Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
a. Skenario Kasus
Seorang wanita berusia 30 tahun datang bersama suaminya kepoli kandungan
rumah sakit insani karena ingin melakukan program punya anak. Setelah dilakukan
pemeriksaan USG ternyata klien banyak mempunyai kista di ovarium. Setelah dilakukan
anamnesa klien mengatakan bahwa dia menstruasi kadang lamanya sampai 2 minggu dan
kadang menstruasinya tidak teratur tiap bulan. Pasien mempunyai riwayat menstruasi
yang tidak teratur sejak SMA, tampak jelas bulu-bulu pada ajah klien dan banyak jerawat
diarea sekitar mulut hingga dagu serta kulit wajah klien tampak berminyak. Klien juga
ternyata telah mengalami obesitas sejak sekolah menengah pertama.
b. Analisa Kasus
1) Langkah 1 : daftar istilah atau kata sulit
a) Kista (risda)
Yustina : pertumbuhan sel yang tidak normal
Vivy : benjolan yang terdapat pada urerus
b) Manstruasi ( yustina)
Stefina : perubahan fisiologis pada tubuh wanita
Tantri : proses keluarnya darah dari vagina
Nor hair :siklus bulanan alami pada tubuh wanita
c) Obesitas (vivy)
Nor Hair : beupa kelebihan lemak tubuh.
Stefina : kelebihan berat badan yang dapat ditentukan dengan indeks massa
tubuh (IMT)
2) Langkah 2 : daftar pertanyaan dari kata kata sulit
a) Apakah ada hubungan kista dengan kesulitan hamil? (Risda)
b) Apakah ada hubungan menstruasi yang kadang-kadang dengan kista ovarium?
(Triyana sari)
c) Apakah ada hubungan obesitas dengan program kehamilan? (Wahyu)
d) Apa hubungan obesitas dengan kista? ( Dicky)
e) Jelaskan tanda dan gejala kista ovarium? (Subhan)

1
3) Langkah 3 : jawaban dari istilah-istilah sulit
a) Triyana sari: Ada, karena apabila seorang menderita kista ovarium sperma akan
sulit masuk/hancur sehingga wanita yang menderita kista akan sulit
hamil.
Subhan : Ada, karena yang saya tahu kista itu bukan lah tumor ganas tetapi
kista itu adalah tumor jinak. Kista itu yang menutup jalan lahir
menyebabkan sperma iu akan sulit masuk kedalam rahim sehingga
akan sulit hamil.
b) Tri Wahyuni : ada, karena jalan lahir tertutup sehingga darah yang dikeluarkan
akan terhambat atau kadang-kadang dan itu menyebabakan kista
ovarium semakin parah.
Risda : kemungkinan bisa mempengaruhi dalam proses menstruasi
seseorang, bisa juga tidak.
Yulinda : ada, karena seseorang yang menstruasi kadang-kadang akan
menyebabkan darah yang seharusnya dikeluarkan oleh tubuh
malah menetap di dalam tubuh. Jika terus menerus akan
menyebabkan terbentuknya kista ovarium.
Risda : lalu bagaimana dengan seorang wanita yang program KB 3 bulan
apakah seseorang bisa mengalami kista ovarium kan mereka tidak
menstruasi?
Yulinda : menurut saya orang yang KB 3 bulan itu sangat kecil resikonya
mengalami kista ovarium karena pada KB ada 2 jenis ada yang 1
bulan ada yang 3 bulan biasanya pada 3 bulan itu seseorang akan
memang tidak bisa menstruasi karena menekan pada proses
hormon menstruasinya.
c) Triana sari : ada hubungan karena bila seseorang mengalami obesitas saat dia
melakukan hubungan seksual seperma akan sulit masuk kedalam
rahim. Sehingga biasanya dokter menyaran kan wanita yang
obesitas untuk menurunkan berat badan nya saat melakukan
program.
d) Risda : tidak ada karena menurut saya orang yang obesitas belum tentu
akan mengalami namanya kista ovarium tergantung terhadap pola
hidup seseorang.

2
e) Yoga : nyeri, mual, siklus menstruasi haid yang tidak beraturan nyeri saat
menjalin hubungan seksualitas, kram, atau memiliki bulu terlalu
banyak.
Triyana sari : perutnya agak membesar dan mengalami nyeri haid.

4) Lagkah 4 : skema, pohon masalah, alur pikir sistematis

5) Langkah 5 : learning objective


a) Pengertian PCOS
b) Tanda gejala PCOS
c) Komplikasi PCOS
d) Penatalaksanaan PCOS
e) Data penunjang PCOS
f) Diagnosa dan Intervensi
g) Islamic Value

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Sindroma ovarium polikistik merupakan serangkaian gejala yang
dihubungkan dengan hiperandrogenisme dan anovolusi kronik yang berhubungan
dengan kelainan endokrin dan metabolic pada wanita tanpa adanya penyakit primer
pada kelenjar hipofise atau adrenal yang mendasari.
Sindroma ovarium polikistik merupakan sindroma yang memiliki erat
dengan proses inflamasi krinik, ditandai dengan adanya peningkatan C-reaktif protein
(CRP), TNF-a dan reseptor TNF tipe 2 serta interleukin 6 (IL-6). Pada umumnya
penderita SOPK memiliki timbunan lentak visceral yang banyak dn hal ini
berhubungan dengan mekanisme terjadinya resistensi insulin. Penumpukan lemak
visceral memberikan efek parakrin dan endokrin berupa peningkatan sekresi beberapa
marker inflamasi.
B. Etiologi
SOPK tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan sangat
dipengeruhi oleh genitik. Bila dalam satu keluarga terdapat penderita SOPK maka
50% wanita dalam keluarga tersebut akan menderita SOPK pula. Pada masa ini
terdapat peningkatan penemuan tentang hipotesa etiologi dari SOPK yaitu tekanan
darah tinggi selama kehamilan yang dapat berdampak bagi ibu dan anak, salah satu
dampak bagi anak tersebut adalah timbulnya ovarium polikistik.
C. Patifiosiologi
Sindrom ovarium polikistik adalah suatu anovulasi kronik yang
menyebabkan infertilitas dan bersifat hiperandrogenik, dimana terjadi gangguan
hubungan umpan balik antara pusat dan ovarium sehingga kadar estrogen selalu tinggi
yang mengakibatkan tidak pernah terjadi kenaikan kadar FSH yang cukup adekuat.
Selain itu dijumpai pula peningkatan kadar androgen. Kelainan metabolic berupa
hyperinsulinemia dan resistensi insulin ikut berperan dalam timbulnya SOPK.
Factor genetic pada pasien SOPK diperkirakan terjadi penurunan
autosomal dominan atau terpaut-X. selain itu, juga dilaporkan adanya penetrasi
inkomplit, penurunan poligenik, dan factor epigenetic, mutase tungal juga dapat
menghasilkan fenotip SOPK. Salah satunya adalah polimorfisme pada gen 17
hidroksilase atau enzim CYP 17 yang berperan dalam produksi androgen.
D. Gambaran klinis

4
1. Gangguan menstruasi dan infertilitas
Penderita SOPK sering dating dengan keluhan gangguan menstruasi dapat
berupa oligomenorea, amenorea dan infertilias.
2. Hirsutisme
Keadaan dengan pertumbuhan rambut yang berlebihan pada kulit ditempat
yang biasa, seperti kepala dan ekstermitas.
3. Obesitas
Wanita dengan berat badan yang berlebihan 4-5 kali lebih sering terjadi
gangguan fungsi ovarium.
4. Akne, seborrhoe, pembesaran klitoris, pengeciln payudara
Keadaan ini terjadi akibat pembentukkan androgen yang berlebihan.
E. Data penunjang
1. Ultrasonografi ; pemeriksaan USG transabdominal untuk pemeriksaan
ovarium polikistik mempunyai spesifitas yang tinggi, tetapi kurang
sensitive terutama pada wanita gemuk.
2. USG transvaginal
3. Pemeriksaan horminal
4. Resistesnsi insulin
F. Penatalaksanaan
Sindroma ovarium pilikistik adalah sekelompok gangguan kesehatan akibat
gangguan keseimbangn horminal. Seringkali SOPK menyebabkan gangguan pada
pola haid dan menimbulkan kesulitan untuk mendapatkan kehamilan.
Olahraga secara teratur, konsumsi makanan sehat, serta menghentikan
kebiasaa merokok dan mengendalikan berat badan meupakan kunci utama pengobatan
SOPK. Alternative pengobatan lainnya adalah dengan menggunakan obat untuk
menyeimbangkan hormone.
Tidak terdapat pengobatan definitive untuk SOPK, namun pengendalian
penyakit dapat menurunkan resiko infertilitas, abortus, diabetes, penyakit jantung dan
karsinoma uterus.
G. Penatalaksanaan awal
1. Penurunan berat badan
2. Olahraga
3. Makanan sehat dan gizi seimbang
4. Pertahankan berat badan

5
5. Hetikan kebiasaan merokok
H. Terapi pembedahan
1. Wedge Resection : mengakat sebagian ovarium. Tindakan ini dilakukan untuk
membantu agar siklus haid menjadi teratur dan ovulasi berlagsung secara
normal.
2. Laparoscopic ovarium drilling : merupakan tindakan pembedahan untuk
memicu terjadinya ovulasi pada penderita SOPK yang tidak segera mengalami
ovulasi setelah menurunkan berat badan dan memperoleh obat-obat pemicu
ovulasi.

BAB III
PENUTUP

6
DAFTAR PUSTAKA

Tarwanto, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta; Trans Info Media

Huda Amin Nurarif dkk, 2015. NANDA NIC-NOC edisi 1. Jogjakarta; MediaAction Publishing

Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah. 2004. Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Teguh, Subianto. (2009). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus. [ serial Online] cited 12 Februari
2012], avaible from URL:  http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-diabetes-
mellitus.htmlhttp://www.hyves.web.id/askep-diabetes-melitus/
Umami, Vidhia, Dr. 2007. At a Glance Ilmu Bedah , Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangg

Anda mungkin juga menyukai