ASMA
TUTORIAL D3
Disusun Oleh :
Laksamana Abimanyu B. 1410211134
Teta Dea K.K.W. 1410211046
Aanisah Fraymaytika 1410211103
Nyndi Selviani P. 1410211119
Lingga Etantyo P. 1410211051
Maladewy Puji R. 1410211172
Vania Ayu S. 1410211041
Andre Fernaldy 1310211149
Alya Fonanda 1410211082
Silvana Putri L. 1410211145
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA TA 2016/2017
2. organa respiratoriae :
- pulmo dextra
- pulmo sinistra
cincin
yang
tidak
sempurna
dari
cartilago
hialin
untuk
dihubungkan oleh otot polos yang disebut otot tracealis Berjalan kebawah
ujung bawah tracea setinggi angulus sterni, disebut bifurcatio tracea (carina
) tepat di percabangan dua broncus principalis dextra dan sinistra. Saat
inspirasi carina turun sampai setinggi torakal 4.
Tracea di perdarahi oleh a.thyroidea inferior dan cabang-cabangnya.
Persarafan tracea dari cabang n.vagus, n.laringeus reccurens, dan truncus
simpaticus saraf ini mengurus otot tracea dan membrana mucosa yang
melapisi tracea.
Broncus principalis
Cabang dari bifurcasio tracea, menjadi broncus principalis dextra dan
sinistra.Broncus
principalis
dextra,
Bronchus
dextralebihtegak,
pendek
Bronchus
lobarisbercabanglgmenjadi
10
cabang
bronchus
segmentalis
Bronchus
br.seg.posterior
Bronchus Lobarismedius : br.seg.lateral dan br.seg.medial
LobarisSuperior
br.
Seg.
Apical,br.seg.anterior,
br.seg.basalis
medial,
Paru (pulmo)
Selama hidup paru dextra et sinistra lunak & berbentuk seperti spons
& sangat elastis.Pulmonales alat perpasan yang paling penting, berat paru
dextra jika kosong 240gr sinistra 212gr jika berisi darah dextra 625gr sinistra
576gr.
Bentuk
paru
seperti
kerucut
b.pulmo sinistra
letaknya
diatas
diaprgama
dan
apex pulmonis yang menonjol ke dalam leher sekitar 2,5cm diatas clavicula,
basis pulmonal bagian yang konkaf tempat adanya diapragma
facies pulmonis, facies mediastinalis bagian yang konkaf merupakan cetakan
dari pericardium dan struktus mediastinum lainnya, pertengahan facies
mediastinalis terdapat hilus pulmonis yaitu cekungan
Margo pulmonalis
Margo anterior tipis tajam dan terletak diantara corpus sterni dan
pericardium. Margo inferior tajam dan menonjol kedalam sinus phrenico
costalis.
paru kanan( pulmo dextra )sedikit lebih besar dibagi oleh fisura obliqua,
berjalan dari pinggir inferior ke atas dan kebelakang menilang permukaan
medial dan costalis sampai memotong pinggir posterior sekita 6,25cm di
bawah apex pulmonalis dan fissura horizontalis menyilang permukaan
costalis setinggi cart. Costalis 4 . Kedua fisura ini membagi menjadi 3 lobus
superior, media, dan inferior.
Paru kiri ( pulmo sinista )
Pada pulmonal terdpat fisura obliqua yang memebagi dengan cara yang
sama dan membagi menjadi 2 lobus superior dan inferior.
Vaskularisasi paru
Arteri pulmonalis
Mengalirkan darah yang banyak oksigen dari ventrikel dextra ke paru,
ada di kiri aorta acsendes lalu bercabang jadi dua
a.pulmonalis dextra, berjalan dari dorsal aorta asendens lalu terdapat
diantara broncus lobus superior dan media sehingga kedua bronchii terpisah
jauh.
a.pulmnalis sinistra, dihubungkan dengan lengkung aorta oleh corda
lig.arteiosum botalli
Vv.pumonalis
Yang nantinya bermuara ke atrium sinistra, pada pulmo sinistra
Vv.pulmonalis berasal dari lobus superior dan inferior. Pada lobus dextra
Vv.pulmonalis atas berasal dari lobus superior dan media dan yang bawah
berasal dari lobus inferior.
a.bronchialis
a.bronchialis sinistra
Vv.broncialis
Berjalan sesuai arteri broncialis dan menerima dara terutama dari
broncii sedang dan besar. Sebagian pembuluh balik berasal dari anyaman
pembulh kapiler brinci kecil bermuara kekdalam Vv.pulmonalis.
v.broncialis dextra bermuara ke dalam v.azygos dan sinistra bermuara ke
dalam v.intercostalis.
Inervatio paru
Paru dipersarafi oleh susunan saraf vegetatif yg terdiri dari :
a. Serabut
saraf
simpatis,
merupakan bronkodilator
berasal
dari
truncus
simpaticus
yang
b. Serabut
saraf
parasimpatis
yaitu
n.vagus,
serabut
saraf
tsb
Sistemlimfatik
Aliran limf berasal dari plexusus superficialis terletak dibawah pelura
viceral
danmengalirka
hiluspulmonis
tempat
cairannya
melalui
pembuluh-pembuluh
permukaan
limf
paru
ke
arah
bermuara
ke
nodi
pulmonalis
menuju
hilus
pulmonis
mengalirkan
limf
ke
nodi
Bagian Konduksi
Fungsi
utama,
yaitu:
menyediakan
sarana
keluar
Trakea
Dilapisi mukosa respirasi yang khas.
Di dalam lamina proprianya terdapat 16 20 cincin tulang rawan hialin
berbentuk C yang menjaga lumen agar tetap terbuka dan terdapat
banyak kelenjar seromukosa.
Ligamen fibroelastis & berkas otot polos terikat pada periosteum yang
berguna mencegah distensi berlebihan dan memungkinkan terjaadinya
pengaturan lumen.
Kontraksi otot dan penyempitan lumen terjadi pada refleks batuk,
dimana
akan
memperkecil
lumen
dan
meningkatkan
kec.aliran
Bronkus
Trakea bercabang 2 bronkus primer (masuk paru di hilus) kanan :
kiri :
Histologinya = trakea.
Lamina proprianya
Bronkiolus
silia,mempunyai
granul
sekretori
di
apeksnya
Bronkiolus Respiratorius
Mukosa
bronkiolus
respiratorius
identik
mukosa
bronkiolus
Duktus Alveolaris
merupakan
muara
alveolus
pada
bagian
distal
bronkiolus
respiratorius.
Alveolus
Invaginasi ( penonjolan ) mirip kantung ( 200m) di bronkiolus
respiratorius, duktus alveolaris, dan sakus alveolaris.
Bertanggung jawab atas terbentuknya struktur berongga di paru paru
Tempat pertukaran gas 02 & CO2 ,antara udara dan darah
Struktur dinding alveoli mempermudah dan memperlancar difusi
antara lingkungan luar dan dalam
Makrofag Paru
o
Kerja fagositosis debris yang berasal dari lumen alveoli dan masuk
ke dalam interstisium melalui pinositosis
Fisiologi
Sistem Respirasi
Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari
pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan
energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen
dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.
air.
Udara
yang
keluar
masuk
paru-paru
pada
waktu
melakukan
Oksigen yang diperlukan untuk oksidasi diambil dari udara yang kita
hirup pada waktu kita bernapas. Pada waktu bernapas udara masuk melalu
saluran pernapasan dan akhirnya masuk ke dalam alveolus. Oksigen yang
terdapat dalam alveolus berdifusi menembus dinding sel alveolus. Akhirnya
masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat
dalam darah menjadi oksihemoglobin. Selanjutnya diedarkan oleh darah ke
seluruh tubuh.
Oksigennya
oksihemoglobin
dilepaskan
kembali
ke
menjadi
dalam
sel-sel
hemoglobin.
tubuh
sehingga
Karbondioksida
yang
akhirnya
sampai
pada
alveolus
Dari
alveolus
karbon
dioksida
Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung, dan ujung rongga
hidung. Rongga hidung banyak memiliki kapiler darah, dan selalu
lembap dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh mukosa. Didalam
hidung udara disaring dari benda-benda asing yang tidak berupa gas
agar tidak masuk ke paru-paru. Selain itu udara juga disesuaikan
suhunya agar sesuai dengan suhu tubuh.
2. Faring
Faring merupakan ruang dibelakang rongga hidung, yang merupakan
jalan masuknya udara dsri ronggs hidung. Pada ruang tersebut
terdapat
klep
(epiglotis)
yang
bertugas
mengatur
pergantian
benda-benda
asing
ke hulu
saluran pernafasan
6. Bronkiolus
Bronkeolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan
salurannya lebih tipis. Bronkeolus bercabang-cabang menjadi bagian
yang lebih halus.
7. Alveolus
Saluran akhir dari saluran pernafasan yang berupa gelembunggelembung udara. Dinding aleolus sanat tipis setebal silapis sel,
lembap dan berdekatan dengan kapiler- kapiler darah. Adanya alveolus
memungkinkan terjadinya luasnya daerah permukaan yang berperan
penting dalam pertukaran gas. Pada bagian alveolus inilah terjadi
pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah, sedangkan
perukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas terjadi.
8. Paru-paru
Paru-paru terletak dalam rongga dada dibatasi oleh otot dada dan
tulang rusuk, pada bagian bawah dibatasi oleh otot dafragma yang
kuat.
Paru-paru
merupakan
himpunana
dari
bronkeulus,
saccus
yang
berfungsi
untuk
melindungi
paru-paru
pada
saat
500
Udara
1500
Udara
cadangan
ekspirasi
kapasitas
vital
sisa
(residu)
1000
Dengan demikian, udara yang digunakan dalam proses pernapasan
memiliki volume antara 500 cc hingga sekitar 3500 cc.
Dari 500 cc udara inspirasi/ekspirasi biasa, hanya sekitar 350 cc udara
yang mencapai alveolus, sedangkan sisanya mengisi saluran pernapasan.
Volume udara pernapasan dapat diukur dengan suatu alat yang disebut
spirometer.
Besarnya volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain ukuran alat pernapasan, kemampuan dan
kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan.
Gas-gas dalam Udara Pernapasan
Persentase gas utama pernapasan dalam udara yang keluar masuk paruparu :
Gas
Udara
sebelum
masuk
luar Udara
alveoli
paru- (%)
di Udara
yang
keluar
dari
paru-paru
Nitrogen
paru (%)
79,01
80,7
(%)
79,6
(N2)
Oksigen
20,95
13,8
16,4
(O2)
Karbon
0,04
5,5
4,0
dioksida
(CO2)
terikat
pada
hemoglobin
dalam
bentuk
karbomino
akan
membutuhkan
lebih
banyak
oksigen
daripada
seorang
vegetarian.
Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen
sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut
berbanding lurus dengan volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali
dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara inspirasi berkurang
atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi hemoglobin darah berkurang.
Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah
yang menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh
zat warna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel
jaringan tubuh.
Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini
tersusun oleh senyawa hemin atau hematin yang mengandung unsur besi
dan globin yang berupa protein.
Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat diperlihatkan menurut persamaan reaksi bolak-balik berikut ini :
Hb4 + O2 4 Hb O2oksihemoglobin)berwarna merah jernih
Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2),
perbedaan kadar O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi
oksigen ke dalam arteri demikian juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh
tekanan O2 dalam udara inspirasi.
Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mm Hg,
sedangkan tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mm Hg. Tekanan oksigen di
lingkungan lebih tinggi dari pada tekanan oksigen dalam alveolus paru-paru
dan arteri yang hanya 104 mm Hg. Oleh karena itu oksigen dapat masuk ke
paru-paru secara difusi.
Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan
O2 nya 104 mm; menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir lewat arteri
sistemik yang tekanan O2 nya 104 mm hg menuju ke jaringan tubuh yang
tekanan O2 nya 0 - 40 mm hg. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan. Dari
jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di
jaringan di atas 45 mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang
hanya 45 mm Hg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang
tekanan O2 nya sama yaitu 45 mm hg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke
paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas.
Berapa minimal darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen pada jaringan? Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100
mm Hg dapat mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40
mm Hg maka hanya ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah
vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen
adalah 7 cc per 100 mm3 darah.
Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02 keluar tubuh umumnya berlangsung
menurut reaksi kimia berikut:
1. 02 + H20 (karbonat anhidrase) H2CO3
Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO2 sehingga
mempengaruhi pH darah menjadi 4,5 karena terbentuknya asam
karbonat.
Pengangkutan CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 Cara
yakni sebagai berikut.
Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat
dengan enzim anhidrase (7% dari seluruh C
2. Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino
hemoglobin (23% dari seluruh CO2).
3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui
proses berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya
adalah sebagai berikut.
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO-3
Gangguan
terhadap
pengangkutan
CO2
dapat
mengakibatkan
molekul
berenergi,
yaitu
ATP
(Adenosin
Tri
Phospate).
seperti
karbohidrat,
protein
dan lemak.
Gula
(glukosa)
dari
frekuensi
pernapasannya,
hal
ini
berhubungan
dengan
membutuhkan
lebih
banyak
energi
daripada
orang
yang
Otot-otot pernafasan
Penaringan
pertikel,
penghangatan
dan
pelembaban
Batuk
Hidung
Cairan alveolar
Pembersihan partikel
Partikel
yang
dideposit
di
sal.
Respiratori
bag
konduksi
Mukosilier dikeluarkan
Pembersihan
mukosilier
dibantu
dgn,
batuk
mendorong
Alkohol
Rokok
Hipoksemia
Kelaparan
Kedinginan
Kortikosteroid
NO2
Ozon
Peningkatan konsentrasi O2
Narkotik
Asidosis
Zat-zat toksik:
Berilium
Asbes
Sulfur
Klorin
amonia
Kerusakan epitel
Ireversibel:
ulserasi
berat,
bronkiektasis,
bronkiolektasis,
Asma Bronkial
Definisi
NHLBI (2007): penyait inflamasi kronik saluran napas dimana
banyak sel berperan terutama sel mast, eosinofil, limfosit T,
makrofag, netrofil, dan epitel.
PNAA (2004): mengi berulang dan atau batuk persisten dgn
karakteristik sbb: timbul episodik, cenderung pada malam/dini
hari, musiman, setelah aktivitas fisik, dan ada riwayat asma
atau atopi lain pd pasien atau keluarganya.
Etiologi
3-5 % belum dapat ditetapkan, tetapi ada hubungan erat dengan
alergi.
(respirologi EGC)
Epidemiologi
Berdasarkan SKRT 10 besar penyakit peyebab
morbiditas&mortalitas di indonesia.
Prevalens tertinggi asma di usia <18thn, menurun dgn
pertambahan usia, tertinggi di usia prasekolah 0-4 tahun.
P > W pada dewasa P = W.
Ras kulit hitam non hispanik > ras kulit putih & ras hispanik.
Faktor Resiko
Faktor Host genetik
Faktor Lingkungan alergen, polusi, asap rokok, occupational
factor, infeksi saluran napas, status sos-eko, dsb.
Manifestasi Klinis
Batuk, awalnya tanpa sekret, perkembangan selanjutnya
mengeluarkan sekret mukoid, putih, kadang purulen.
Sesak napas
Mengi/ wheezing
Rasa berat didada
Bersifat episodik, seringkali reversibel dgn/tanpa pengobatan
Timbul memburuk malam/dini hari
Ada faktor pencetus
Mungkin disertai pilek/bersin.
adalah
dinding
suatu
proses
saluran
inflamasi
respiratorik,
kronis
dan
yang
khas,
menyebabkan
1 juta anak dan lebih tinggi pada orang kulit hitam 4,6 kali lebih
tinggi.
FAKTOR RESIKO
Jenis Kelamin
Prevalensi asma pada anak laki-laki sampai usia 10 tahun adalah
1,5 sampai 2 kali lipat anak perempuan dengan rasio
3:2 pada usia 6-11 tahun
8:5 pada usia 12-17 tahun
Sebanding pada orang dewasa 30 tahun
Usia
25% anak dengan asma persisten mendapat serangan pada usia
< 6 bulan, 75% mendapat serangan pertama sebelum usia 3 tahun
Riwayat Atopi
Pada anak usia 16 tahun dengan riwayat asma akan terjadi
serangan 2 kali lipat jika anak pernah mengalami hay fever, rinitis
alergi, atau eksema.
Lingkungan
Alergen di lingkungan hidup meningkatkan risiko penyakit asma
seperti serpihan kulit binatang piaraan, tungau debu rumah, jamur,
kecoa (MMM, 2001)
Ras
Rata-rata prevalens adalah 57,8% per 1000 penduduk pada orang
kulit hitam dan 50,8% per 1000 penduduk pada orang kulit putih
Asap Rokok
Anak yang terpajan asap rokok lebih tinggi resiko dimulai sejak
janin dalam kandungan, berlangsung terus setelah anak dilahirkan.
Kejadian eksaserbasi lebih tinggi, umumnya fungsi paru lebih buruk
Outdoor air pollution
Partikel halus di udara seperti debu jalan raya, nitrat
dioksida, karbon monoksida, atau SO2
Infeksi Respiratorik
Perjalanan Alamiah
Penelitian TCRS (Tucson Children Respiratorys Study) di Arizona
AS terdapat 3 fenotipe mengi:
Transient Early Wheezing
1. Terdapat pada kebanyaan anak usia 3 tahun pertama
kehidupan, yang gejalanya hanya timbul sekali (tidak
sering), dan tidak ditmbul lagi pada usia 6 tahun
2. Anak
pada
keluarga
kelompok
asma,
ini
tidak
dermatitis
mempunyai
atopi,
riwayat
eosinofilia,
dan
peningkatan IgE
3. Faktor Resiko Utama adalah Penurunan Fungsi paru
sebelum terkena penyakit infeksi saluran napas bawah,
Ibu merokok selama kehamilan, ibu usia muda
Wheezing of late onset
1. Tidak pernah mengalami penyakit saluran napas bawah
yang disertai mengi, tapi mengalami mengi pada usia 6
tahun
2. Lebih sering ditemukan dengan ibu asma, anak laki-laki,
ada riwayat rinitis pada tahun pertama
Konsekuensi Remodelling
Peningkatan massa otot polos spasme bronus makin
berat selama eksaserbasi
Ringan
Sedang
Berat
DIAGNOSIS
Anamnesis untuk mengidentifikasi anak dengan asma
persisten, termasuk riwayat pemakaian short actng B-agonist
serta respon klinisnya,
Riwayat pemeriksaan uji fungsi paru,
Kemampuan melakukan aktivitas fisik yang terbatas
Faktor pencetus dan faktor ang memperberat gejala seperti udara
dingin, jenis olahraga
Temuan subjektif:
Wheezing
Batuk
Napas pendek
Merasa kondisi fisik tidak sehat
Kurang berminat terhadap aktivitas fisik
Temuan Objektif
Penurunan FEV 10-15%
Proteksi terhadap penurunan FEV1 sebesar 15%
Respon positif terhadap pemberian bronkodilator
Berat
Istirahat
Keadaan
Mengancam jiwa
Posisi
Duduk
terlentang
Cara berbicara Satu kalimat Beberapa
kata
Gelisah
Kesadaran
Mungkin
Frekuensi
gelisah
<20/ menit 20-30/
napas
Nadi
Pulsus
< 100
-
paradoksus
10 mmHg
Otot
Bantu Napas
membungkuk
Kata demi kata
Gelisah
Mengantuk, gelisah,
kesadaran menurun
> 30/menit
menit
100 120
> 120
+ / - 10 20+
Bradikardia
-
mmHg
+
Kelelahan otot
Torakoabdominal
> 25 mmHg
+
dan
paradoksal
retraksi
suprasternal
Mengi
Akhir
Akhir
Inspirasi
ekspirasi
ekspirasi
ekspirasi
APE
PaO2
paksa
> 80%
> 80 mHg
60 80%
80-60
< 60%
< 60 mmHg
PaCO2
SaO2
mmHg
< 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg
> 95%
91 95%
< 90%
penatalaksanaan
asma
di
rumah). Bila
sampai
membutuhkan
pertolongan dokter dan atau fasiliti rumah sakit, maka dokter wajib menilai
berat serangan dan memberikan penanganan yang tepat (lihat bagan
penatalaksanaan asma akut di rumah sakit).
Pada keadaan di bawah ini analisis gas darah mutlak dilakukan yaitu :
Mengancam jiwa
Tidak respons dengan pengobatan/ memburuk
Gagal napas
Penatalaksanaan di Rumah
Kemampuan
penderita
untuk
dapat
mendeteksi
dini
perburukan
PENGOBATAN
Terbaik:
TEMPAT PENGOBATAN
Di rumah
Nadi <100
dan teofilin
Di praktek dokter/
klinik/ puskesmas
Terbaik
timbulkan gejala
Alternatif:
Klinik
Berbicara beberapa
Praktek dokter
Puskesmas
APE 60-80%
Oksigen bila mungkin
Kortikosteroid sistemik
BERAT
Terbaik
Nadi >120
APE<60% atau
100 l/dtk
Klinik
Kortikosteroid IV
MENGANCAM JIWA Seperti serangan akut berat
Darurat Gawat/ RS
Kesadaran berubah/
ICU
menurun
ventilasi mekanis
Gelisah
Sianosis
Gagal napas
Pada
serangan
ringan
obat
yang
diberikan agonis
beta-2
kerja
singkat inhalasi dapat berbentuk IDT, lebih dianjurkan dengan spacer, DPI
atau nebulisasi. IDT dengan spacer menghasilkan efek yang sama dengan
nebulisasi, mempunyai onset yang lebih cepat, efek samping lebih minimal
dan membutuhkan waktu yang lebih cepat, sehingga lebih mudah dikerjakan
di rumah maupun di darurat gawat/ rumah sakit (bukti A). Walaupun pada
beberapa keadaan pemberian nebulisasi lebih superior misal pada penderita
asma anak. Bila di rumah tidak tersedia obat inhalasi, dapat diberikan agonis
beta-2 kerja singkat oral, atau kombinasi oral agonis kerja singkat dan
teofilin. Dosis agonis beta-2 kerja singkat, inhalasi 2-4 semprot setiap 3-4
jam, atau oral setiap 6-8 jam. Terapi tambahan tidak dibutuhkan jika
pengobatan tersebut di atas menghasilkan respons komplet (APE > 80% nilai
terbaik/ prediksi) dan respons tersebut bertahan minimal sampai 3-4 jam.
Lanjutkan terapi tersebut selama 24-48 jam. Pada penderita dalam inhalasi
steroid, selain terapi agonis beta-2 , tingkatkan dosis steroid inhalasi,
maksimal sampai dengan 2 kali lipat dosis sebelumnya. Anjurkan penderita
untuk mengunjungi dokter. Bila memberikan respons komplet, pertahankan
terapi tersebut sampai dengan 5-7 hari bebas serangan, kemudian kembali
kepada
terapi
sebelumnya. Pada
serangan
asma
sedang
-berat,
bronkodilator saja tidak cukup untuk mengatasi serangan karena tidak hanya
terjadi bronkospasme tetapi juga peningkatan inflamasi jalan napas, oleh
karena itu mutlak dibutuhkan kortikosteroid. Dengan kata lain pada keadaan
tidak ada respons dengan agonis beta-2 kerja singkat inhalasi, atau bahkan
perburukan, dapat dianjurkan menggunakan glukokortikosteroid oral 0,5-1
mg/kgBB dalam 24 jam pertama, dan segera ke dokter.
Penatalaksanaan di Rumah sakit
Serangan akut berat adalah darurat gawat dan membutuhkan
bantuan medis segera, penanganan harus cepat dan sebaiknya dilakukan di
rumah sakit/ gawat darurat.
Penilaian
Berat serangan dinilai berdasarkan riwayat singkat serangan termasuk
gejala, pemeriksaan fisis dan sebaiknya pemeriksaan faal paru; untuk
selanjutnya
diberikan
pengobatan
diperkenankan pemeriksaan
faal
yang tepat.
paru
dan
Pada
prinsipnya
laboratorium
tidak
menjadikan
serangan
saat
itu,
dan
ada
tidaknya
risiko
tinggi
untuk
Dengan
gangguan/
penyakit
psikiatri
atau
masalah
psikososial
penderita
anak,
karena
sulitnya
melakukan
pemeriksaan
APE/
VEP1 pada anak dan saturasi O2 92 % adalah prediktor yang baik yang
pneumotoraks,
gagal
jantung,
dan
sebagainya),
untuk
mempertahankan
kadar
aminofilin
dalam
darah,
memberikan respons
sistemik
dapat diberikan
pemberian oral lebih disukai karena tidak invasif dan tidak mahal. Pada
penderita yang tidak dapat diberikan oral karena gangguan absorpsi
gastrointestinal
atau
lainnya
maka
dianjurkan
pemberian
tercapai
perbaikan
klinis.
Analisis
meta
menunjukkan
10-14
hari
Pengamatan
menunjukkan
tidak
bermanfaat
menurunkan dosis dalam waktu terlalu singkat ataupun terlalu lama sampai
beberapa minggu (bukti B).
Antibiotik
Lain-lain
Mukolitik tidak menunjukkan manfaat berarti pada serangan asma,
bahkan memperburuk batuk dan obstruksi jalan napas pada serangan asma
berat.
depresi napas. Antihistamin dan terapi fisis dada (fisioterapi) tidak berperan
banyak pada serangan asma.
Kriteria
untuk
melanjutkan
observasi
(di
klinik,
praktek
dokter/
Obstruksi jalan napas yang menetap (APE < 30% nilai terbaik/
prediksi)
baik
klinis
maupun
faal
paru.
Berdasarkan
penilaian
Penderita
dirawat
inap
bila
VEP1 atau
APE
sebelum
pengobatan awal < 25% nilai terbaik/ prediksi; atau VEP 1 /APE < 40%
nilai terbaik/ prediksi setelah pengobatan awal diberikan
respons
pengobatan adekuat
dan
ketrampilan
dokter dalam
penanganan
masalah
adekuat
oksigenasi,
bronkodilator
dan
glukokortikosteroid
sistemik.
KONTROL TERATUR
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting
diperhatikan oleh dokter yaitu :
1.
2.
sinusitis,
polip
hidung,
aspergilosis
(ABPA),
rinitis
berat,
bronkus,
uji
latih
(kardiopulmonary
exercise
Penilaian Awal
Penilaian Awal
Anamnesis, Pemeriksaan fisik (frekuensi napas, denyut jantung, penggunaan otot napas tambahan, auskultasi). APE atau VPE 1,
Anamnesis,
(frekuensi
napas,
denyut
jantung,
otot
napasjanin
tambahan,
saturasi
oksigenPemeriksaan
dan pemeriksaanfisik
lainnya
sesuai indikasi.
Mulai
pemeriksaan
janinpenggunaan
(pergunakan alat
pemantau
elektronik
auskultasi).
APE
atau
VPE
1,
saturasi
oksigen
dan
pemeriksaan
lainnya
sesuai
indikasi.
Mulai
secara kontinyu dan atau profil biofisk bila kehamilan telah mencapai viabilitas janin.
pemeriksaan janin (pergunakan alat pemantau janin elektronik secara kontinyu dan atau profil biofisk
bila kehamilan telah mencapai viabilitas janin.
VEP 1 atau APE > 50%
Ancaman / actual henti napas
PENILAIAN ULANG
Rawat ICU
Eksaserbasi Sedang
Eksaserbasi Berat
Respons Baik
Respons Buruk
Dipulangkan ke rumah
Rawat di ICU
PERBAIKAN