TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian TB Paru
Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti ginjal, tulang,
organ tubuh lainnya bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan,
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Tetapi, paling banyak melalui
inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut (Price,
2015:209).
nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular kepada
hampir seluruh organ tubuh lainnya seperti ginjal, tulang, dan nodus limfe.
12
Penyakit ini disebabkan oleh mycrobacterium tuberculosis dan bersifat
2. Etiologi
kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan
faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah
2008:59).
Berikut ini merupakan bagian – bagian dari saluran pernapasan yang sesuai
pernapasan terdiri atas saluran pernapasan bagian atas (rongga hidung, sinus
atrium kiri), paru (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus), rongga pleura,
dan otot-otot pernapasan. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :
13
Gambar 2.1
Organ sistem pernapasan
(sumber: somantri, 2008:4)
1) Rongga Hidung
Hidung terdiri atas dua nostril yang merupakan pintu masuk menuju
rongga hidung. Rongga hidung adalah dua kanal sempit yang satu sama
mukosa respirasi serta sel epitel batang, bersilia, dan berlapis semu.
antara rongga hidung dengan kelenjar air mata, bagian ini dikenal
14
mengalirkan air melalui hidung yang berasal dari kelenjar air mata jika
seseorang menangis.
Gambar 2.2
Anatomi hidung dan sinus
(sumber: Somantri, 2008:5)
2) Sinus Paranasal
dan bagian superior konka hidung. Reseptor di dalam epitel pembau ini
15
3) Faring
batas tulang rawan krikoid. Faring terdiri atas tiga bagian yang dinamai
2008:5).
1) Laring
ke-5 dan berakhir di vertebra servikalis ruas ke-6. Laring disusun oleh
9 kartilago yang disatukan oleh ligamen dan otot rangka pada tulang
terdapat benjolan subkutaneus atau jakun yang terlihat nyata pada pria.
16
Kartilago krikoid adalah kartilago berbentuk cincin yang terletak di
Gambar 2.3
Struktur anatomi laring. (a) pandangan anterior, (b) pandangan
posterior, (c) pandangan melintang
(sumber: Simon dan Schuster, (2003) seperti dikutip oleh Muttaqin
(2008:13) )
a) Pita suara
17
suara dapat menegang dan mengendur sehingga menimbulkan
b) Produksi suara
masa pubertas, laring laki-laki menjadi lebih besar dari wanita. Pita
18
memodifikasi berbagai bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh struktur
2) Trakhea
19
Gambar 2.4
(a) Ilustrasi trakhea (b) gambar melintang trakhea
(sumber: Simon dan Schuster, 2003 seperti dikutip oleh
Muttaqin (2008:13))
4) Bronkhus
kanan tidak simetris. Bronkhus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan
panjang, lebih sempit, dan sudutnya pun lebih runcing. Bentuk anatomi
yang khusus ini memliki implikasi klinis tersendiri seperti jika ada
20
a) Bronkhus pulmonaris
fungsinya.
alveoris. Setiap paru terdiri atas sekitar 150 juta alveoli (sakus
alveoli ditahan oleh serat elastis. Jaringan elastis ini menjaga posisi
21
antara alveoli dengan bronkhiolus respiratorius. Adanya daya rekoil
dari serat ini selama ekspirasi akan mengurangi ukuran alveoli dan
5) Paru
yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Dimana paru
kanan itu lebih besar, lebar dan pendek dari paru kiri, mempunyai tiga
beberapa segmen, yaitu 10 segmen pada paru kanan dan 9 segmen pada
Gambar 2.5
Paru-paru
(sumber: Somantri, 2008:9)
22
Gambar 2.6
Penampangan lobus-lobus pada paru
(sumber: Simon dan Schuster (2003) seperti dikutip oleh Muttaqin
(2008:13))
4. Patofisiologi
yang terdapat basil mycrobacterium tuberculosis dengan daya tahan tubuh yang
menurun. Bakteri ini menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu
tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus
atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh
lain (ginjal, tulang, dan korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas).
23
Interaksi antara mycrobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh
pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut
granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang
menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon
tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang
caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan
Setelah infeksi awal, jika respons sistem imun tidak adekuat maka penyakit
akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi
ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif. Pada kasus
seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini
berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel.
granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan respon
24
berbeda , kemudian pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang dikelilingi
5. Manifestasi Klinik
Tanda gejala yang muncul pada penderita dengan TB Paru berdasarkan Amin
dengan TB Paru tanda gejala yang sering muncul yaitu demam, keringat malam,
sesak napas, anoreksia, malaise, penurunan berat badan dan batuk menetap.
25
6. Pemeriksaan diagnostik
paru menurut Mansjoer, dkk (1999) seperti yang dikutip oleh Amin dan Hardhi
(2015:212), yaitu :
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70 % pasien yang dapat
c. Tes PAP (peroksidase Anti Peroksidase) : Tes ini merupakan uji serologi
resitensi.
lobus,
26
2) bayangan berwarna (pathcy) atau bercak (nodular),
5) adanya klasifikasi,
7) bayangan millie.
7. Manajemen M edik
bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari
paduan obat utama dan tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai
urutan kebutuhan pengobatan dalam program untuk itu, penderita dibagi dalam
a. KATEGORI I
27
penderita dengan sputum negatif tetapi kelainan parunya luas, TB usus, TB
Dimulai dengan fase 2 HRZS(E) obat diberikan setiap hari selama dua
bulan. Bila setelah dua bulan sputum masih tetap positif, maka fase intensif
satu bulan dan dikenal sebagai obat sisipan), kemudian diteruskan dengan
fase lanjutan tanpa melihat apakah sputum sudah negatif atau belum. Fase
lebih lama, yaitu 6-7 bulan hingga total pengobatan 8-9 bulan. Sebagai
b. KATEGORI II
Kategori II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum tetap positif.
Fase intensif dalam bentuk 2 HRZES-1 HRZE. Bila setelah fase intensif
sputum menjadi negatif, baru diteruskan ke fase lanjutan. Bila setelah tiga
bulan sputum masih tetap positif, maka fase intensif diperpanjang 1 bulan
lagi dengan HRZE ( juga dikenal sebagai obat sisipan ). Bila setelah empat
bulan sputum masih tetap positif, maka pengobatan dihentikan 2-3 hari.
bakteri masih sensitif terhadap semua obat dan setelah fase intensif sputum
28
menjadi negatif maka fase lanjutan dapat diubah seperti kategori I dengan
H3R3E3 bila dapat dilakukan pengawasan atau 5 HRE bila tidak dapat
dilakukan pengawasan.
c. KATEGORI III
parunya tidak luas dan kasus TB di luar paru selain yang disebut dalam
1) 2 HRZ/6 HE
2) 2 HRZ/4 HR
3) 2 HRZ/4 H3R3
d. KATEGORI IV
obat seperti dijelaskan menurut Amin dan Hardhi (2015:213), berikut ini:
29
1) Obat anti Tuberkulosis (OAT)
a) INH
b) Ripamfisin
BB > 60 kg : 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg
BB < 40 kg : 300 mg
c) Pirazinamid
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
d) Streptomisin
30
BB > 60 kg : 1000 mg
BB 40-60 kg : 750 mg
BB < 40 kg : sesuai BB
e) Etambutol
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Tabel 2.1
Efek samping ringan dari OAT
Efek samping Penyebab Penangan
Tidak nafsu makan, mual, Obat diminum malam sebelum
Rifampisin
sakit perut tidur
Nyeri sendi Pyrazinamid Beri aspirin/allopurinol
Kesemutan s/d rasa terbakar Beri vitamin B6 (piridoksin)
INH
dikaki 100 mg perhari
Warna kemerahan pada air Beri penjelasan, tidak perlu
Rifampisin
seni diberi apa-apa
31
Tabel 2.2
Efek samping berat dari OAT
Efek samping Penyebab Penangan
Gatal dan kemerahan pada Semua jenis OAT Beri anthisimin dan dievaluasi
kulit ketat
Tuli treptomisin Streptomisin dihentikan
Pada pasien dengan TB paru juga mengalami komplikasi sesuai dengan buku
a. efusi pleura,
b. pneumothoraks,
d. hidropneumothoraks.
32
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas
2) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan data yang
berupa :
33
a) Keluhan utama
(a) Batuk
34
(c) Sesak napas
lain.
terkena TB.
(a) Demam
35
b. Riwayat kesehatan saat ini
hanya kata “Ya” atau “Tidak” atau hanya dengan anggukan dan
influenza karena keluhan demam dan batuk merupakan gejala awal dari
TB paru. Tanyakan apakah batuk disertai sputum yang kental atau tidak,
36
darah dan muntah darah, karena pada keadaan klinis, hal ini sering
mengenai apa yang akan terjadi pada dirinya dapat mengurangi kadar
tingkat kecemasannya.
Tabel 2.3
Perbedaan batuk darah dan muntah darah
37
Batuk darah diklasifikasikan berdasarkan jumlah yang
(2008:85), yaitu :
cc/24 jam.
jam.
masa kecil, tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah bening, dan
masa yang lalu yang masih relevan, obat-obatan ini meliputi OAT dan
antitusif. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Adanya
alergi obat juga harus ditanyakan serta reaksi alergi yang timbul. Sering
kali klien mengacaukan suatu alergi dengan efek samping obat. Kaji
lebih dalam tentang seberapa jauh penurunan berat badan (BB) dalam
38
anoreksia dan mual yang sering disebabkan karena meminum OAT
(Muttaqin, 2008:86).
e. Genogram
3) Pemeriksaan fisik
dan auskulasi.
a) Penampilan umum
39
berkeringat malam, adanya peningkatan suhu mencapai 40-41oC
b) Pemeriksaan sistematik
Selain itu, tanda lain yang muncul pada klien dengan TB paru
40
resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Sedangkan pada
2008:88).
Meraba arteri radialis teraba denyut nadi yang cepat dan kuat
2012:43).
41
(5) Sistem integumen
a) Pola nutrisi
42
keluhan dn jumlah dalam cc/hari. Biasanya klien dengan
b) Pola eliminasi
warna bau, keluhan dan kaji BAK klien dengan baik dalam
Kaji kebiasaan tidur siang dan malam baik mulai tidur, jumlah
43
e) Pola aktivitas
Kaji pola aktivitas klien sebelumnya selama sakit baik itu latihan
5) Aspek Psikososial
Meliputi konsep diri (persepsi, peran diri, identitas diri, ideal diri dan
7) Data spiritual
44
Menyangkut masalah keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
f. Analisa Data
data tersebut dengan konsep, teori, dan prinsip yang relevan untuk
2. Diagnosa Keperawatan
keperawatan harus didukung oleh data, hal ini menurut NANDA diartikan
dan gejala. Tanda adalah sesuatu yang dapat diobservasi dan gejala adalah
45
keperawatan yang terjadi, kemudian mencari penyebab dari masalah yang ada
Masalah keperawatan yang dapat terjadi pada klien TB Paru dapat berupa
(Muttaqin, 2008:94) :
pleura.
anoreksia.
kurangnya informasi.
Aziz,2008: 117).
Intervensi pada buku ini dikutip dari Doengoes dan Moorhouse (2000)
46
a. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya
Kriteria Hasil :
2) Irama, frekuensi,
Tabel 2.4
Intervensi ketidakefektifan pola napas
Intervensi Rasional
1. Kaji fungsi pernapasan, catat kecepatan 1. Distres pernapasan dan perubahan tanda
pernapasan, dipsnea,sianosis, dan vital dapat terjadi sebagai akibat stres
perubahan tanda vital. fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukan
terjadinya syok akibat hipoksia.
2. Berikan posisi fowler/semi fowler tinggi 2. Posisi fowler memaksimalkan ekspansi
dan miring pada sisi yang sakit, bantu paru dan menurunkan upaya bernapas.
klien latihan napas dalam dan batuk Ventilasi maksimal membuka area
efektif atelektasis dan meningkatkan gerakan
sekret ke jalan napas besar untuk
dikeluarkan.
3. Auskultasi bunyi napas 3. Bunyi napas dapat menurun/ tidak ada
pada area kolaps yang meliputi satu lobus,
segmen paru, atau seluruh area paru
(unilateral).
4. Kaji pengembangan dada dan posisi 4. Ekspansi paru menurun pada area kolaps.
trakhea. Deviasi trakhea ke arah sisi yang sehat
pada tension pneumothoraks.
5. Kolaborasi untuk tindakan 5. Bertujuan sebagai evakuasi cairan atau
thorakosentesis atau kalau perlu WSD udara dan memudahkan ekspansi paru
secara maksimal.
47
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
Kriteria hasil :
Tabel 2.5
Intervensi perubahan nutrisi
Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi pasien, catat turgor 1. Berguna mengidentifikasi derajat/luasnya masalah dan
kulit, berat badan. pilihan intervensi yang tepat
2. Pastikan pola diet biasa pasien 2. Berguna dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan
khusus.
3. Dorong makan sedikit dan sering dengan 3. Mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan dapat
makan tinggi protein dan karbohidrat. diperlukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret
terus menerus
Kriteria hasil :
48
Tabel 2.6
Intervensi gangguan istirahat tidur
Intervensi Rasional
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman 1. Penurunan stimulus eksternal akan
dengan membatasi jumlah pengunjung menurunkan RAS sehingga
memungkinkan untuk mudah tidur
2. Posisi yang nyaman membantu klien
2. Atur posisi tidur relaksasi sehingga menimbulkan ngantuk
3. Dapat meningkatkan relaksasi sehingga
3. Anjurkan untuk minum susu hangat membuat rasa ngantuk pada klien
sebelum tidur
Kriteria hasil :
penderita.
Tabel 2.7
Intervensi Risiko penyebaran infeksi
Intervensi Rasional
1. Identifikasi risiko penularan kepada 1. Mengurangi risiko anggota keluarga untuk
orang lain seperti anggota keluarga dan tertular dengan penyakit yang sama
teman dekat. Menginstruksikan kepada dengan pasien
pasien jika batuk/bersin, maka
ludahkan ke tissue
2. Anjurkan penggunaan tissue untuk 2. Penyimpanan sputum pada wadah yang
membuang sputum. Review terdesinfeksi dan penggunaan masker
pentingnya mengontrol infeksi, dapat meminimalkan penyebaran infeksi
49
misalnya dengan menggunakan melalui droplet
masker.
3. Monitor suhu sesuai indikasi 3. Peningkatan suhu menandakan terjadinya
infeksi sekunder
kurangnya informasi
Kriteria hasil :
Tabel 2.8
Intervensi kurang pengetahuan
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan klien untuk 1. Keberhasilan proses pembelajaran
mengikuti pembelajaran (pengetahuan dipengaruhi oleh kesiapan fisik,
klien sebelumnya dan suasana yang emosional, dan lingkungan yang kondusif.
tepat)
2. Berikan intruksi dan informasi tertulis 2. Informasi tertulis menurunkan hambatan
khusus pada pasien khusus pada pasien pasien untuk mengingat sejumlah besar
informasi.
3. Kaji bagaimana TB Paru ditularkan 3. Pengetahuan dapat menurunkan risiko
dan bahaya reaktivitas penularan/reaktivitas ulang.
50
4. Implementasi
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
5. Evaluasi
tercapai atau tidak. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu
tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.
51
a. Ketidakefektifan pola pernapasan dengan kriteria klien mampu melakukan
batas normal dan pada pemeriksaan rontgen dada tidak ditemukan adanya
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan kriteria hasil nafsu
memperlihatkan perilaku sehat (menutup mulut ketika batuk atau bersin, tidak
penularan TB, dan klien mengerti bagaimana cara pengobatan, tanda gejala,
52