KABUPATEN BLORA
Oleh :
Anies Puspitaningrum
P1337420920059
A. BIODATA PASIEN
Data Biografi
Nama : Ny K
Tgl lahir/umur : 72 th
Pasien merasakan pusing-pusing, kaku pada tengkuk, kadang merasakan pegal –pegal pada
kedua kakinya.
Ny. K mempunyai riwayat hipertensi, penyakit hipertensi ini sudah diketahui oleh keluarga
semenjak 5 tahun yang lalu, bila ada keluhan misalnya pusing-pusing, kaku pada tengkuk,
biasanya berobat di bidan diantar oleh anaknya Bp S. Bila tidak sempat biasanya Ny K minum
jamu yang dibuat sendiri ( jamu godogan ). Ny. K kadang merasakan pegal –pegal pada kedua
kakinya.
D. RIWAYAT KELUARGA
Ny K tinggal bersama suaminya yaitu Bp J, keduanya merupakan pasangan lansia yang hidup
dalam satu rumah. Tempat tinggal mereka bersebelahan dengan anak mereka yaitu Bp S.
E. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Karakteristik rumah :
Lantai ubin
F. RIWAYAT REKREASI
Keluarga tidak mempunyai TV, tapi hanya mempunyai radio. Mereka berdua tidak jarang pergi
Keluarga Bp S yang merupakan anaknya setiap hari mengunjungi rumah keluarga Bp. J,
Keluiarga mempunyai penghasilan dari hasil kebun sendiri, yang dijual kepada para pembeli
-setiap lebaran Ny. K dan Bp J selalu berkumpul bersama, Setiap ada acara dalam keluarga
besar ( pernikahan, kelahiran, sunatan ), mereka selalu dilibatkan untuk ikut membantu.
I. TINJAUAN SISTEM
a. Keadaan Umum
Kesadaran : baik
Tensi : 160/100 mm Hg
Pernafasan : 20 x/ menit
Suhu : 36 º C
b. Integumen/kulit
elastisitas menurun
c. kepala
bersih, mesocepal
d. Mata
pupil isokor
tidak anemi
j. Pernafasan : normal
l. Gastrointestinal : BAB 2x sehari, konsistensi keras, tapi tidak ada keluhan lain
1. Psikososial
Klien masing sering berhubungan dengan masyarakat sekitar, sering duduk berbincang-
bincang dengan tetangga di depan rumah walau semenjak pandemic klien mengurangi aktivitas
dan mengurangi berhubungan dengan para tetangga. Sebelum pandemic klien terkadang ikut
pengajian yang diadakan di tempatnya. Harapan klien bersosialisasi adalah untuk menambah
Pertanyaan tahap I :
Pertanyaan tahap II :
2. Spiritual
Klien taat beribadah masih aktif mengikuti pengajian. Keyakinan klien terhadap
kematian adalah suatu hal yang wajar karena semua manusia akan mati tidak tergantung pada
umur, karena sudah ada yang mengatur. Tapi klien masih punya harapan agar diberi umur
1. INDEKS KATZ
1. Identifikasi tingkat intelektual dengan SPSMQ ( Short Portable Mental Status Questioner )
Intrepetasi hasi yaitu: dari 10 pertanyaan Ny K menjawab benar 8 dan salah 2 jadi fungsi
intelektual utuh
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE ( Mini Mental Status
Exam )
Dengan interpretasi hasil : Ny K memperoleh nilai 18 jadi ada kerusakan aspek fungsi
mental ringan
ANALISA DATA
1 2 3 4 5 6 7
2. Setelah 1x15 Respon Akibat 1.Menjelaskan
menit pertemuan verbal hipertensi ; dan
keluarga mampu penyakit mendiskusikan
mengambil jantung bersama
keputusan untuk koroner, keluarga
merawat anggota stroke, tentang bahaya
keluarga dengan gangguan dari hipertensi.
masalah hipertensi fungsi ginja 2. gali
dengan mampu pengetahuan
menyebutkan keluarga bahaya
akibat bila hipertensi
hipertensi tidak 3. Beri
diatasi kesempatan
pada keluarga
untuk
menanyakan
hal-hal yang
tidak diketahui.
4 Menanyakan
kembali hal-hal
yang telah
didiskusikan
1. menjelaskann
Respon Cara dan
3.Setelah verbal perawatan mendiskusikan
pertemuan 1x15 penderita bersama
menit keluarga hipertensi : keluarga cara
mampu merawat periksa secara perawatan
anggota keluarga teratur, olah hipertensi
dengan masalah raga/jalan-
hipertensi dengan jalan,jaga
mampu: berat
1 2 3 4 5 6 7
menyebutkan cara- Badan, tidak 2. gali
cara perawatan merokok, pengetahuan
hipertensi hindari stress, keluarga
istirahat tentang cara
cukup perawatan
hipertensi
3. Beri
kesempatan
pada keluarga
untuk
menanyakan
hal-hal yang
tidak diketahui.
4 Menanyakan
kembali hal-hal
yang telah
didiskusikan
1 2 3 4 5 6 7
4. Setelah 1x10 Respon Cara 1.Menjelaskan
menit pertemuan verbal memodifikasi dan
keluarga mampu lingkungan mendiskusikan
memodifikasi yaitu: bersama
lingkungan yang - bebaskan dari keluarga
sesuai untuk rasa dingin tentang cara
penderita hindari memodifikasi
hipertensi dengan mandi terlalu lingkungan
mampu: panas untuk penderita
menyebutkan lingkun hipertensi
cara-cara gan bersih 2. Gali
memodifiksi saling pengetahuan
lingkungan untuk mengingatkan keluarga
penderita untuk makan tentang cara
hipertensi minimal rendah garam memodifikasi
3 dari 5 modifikasi hindari lingkungan
lingkungan stres untuk penderita
hipertensi
3. Beri
kesempatan
pada keluarga
untuk
menanyakan
hal-hal yang
tidak diketahui.
4 Menanyakan
kembali hal-hal
yang telah
didiskusikan
1 2 3 4 5 6 7
5. Setelah 1x10 Respon Tanda hipertensi 1.Menjelaskan
menit verbal yang harus dan
pertemuan dirujuk: mendiskusikan
keluarga bila bersama
mampu gejala tidak reda keluarga
memanfaatkan kelumpu mengenai
fasilitas han anggota tanda-tanda
kesehatan gerak/organ lain hipertensi yang
dengan mampu tekanan harus dirujuk
menyebutkan darah diatas 2. Beri
tanda-tanda atau sama kesempatan
hipertensi yang dengan 200/110 pada keluarga
harus dirujuk mmHg untuk
(minimal 2 dari menanyakan
3 tanda) hal-hal yang
tidak diketahui.
4 Menanyakan
kembali hal-hal
yang telah
didiskusikan
Nama keluarga : Bp J
Alamat : Mulyorejo Rt05/01
1 2 3 4 5 6
3. keluarga mampu 3. Menjelaskan dan S : keluarga mengatakan
memodifikasi berdiskusi dengan cara memodifikasi
lingkungan yang keluarga memodifikasi lingkungan yaitu:
sesuai untuk lingkungan yang sesuai - bebaskan dari rasa
penderita hipertensi untuk penderita dingin
hipertensi - hindari mandi terlalu
panas
- lingkungan bersih
O : respon verbal
A : tujuan tercapai
P : pertahankankan
kemampuan keluarga
S:Keluarga mengataka
Memberikan mengerti diit untuk
penkes diit rendah garam penderita hipertensi
pada pasien hipertensi - pemberian makanan
rendah garam
- porsi sesuai buku
panduan
O: respon verbal
A: tujuan tercapai
P:pertahankan
kemampuan keluarga
RESUME KEPERAWATAN
Disusun Oleh
ANIES PUSPITANINGRUM
P1337420920059
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI
NERSJURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
2020
ABSTRAK
Latar belakang : Proses degeneratif tubuh yang terjadi seiring dengan pertambahan usia akan
meningkatkan risiko terjadinya nyeri sendi akibat osteoarthritis lutut, terutama pada lansia. Nyeri
sendi yang dialami akan menurunkan aktivitas fisik lansia dan berdampak pada penurunan
lingkup gerak sendi. Salah satu tindakan nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk
mengurangi skala nyeri sendi adalah kompres jahe.
Tujuan : untuk mengidentifikasi respon penerima manfaat setelah diberikan kompres jahe
Hasil : Respon penerima manfaat dapat mengurangi nyeri dari skala VAS 5 menjadi 3.
Kemudian, penerima manfaat mampu mengontrol nyeri dengan kompres jahe juga tindakan non
farmakologi lainnya.
Simpulan : Adanya penurunan skala nyeri sendi dengan dilakukan kompres jahe
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
mengalami peningkatan.
Asam urat terjadi dari hasil sisa penghancuran purin, dimana sumber utama purin dalam tubuh
berasal dari makanan yang mengandung purin dan dari hasil metabolisme DNA tubuh. Purin
adalah zat alami yang ditemukan dalam sel, termasuk didalam tumbuhan maupun hewan. Purin
yang masuk kedalam tubuh kita dari makanan selanjutnya akan dimetabolisme menjadi asam
urat. Asam urat sebenarnya bertindak sebagai zat antioksidan yang berguna untuk melindungi
lapisan pembuluh darah. Namun bila jumlah asam urat dalam darah meningkat atau berlebihan
akan menyebabkan asam urat tinggi. Penyebabnya dapat terjadi karena produksi purin yang
tinggi atau terganggunya pengeluaran oleh ginjal. Jika pasien mengkonsumsi makanan yang
tinggi purin akibatnya asam urat akan membentuk kristal dan menumpuk pada persendian, kristal
ini bersifat keras sehingga akan mengikis jaringan lunak atau lapisan tulang rawan pada sendi
dan mengakibatkan gejala peradangan pada sendi. Peradangan yang terjadi akan menimbulkan
rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien yang dapat menganggu dan menghambat aktifitas pasien
Penderita gout arthritis biasanya mengeluh nyeri pada bagian sendi yang sangat menganggu
aktivitas. Peradangan sendi pada gout dapat terjadi pada seluruh sendi tubuh yang menyebabkan
pembengkakan, sendi teraba panas serta nyeri. Nyeri yang dirasakan bervariasi, mulai dari nyeri
ringan, nyeri sedang hingga nyeri berat yang dapat mengganggu aktivitas dan pola istirahat
penderita. Peradangan ini apabila tidak ditangani dapat menyebabkan kerusakan sendi yang lama
kelamaan akan merubah struktur sendi, fungsi sendi menurun dan akhirnya cacat sehingga
menyebabkan pasien sulit melakukan aktifitas sehari-hari atau bahkan mungkin pasien tidak
Dengan munculnya masalah keperawatan nyeri kronis atau nyeri yang berkepanjangan yang
sering di keluhkan pasien gout arthritis, perlu adanya penanganan dan pencegahan untuk
menurunkan rasa nyeri yang diderita pasien, maka implementasi yang dilakukan perawat sebagai
edukator pemberi perawatan melalui pendidikan yaitu mengajari cara merawat gout arthritis agar
tidak bertambah parah dan perawat sebagai care giver untuk menanggulangi dan merawat gout
artritis, dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologis
yaitu pemberian obat-obatan, terapi non farmakologi salah satunya adalah pemberian kompres
hangat memakai parutan jahe. Kompres merupakan tindakan mandiri perawat dan upaya
menurunkan nyeri yang diderita pasien. Kandungan pada jahe seperti gingerol, gingerdione, dan
zingeron yang berfungsi menghambat lukotriene dan protagalandin yang merupakan mediator
radang yang memiliki efek antiradang sehingga dapat digunakan untuk mengatasi peradangan
dan mengurangi rasa nyeri akibat asam urat. Perawat juga melakukan perubahan pola makan,
aktifitas seperti melakukan olahraga di pagi hari atau jalan-jalan pagi serta meningkatkan
kualitas hidup pasien, menurunkan dan mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh gout arthritis.
B.WOC
Terlampir
BAB II
A. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama : Ny. S
Usia : 61 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Lulus SD
Alamat : RT 05 RW 01 Mulyorejo
Hubungan : Suami
Ny. S mengatakan kalau saat ini tinggal bersama suami. Ny S mempunyai anak laki-laki 1 dan 2
anak perempuan, mereka sudah berkeluarga semua dan Ny S memiliki 7 cucu.
Genogram
PASIEN
f. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Ny S mengeluh sering
merasa linu-linu di persendian terutama pada kaki bagian kiri
saat digunakan untuk berjalan selama 1 bulan terakhir.
Ny S pernah opname di RSI Sultan Agung Semarang tahun 2018 karena operasi benjolan di
payudara kanan
Skor 16
Skor salah 0
Skor 26
3) Status Fungsional
Skor : Nilai A
Keterangan : Mandiri
Skor 4
Skor 8
Skor : 9 detik
g. Pola Fungsional
a. Persepsi Kesehatan Dan Pola Manajemen Kesehatan
Ny S tidak memiliki kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan, saat dikaji Ny S tidak tahu
tentang penyakit linu di sendi yang dideritanya. Ny S berharap dengan kehadiran mahasiswa
dapat memberikan penjelasan yang dibutuhkan terkait dengan penyakitnya
b. Nutrisi Metabolic
Ny. S mengatakan Frekuensi makan 3x sehari,, 1 porsi habis, PM tidak menyukai makanan
pedas, pantang makan makanan yang asin
c. Eliminasi
Ny. S mengatakan BAB sehari sekali , BAK 4 – 6x/ hari dengan warna kuning bening.
Ny. S mengatakan mandi 2x sehari ( jam 9 pagi dan 4 sore), aktivitas sehari-hari Ny S menyapu
rumah, memasak, dan bercocok tanam di samping rumah.
Ny. S mengatakan tidur 8 jam / hari (jam 8 malam – 4 pagi ), PM tidak terbiasa tidur siang,
namun terkadang tidur siang setelah makan siang pukul 12.30-13.30 WIB.
Ny. S mengatakan tidak ada masalah dalam hal penglihatan dan pendengaran. Ny S tidak
memakai alat bantu penglihatan. Saat dikaji Ny S tidak memiliki kesulitan dalam membuat
keputusan dalam menentukan pilihannya. Ny S dapat menentukan prioritas yang harus
dilakukan. Ny S mengatakan nyeri pada kaki dan wajah tampak meringis menahan nyeri.
P : Nyeri timbul setiap saat terutama jika berdiri terlalu lama dan berjalan
Q : Seperti tertekan
R : Nyeri terasa pada kedua kaki terutama pada kaki sebelah kiri
S : 5 (VAS)
T : Setiap saat
Body image : Ny. S mengatakan dirinya tidak minder terhadap kondisi fisiknya.
Identitas diri : Ny S mengetahui siapa dan ada apa dengan dirinya saat ini.
Harga diri : Ny S bisa berinteraksi dengan tetangganya, Ny S menerima dirinya apa adanya
sehingga merasa percaya diri dengan keadaannya
Peran diri : Ny S mengatakan dapat menjalankan perannya sebagai ibu dan istri.
Ideal diri : Ny. R mengatakan ingin bisa mandiri walaupun sudah tua
Ny. S mengatakan tidak ada masalah dengan keluara dan tetangga sekitar.
i. Sexualitas
Ny S mengatakan sudah tidak mengalami menstruasi dan tidak mengalami penyakit genetalia.
Ny S jika sedang ada masalah bercerita kepada anak dan suaminya. Ny S lalu solat dan
melakukan ibadah yang lain.
Ny S mengatakan jika ibadah itu penting, Ny S memiliki kebiasaan sholat ke masjid dan
mengikuti kegiatan pengajian di kampungnya. Ny S meyakini bahwa sehat dan sakit itu karena
Allah.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik
b. TTV :
TD : 160/90 mmHg
HR : 88x/menit
BB/TB : 65 Kg / 155 cm
: 27 (cenderung lebih)
c. Head to Toe
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada masa, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada kemerahan pada lubang telinga, terdapat sedikit
serumen, fungsi pendengaran baik, tidak menggunakkan alat
bantu dengar
d. Paru – paru
Inspeksi : pengembangan dada simetris, tidak tampak penggunaan otot bantu pernafasan,
tidak ada jejas
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
e. Jantung
Perkusi : Pekak
f. Abdomen
Inspeksi : distensi (-), umbilikal bersih tidak terdapat hernia umbilikal, tidak ada
peningkatan intra abdomen, visible peristaltik(-), stoma(-), bentuk perut tidak buncit, terdapat
luka bekas jahitan.
Perkusi : kontur lunak, tidak kembung, distensi, tidak terdapat nyeri tekan
Auskultasi : terdengar suara bowel sound pada semua kuadran abdomen dengan jumlah 10x/
menit.
g. Muscoloskeletal
Postur : tegak
simetris tubuh : simetris, tidak terdapat edema, dan nyeri pada sendi, kekuatan otot :
Ny. S mengatakan kesulitan saat berjalan jauh dan butuh waktu yang lama
h. Neurologis
GCS : E4V5M6
Nervus I : Nosofomia
Nervus V : adanya kontraksi dari m. masteter, sensitibilitas akan nyeri dan rangsangan baik
abnormal (tic,grimacing,dll), mampu membedakan rasa pahit, manis, asin, dan asam
Nervus VIII : baik mampu mendengar kata yang diucapkan oleh mahasiswa pada telinga
kanan dan kiri
Nervus IX dan X : reflek muntah (-), disatria (-), kelumpuhan palatom (-)
Nervus XII : artikulasi Ny. S jelas, lidah tidak ada penyimpangan, lidah lurus, kekuatan
lidah:4
i. Integument
9. Aspek Psikologis
Ny S jika sedang ada masalah memilih untuk bercerita kepada suami atau anaknya. Dari hasil
pengkajian depresi dengan menggunakan skala depresi Geriatrik Yassavage didapatkan skore 4
dengan keterangan tidak depresi. Ny S mengatakan menerima dirinya apa adanya dan menikmati
semua kegiatan yang dikerjakan.
10. Aspek Sosial
Ny S selalu ikut berkumpul saat ada kegiatan, Ny S mengatakan tiap bulan mengikuti kegiatan
arisan di kampungnya. Ny S juga mengatakan tidak memiliki masalah dengan tetangganya.
Ny S mengatakan jika ibadah itu penting, Ny S memiliki kebiasaan sholat ke masjid dan
mengikuti kegiatan pengajian di kampungnya.
Cara
Nama Obat Dosis Fungsi
Pemberian
Amlodipine 10 mg 1 x 1 hari Oral Sebagai obat antihipertensi
Q : Seperti tertekan
S:5
T : Setiap saat
DO :
Nadi : 88x/menit
2 Senin, 07 DS kurangnya keinginan Kura
Desember 2020 untuk mencari informasi
Ny S mengatakan belum paham paham tentang penyakit
7-12-2020
yang dideritanya
DO
Diagnosa Keperawatan
Disusun Oleh
ANIES PUSPITANINGRUM
P 1337420920064
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
2020
REFLEKTIF JURNAL
Kematian
Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesehatan spiritual dan kesiapan lansia dalam
menghadapi kematian, baik lansia yang berada di Panti Wredha Salib Putih Salatiga, maupun
Latar belakang :
keharmonisan dan keselarasan dengan dunia luar, menghadapi stres emosional, penyakit fisik
dan kematian. Lansia juga kerap mengalami masalah psikologis, yaitu munculnya kecemasan
dalam menghadapi kematian pada lanjut usia. Spiritualitas lansia yang sehat dapat membantu
lansia dalam menjalani kehidupan dan mempersiapkan dirinya dalam menghadapi kematian.
Metodologi :
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe pendekatan fenomenologi
deskriptif. Penelitian ini menggunakan desain studi komparasi. Jumlah partisipan dalam
penelitian ini enam orang, yaitu tiga orang yang tinggal di panti dan tiga orang yang tinggal di
rumah bersama dengan keluarganya. Partisipan dipilih menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil :
Berdasarkan hasil penelitian, lansia yang tinggal di rumah dan lansia yang tinggal di panti
memiliki perbedaan dalam interaksi sosial, konsep agama dan ketuhanan. Sedangkan dalam
menghadapi kematian, baik di panti maupun di rumah, kesiapan lansia dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu pengertian mengenai kematian, pengalaman kehilangan, tempat yang
diinginkan ketika menghadapi kematian, orang yang akan mendampingi ketika kematian dan
tempat yang dituju setelah kematian, sedangkan ketidaksiapan lansia dalam menghadapi
kematian dipengaruhi oleh perbuatan yang dilakukan semasa lansia hidup maupun faktor
Kesimpulan :
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kesehatan spiritual dan kesiapan lansia dalam
menghadapi kematian dipengaruhi oleh makna hidup, konsep agama dan ketuhanan, interaksi
sosial, konsep sehat sakit, kesejahteraan dan spiritualitas, serta kesiapan menghadapi kematian
Daftar Pustaka :
Ananda Ruth Naftali, Yulius Yusak Ranimpi, M. Aziz Anwar. 2017. Kesehatan Spiritual dan
Kesiapan Lansia dalam Menghadapi Kematian. Buletin Psikologi Vol 25 No 2, 124-135. e-
ISSN 2528-5858. http://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi
REFLEKTIF JURNAL
Disusun Oleh
ANIES PUSPITANINGRUM
P 1337420920059
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
2020
REFLEKTIF JURNAL
Tujuan Penelitian :
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh teknik relaksasi Benson pada skala nyeri
pasca operasi pada pasien dengan Prostat Jinak Hiperplasia di RSUD dr. H Soewondo Kendal.
Latar belakang :
Faktor yang diperkirakan oleh peneliti adanya penurunan skala nyeri setelah
diberikan terapi relaksasi Benson adalah sebagaian besar responden adalah berusia
yang baik sehingga memudahkan pelaksananaan Relaksasi Benson dengan berikhtiar menyebut
nama Allah.
Metodologi :
Penelitian Desain
menggunakan eksperimen semu. desain dengan pre dan post test tanpa kontrol
sampel sebanyak 32 orang. Teknik Relaksasi Benson dilakukan kena pajak
pemberian penghasilan dengan durasi analgesik 8 jam. Dan setelah sebelumnya
diberikan teknik relaksasi Benson melakukan pengukuran skala dengan a
skala penilaian nyeri numerik. Hasil: Hasil Statistik Tanda Wilcoxon
Uji peringkat dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan diperoleh nilai p
0,000 <0,05.
Hasil :
tidak ada peningkatan nyeri setelah diberikan terapi relaksasi, sebelum dan
setelah pemberian terapi relaksasi benson tidak terjadi perubahan pada skala nyeri
sebanyak 5 responden. Tidak adanya penurunan skala nyeri dari 5 responden tersebut setelah
melakukan terapi Benson dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, rasa kurang percaya
diri pada diri responden dan faktor lingkungan.
al ini karena pada saat dilakukan terapi benson, kondisi lingkungan diruang Kenanga kurang
kondusif karena pada saat peneliti membimbing responden melakukan relaksasi keluarga
responden yang sedang tidak diteliti sedang bercakap-cakap dengan pasien lain, sehingga fokus
responden yang diteliti menjadi terganggu serta ada responden yang tidak ditemani oleh anggota
keluarga. Ketidak hadiran anggota keluarga menjadikan responden menjadi cemas, sehingga
pelaksanaan terapi benson dengan melakukan dzikir menjadi kurang fokus. Hal inilah yang
menyebabkan pada hasil penilaian skala nyeri post operasi kepada 5 responden tidak
mengalami perubahan atau tetap.
Kesimpulan :
Hasil penelitian ini ada pengaruh teknik relaksasi benson pada skala nyeri pasca operasi pada
pasien dengan Benign Prostat Hyper.
Terdapat pengaruh terapi relaksasi Benson terhadap skala nyeri pada pasien post
Kendal.
Daftar Pustaka :
Rasubala , G. F., Kumaat , L. T., & Mulyadi . (2017, Februari). Pengaruh Tehnik Relaksasi
Benson Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi DI RSUP Prof Dr. R.D Kandou dan RS
TK. III R.W Mongonsisi Teling Manado. eJournal Keperawatan (e-Kp), Volume 5(No 1).
Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications /108176-ID-pengaruh-teknik-relaksasi
benson-terhada.pdf
Samidah, i., & Romadhon. (2015). Faktor-Faktor yang berhubungan Dengan Kejadian Benigna
Prostat Hyperplasia (BPH) Di Poli Urologi RSUD Dr. M Yunus Bengkulu. Journal of Nursing
and Public Health, Volume 3, No 1, 61-68.
STASE KEPERAWATAN GERONTIK
DI SUSUN OLEH :
ANIES PUSPITANINGRUM
P1337420920059
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2020/2021
REFLEKTIF JURNAL
Tujuan Penelitian :
Penelitian ini merupakan studi diagnostik dengan desain potong lintang untuk mendapatkan
Latar belakang :
Menegakkan diagnosis pneumonia pada pasien usia lanjut seringkali sulit mengingat gejala dan
tanda klinis sering tidak lengkap dan manifestasi klinis yang tidak khas serta pemeriksaan
penunjang yang sulit diinterpretasi. Hal ini mengkibatkan under ataupun over diagnosis dengan
dengan diagnosis pneumonia baik manifestasi khas ataupun tidak khas pada pasien usia lanjut
Metodologi :
Penelitian diagnostik dilakukan terhadap 158 pasien usia lanjut dengan kecurigaan pneumonia
yang dirawat di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada kurun waktu
Januari-Oktober 2010. Hubungan data klinis, laboratoris serta radiologis yang mencakup
manifestasi spesifik (batuk, sputum produktif, sesak napas, demam, ronki, leukositosis , infiltrat)
dan manifestasi tidak spesifik (intake sulit, jatuh, penurunan status fungsional inkontinensia urin)
dengan diagnosis pneumonia komunitas dianalisis dengan regresi logistik. Kemudian, ditentukan
reactive protein dalam menegakkan diagnosis pneumonia dinilai dengan membuat kurva ROC
Hasil :
Dari 158 subjek, 106 didiagnosis pneumonia sesuai kriteria baku emas. Pada model akhir regresi
logistik didapatkan tiga faktor yang berhubungan dengan diagnosis pneumonia yaitu batuk, ronki
dan infiltrat dengan nilai p masing-masing secara berturut-turut yaitu <0,0001; 0,02; dan 0,0001.
Nilai UUC yang diperoleh dari metode ROC untuk mengetahui kemampuan CRP dalam
Kesimpulan :
Faktor-faktor yang berhubungan dengan diagnosis pneumonia pada usia lanjut adalah batuk,
ronki dan infiltrat. Sementara itu, c-reactive protein tidak memiliki peran dalam memprediksi
Daftar Pustaka :
Sari, E, F, Rumende, M, Harimurti, K, 2016. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Diagnosis Pneumonia Pada Pasien Usia Lanjut. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, Vol. 3, No. 4,
Desember 2016. Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
REFLEKTIF JURNAL
Disusun Oleh
ANIES PUSPITANINGRUM
P 1337420920059
2020
REFLEKTIF JURNAL
Tujuan Penelitian :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian fisioterapi dada, batuk
efektif, dan nebulizer terhadap peningkatan saturasi oksigen dalam darah pada pasien PPOK di
RS Islam Jakarta Cempaka Putih
Latar belakang :
secara tuntas 100%, untuk mengencerkan mukus diberikan inhalasi atau nebulizer,
sedangkan pengobatan berupa suportif dan paliatif hanya untuk mengubah kualitas
hidup dengan jalan memenuhi kebutuhan oksigen (O2), sehingga peneliti melakukan
intervensi berupa tindakan terapi inhalasi, supportif dan paliatif. Tindakan tersebut
adalah pemberian fisioterapi dada, setelah itu dilakukan pemberian nafas dalam dan
batuk efektif kepada pasien, dan yang terakhir dilakukan terapi nebulizer, Setelah
tindakan supportif dan paliatif sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan oksigen
(O2), maka pengobatan suportif dan paliatif sangat memegang peranan penting, melalui
fisioterapi dada, antara lain: perkusi, vibrasi, postural drainase, batuk efektif dan nafas
dalam untuk memudahkan mengeluarkan secret sehingga jalan nafas menjadi lancar
paru-paru. Keadaan ini juga menyebabkan berkurangnya elastisitas jaringan paru dan
dinding dada sehingga terjadi penurunan kekuatan kontraksi otot pernapasan dan
asap pada rokok dapat menyebabkan peradangan kronik pada paru-paru. Mediator dapat
maka ventilasi berkurang, dan akan mengalami kolaps ketika ekspirasi. Hal ini
disebabkan ekspirasi terjadi karena pengempesan paru-paru secara pasif saat inspirasi
Metodologi :
Desain penelitian ini Quasi Eksperimen dengan menggunakan metode observasi dengan
pendekatan desain One Group Pre – Post Test. Hasil statistik uji T berpasangan (wilcoxon test)
untuk nilai p= 0,001 (p<0,05).
Hasil :
Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai
berikut :Gambaran distribusi responden menurut usia, lebih banyak dalam kategori usia
lanjut yang mengalami PPOK yaitu 59 tahun. Gambaran distribusi responden menurut
lama menderita PPOK yang lebih banyak yaitu lama menderita PPOK 23 tahun. Rata
rata saturasi oksigen sebelum diberikan intervensi yaitu 93, sedangkan rata-rata sesudah
Ada pengaruh fisioterapi dada, batuk efektif dan nebulizer terhadap peningkatan
Kesimpulan :
nebulizer terhadap peningkatan saturasi oksigen dalam darah sebelum dan sesudah intervensi
pada pasien PPOK.
Daftar Pustaka :
Fitriananda, E., Waspada, E., & Fis, S. (2017). Pengaruh Chest Physiotherapy terhadap
Penurunan Frekuensi Batuk pada Balita dengan PPOK di Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Huriah, T., Ningtias, D. W. (2017). Pengaruh Active Cycle of Breathing Technique terhadap
Peningkatan Nilai VEP1, Jumlah Sputum dan mobilisasi Sangkar Thoraks Pasien PPOK.
Indonesian Journal or Nursing Practices, 1(2), 44-54. DOI: 10.18196/ijnp.1260 I Imade, M.
(2018). Pengaruh
REFLEKTIF JURNAL
Disusun Oleh
ANIES PUSPITANINGRUM
P 1337420920059
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
2020
REFLEKTIF JURNAL
Tujuan Penelitian :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian fisioterapi dada, batuk
efektif, dan nebulizer terhadap peningkatan saturasi oksigen dalam darah pada pasien PPOK di
RS Islam Jakarta Cempaka Putih
Latar belakang :
secara tuntas 100%, untuk mengencerkan mukus diberikan inhalasi atau nebulizer,
sedangkan pengobatan berupa suportif dan paliatif hanya untuk mengubah kualitas
hidup dengan jalan memenuhi kebutuhan oksigen (O2), sehingga peneliti melakukan
intervensi berupa tindakan terapi inhalasi, supportif dan paliatif. Tindakan tersebut
adalah pemberian fisioterapi dada, setelah itu dilakukan pemberian nafas dalam dan
batuk efektif kepada pasien, dan yang terakhir dilakukan terapi nebulizer, Setelah
tindakan supportif dan paliatif sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan oksigen
(O2), maka pengobatan suportif dan paliatif sangat memegang peranan penting, melalui
fisioterapi dada, antara lain: perkusi, vibrasi, postural drainase, batuk efektif dan nafas
dalam untuk memudahkan mengeluarkan secret sehingga jalan nafas menjadi lancar
paru-paru. Keadaan ini juga menyebabkan berkurangnya elastisitas jaringan paru dan
dinding dada sehingga terjadi penurunan kekuatan kontraksi otot pernapasan dan
asap pada rokok dapat menyebabkan peradangan kronik pada paru-paru. Mediator dapat
maka ventilasi berkurang, dan akan mengalami kolaps ketika ekspirasi. Hal ini
disebabkan ekspirasi terjadi karena pengempesan paru-paru secara pasif saat inspiras
Metodologi :
Desain penelitian ini Quasi Eksperimen dengan menggunakan metode observasi dengan
pendekatan desain One Group Pre – Post Test. Hasil statistik uji T berpasangan (wilcoxon test)
untuk nilai p= 0,001 (p<0,05).
Hasil :
berikut :Gambaran distribusi responden menurut usia, lebih banyak dalam kategori usia
lanjut yang mengalami PPOK yaitu 59 tahun. Gambaran distribusi responden menurut
lama menderita PPOK yang lebih banyak yaitu lama menderita PPOK 23 tahun. Rata
rata saturasi oksigen sebelum diberikan intervensi yaitu 93, sedangkan rata-rata sesudah
Ada pengaruh fisioterapi dada, batuk efektif dan nebulizer terhadap peningkatan
Kesimpulan :
nebulizer terhadap peningkatan saturasi oksigen dalam darah sebelum dan sesudah intervensi
pada pasien PPOK.
Daftar Pustaka :
Fitriananda, E., Waspada, E., & Fis, S. (2017). Pengaruh Chest Physiotherapy terhadap
Penurunan Frekuensi Batuk pada Balita dengan PPOK di Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Huriah, T., Ningtias, D. W. (2017). Pengaruh Active Cycle of Breathing Technique terhadap
Peningkatan Nilai VEP1, Jumlah Sputum dan mobilisasi Sangkar Thoraks Pasien PPOK.
Indonesian Journal or Nursing Practices, 1(2), 44-54. DOI: 10.18196/ijnp.1260 I Imade, M.
(2018). Pengaruh