Anda di halaman 1dari 23

Tinjauan Pustaka

PERAN TRAKTUS TRAKEO-BRONKIAL DALAM PROTEKSI PARU

Oleh: HAMNA FITRIAH

Pembimbing:
Prof. Sri Herawati, dr, Sp.THT-KL (K)

DEPARTEMEN/ SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

2010

PERAN TRAKTUS TRAKEO-BRONKIAL DALAM PROTEKSI PARU


Oleh : Hamna Fitriah Departemen/ SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran UNAIR/ RSUD Dr. SOETOMO Surabaya

PENDAHULUAN Traktus trakeo-bronkial berperan dalam fungsi konduksi dan ventilasi. Saluran konduksi ialah trakea, bronkus, sampai dengan bronkus terminalis. Sedang bronkus respiratori, duktus alveolaris dan alveolus berfungsi dalam proses pertukaran udara (ventilasi).1,2 Fungsi konduksi traktus trakeo-bronkial adalah sebagai jalan masuk dan keluar udara pernafasan. Udara pernafasan masuk dari hidung ke faring lalu ke laring, melewati trakea menuju bronkus (bronkus utama, lobaris, dan segmental), dan langsung ke bronkus respiratori tempat terjadinya proses ventilasi.1 Setiap hari permukaan dalam saluran pernafasan terpapar dengan setidaknya 10.000 L udara. Udara di alam bebas tidak suci hama karena mengandung partikel-partikel debu, toksin, spora, tepung sari, bakteri, virus, jamur, logam berat, asbestos, insektisida, gas beracun (NO2, SO2, NH3, H2S), dan masih banyak lagi. Udara yang masuk ke dalam paru harus tetap dipertahankan dalam keadaan bersih untuk menjaga kelancaran proses ventilasi, oleh karena itu diperlukan mekanisme pertahanan yang efektif untuk melindungi paru dari substansi asing yang masuk termasuk mikroorganisme yang patogen.3

Mekanisme pertahanan ini melibatkan saluran pernafasan atas, saluran pernafasan bawah dan alveoli yang bekerja dalam bentuk pertahanan spesifik dan non spesifik. Sistem pertahanan non spesifik pada saluran pernafasan atas terdiri dari rambut-rambut di hidung, sekresi mukus yang menjebak partikel, aliran mukus ke arah faring dimana material kemudian ditelan, sekresi hidung yang mengandung substansi antimikrobial dan flora normal serta adanya refleks bersin. Sistem pertahanan non spesifik pada saluran pernafasan bagian bawah diperankan oleh traktus trakeo-bronkial. Sistem pertahanan non spesifik terdiri dari sekresi mukus oleh mukosa untuk menjebak partikel, mucocilliary movement untuk mengalirkan mukus ke faring dimana material tertelan, kontraksi otot bronkus, dan refleks batuk.1-3 Sistem kekebalan spesifik terdiri dari : makrofag, sekresi IgA, lisozym, dan bronchus associated lymphatic tissue (BALT). Sebesar 90% partikel dapat ditangkap dan hanya partikel yang berdiameter kurang dari 10 m yang dapat mencapai alveoli. Saat partikel kecil tersebut sampai di alveoli, sel makrofag telah siap untuk memakannnya.1-3 Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini adalah untuk lebih memahami anatomi dan fisiologi traktus trakeo-bronkial, lebih khusus lagi membahas peranan traktus trakeo-bronkial dalam proteksi paru.

1.

TRAKEA 1.1 Anatomi trakea Trakea merupakan saluran nafas berbentuk pipa yang terdiri dari tulang rawan dan otot dan dilapisi oleh pseudostratified columnar cilliated epithelium (epitel PCC), memanjang dari kartilago krikoid sampai percabangan ke bronkus utama kanan dan kiri, setinggi iga kedua pada orang dewasa dan setinggi iga ketiga pada anak-anak.1,4-7 Sepertiga bagian trakea terletak di leher, dan selebihnya terletak di mediastinum. Trakea terletak di tengah-tengah leher dan makin ke distal bergeser ke sebelah kanan, masuk ke rongga mediastinum di belakang manubrium sterni (gambar 1).1,4-7

Gambar 1. Sistem pernafasan

Panjang trakea kira-kira 10 cm pada wanita dan 12 cm pada pria. Diameter anterior-posterior rata-rata 13 mm, sedangkan diameter transversal rata-rata 18 mm. Cincin trakea yang paling bawah meluas ke inferior dan posterior di antara bronkus utama kanan dan kiri, membentuk sekat yang lancip di sebelah dalam, yang disebut karina ( gambar 2).3-7

(b)

(a)

(c)

Gambar 2. Anatomi trakea. (a) Tampak depan. (b) Potongan melintang (c) Lapisan mukosa 6,7 Trakea sangat elastis, panjang serta letaknya berubah-ubah, tergantung pada posisi kepala dan leher. Lumen trakea ditunjang oleh sekitar 18 cincin tulang rawan hialin yang bagian posteriornya tidak bertemu. Di bagian posterior terdapat bagian yang merupakan batas dengan esophagus. Bagian ini disebut dinding bersama antara trakea dan esophagus (tracheoesophageal party wall). 1,4-7 Pada pemeriksaan endoskopi, tampak trakea merupakan tabung yang datar pada bagian posterior, sedangkan di bagian anterior tampak cincin tulang rawan. Pada bagian servikal dan torakal trakea berbentuk oval, karena tertekan oleh kelenjar tiroid dan arkus aorta. Aliran darah trakea dipasok dari banyak arteri terminalis kecil. Trakea bagian atas diperdarahi terutama oleh cabang arteri tiroidea inferior, sedangkan bagian bawah oleh cabang arteri bronkialis.8,9 1.2 Histologi trakea.

Lumen trakea terdiri dari beberapa lapisan yaitu : 1) Lapisan mukosa Lapisan epitel yang melapisi trakea dan bronkus sangat mirip dengan epitel PCC yang terdapat di rongga hidung. Lapisan epitel ini umumnya

mengandung ciliated columnar cells, sel-sel goblet penghasil mukus, sel-sel basal, dan sel-sel granul berinti padat. 10,11 Di bawah epitel dan membran basalis terdapat lamina propria. Lamina propria terbentuk dari jaringan ikat fibroelastis yang kuat dan fleksibel (gambar 3).2 Pada trakea bagian bawah dapat dijumpai sel-sel Clara. Sel-sel Clara memiliki permukan apeks yang mulus menonjol seperti kubah ke dalam lumen dan mengandung vesikula sekretorik yang menghasilkan surfaktan lipoprotein dan fosfolipid, berfungsi untuk mengurangi tegangan permukaan saluran pernafasan.10,11

(a)

(b)

Gambar 3. Trachea, cross section. (a,b) Lapisan mukosa trakea13 2) Lapisan sub mukosa Merupakan lapisan yang kaya akan pembuluh darah dan kelenjar campuran yaitu kelenjar serosa murni, kelenjar mukus murni, dan kelenjar campuran yang akan menghasilkan mukus (gambar 4). 10,11

Gambar 4. Lapisan sub mukosa trakea13

3) Lapisan tulang rawan dan otot Lapisan tulang rawan trakea dibentuk oleh tulang rawan hialin berbentuk cincin tidak penuh atau terbuka di bagian posterior (c-shaped cartilage) (gambar 5). 10,11

Gambar 5. Tulang rawan trakea cincin-C (c-shaped cartilage) 13 4) Lapisan adventisia Terletak di bawah lapisan epitel. Pada jaringan ikat ini terdapat sejumlah besar kelenjar seromukus (campuran), pembuluh darah dan saraf. 10,11 2. BRONKUS 2.1 Anatomi bronkus Trakea terbagi menjadi dua di setinggi torakal 4 atau pada karina menjadi bronkus primer atau dikenal sebagai bronkus utama kanan dan kiri. Karina terletak lebih ke kiri dari garis median, sehingga lumen bronkus utama kanan lebih luas dari bronkus kiri. Lumen bronkus utama kanan seperempat kali lebih luas dari bronkus kiri. 1,4-6 Bronkus utama dan cabang-cabangnya membentuk bronchial tree.

Bronkus utama kanan dan kiri disebut juga sebagai bronkus ekstrapulmoner. Bronkus utama kanan lebih luas, pendek, dan lebih vertikal dibanding bronkus utama kiri. Panjangnya pada orang dewasa 2.5 cm dan mempunyai 6-8 cincin tulang rawan. Panjang bronkus utama kiri kira-kira 5 cm dan mempunyai cincin tulang rawan sebanyak 9-12 buah. Bronkus utama kanan membentuk sudut 25 derajat ke kanan dari garis tengah tubuh, sedangkan bronkus utama kiri membentuk sudut 45 derajat kekiri dari garis tengah tubuh. Dengan demikian

bronkus utama kanan hampir membentuk garis lurus dengan trakea, sehingga benda asing eksogen yang masuk ke dalam bronkus akan lebih mudah masuk ke dalam lumen bronkus utama kanan dibandingkan dengan bronkus utama kiri (pada orang yang sedang berdiri). Faktor lain yang mempermudah masuknya benda asing ke dalam bronkus utama kanan ialah kerja otot trakea yang mendorong benda asing itu ke kanan dan karena udara inspirasi ke dalam bronkus utama kanan lebih besar dibandingkan dengan udara inspirasi ke bronkus utama kiri.1,4-6 Saat memasuki paru, bronkus utama terbagi menjadi cabang-cabang yang lebih kecil. Kumpulan cabang-cabang ini dinamakan bronkus intrapulmoner. Setiap bronkus utama terbagi menjadi bronkus sekunder atau dikenal sebagai bronkus lobaris. Pada setiap sisi paru, satu bronkus lobaris akan memasuki satu lobus paru, sehingga paru kanan memiliki tiga bronkus lobaris yang berasal dari bronkus utama kanan, sedangkan paru kiri memiliki dua bronkus lobaris yang berasal dari bronkus utama kiri. Pada setiap bagian paru, bronkus lobaris terbagi lagi menjadi bronkus tersier atau bronkus segmental. Pola percabangannya berbeda pada setiap bagian paru, namun setiap bronkus tersier akan menyediakan udara bagi setiap segmen bronkopulmoner. Segmen bronkopulmoner merupakan bagian paru yang dipisahkan dari bagian paru lainnya oleh sekat jaringan ikat, sehingga dengan teknik operasi, bagian ini dapat dipisahkan dari bagian paru lainnya tanpa menimbulkan efek pada bagian paru tersebut. Paru kanan memiliki 10 segmen bronkopulmoner. Selama masa pertumbuhan paru kiri juga memiliki 10 segmen, tapi karena adanya proses penyatuan, jumlahnya berkurang menjadi delapan atau sembilan. Bronkus tersier atau segmental dan segmen bronkopulmoner ialah nama yang diberikan oleh Jackson dan Huber, dan diberi nomor oleh Boyden (tabel 1, gambar 6). 1,4-6 Bronkus segmental terbagi menjadi beberapa bronkiolus. Bronkiolus primer terbagi lagi menjadi bronkiolus terminal yang kemudian terbagi menjadi bronkiolus respiratori. Selanjutnya bronkiolus respiratori akan terbagi menjadi 211 duktus alveolaris. Secara fungsional bronkiolus masuk dalam sistem pernafasan sementara arteriol termasuk dalam sistem kardiovaskular. Variasi

diameter bronkiolus mengatur jumlah tahanan aliran udara dan distribusi udara ke dalam paru.
1,4,5

Tabel 1. Nomenklatur Jackson-Huber dan sistem penomoran Boyden mengenai segmen bronkopulmoner. 1,4,5 Nomenklature Jackson Huber Bronkus kanan : 1. Lobus superior : - Apical - Posterior - Anterior 2. Lobus medius : - Lateral - Medial 3. Lobus inferior : - Superior (apical) - Basal-medial - Basal-anterior - Basal-lateral - Basal-posterior Bronkus kiri : 1. Lobus superior - Cabang atas : Apical posterior Anterior - Cabang bawah : Superior Inferior 2. Lobus inferior : - Apical (superior) - Basal-medial - Basal-anterior - Basal-lateral - Basal-posterior Nomor menurut Boyden B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10

B1-2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10

Gambar 6. Jackson-Huber nomenclature. Tracheobronchial tree, pulmonary segment and endoscopic landmarks 4,5 Ukuran traktus trakeo-bronkial pada orang dewasa, pria dan wanita serta pada anak-anak dan bayi berlainan. Ukuran ini berlainan pada kadaver dan orang yang masih hidup. Pada tindakan bronkoskopi untuk mengetahui jarak dari suatu lokasi diukur dari gigi depan atas. Ukuran traktus trakeo-bronkial pada kadaver menurut Chevalier Jackson (tabel 2). 1,4,5

Tabel 2. Ukuran traktus trakeo-bronkial pada kadaver menurut Chevalier Jackson


1,4,5

Diameter trakea (mm) Panjang trakea Panjang bronkus kanan (cm) Panjang bronkus kiri (cm) Jarak gigi atas ke trakea (cm) Jarak gigi atas ke bronkus sekunder (cm) 2.1 Histologi bronkus

Dewasa pria 14 x 20 12 2.5 5 15 32

Dewasa wanita 12 x 16 10 2.5 5 13 28

Anak-anak 5 x 10 6 2 3 10 19

Bayi 6x7 4 1.5 2.5 9 15

Lumen bronkus terdiri dari beberapa lapisan yaitu (gambar 7) :10,11,14 1) Lapisan mukosa Potongan melintang dinding bronkus tampak sama dengan trakea. Permukaan lumen bronkus dilapisi oleh mukosa respiratori dengan epitel PCC. Lapisan epitel ini umumnya mengandung ciliated columnar cells, sel-sel goblet, sel-sel basal, dan sel-sel granul berinti padat yang mirip dengan yang terdapat di hidung dan rongga faring serta laring. Pada bronkus jumlah sel-sel goblet penghasil mukus lebih sedikit dibandingkan yang terdapat pada trakea.10,11 Di bawah epitel dan membran basalis terdapat lamina propria. Lamina propria di bronkus lebih tebal dibanding trakea dan memiliki daerah superfisial berupa jaringan ikat longgar dan jaringan ikat padat di daerah yang lebih dalam. Juga ditemukan sel-sel Clara yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang terdapat di trakea.10,11 2) Lapisan sub mukosa Merupakan lapisan yang kaya akan pembuluh darah dan kelenjar campuran yaitu kelenjar serosa murni, kelenjar mukus murni, dan kelenjar campuran yang akan menghasilkan mukus.10,11 3) Lapisan tulang rawan dan otot Pada bagian dalam mukosa terdapat lingkaran terputus serat otot polos. Saat ekspirasi, serat otot ini berkontraksi untuk membantu pengeluaran

udara dari trakea. Serat-serat otot akan relaksasi kembali saat inspirasi, sehingga udara dapat memasuki paru lebih dalam lagi.10,11 Dinding bronkus utama, lobaris, dan bronkus segmental mengandung tulang rawan yang jumlahnya semakin ke bawah akan semakin berkurang. Tulang rawan hialin terdapat di sekeliling serat-serat otot polos, mendukung dan mencegah kolapnya dinding bronkus. Pada bronkus lobaris dan segmental lapisan tulang rawan ini menjadi semakin tipis dan sedikit sementara jumlah otot polos akan meningkat, sehingga terjadi peningkatan tegangan pada otot polos dan efeknya terhadap diameter bronkus dan resistensi saluran pernafasan. Pada lapisan submukosa juga dapat ditemukan kelenjar seromukus dalam jumlah sedikit. Kelenjar ini terdapat diantara otot dan tulang rawan. Jumlah kelenjar menjadi semakin jarang pada bronkiolus (gambar 7).1,4-6,9-11

Gambar 7. Lumen bronkus 14 4) Lapisan adventisia Terletak di bawah lapisan saraf (gambar 8). 10,11 epitel. Pada jaringan ikat ini terdapat sejumlah besar kelenjar seromukus (campuran), pembuluh darah dan

Gambar 8. Potongan melintang lumen bronkus 14


3.

FISIOLOGI TRAKTUS TRAKEO-BRONKIAL Traktus trakeo-bronkial berperan dalam fungsi konduksi dan ventilasi. Saluran konduksi ialah trakea, bronkus, sampai dengan bronkus terminalis. Sedang bronkus respiratori, duktus alveolaris dan alveolus berfungsi dalam ventilasi, yaitu mengatur pertukaran udara, drainase paru, mengatur keseimbangan kardiovaskular, mengatur keseimbangan intrapulmonal, mengatur tekanan karbondioksida dalam darah, serta dalam hal perlindungan paru. 1,2 3.1 Peran traktus trakeo-bronkial dalam proteksi paru Partikel-partikel yang terbawa dalam udara dan ukurannya besar dikeluarkan melalui rongga hidung dan hanya bagian berukuran kecil saja yang bisa sampai ke paru. Pada alat respirasi bagian atas 100% partikel berdiameter lebih besar dari 10 m dan 80% lebih besar dari 5 m dikeluarkan berdasarkan proses gravitasi pada permukaan mukosa.1,2,12 Traktus trakeo-bronkial berfungsi sebagai jalan masuk dan keluar udara (fungsi konduksi) pernafasan. Udara pernafasan masuk dari hidung ke faring lalu ke laring, melewati trakea menuju bronkus (bronkus utama, lobaris, dan segmental), dan langsung ke bronkus respiratori tempat terjadinya pertukaran

udara (fungsi ventilasi). Untuk menjaga udara yang masuk ke dalam paru tetap bersih, diperlukan mekanisme pertahanan yang efektif untuk melindungi individu dari substansi asing yang masuk termasuk mikroorganisme yang patogen.1 Mekanisme pertahanan terhadap paru dilengkapi dengan sistem kekebalan nonspesifik berupa : refleks batuk, mucocilliary movement, mukus, surfaktan, serta lisozim. Sistem kekebalan spesifik diperantarai makrofag, sekresi IgA, BALT (gambar 9).2

Gambar 9. Sistem pertahanan traktus trakeo-bronkial 13 Peran traktus trakeo-bronkial dalam perlindungan paru melibatkan perangkat berikut :
a. Mukus

Kelenjar sub mukosa terdapat mulai dari rongga hidung meluas keseluruh saluran udara sampai ke yang berdiameter 1-2 mm. Pada manusia kepadatannya kira-kira satu kelenjar per mm2 permukaan saluran pernafasan. Pada saluran pernafasan normal, jumlah kelenjar setidaknya 20 kali lipat lebih besar daripada jumlah sel-sel goblet. Kelenjar sub mukosa menghasilkan sekitar 95% mukus yang penting untuk menjaga saluran pernafasan tetap steril. 12 Mukus merupakan campuran sejumlah besar musin pembentuk gel, beragam antimikroba, molekul antiinflamasi, dan sel-sel sistem imun, semua tergabung dalam larutan garam. Karakter viskoelastisitasnya dibentuk oleh kandungan rantai karbon dalam jumlah besar. Bagian yang elastis ini akan membentuk combinatorial library, bagian yang dapat mengikat bahan

patogen. Hal ini menyulitkan bakteri untuk menembusnya. Mukus diproduksi di sepanjang bronkus oleh sel-sel serosa, sel-sel goblet, sel-sel clara, dan selsel alveolar tipe II di dalam epitel saluran pernafasan.1,2 Mukus akan membentuk mucous blanket yang berfungsi untuk menangkap partikel debu dan mikroorganisme yang masuk melalui udara pernafasan. Mucous blanket bergerak ke arah laring dan faring oleh mekanisme gerak silia dan batuk. Lapisan mukus akan mempertahankan seluruh permukaan saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus terminalis agar tetap lembab. 1,2,12 Mukus bersifat antiseptik karena kandungan lisozim dan IgA nya. 2,3 Zat yang paling banyak dihasilkan adalah lisozim (10-20 mg sekresi per hari), yang akan menghidrolisis ikatan glycosidic antara asam N-acetylmuramic dan N-asetil-Dglukosamin sehingga akhirnya merusak dinding sel bakteri. Sekresi lainnya meliputi laktoferin, serta siderocalin, yang akan mengikat besi siderophores sehingga menciptakan kondisi kelaparan bagi jenis bakteri tergantung siderophores. Mekanisme ini sangat efisien, mengingat besi yang menjadi target kerjanya adalah besi yang dipergunakan oleh bakteri.2 Mukus juga mengandung pore-forming defensins dan lactoperoxidase serta sel-sel natural killer (sel NK), sel-sel T-sitotoksik, makrofag dan neutrofil, yang penting dalam pertahanan seluler saluran pernafasan. 2
b. Mekanisme mukosilia

Mukosa trakea dan bronkus diliputi oleh epitel PCC. Setiap sel epitel memiliki sekitar 200 silia, dan setiap silia memiliki claw. Silia bergerak dengan frekuensi 8-15 Hz. Selama gerakan itu, claw mencapai lapisan mukus dan mendorong ke arah orofaring (gambar 10). Gerakan silia yang terus menerus menyebabkan mukus mengalir dengan lambat pada kecepatan kirakira 1 cm/ menit ke arah faring. Dengan demikian silia dalam paru mengarah ke atas dan silia hidung mengarah ke arah bawah. Epitel juga diliputi oleh mucous blanket tipis. Mucous blanket ini selalu dibentuk kembali oleh sekret dari kelenjar mukosa. Gerakan terkoordinasi silia menghasilkan sedikit tekanan kepada mucous blanket yang relatif mempunyai laju geser tinggi

untuk mengangkut mukus

menuju orofaring. Jumlah silia akan semakin

sedikit dijumpai pada saluran pernafasan bawah 1,2

Gambar 10. Mekanisme muko-silia 14

Gerak silia yang efektif tergantung pada komposisi dan viskositas mukus serta perubahan suhu dan pH saluran pernafasan. Kekeringan menyebabkan degenerasi dan kerusakan silia.2 Sekresi bronkus membentuk setidaknya 2-3 lapisan. Silia menetap di lapisan dasar, dan lapisan mukus terletak di atasnya. Hipotesis yang ada menyatakan bahwa lapisan dasar dan lapisan mukus mungkin dipisahkan oleh sebuah lapisan surfaktan. Lapisan dasar ini berisi glikoprotein dengan viskositas dan elastisitas yang sangat rendah. Mukus memiliki konsentrasi glikoprotein yang tinggi sehingga bentuknya elastis dan kental (gel). Lapisan dasar ini sangat penting untuk pergerakan mukus oleh karena mampu menyediakan kondisi yang dibutuhkan silia untuk bergerak secara efektif. 2

c. Kontraksi otot bronkus

Serat-serat otot polos dari trakea sampai bronkiolus bila berkontraksi menyebabkan penyempitan lumen trakea dan bronkus. Traktus trakeo-bronkial dipersarafi oleh nervus vagus dan saraf simpatis yang berasal dari jantung dan paru. Stimulasi saraf simpatis menyebabkan relaksasi otot bronkus.1 Udara yang masuk ke dalam traktus trakeo-bronkial akan menyebabkan kontraksi otot bronkus, sehingga lumen bronkus menyempit. Kontraksi otot bronkus juga disebabkan oleh keadaan hipoksia, refleks nasobronkial, iritasi mukosa laring, serta rangsangan korteks serebri di daerah lobus frontalis yang mengontrol otot wajah. Hipoksia menyebabkan kontraksi otot bronkus, sehingga dengan menyempitnya lumen, tahanan terhadap saluran pernafasan juga akan naik. Rangsangan pada hidung dapat berupa udara dingin, gas yang mengiritasi, asap, dan rangsangan listrik serta mekanik. Iritasi mukosa laring menyebabkan refleks batuk. Refleks bronkodilator dapat disebabkan oleh infeksi bronkus.1
d. Refleks batuk

Refleks batuk merupakan bentuk respon saraf dan otot yang terkoordinasi terhadap adanya iritan di saluran nafas. Bentuk refleks batuk adalah nociceptive reflex, yang dirancang untuk melindungi tubuh dari cedera (gambar 11). 1,2,15 Batuk adalah suatu refleks saluran pernafasan, diperantarai oleh reseptor yang bereaksi baik terhadap tekanan maupun rangsangan kimia. Reseptor batuk di saluran pernafasan diklasifikasikan sebagai Rapidly Adapting Receptors (RARs), Slowly Adapting Receptors (SARs) dan C-fiber. Setiap satu mm2 permukaan mukosa saluran pernafasan terdapat 10 serat saraf afferen primer.15 Reseptor batuk diperkirakan berada di dalam hidung, sinus, MAE, nasofaring, laring, trakea, bronkus, pleura, diafragma, dan mungkin pada perikardium dan GIT (gambar 12). 2,15

Gambar 11. Pola refleks batuk 14

Gambar 12. Reseptor pada refleks batuk 14

Saat reseptor batuk dirangsang, nervus vagus dan glossofaringeus mentransmisikan rangsangan tersebut menuju pusat batuk di medulla. Rangsang kemudian diteruskan ke laring dan otot intercostal serta otot abdominal. Hal ini berakibat terjadinya inspirasi sekitar 2.5 L udara, diikuti menutupnya epiglotis dan pita suara erat-erat untuk menjerat udara dalam paru. Otot-otot perut berkontraksi dengan kuat mendorong diafragma sedangkan otot-otot ekspirasi lainnya seperti interkostalis internus juga berkontraksi dengan kuat sehingga tekanan dalam paru meningkat sampai 100 mmHg atau lebih. Pita suara dengan epiglotis secara tiba-tiba akan terbuka lebar dan udara bertekanan tinggi dalam paru meledak dan kadang-kadang udara ini dikeluarkan dengan kecepatan 75-100 mil/ jam. Tekanan kuat pada paru akan menyebabkan kolapsnya bronkus dan trakea sehingga bagian yang tidak berkartilago ini berinvaginasi ke dalam dan udara yang meledak tersebut benar-benar mengalir melalui celah-celah bronkus dan trakea. Udara yang mengalir dengan cepat tersebut biasanya membawa pula benda asing apapun yang terdapat dalam bronkus atau trakea (gambar 13). 1,2,14,15

Gambar 13. Mekanisme batuk 14 Refleks batuk sangat penting bagi pemeliharaan proses pernapasan, aliran udara yang lancar diperlukan untuk kehidupan. Meskipun iritasi pada setiap struktur saluran pernafasan dapat menghasilkan batuk, terdapat struktur tertentu yang lebih sensitif seperti bronkiolus terminal dan alveoli paru. bronkiolus terminal dan alveoli paru lebih sensitif terhadap iritan gas korosif dan bahan kimia, sehingga jumlah yang sangat kecil zat-zat tersebut dapat mendorong terjadinya batuk.2,15

Paru dengan bantuan otot-otot diafragma, perut dan dada mampu menghasilkan refleks batuk, yaitu untuk mengeluarkan benda asing yang merangsang atau bahan-bahan lain yang merupakan produk dari radang paru dan salurannya. 2,15 Rangsang batuk di saluran pernafasan normal dapat berupa mukus yang dihasilkan saluran pernafasan dan sejumlah kecil material yang terhirup saat proses makan, minum dan bernapas. Rangsangan abnormal batuk dapat disebabkan oleh mukus dan sekresi saluran nafas lainnya, material asing, iritan berbahaya seperti asap rokok, inflamasi saluran nafas dan tekanan pada saluran nafas dalam jumlah yang berlebihan. 2,15 Pada kondisi patologis, mekanisme pertahanan saluran pernafasan menyebabkan peningkatan produksi mukus oleh sel-sel goblet dan kelenjar mukus. Penyakit saluran nafas juga akan mengakibatkan eksudat inflamasi memasuki saluran pernapasan. Bahan ini dapat terakumulasi dalam saluran nafas bawah dan alveoli. Alveolar dan material saluran nafas bawah biasanya dihilangkan melalui proses fagositosis oleh makrofag alveolar, tapi karena adanya surfaktan agen penurun tegangan permukaan, material ini juga dapat bergerak ke atas dengan bantuan kapiler. Saat terjadi kontak antara material dengan epitel bersilia, material tersebut diangkut oleh silia kearah trakea dimana terdapat kepadatan tertinggi reseptor batuk. Proses batuk kemudian mendorong material ke orofaring untuk dikeluarkan atau ditelan. 2,15 Fungsi batuk adalah untuk membantu pengeluaran bahan asing dari saluran pernafasan, baik benda asing dari luar (eksogen) maupun yang diproduksi oleh saluran pernafasan sendiri (endogen). Batuk juga mencegah inhalasi tambahan dan pergerakan material lebih jauh lagi ke saluran nafas bagian bawah.
2,15

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini didapatkan

bahwa batuk merupakan suatu mekanisme perlindungan yang sangat penting bagi sistem pernapasan. Namun, batuk yang disebabkan oleh tekanan mekanis terhadap saluran nafas tidak memiliki fungsi pelindung dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan epitel saluran napas sehingga harus dikontrol, terutama jika menyebabkan kelelahan. 2,15

RINGKASAN Saluran pernafasan seluas 200 meter persegi, terpapar setidaknya 10.000 liter udara per hari. Udara di alam bebas tidak suci hama karena mengandung partikel-partikel debu, toksin, spora, pollen, bakteri, virus, fungi, logam berat, asbestos, insektisida, gas beracun, dan masih banyak lagi. Agar udara yang masuk ke dalam paru dapat tetap dalam keadaan bersih, diperlukan mekanisme pertahanan yang efektif untuk melindungi saluran pernafasan. Mekanisme pertahanan paru oleh traktus trakeo-bronkial terbagi atas pertahanan nonspesifik dan spesifik. Pertahanan nonspesifik meliputi mukus, mekanisme pergerakan muko-silia, refleks batuk, refleks bersin, surfaktan, dan lisozim. Pertahanan spesifik melibatkan makrofag, sekresi IgA, BALT.

DAFTAR PUSTAKA
1. Iskandar N. Bronkoskopi. In : Soepardi EA, Iskandar N, eds. Buku ajar

ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. 5th ed. Jakarta : Balai penerbit FK UI, 2002 : 224 7
2. Wine JJ. Parasympathetic control of airway submucosal glands : central

reflexes and the airway intinsic nervous system. Update 2007 ; available from http://www.stanford.edu/~wine/. Accessed February 22, 2010
3. Anonymous. Defence mechanism of respiratory tract. Update 2006 ;

available from

www. Safetyline_wa_gov_au-institute-level2-course16-

lecture129. Accessed February 24, 2010


4. Snow JB Jr. Broncholoy. In: Snow JB, Wackym PA, eds. Ballengers

disease of the nose, throat, and neck. 14th ed. USA : Lea & Febiger , Philadelphia London, 1991: 1278-82
5. Smith ME, Elstad MR. Bronchology. In: Snow JB, Wackym PA, eds.

Ballengers otorhinolaryngology head and neck surgery. 17th ed. Shelton Connecticut: BC.Decker Inc, 2009: 963 4
6. Cavanagh. Bronchology. In : Fundamental of anatomy and physiology. 5 th

ed. New Jersey : Prentice-Hall Inc, 2001 : 806 8


7. Anonymous.

Anatomy

trachea.

Available

from

http://users.rcn.com/jkimball.ultranet/BiologyPages/P/Pulmonary.html. Accessed January 11,2010


8. Mello FV, Carrau RL. The management of laryngeal and tracheal fracture.

Laryngoscope 2007; 110: 2143-6


9. Pancholi SS, Robbins WR, Desai A. Laryngotracheal Fractures. Updated:

Jan 9, 2009; available from: www. emedicine.medscape.com Accessed February 15, 2010
10. Childs GV. Anatomy and histology trachea. Update : 1998 ; available

from

http://cellbio.utmb.edu/microanatomy/

gvchilds@utmb.edu.

Accessed February 20, 2010.


11. Department of Human Anatomy & Cell University of Mantoba. Anatomy

and

histology

cell.

Update

2009

available

from:

http://www.cytochemistry.net/microanatomy/res. Accessed February 24, 2010.


12. Anonymous. Cross section trakea. Update 22 april 2008; available from :

http://nhscience.lonestar.edu/biol/respirator. Accessed February 24, 2010


13. Anonymous. Image. Update 27 Februari 2010 ; available from :

http://www.bioportfolio.com/indepth/html. Accessed February 20, 2010.


14. Mazzone SB. An overview of the sensory receptors regulating

cough.

Update 2005, available from http://www.coughjournal.com/content/1/1/2. Accessed January 25, 2010

Anda mungkin juga menyukai