KEJANG DEMAM
Disusun Oleh:
Komplikasi
Tanda gejala HIPERTERMI Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
Ada 2 bentuk kejang demam kejang demam antara lain:
(menurut Lwingstone), yaitu: 1. Dapat terjadi perlukaan misalnya lidah
1. Kejang demam sederhana Pengeluaran mediator kimia epinefrin dan tergigit atau akibat gesekan dengan gigi.
(Simple Febrile Seizure), dengan prostaglandin 2. Dapat terjadi perlukaan akibat terkena
ciri-ciri gejala klinis sebagai benda tajam atau keras yang ada di
berikut : sekitar anak.
a. Kejang berlangsung Merangsang peningkatan potensi aksi pada 3. Dapat terjadi perlukaan akibat terjatuh.
singkat, < 15 menit neuron
b. Kejang umum tonik Selain bahaya akibat kejang,
dan atau klonik risiko komplikasi dapat terjadi akibat
c. Umumnya berhenti pemberian obat antikonvulsan yang dapat
sendiri Merangsang perpindah ion K+ dan ion
terjadi di rumah sakit. Misalnya:
d. Tanpa gerakan fokal N+ secara cepat dari luar sel menuju ke
1. Karena kejang tidak segera berhenti
atau berulang dalam 24 jam dalam sel
padahal telah mendapat fenobarbital
2. Kejang demam komplikata kemudian di berikan diazepam maka
(Complex Febrile Seizure), dapat berakibat apnea.
dengan ciri-ciri gejala klinis 2. Jika memberikan diazepam secara
Meningkatkan fase depolarisasi neuron
sebagai berikut : intravena terlalu cepat juga dapat
a. Kejang lama > 15
dengan cepat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
menit
b. Kejang fokal atau
parsial satu sisi, atau kejang
umum didahului kejang
KEJANG
Spasme
Spasme otot Bronkus
ekstermitas
Penurunan
kesadaran
Kekakuan otot
Resiko cidera pernafas
Penatalaksanaan
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra vectal.
Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20 menit.
b. Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM / Os
c. Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang
demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai
sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.
d. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap
hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
e. Penanganan sportif: Bebaskan jalan napas, Beri zat asam, Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit danPertahankan tekanan
darah
2. Pencegahan
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang
disertai demam.
b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata. Dapat digunakan : (Fero barbital=5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis),
(Fenitorri=2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis), (Klonazepam=(indikasi khusus)
No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Manfaat
1 Elektro encephalograft Gelombang normal Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai
prognostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk
menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang
demam yang berulang dikemudian hari.
2 Pemeriksaan cairan Bakteri ( - ) Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
cerebrospinal adanya meningitis, terutama pada pasien kejang demam
yang pertama. Pada bayi yang masih kecil seringkali
gejala meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan
lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6
bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18
bulan.
3 Darah a. Glukosa Darah (N < a. Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang
200 mq/dl)
b. BUN: 5-20ml/dl b. Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian
obat.
c. Elektrolit: Kalium (N c. Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi
3,80 – 5,00 meq/dl), kejang
Natrium (N 135 – 144
meq/dl)
NANDA-I. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC.
Ridha, Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC.