minum : air galon isi ulang
- Pembuangan Sampah : sampah dibuang ditempat sampah, dan setiap 2 hari sekali ada
petugas yang mengangkutnya

f. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Ny S mengeluh sering
merasa linu-linu di persendian terutama pada kaki bagian kiri
saat digunakan untuk berjalan selama 1 bulan terakhir.

a. Riwayat Keperawatan sekarang


1) Gejala yang dirasakan : Ny S sering merasa linu-linu di sendi kaki
2) Faktor pencetus : jika berjalan dan beraktivitas berat

3) Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak (v) Bertahap

4) Upaya mengatasi : tiduran dan beristirahat, selain itu juga


diolesin dengan balsem.

5) Pergi ke RS/Klinik pengobatan/dokter praktek/bidan/perawat : Ny


S periksa ke dokter jika ada keluhan saja, dan sampai saat dikaji
Ny S belum sempat ke dokter untuk memeriksakan sakit linu di
sendi kaki

6) Mengkomsumsi obat-obatan sendiri : Saat ini Ny S hanya


mengkonsumsi obat amlodipine 10 mg yang biasa dibeli di apotek
tiap bulan

b. Riwayat Keperawatan Lalu


1) Penyakit yang pernah diderita : Ny S menderita hipertensi sejak 8
tahun yang lalu dan tahun 2018 pernah operasi benjolan di
payudara kanan

2) Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu dll ) : Ny S


mengatakan tidak alergi pada apapun

3) Riwayat kecelakaan dan jatuh : Sekitar 2 bulan yang lalu Ny S


pernah jatuh terpeleset di samping rumah saat mencuci baju karena
lantai licin

4) Riwayat pernah dirawat di RS

Ny S pernah opname di RSI Sultan Agung Semarang tahun 2018 karena operasi benjolan di
payudara kanan

c. Hasil Pengkajian Khusus (Format Terlampir)


1) Masalah Kesehatan kronis

Skor 16

Keterangan : Tidak ada masalah Kronis

2) Fungsi Intelektual dan Kognitif

a. SPMSQ (Short Portable Status Quesioner)

Skor salah 0

Keterangan : Fungsi intelektual utuh

b. MMSE (Mini Mental State Examinational)

Skor 26

Keterangan : Tidak terjadi kerusakan kognitif

3) Status Fungsional

Skor : Nilai A
Keterangan : Mandiri

4) Status Psikologis (Skala Depresi Geriatrik


Yassavage)

Skor 4

Keterangan : Tidak Depresi

5) APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration)


Keluarga

Skor 8

Keterangan : Disfungsi keluarga tidak ada

6) Fungtional Reach (FR) Test

Keterangan : 29 cm (keseimbangan bagus)

7) The Time Up and Go (TUG) Test

Skor : 9 detik

Keterangan : resiko jatuh rendah

g. Pola Fungsional
a. Persepsi Kesehatan Dan Pola Manajemen Kesehatan

Ny S tidak memiliki kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan, saat dikaji Ny S tidak tahu
tentang penyakit linu di sendi yang dideritanya. Ny S berharap dengan kehadiran mahasiswa
dapat memberikan penjelasan yang dibutuhkan terkait dengan penyakitnya

b. Nutrisi Metabolic

Ny. S mengatakan Frekuensi makan 3x sehari,, 1 porsi habis, PM tidak menyukai makanan
pedas, pantang makan makanan yang asin

c. Eliminasi

Ny. S mengatakan BAB sehari sekali , BAK 4 – 6x/ hari dengan warna kuning bening.

d. Aktifitas Pola Latihan

Ny. S mengatakan mandi 2x sehari ( jam 9 pagi dan 4 sore), aktivitas sehari-hari Ny S menyapu
rumah, memasak, dan bercocok tanam di samping rumah.

e. Pola Istirahat Dan Tidur

Ny. S mengatakan tidur 8 jam / hari (jam 8 malam – 4 pagi ), PM tidak terbiasa tidur siang,
namun terkadang tidur siang setelah makan siang pukul 12.30-13.30 WIB.

f. Pola Kognitif Persepsi Sensori

Ny. S mengatakan tidak ada masalah dalam hal penglihatan dan pendengaran. Ny S tidak
memakai alat bantu penglihatan. Saat dikaji Ny S tidak memiliki kesulitan dalam membuat
keputusan dalam menentukan pilihannya. Ny S dapat menentukan prioritas yang harus
dilakukan. Ny S mengatakan nyeri pada kaki dan wajah tampak meringis menahan nyeri.

P : Nyeri timbul setiap saat terutama jika berdiri terlalu lama dan berjalan

Q : Seperti tertekan

R : Nyeri terasa pada kedua kaki terutama pada kaki sebelah kiri
S : 5 (VAS)

T : Setiap saat

g. Persepsi Diri – Pola Konsep Diri

Body image : Ny. S mengatakan dirinya tidak minder terhadap kondisi fisiknya.

Identitas diri : Ny S mengetahui siapa dan ada apa dengan dirinya saat ini.

Harga diri : Ny S bisa berinteraksi dengan tetangganya, Ny S menerima dirinya apa adanya
sehingga merasa percaya diri dengan keadaannya

Peran diri : Ny S mengatakan dapat menjalankan perannya sebagai ibu dan istri.

Ideal diri : Ny. R mengatakan ingin bisa mandiri walaupun sudah tua

h. Pola Peran – Hubungan

Ny. S mengatakan tidak ada masalah dengan keluara dan tetangga sekitar.

i. Sexualitas

Ny S mengatakan sudah tidak mengalami menstruasi dan tidak mengalami penyakit genetalia.

j. Pola Koping Toleransi Stress

Ny S jika sedang ada masalah bercerita kepada anak dan suaminya. Ny S lalu solat dan
melakukan ibadah yang lain.

k. Nilai Pola Keyakinan

Ny S mengatakan jika ibadah itu penting, Ny S memiliki kebiasaan sholat ke masjid dan
mengikuti kegiatan pengajian di kampungnya. Ny S meyakini bahwa sehat dan sakit itu karena
Allah.

8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik

b. TTV :

TD : 160/90 mmHg

HR : 88x/menit

BB/TB : 65 Kg / 155 cm

IMT : 65 kg/ (1,55)2

: 27 (cenderung lebih)

c. Head to Toe

 Rambut : berwarna putih, mudah rontok, tidak berbau,


lurus bersih, terlihat diikat
 Kepala : mesocepal,tidak terdapat luka, tidak terdapat
benjolan, kadang terasa gatal pada kulit kepala, bentuk
wajah simetris, tidak ada nyeri tekan, terlihat kusam,
terdapat bintik- bintik hitam, terlihat keriput pada area
sudut mata, bibir dan hidung.
 Mata : gerakan bola mata simetris, kelopak mata dapat
menutup dan membuka dengan baik, tidak ada lesi,tidak
ada masa, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,
bentuk pupil isokor, reaksi terhadap cahaya miosis dan
kembali ke bentuk semula saat tidak di beri cahaya, reaksi
yang sama pada pupil yang lain, Tidak ada nyeri tekan.
Tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
 Telinga :

Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada masa, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada kemerahan pada lubang telinga, terdapat sedikit
serumen, fungsi pendengaran baik, tidak menggunakkan alat
bantu dengar

 Hidung : bentuk lubang hidung simetris, bersih, tidak ada


sinus pada kedua lubang hidung, tidak ada lesi, tidak ada
masa, tidak ada nyeri tekan, fungsi penciuman baik. Tidak
terdapat polip, tidak keluar lendir dari hidung. Fungsi
penciuman masih tajam.
 Mulut dan bibir : mukosa bibir kering, terlihat berwarna
kecoklatan, tidak terdapat lesi, tidak terdapat masa, tidak
terlihat adanya sianosis, fungsi perasa baik. Tidak terdapat
bau mulut. Keadaan mulut cukup bersih.
 Gigi : ada 6 gigi yang telah tanggal.

d. Paru – paru

Inspeksi : pengembangan dada simetris, tidak tampak penggunaan otot bantu pernafasan,
tidak ada jejas

Palpasi : vocal fremitus kanan-kiri

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler

e. Jantung

Inspeksi : tidak ada sianosis, bentuk dada simetris Palpasi : HR 88x/menit

Perkusi : Pekak

Auskultasi : terdengar BJ I – II normal

f. Abdomen

Inspeksi : distensi (-), umbilikal bersih tidak terdapat hernia umbilikal, tidak ada
peningkatan intra abdomen, visible peristaltik(-), stoma(-), bentuk perut tidak buncit, terdapat
luka bekas jahitan.

Perkusi : kontur lunak, tidak kembung, distensi, tidak terdapat nyeri tekan

Palpasi : tidak ada perbesaran hepar, ginjal, splain.

Auskultasi : terdengar suara bowel sound pada semua kuadran abdomen dengan jumlah 10x/
menit.

g. Muscoloskeletal

Gaya berjalan : normal

Postur : tegak

simetris tubuh : simetris, tidak terdapat edema, dan nyeri pada sendi, kekuatan otot :

tonus otot : tidak ada deformitas , rentang gerak sendi aktif.

Ny. S mengatakan kesulitan saat berjalan jauh dan butuh waktu yang lama

h. Neurologis

GCS : E4V5M6

Nervus I : Nosofomia

Nervus II : visus kanan 4/6, visus kiri 2/6


Nervus III,IV,VI : tidak terdapat diplogia, tidak terdapat nistagmus, tidak terdapat
starbismus, pupil kanan dan kiri mampu mengecil dan ukurannya isokor, bentuk bulat dan
bening.

Nervus V : adanya kontraksi dari m. masteter, sensitibilitas akan nyeri dan rangsangan baik

Nervus VII : wajah simetris, tidak terdapat gerakan

abnormal (tic,grimacing,dll), mampu membedakan rasa pahit, manis, asin, dan asam

Nervus VIII : baik mampu mendengar kata yang diucapkan oleh mahasiswa pada telinga
kanan dan kiri

Nervus IX dan X : reflek muntah (-), disatria (-), kelumpuhan palatom (-)

Nervus XI : parese (-)

Nervus XII : artikulasi Ny. S jelas, lidah tidak ada penyimpangan, lidah lurus, kekuatan
lidah:4

i. Integument

Kulit bersih, lembab, tidak bersisik, dan tidak ada keluhan

j. Ekstremitas bawah: tidak ada kelemahan di semua ekstremitas

9. Aspek Psikologis

Ny S jika sedang ada masalah memilih untuk bercerita kepada suami atau anaknya. Dari hasil
pengkajian depresi dengan menggunakan skala depresi Geriatrik Yassavage didapatkan skore 4
dengan keterangan tidak depresi. Ny S mengatakan menerima dirinya apa adanya dan menikmati
semua kegiatan yang dikerjakan.
10. Aspek Sosial

Ny S selalu ikut berkumpul saat ada kegiatan, Ny S mengatakan tiap bulan mengikuti kegiatan
arisan di kampungnya. Ny S juga mengatakan tidak memiliki masalah dengan tetangganya.

11. Aspek Spiritual

Ny S mengatakan jika ibadah itu penting, Ny S memiliki kebiasaan sholat ke masjid dan
mengikuti kegiatan pengajian di kampungnya.

12. Program Terapi

Cara
Nama Obat Dosis Fungsi
Pemberian
Amlodipine 10 mg 1 x 1 hari Oral Sebagai obat antihipertensi

13. Pemeriksaan Penunjang

Tidak terdapat pemeriksaan penunjang (laboratorium dan radiologi)


ANALISA DATA

No Hari tanggal Data Fokus Etiologi Masa


1. Senin,  DS : Agen cidera fisiologis Nyer
(gout arthritis)
7 Desember - Ny. S mengatakan sering merasa linu-linu di
2020 persendian terutama pada kaki bagian kiri saat
digunakan untuk berjalan dan berdiri lama.
11.00 WIB
P : Nyeri timbul setiap saat terutama jika berdiri terlalu
lama dan berjalan

Q : Seperti tertekan

R : Nyeri terasa pada kedua kaki terutama pada kaki


sebelah kiri

S:5

T : Setiap saat

DO :

 wajah meringis menahan nyeri


 Ny S memegangi daerah yang nyeri
 Ny S tampak memassage ringan daerah yang
nyeri menggunakan balsem sebagai pereda nyeri.
 VAS 5
 Tensi : 160/90 mmHg

Nadi : 88x/menit
2 Senin, 07 DS kurangnya keinginan Kura
Desember 2020 untuk mencari informasi
Ny S mengatakan belum paham paham tentang penyakit
7-12-2020
yang dideritanya

DO

  Ny S hanya pantang makanan asin


 Ny S belum paham tentang diit, pengobatan dan
penyakit yang dialaminya
 Ny S berharap dengan kehadiran mahasiswa dapat
memberikan penjelasan yang dibutuhkan terkait
dengan penyakitnya

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis (gout arthtritis)


2. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk mencari informasi
REFLEKTIF JURNAL

LANJUT USIA DENGAN GANGGUAN SPIRITUAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik

Stase Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh

ANIES PUSPITANINGRUM
P 1337420920064
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2020

REFLEKTIF JURNAL

Judul Penelitian : Kesehatan Spiritual dan

Kesiapan Lansia dalam Menghadapi

Kematian

Peneliti : Ananda Ruth Naftali, Yulius Yusak

Ranimpi, M. Aziz Anwar

Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesehatan spiritual dan kesiapan lansia dalam

menghadapi kematian, baik lansia yang berada di Panti Wredha Salib Putih Salatiga, maupun

lansia yang tinggal bersama keluarganya di Dusun Dukuh, Getasan.

Latar belakang :

Spiritualitas merupakan hubungan yang memiliki dimensi-dimensi yang berupaya menjaga

keharmonisan dan keselarasan dengan dunia luar, menghadapi stres emosional, penyakit fisik

dan kematian. Lansia juga kerap mengalami masalah psikologis, yaitu munculnya kecemasan

dalam menghadapi kematian pada lanjut usia. Spiritualitas lansia yang sehat dapat membantu

lansia dalam menjalani kehidupan dan mempersiapkan dirinya dalam menghadapi kematian.

Metodologi :

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe pendekatan fenomenologi

deskriptif. Penelitian ini menggunakan desain studi komparasi. Jumlah partisipan dalam

penelitian ini enam orang, yaitu tiga orang yang tinggal di panti dan tiga orang yang tinggal di

rumah bersama dengan keluarganya. Partisipan dipilih menggunakan teknik purposive sampling.

Hasil :

Berdasarkan hasil penelitian, lansia yang tinggal di rumah dan lansia yang tinggal di panti

memiliki perbedaan dalam interaksi sosial, konsep agama dan ketuhanan. Sedangkan dalam

menghadapi kematian, baik di panti maupun di rumah, kesiapan lansia dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu pengertian mengenai kematian, pengalaman kehilangan, tempat yang
diinginkan ketika menghadapi kematian, orang yang akan mendampingi ketika kematian dan

tempat yang dituju setelah kematian, sedangkan ketidaksiapan lansia dalam menghadapi

kematian dipengaruhi oleh perbuatan yang dilakukan semasa lansia hidup maupun faktor

keluarga seperti masih ingin hidup lebih lama bersama keluarga

Kesimpulan :

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kesehatan spiritual dan kesiapan lansia dalam

menghadapi kematian dipengaruhi oleh makna hidup, konsep agama dan ketuhanan, interaksi

sosial, konsep sehat sakit, kesejahteraan dan spiritualitas, serta kesiapan menghadapi kematian

Daftar Pustaka :

Ananda Ruth Naftali, Yulius Yusak Ranimpi, M. Aziz Anwar. 2017. Kesehatan Spiritual dan
Kesiapan Lansia dalam Menghadapi Kematian. Buletin Psikologi Vol 25 No 2, 124-135. e-
ISSN 2528-5858. http://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi
REFLEKTIF JURNAL

LANJUT USIA DENGAN GANGGUAN BPH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik

Stase Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh

ANIES PUSPITANINGRUM

P 1337420920059
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2020

REFLEKTIF JURNAL

Judul Penelitian : The Effect of Benson Relaxation Technique on a Scale Of Postoperative


Kendal

Peneliti : Arifianto, Dwi Nur Aini, Novita Wulan Sari

Tujuan Penelitian :
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh teknik relaksasi Benson pada skala nyeri
pasca operasi pada pasien dengan Prostat Jinak Hiperplasia di RSUD dr. H Soewondo Kendal.
Latar belakang :

Faktor yang diperkirakan oleh peneliti adanya penurunan skala nyeri setelah

diberikan terapi relaksasi Benson adalah sebagaian besar responden adalah berusia

diatatas 60 tahun (lanjut usia), sehingga responden memiliki kematangan spiritual

yang baik sehingga memudahkan pelaksananaan Relaksasi Benson dengan berikhtiar menyebut
nama Allah.

Metodologi :

Penelitian Desain
menggunakan eksperimen semu. desain dengan pre dan post test tanpa kontrol
sampel sebanyak 32 orang. Teknik Relaksasi Benson dilakukan kena pajak
pemberian penghasilan dengan durasi analgesik 8 jam. Dan setelah sebelumnya
diberikan teknik relaksasi Benson melakukan pengukuran skala dengan a
skala penilaian nyeri numerik. Hasil: Hasil Statistik Tanda Wilcoxon
Uji peringkat dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan diperoleh nilai p
0,000 <0,05.

Hasil :

Hasil penelitian juga diketahui bahwa responden yang mengalami penurunan

skala nyeri setelah diberikan terapi relaksasi benson sebanyak 27 responden,

tidak ada peningkatan nyeri setelah diberikan terapi relaksasi, sebelum dan

setelah pemberian terapi relaksasi benson tidak terjadi perubahan pada skala nyeri
sebanyak 5 responden. Tidak adanya penurunan skala nyeri dari 5 responden tersebut setelah
melakukan terapi Benson dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, rasa kurang percaya
diri pada diri responden dan faktor lingkungan.

al ini karena pada saat dilakukan terapi benson, kondisi lingkungan diruang Kenanga kurang
kondusif karena pada saat peneliti membimbing responden melakukan relaksasi keluarga
responden yang sedang tidak diteliti sedang bercakap-cakap dengan pasien lain, sehingga fokus
responden yang diteliti menjadi terganggu serta ada responden yang tidak ditemani oleh anggota
keluarga. Ketidak hadiran anggota keluarga menjadikan responden menjadi cemas, sehingga
pelaksanaan terapi benson dengan melakukan dzikir menjadi kurang fokus. Hal inilah yang
menyebabkan pada hasil penilaian skala nyeri post operasi kepada 5 responden tidak
mengalami perubahan atau tetap.

Kesimpulan :

Hasil penelitian ini ada pengaruh teknik relaksasi benson pada skala nyeri pasca operasi pada
pasien dengan Benign Prostat Hyper.

Terdapat pengaruh terapi relaksasi Benson terhadap skala nyeri pada pasien post

operasi Benigna Prostat Hiperplasia di Ruang Kenanga RSUD Dr. H Soewondo

Kendal.

Daftar Pustaka :

Rasubala , G. F., Kumaat , L. T., & Mulyadi . (2017, Februari). Pengaruh Tehnik Relaksasi
Benson Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi DI RSUP Prof Dr. R.D Kandou dan RS
TK. III R.W Mongonsisi Teling Manado. eJournal Keperawatan (e-Kp), Volume 5(No 1).
Retrieved from

https://media.neliti.com/media/publications /108176-ID-pengaruh-teknik-relaksasi

benson-terhada.pdf

Samidah, i., & Romadhon. (2015). Faktor-Faktor yang berhubungan Dengan Kejadian Benigna
Prostat Hyperplasia (BPH) Di Poli Urologi RSUD Dr. M Yunus Bengkulu. Journal of Nursing
and Public Health, Volume 3, No 1, 61-68.
STASE KEPERAWATAN GERONTIK

REFLEKTIF JURNAL LANSIA DENGAN PNEUMONIA HIPOSTATIK

DI SUSUN OLEH :

ANIES PUSPITANINGRUM

P1337420920059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2020/2021

REFLEKTIF JURNAL

Judul Penelitian : Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Diagnosis Pneumonia Pada

Pasien Usia Lanjut

Peneliti : Elza Febria Sari, Martin Rumende, Kuntjoro Harimurti

Tujuan Penelitian :

Penelitian ini merupakan studi diagnostik dengan desain potong lintang untuk mendapatkan

kriteria diagnosis pneumonia komunitas pada usia lanjut

Latar belakang :

Menegakkan diagnosis pneumonia pada pasien usia lanjut seringkali sulit mengingat gejala dan

tanda klinis sering tidak lengkap dan manifestasi klinis yang tidak khas serta pemeriksaan

penunjang yang sulit diinterpretasi. Hal ini mengkibatkan under ataupun over diagnosis dengan

konsekuensi meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Data faktor-faktor yang berhubungan

dengan diagnosis pneumonia baik manifestasi khas ataupun tidak khas pada pasien usia lanjut

belum banyak tersedia.

Metodologi :
Penelitian diagnostik dilakukan terhadap 158 pasien usia lanjut dengan kecurigaan pneumonia

yang dirawat di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada kurun waktu

Januari-Oktober 2010. Hubungan data klinis, laboratoris serta radiologis yang mencakup

manifestasi spesifik (batuk, sputum produktif, sesak napas, demam, ronki, leukositosis , infiltrat)

dan manifestasi tidak spesifik (intake sulit, jatuh, penurunan status fungsional inkontinensia urin)

dengan diagnosis pneumonia komunitas dianalisis dengan regresi logistik. Kemudian, ditentukan

kontribusi masing-masing determinan diagnosis terhadap diagnosis pneumonia. Kemampuan C-

reactive protein dalam menegakkan diagnosis pneumonia dinilai dengan membuat kurva ROC

dan menghitung AUC

Hasil :

Dari 158 subjek, 106 didiagnosis pneumonia sesuai kriteria baku emas. Pada model akhir regresi

logistik didapatkan tiga faktor yang berhubungan dengan diagnosis pneumonia yaitu batuk, ronki

dan infiltrat dengan nilai p masing-masing secara berturut-turut yaitu <0,0001; 0,02; dan 0,0001.

Nilai UUC yang diperoleh dari metode ROC untuk mengetahui kemampuan CRP dalam

mendiagnosis pneumonia adalah 0,57 (IK 95%; 0,47-0,66).

Kesimpulan :

Faktor-faktor yang berhubungan dengan diagnosis pneumonia pada usia lanjut adalah batuk,

ronki dan infiltrat. Sementara itu, c-reactive protein tidak memiliki peran dalam memprediksi

diagnosis pneumonia pada pasien usia lanjut.

Daftar Pustaka :
Sari, E, F, Rumende, M, Harimurti, K, 2016. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan

Diagnosis Pneumonia Pada Pasien Usia Lanjut. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, Vol. 3, No. 4,

Desember 2016. Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia/Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

REFLEKTIF JURNAL

LANJUT USIA DENGAN GANGGUAN COPD

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik

Stase Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh
ANIES PUSPITANINGRUM

P 1337420920059

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2020

REFLEKTIF JURNAL

Judul Penelitian : PENGARUH FISIOTERAPI DADA, BATUK EFEKTIF DAN

NEBULIZER TERHADAP PENINGKATAN SATURASI

OKSIGEN DALAM DARAH PADA PASIEN PPOK

Peneliti : Nurmayanti , Agung Waluyo , Wati Jumaiyah , Rohman Azzam

Tujuan Penelitian :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian fisioterapi dada, batuk
efektif, dan nebulizer terhadap peningkatan saturasi oksigen dalam darah pada pasien PPOK di
RS Islam Jakarta Cempaka Putih

Latar belakang :

Menurut peneliti pengobatan PPOK secara medis tidak bisa menyembuhkan

secara tuntas 100%, untuk mengencerkan mukus diberikan inhalasi atau nebulizer,

sedangkan pengobatan berupa suportif dan paliatif hanya untuk mengubah kualitas

hidup dengan jalan memenuhi kebutuhan oksigen (O2), sehingga peneliti melakukan

intervensi berupa tindakan terapi inhalasi, supportif dan paliatif. Tindakan tersebut

adalah pemberian fisioterapi dada, setelah itu dilakukan pemberian nafas dalam dan

batuk efektif kepada pasien, dan yang terakhir dilakukan terapi nebulizer, Setelah

dilakukan intervensi, peneliti melakukan pengukuran saturasi oksigen. Pada pemberian

tindakan supportif dan paliatif sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan oksigen

(O2), maka pengobatan suportif dan paliatif sangat memegang peranan penting, melalui

fisioterapi dada, antara lain: perkusi, vibrasi, postural drainase, batuk efektif dan nafas

dalam untuk memudahkan mengeluarkan secret sehingga jalan nafas menjadi lancar

kemudian saturasi oksigen (SaO2) mengalami peningkatan.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa rata-rata usia responden yaitu

59 tahunyang mengalami PPOK. Penyebab PPOK menurut Price et al, (2005);


Stellefson et al, (2012) adanya proses penuaan yang menyebabkan penurunan fungsi

paru-paru. Keadaan ini juga menyebabkan berkurangnya elastisitas jaringan paru dan

dinding dada sehingga terjadi penurunan kekuatan kontraksi otot pernapasan dan

menyebabkan kesulitan bernapas. Penyebab lain diantaranya asap rokok, kandungan

asap pada rokok dapat menyebabkan peradangan kronik pada paru-paru. Mediator dapat

merusak struktur di paru-paru. Ketika elastisitas pada saluran pernapasan menurun,

maka ventilasi berkurang, dan akan mengalami kolaps ketika ekspirasi. Hal ini

disebabkan ekspirasi terjadi karena pengempesan paru-paru secara pasif saat inspirasi

Metodologi :

Desain penelitian ini Quasi Eksperimen dengan menggunakan metode observasi dengan
pendekatan desain One Group Pre – Post Test. Hasil statistik uji T berpasangan (wilcoxon test)
untuk nilai p= 0,001 (p<0,05).

Hasil :
Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai

berikut :Gambaran distribusi responden menurut usia, lebih banyak dalam kategori usia

lanjut yang mengalami PPOK yaitu 59 tahun. Gambaran distribusi responden menurut

lama menderita PPOK yang lebih banyak yaitu lama menderita PPOK 23 tahun. Rata

rata saturasi oksigen sebelum diberikan intervensi yaitu 93, sedangkan rata-rata sesudah

diberikan intervensi meningkat menjadi yaitu 97.

Ada pengaruh fisioterapi dada, batuk efektif dan nebulizer terhadap peningkatan

saturasi oksigen sebelum dan sesudah diberikan intervensi

Kesimpulan :

Ada pengaruh pemberian fisioterapi dada, batuk efektif dan

nebulizer terhadap peningkatan saturasi oksigen dalam darah sebelum dan sesudah intervensi
pada pasien PPOK.

Daftar Pustaka :

Fitriananda, E., Waspada, E., & Fis, S. (2017). Pengaruh Chest Physiotherapy terhadap
Penurunan Frekuensi Batuk pada Balita dengan PPOK di Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Huriah, T., Ningtias, D. W. (2017). Pengaruh Active Cycle of Breathing Technique terhadap
Peningkatan Nilai VEP1, Jumlah Sputum dan mobilisasi Sangkar Thoraks Pasien PPOK.
Indonesian Journal or Nursing Practices, 1(2), 44-54. DOI: 10.18196/ijnp.1260 I Imade, M.
(2018). Pengaruh

REFLEKTIF JURNAL

LANJUT USIA DENGAN GANGGUAN COPD

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik

Stase Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh

ANIES PUSPITANINGRUM

P 1337420920059
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2020

REFLEKTIF JURNAL

Judul Penelitian : PENGARUH FISIOTERAPI DADA, BATUK EFEKTIF DAN

NEBULIZER TERHADAP PENINGKATAN SATURASI

OKSIGEN DALAM DARAH PADA PASIEN PPOK

Peneliti : Nurmayanti , Agung Waluyo , Wati Jumaiyah , Rohman Azzam

Tujuan Penelitian :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian fisioterapi dada, batuk
efektif, dan nebulizer terhadap peningkatan saturasi oksigen dalam darah pada pasien PPOK di
RS Islam Jakarta Cempaka Putih

Latar belakang :

Menurut peneliti pengobatan PPOK secara medis tidak bisa menyembuhkan

secara tuntas 100%, untuk mengencerkan mukus diberikan inhalasi atau nebulizer,

sedangkan pengobatan berupa suportif dan paliatif hanya untuk mengubah kualitas

hidup dengan jalan memenuhi kebutuhan oksigen (O2), sehingga peneliti melakukan

intervensi berupa tindakan terapi inhalasi, supportif dan paliatif. Tindakan tersebut

adalah pemberian fisioterapi dada, setelah itu dilakukan pemberian nafas dalam dan

batuk efektif kepada pasien, dan yang terakhir dilakukan terapi nebulizer, Setelah

dilakukan intervensi, peneliti melakukan pengukuran saturasi oksigen. Pada pemberian

tindakan supportif dan paliatif sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan oksigen

(O2), maka pengobatan suportif dan paliatif sangat memegang peranan penting, melalui

fisioterapi dada, antara lain: perkusi, vibrasi, postural drainase, batuk efektif dan nafas

dalam untuk memudahkan mengeluarkan secret sehingga jalan nafas menjadi lancar

kemudian saturasi oksigen (SaO2) mengalami peningkatan.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa rata-rata usia responden yaitu

59 tahunyang mengalami PPOK. Penyebab PPOK menurut Price et al, (2005);


Stellefson et al, (2012) adanya proses penuaan yang menyebabkan penurunan fungsi

paru-paru. Keadaan ini juga menyebabkan berkurangnya elastisitas jaringan paru dan

dinding dada sehingga terjadi penurunan kekuatan kontraksi otot pernapasan dan

menyebabkan kesulitan bernapas. Penyebab lain diantaranya asap rokok, kandungan

asap pada rokok dapat menyebabkan peradangan kronik pada paru-paru. Mediator dapat

merusak struktur di paru-paru. Ketika elastisitas pada saluran pernapasan menurun,

maka ventilasi berkurang, dan akan mengalami kolaps ketika ekspirasi. Hal ini

disebabkan ekspirasi terjadi karena pengempesan paru-paru secara pasif saat inspiras

Metodologi :

Desain penelitian ini Quasi Eksperimen dengan menggunakan metode observasi dengan
pendekatan desain One Group Pre – Post Test. Hasil statistik uji T berpasangan (wilcoxon test)
untuk nilai p= 0,001 (p<0,05).

Hasil :

Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai

berikut :Gambaran distribusi responden menurut usia, lebih banyak dalam kategori usia

lanjut yang mengalami PPOK yaitu 59 tahun. Gambaran distribusi responden menurut

lama menderita PPOK yang lebih banyak yaitu lama menderita PPOK 23 tahun. Rata
rata saturasi oksigen sebelum diberikan intervensi yaitu 93, sedangkan rata-rata sesudah

diberikan intervensi meningkat menjadi yaitu 97.

Ada pengaruh fisioterapi dada, batuk efektif dan nebulizer terhadap peningkatan

saturasi oksigen sebelum dan sesudah diberikan intervensi

Kesimpulan :

Ada pengaruh pemberian fisioterapi dada, batuk efektif dan

nebulizer terhadap peningkatan saturasi oksigen dalam darah sebelum dan sesudah intervensi
pada pasien PPOK.

Daftar Pustaka :

Fitriananda, E., Waspada, E., & Fis, S. (2017). Pengaruh Chest Physiotherapy terhadap
Penurunan Frekuensi Batuk pada Balita dengan PPOK di Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Huriah, T., Ningtias, D. W. (2017). Pengaruh Active Cycle of Breathing Technique terhadap
Peningkatan Nilai VEP1, Jumlah Sputum dan mobilisasi Sangkar Thoraks Pasien PPOK.
Indonesian Journal or Nursing Practices, 1(2), 44-54. DOI: 10.18196/ijnp.1260 I Imade, M.
(2018). Pengaruh

Anda mungkin juga menyukai