Disusun Oleh :
Kelompok 3
Mufebrina 2241312031
Tiara Auliya 2241312080
Nur Aida Aini 2241312052
Hamelda Fajri Weirpa 2241312003
Atika Miftahul Jannah 2241312033
Nurvanny Husna 2241312034
Niken Asri Utami 2241312032
Al Hanifah Armes 2241312021
Anita Rahayu 2241312027
Pembimbing Akademik :
Ns. Yuanita Ananda, M.Kep
Pembimbing Klinik :
Ns. Hendra Harwadi, M.Kep
Kelompok 3’22
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan dengan tujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
bagi masyarakat. Upaya kesehatan dilakukan melalui pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan. Salah satu fungsi rumah sakit dalam melaksanakan
tugasnya yaitu Menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit(Siregar, 2019).
Pelayanan rumah sakit yang bermutu sesuai standar profesi dan standar
pelayanan merupakan harapan semua masyarakat pengguna rumah sakit.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, Kementerian Kesehatan
telah telah melakukan berbagai upaya diantaranya melalui akreditasi rumah
sakit. Keselamatan pasien menjadi indikator standar utama penilaian
akreditasi baru yang dikenal dengan Akreditasi RS versi 2012. Dalam standar
Akreditasi RS versi 2012 mencakup standar pelayanan berfokus pada pasien,
standar manajemen rumah sakit, sasaran keselamatan pasien di rumah sakit
dan standar program MDGs.
Mengidentifikasi dengan benar pasien tertentu sebagai orang yang akan
diberi pelayanan atau pengobatan tertentu dengan mencocokan layanan atau
perawatan dengan pasien tersebut (JCI, 2015). Kelompok sasaran keselamatan
pasien meliputi 6 sasaran salah satunya adalah ketepatan identifikasi pasien.
Identitas pasien merupakan standar keselamatan pasien yang sangat penting.
Standar ini mengharuskan rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk
memperbaiki atau meningkatkan ketelitian identifikasi pasien (Tulus &
Maksum, 2017).
1
Proses identifikasi ini setidaknya memerlukan dua cara untuk
mengidentifikasi pasien, seperti nama, nomor identifikasi, tanggal lahir dan
nomor induk kependudukan. Elemen dalam identifikasi pasien meliputi:
Pasien diidentifikasi dengan menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien, Pasien diidentifikasi sebelum
pemberian obat, darah atau produk darah, Pasien diidentifikasi sebelum
mengambil darah dan spesimen lain untuk uji klinis, Pasien dilakukan
identifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur. Kebijakan
dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi (Lestari, 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan pada
tanggal 30 Januari – 1 Februari 2023 bersama kepala ruangan di ruangan
rawat HCU Interne, dapat ketahui bahwa banyak dari pasien dan keluarga
pasien yang belum mengetahui tentang fungsi/tujuan penggunaan gelang
identitas pasien, masih banyak petugas yang tidak menjelaskan tentang
fungsi/tujuan penggunaan gelang identitas pada pasien, masih jarang
ditemukan petugas yang menanyakan pada pasien minimal 2 identitas (nama
dan tanggal lahir) sebelum memberikan pengobatan dan tindakan/prosedur
pada pasien, yaitu pada saat melakukann tindakan seperti : sebelum
mengambil darah/spesimen lain (urin, sputum/dahak) untuk uji klinis. Dampak
yang terjadi jika tidak megidentifikasi pasien sebelum melakukan tindakan ini
dapat menimbulkan kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah
pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera,
Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensi Cedera serta berkurangnya poin
penilaian mutu pelayanan rumah sakit.
Berdasarkan permasalahan tersebut, mahasiswa berencana mengadakan
pertemuan dalam bentuk lokakarya mini dengan mengundang kepala ruangan
dan perawat HCU Interne, pembimbing klinik serta pembimbing akademik.
2
B. TujuanKegiatan
1. Tujuan Umum
Memaparkan masalah dari mengidentifikasi pasien sebelum
melakukan tindakan pada pasien berdasarkan informasi yang diperoleh
dari hasil observasi dan wawancara di Ruang Rawat Inap HCU Interne
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
2. Tujuan Khusus
Kelompok mahasiswa bersama perawat di ruangan dapat
menunjukkan kemampuan untuk :
a. Mengidentifikasi masalah indikator mutu keperawatan yaitu, belum
optimalnyamengidentifikasi pasien sebelum melakukan tindakan pada
pasien.
b. Merencanakan alternatif penyelesaian masalah indikator mutu
keperawatan meliputi belum optimalnya pengidentifikasian pasien
sebelum melakukan tindakan pada pasien.
c. Melakukan implementasi berupa edukasi pelaksanaan mengidentifikasi
pasien sebelum melakukan tindakan pada pasien.
d. Melakukan evaluasi untuk menilai optimalisasi dan keefektifan dari
implementasi yang diberikan
C. Manfaat Kegiatan
1. Bagi Rumah Sakit
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
mengenai beberapa masalah indikator mutu di Ruang Rawat Inap HCU
Interne RSUP Dr. M. Djamil Padang.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Mengoptimalkan kualitas manajemen dan indikator mutu
pelayanan dengan melakukan identifikasi pasien dengan minimal 2
identitas di Ruang Rawat Inap HCU Interne RSUP Dr. M. Djamil Padang.
3
3. Bagi Pasien
Dapat mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapkan dan
meningkatkan keselamatan pada pasien di Ruang Rawat Inap HCU Interne
RSUP Dr. M. Djamil Padang
4. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan terkait indikator mutu keperawatan di
ruang rawat dan sebagai pemenuhan tugas praktek keperawatan
manajemenkeperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
4
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
B. Winshield Survey
Keselamatan pasien indentik dengan kualitas pelayanan, di mana semakin
baik kualitas layanan maka keselamatan pasien juga akan semakin baik.
Identifikasi pasien merupakan mengidentifikasi dengan benar pasien tertentu
5
sebagai orang yang akan diberi pelayanan atau pengobatan tertentu dengan
mencocokan layanan atau perawatan dengan pasien tersebut.
Proses identifikasi ini setidaknya memerlukan dua cara untuk
mengidentifikasi pasien, seperti nama, tanggal lahir,No. MR dan NIK. Dalam
hal ini nomorkamar pasien atau lokasi tidak digunakan. Identifikasi ini
digunakan dua identitas di lokasi yang berbeda dalam rumah sakit, seperti
rawat inap, rawat jalan dan IGD atau kamar operasi.
Berdasarkan hasil winshield survey di Ruang Rawat Inap HCU Interne pada
tanggal 31 Januari 2023 - 1 Februari 2023, kelompok menemukan ada
beberapa masalah ruang HCU Interne diantaranya:
1. Belum optimalnya pelaksanaan identifikasi pasien dengan menggunakan
minimal dua identitas (Nama/tanggal lahir/No. MR/NIK)*
Berdasarkan hasil pengamatan diruangan dan wawancara dengan
keluarga pasien oleh kelompok 3 pada tanggal 31 Januari 2023 - 1
Februari 2023. Didapatkan data bahwa 5 dari 15 keluarga pasien (77,7%)
mengatakan bahwa pasien kadang-kadang diidentifikasi menggunakan
minimal 2 identitas dan 3 orang lainnya mengatakan tidak ada
pengidentifikasian menggunakan minimal 2 identitas.
2. Belum optimalnya pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian
obat, diet atau produk darah*
Berdasarkan hasil pengamatan diruangan dan wawancara dengan
keluarga pasien oleh kelompok 3 pada tanggal 31 Januari 2023 - 1
Februari 2023. Didapatkan data bahwa 8 dari 15 keluarga pasien (66,3%)
mengatakan bahwa pasien tidak diidentifikasi sebelum pemberian diet, 3
orang lainnya mengatakan kadang-kadang pasien diidentifikasi
menggunakan minimal 2 identitas sebelum pemberian diet.
3. Belum optimalnya pelaksanaan identifikasi pasien sebelum mengambil
darah dan spesimen (urine, feses, dahak) untuk uji klinis.*
Berdasarkan hasil pengamatan diruangan dan wawancara dengan
keluarga pasien oleh kelompok 3 pada tanggal 31 Januari 2023 - 1
Februari 2023. Didapatkan data bahwa 3 dari 15 keluarga pasien (80%)
mengatakan bahwa pasien kadang-kadang diidentifikasi sebelum
6
mengambil spesimen (urine, feses, dahak) dengan menggunakan minimal
2 identitas.
4. Belum optimalnya konsistensi tenaga kesehatan dalam mengidentifikasi
pasien pada kondisi sudah disebutkan diatas
Berdasarkan hasil pengamatan diruangan dan wawancara dengan
keluarga pasien oleh kelompok 3 pada tanggal 31 Januari 2023 - 1
Februari 2023. Didapatkan data bahwa 4 dari 15 keluarga pasien (73,3%)
mengatakan bahwa tenaga kesehatan kadang-kadang konsisten dalam
mengidentifikasi pasien dalam kondisi seperti yang telah disebutkan
diatas.
Ket: *kondisi yang disebutkan diatas
C. Daftar Masalah
1. Belum optimalnya pelaksanaan identifikasi pasien dengan menggunakan
minimal dua identitas (Nama/tanggal lahir/No. MR/NIK).
2. Belum optimalnya pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian
obat, diet atau produk darah.
3. Belum optimalnya pelaksanaan identifikasi pasien sebelum mengambil
darah dan spesimen (urine, feses, dahak) untuk uji klinis.
4. Belum optimalnya konsistensi tenaga kesehatan dalam mengidentifikasi
pasien pada kondisi sudah disebutkan diatas.
D. Rumusan Masalah
No Data Masalah
1. Hasil observasi yang dilihat di ruangan : Belum optimalnya
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pelaksanaan identifikasi
dengan keluarga pasien yang telah dilakukan pasien di Ruang Rawat
di RuangRawat Inap HCU Interne, dapat Inap HCU Interne.
diketahui bahwa belum optimalnya
pelaksanaan proses identifikasi oleh tenaga
kesehatan pada pasiendengan menggunakan
minimal 2 identitas (Nama/tanggal lahir/No.
7
MR/NIK), belum optimalnya pelaksanaan
identifikasi pasien sebelum pemberian obat,
diet atau produk darah, belum optimalnya
pelaksanaan proses identifikasi oleh tenaga
kesehatan pada pasien sebelum memberikan
tindakan/prosedur dan transfer pada pasien,
belum optimalnya pelaksanaan proses
identifikasi oleh petugas pada pasien
sebelum mengambil darah/spesimen lain
(urine, feses, sputum/dahak) untuk uji klinis.
8
E. Prioritas Masalah (SWOT)
No Masalah S W O T
Keperawatan Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
1. Belum Semua tenaga keperawatan Perawat merasa sudah hafal Sarana peningkatan Masyarakat yang
optimalnya di ruangan memiliki dengan pasien jadi lupa mutu pelayanan semakin menuntut
pelaksanaan pengetahuan tentang mengidentifikasi sebelum dirumah sakit pelayanan yang optimal
identifikasi ketepatan identifikasi pasien memberikan tindakan Meningkatkan angka Berkurangnya poin
pasien rawat Adanya SOP tentang Kurangnya motivasi diri ketepatan identifikasi penilaian indikator
inap di Ruang identifikasi pasien dari untuk melaksanakan pasien mutu pelayanan rumah
HCU Interne rumah sakit ketepatan identifikasi sakit
pasien sesuai SOP
9
F. Alternatif Pemecahan Masalah (Fish Bone)
C. Belum optimalnya
pelaksanaan identifikasi
D. pada pasien
10
BAB III
TINJAUAN LITERATUR (EVIDENCE BASED NURSING)
A. Analisa PICO
Masalah yang terkait dengan kasus EBNP masalah terhadap indikator mutu dalam
pelayanan RSUP Dr.M.Djamil Padang. Berikut adalah analasis jurnal utama
(Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Majene tahun
2018) dengan menggunakan PICO Model :
Analisa PICO
- Ketepatan
Populasi dalam penelitian ini adalah rekam Identifika
P
medik(RM) rawat inap sebanyak 380, dengan si
(Population)
sampel 118 rekam medik yang memilikiidentitas - Metode
yang tidak konsisten (purposive sampling) FMEA
- Redesain
Intervensi dari penelitian ini adalah redesain untuk
- Ketepatan
sistem
Identifika
I pendaftaran dengan cara:
si
(Intervention) a. Membuat counter baru untuk rawat inap;
- Metode
b. Menempatkan petugas administrasi baru;
FMEA
c. Meningkatkan kemampuan petugas;
- Redesain
d. Menggunakan sistem barcode.
C
Tidak dilakukan perbandingan. -
(Comparison)
- Ketepatan
Redesain dengan metode FMEA berdampak Identifika
O
positif dalam menjaga konsistensi identitas pasien, si
(Outcomes)
untuk menurunkan resikoinsiden keselamatan - Metode
pasien. FMEA
- Redesain
11
Penulis Judul Metode Jumlah dan Kekuatan dan
No. Intervensi Hasil
(Tahun) Penulisan Penulisan Kriteria Sampel Kelemahan
1. Sithi, Redesign Desain Populasi dalam Intervensi Hasil penelitian Kelebihan :
Desak Ketepatan penelitian penelitian ini FMEA dianalisis 1. Penulisan dan gaya
Nyoman Identitasi menggunak adalah rekam diterapkan pada menggunakan bahasa sudah baik,
Sithi dan Pasien dengan an metode medik (RM) desain dan metode risk priority terdapatketerangan tabel
Ani Metode FMEA rawat inap proses number (RPN) dan penjelasan dari
Widiastuti FMEA Di untuk sebanyak 380, pelayanan di berdasarkan: tingkat masing-masing tabelnya
(2018) RSUD memecahka dengan sampel unit rawat jalan keparahan (S = serta tampilan jurnal
Pacitan Jawa n 118 rekam medik dan admisi Severity), kejadian tertata dengan rapi.
Timur permasalah yang memiliki untuk (O = Occurance) dan2. Terdapat poin
an identitas yang menganalisa tingkat keterpantauan kesimpulan yang ditarik
ketidaktepat tidak konsisten inkonsistensi (D=Detectable) dari hasil penelitian yang
an identitas (purposive penerapan masing-masing sehingga pembaca
pasien sampling) identitas pasien dengan rentang nilai langsung dapat melihat
yang akan (1-10). Dari hasil inti dari hasil penelitian
dirawat inap perhitungan RPN dengan substansi yang
adalah sebagai ditentukan lengkap dari abstrak
berikut. 1. berdasarkan skor sampai daftar pustaka.
Menentukan tertinggi I, II dan III.3. Tahun penulisan relative
masalah yang Dari hasil penelitian baru, dalam kurun waktu
mempunyai yang dilakukan di <5 tahun terakhir
resiko tinggi RSUD Pacitan,
dan membentuk setelah dilakukan
12
tim 2. redesign sistem Kekurangan :
Menyusun pendaftaran 1. Pemaparan intervensi
diagram proses didapatkan yang dilakukan kurang
3. penurunan nilai RPN terperinci
Brainstorming sebagai berikut: 1. 2. Tidak terlihat adanya
potential failure Proses ke 3 instrumen yang
mode 4. (Identifikasi digunakan secara jelas.
Menentukan kunjungan pasien): 3. Pembahasan hasil
prioritas failure nilai RPN turun dri penelitian kurang
mode 5. 250 menjadi 125 2. lengkap.
Identifikasi Proses ke 5 4. Tidak adanya saran yang
akar penyebab (pengisian identitas diberikan untuk
masalah dari pasien): nilai RPN penelitian lanjutan
failure mode 6. turun dari 250
Analisa dan menjadi 125 3.
pengumpulan Proses ke-8
data 7. (pemesanan kamar):
Membuat nilai RPN turun dari
rancangan 125 menjadi 25 4.
ulang proses Proses ke-9 (
pemasangan gelang):
nilai RPN turun dari
125 menjadi 25 Hal
tersebut
13
menunjukkan bahwa
melalui redesign
proses pelayanan di
rawat jalan dan
admisi rawat inap,
serta perbaikan
fasilitas, membawa
efek penurunan nilai
RPN yang berarti
terjadi penurunan
jumlah resiko
kesalahan di tempat
pendaftaran
14
Di Rs Pku an wawancara, meliputi pengamatan masih pasien di RS
Muhammadiy kuesioner pengamatan dan menyebarkan ditemukan pasien PKU Muhammadiyah
ah untuk FGD kuesioner rawat Yogyakarta Unit II.
Yogyakarta penelitian kepada 60 inap yang belum -
Unit II Tahun kualitatif pasien rawat menggunakan gelang Kekurangan :
2015 menggunak inap, identitas, 100% Pelaksanaan identifikasi
an observasi petugas belum di RS PKU
pengamatan petugas dalam memberikan Muhmmadiyah
, melakukan edukasi tentang Yogyakarta belum
wawancara identifikasi manfaat penggunaan berjalan sesuai standar.
(wawancara pasien dan gelang identitas Saran yang disampaikan
dilakukan observasi pasien, dan 85% peneliti
kepada dokumen petugas belum diantaranya ialah untuk
manager serta sarana melaksanakan memperbesar dukungan
yang pendukung identifikasi secara pihak managemen
terlibat - intervensi, benar. Pelaksanaan terutama dalam
dalam meliputi identifikasi berdasar pemenuhan SDM,
pelaksanaan sosialisasi nama dan perubahan kebiasaan
identifikasi Kebijakan nomor kamar pasien. yang mendukung
pasien), Patient Walaupun program patient safety
dokumentas Safety, ronde sosialisasi, ronde oleh
i patient safety patient safety, petugas.
(dokumenta dan pemasangan poster
si dicari pemasangan identifikasi pasien
15
dari arsip poster telah di lakukan dan
yang ada di identifikasi semua dokumen
lembaga pasien tentang identifikasi
itu yang - penilaian pasien
berkaitan pasca telah lengkap.
dengan intervensi
kebijakan, menyebarkan
pedoman, kuesioner
prosedur kepada 60
identifkasi pasien rawat
pasien) dan inap,
FGD. observasi
Adapun petugas dalam
format melakukan
kuesioner identifikasi
maupun pasien dan
pengamatan observasi
pelaksanaan dokumen
program serta sarana
patient pendukung
safety - wawancara
disusun dengan
dengan manajer.
menggunak
16
an Skala
Guttman (
pengukuran
dengan tipe
ini
didapatkan
jawaban
yang tegas
yaitu “Ya-
Tidak”)
3. Tulus, Redesain Penelitian Populasi dalam Intervensi pada Penelitian dilakukan Kelebihan :
Hesty Sistem ini penelitian ini jurnal ini yaitu dalam empat tahapan 1. Penulisan pada
Tulus dan Identitas menggunak adalah instalasi dilakukan brainstorming. untuk jurnal sudah baik,
Halimi Pasien an terkait dengan sosialisasi dan menganalisis terdapatketerangan
Maksum sebagai pendekatan komite KPRS dan simulasi pada permasalahan tabel dan penjelasan
(2015) Implementasi kualitatif kelompok kerja perawat penggunaan gelang dari masing-masing
Patient Safety dengan akreditasi RS di pelaksana di sebagai metode tabelnya serta
di Rumah menggunak bagian Pokja SKP instalasi terkait untuk meningkatkan tampilan jurnal
Sakit an (Sasaran serta Dilakukan ketepatan identifikasi tertata dengan rapi.
braistromin Keselamatan pembuatan SPO dan solusinya. Hasil 2. Pada hasil
g secara Pasien). tentang menunjukkan bahwa penelitian,
bertahap Selanjutnya pemberian faktor kebijakan, pemaparan yang
dengan dilakukan gelang kejelasan batasan dijelaskan terperinci
tujuan sosialisasi dan identitas, dan penggunaan melalui langkah-
17
untuk simulasi pada pemasangan serta prosedur langkah dalam
mendapatka perawat pelaksana gelang penggunaan menjadi metode
n kesamaan di instalasi terkait identitas, akar permasalahan. btainstorming
persepsi di dengan peserta pemasangan Solusi dan simulasi
setiap yang perluasan tanda risiko dan penerapan prosedur Kekurangan :
komponen sosialisasi berikut pelepasan penggunaan gelang 1. Pemaparan
yang adalah tanya gelang identitas identitas dengan intervensi yang
terlibat jawab yang hadir dan tanda risiko berbagai kondisi dilakukan tidak
dalam 35 (tiga puluh pada pasien dipandang sebagai terperinci
pemasangan lima) orang dewasa, metode solusi yang 2. Tahun penulisan
gelang menyusun tepat untuk dalam kurun waktu
identitas. panduan meningkatkan >5 tahun terakhir
identitas pasien ketepatan sistem 3. Tidak adanya saran
identifikasi pasien. yang diberikan
untuk penelitian
lanjutan
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
D. Post Test (8 Februari 2023)
Untuk mengevaluasi seberapa efektif implementasi yang telah dilakukan
terkait identifikasi pasien dijalankan, maka disebar kembali kuesioner kepada
keluarga pasien. Hasil survei kuesioner tentang identifikasi keselamatan pasien di
Ruang Rawat Inap HCU Interne RSUP Dr. M. Djamil Padang, yang diisi oleh 18
orang keluarga pasien pada pertanyaan ke 4, didapatkan data bahwa 16 dari 18
keluarga pasien (88,9%) mengatakan bahwa pasien sudah diidentifikasi
menggunakan minimal 2 identitas. Pada pertanyaan ke 5, diketahui bahwa 13
dari 18 keluarga pasien (72,2%) mengatakan bahwa pasien sudah diidentifikasi
sebelum pemberian diet dengan menggunakan minimal 2 identitas. Untuk
pertanyaan ke 6, didapatkan data bahwa 12 dari 18 keluarga pasien (89,7%)
mengatakan bahwa pasien sudah diidentifikasi sebelum mengambil spesimen
(urine, feses, dahak) dengan menggunakan minimal 2 identitas. Dan pada
pertanyaan ke 8, didapatkan data bahwa 15 dari 18 keluarga pasien (83,3%)
mengatakan bahwa tenaga kesehatan sudah konsisten mengidentifikasi pasien
dalam kondisi seperti yang telah disebutkan diatas.
20
E.Evaluasi (9 Februari 2023)
Berdasarkan hasil kuesioner tersebut, dapat diketahui bahwa dari 5 elemen
identifikasi pasien yang paling bermasalah adalah indikator identifikasi pemberian diet
pada pasien dimana tingkat pencapaian mutunya saat dilakukan pretest adalah (66,3%),
dalam indikator ini semua tenaga kesehatan yang terlibat antara lain (perawat, dokter,
dokter muda, petugas labor, mahasiswa profesi, petugas post) yang berkaitan langsung
dengan pasien, setelah diberikan intervensi tampak adanya peningkatan yang signifikan
penerapan identifikasi pasien oleh para tenaga kesehatan setelah diberikannya sosialisasi
pentingnya identifikasi pasien guna menjaga keselamatan pasien. Sebelum diberikan
sosialisasi diketahui bahwa dari beberapa pertanyaan didapatkan rata – rata pencapaian
identifikasi dalam berbagai tindakan dengan identifikasi minimal 2 identitas yaitu <80%.
Setelah diberikan sosialisasi terjadi peningkatan hingga mencapai 88,9% dalam
penerapan identifikasi pasien dengan minimal 2 identitas oleh tenaga
kesehatan.Kejadian insiden kesalahan identifikasi pasien tidak akan terjadi jika
petugas melakukan proses identifikasi pasien secara baik dan benar sesuai program
sasaran keselamatanpasien di unit rawat inap salah satunya adalah ketepatan
identifikasi pasien yangmerupakan awal dari program keselamatan pasien itu sendiri
(Dewi, 2019).Proses identifikasi yang digunakan di rumah sakit mengharuskan
terdapat palingsedikit dua 2 dari 4 bentuk identifikasi, yaitu nama pasien, tanggal
lahir, nomor rekammedis,dan nomor induk kewarganegaraan (NIK). Nomor kamar
pasien tidak dapatdigunakan untuk identifikasi pasien. Dua bentuk identifikasi
digunakan di semua layanan rumah sakit seperti di rawat jalan, rawat inap, unit
darurat, kamar operasi, unitlayanan diagnostik, dan lainnya (SNARS Edisi 1.1 2019).
21
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan keluarga pasien yang
telah dilakukan di Ruang Rawat Inap HCU Interne didapatkan kesimpulan bahwa
1. Mengidentifikasi masalah indikator mutu keperawatan
Masalah indikator mutu keperawatan di RuangRawat Inap HCU Interne
yaitu, belum optimalnya mengidentifikasi pasien sebelum melakukan tindakan
pada pasien. Hal tersebut dapat terlhat pada tindakan seperti sebelum
pemberian obat, diet atau produk darah, belum optimalnya pelaksanaan proses
identifikasi oleh tenaga kesehatan pada pasien sebelum memberikan
tindakan/prosedur dan transfer pada pasien, belum optimalnya pelaksanaan
proses identifikasi oleh petugas pada pasien sebelum mengambil
darah/spesimen lain (urine, feses, sputum/dahak) untuk uji klinis
2. Merencanakan alternatif penyelesaian masalah indikator mutu keperawatan
Meliputi belum optimalnya mengidentifikasi pasien sebelum melakukan
tindakan pada pasien diantaranya Man: kurangnya motivasi perawat dalam
melaksanakan identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan, Material:
tidak adanya lembar identifikasi pasien yang harus diisi oleh perawat sebelum
melakukan tindakan, Manajemen: kurangnya supervisi/pemantauan terhadap
pelaksanaan identifikasi pasien dan Method: sudah adanya SOP identifikasi
pasien namun masih kurangnya implementasi perawat terhadap SOP
identifikasi pasien
3. Melakukan implementasi pre dan post edukasi pelaksanaan mengidentifikasi
pasien sebelum melakukan tindakan pada pasien
Setelah dilakukan implementasi secara pre dan post test berupa sosialisasi
pentingnya identifikasi pasien dengan poster 5 elemen identifikasi pasien
didapatkan data pre-test untuk menilai seberapa optimal identifikasi
keselamatan pasien di ruangan HCU interne, sebagai berikut : belum
22
optimalnya pelaksanaan identifikasi pasien dengan menggunakan minimal
dua identitas (Nama/tanggal lahir/No. MR/NIK)* (77,7%), belum optimalnya
pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian obat, diet atau produk
darah* (66,6%), belum optimalnya pelaksanaan identifikasi pasien sebelum
mengambil darah dan spesimen (urine, feses, dahak) untuk uji klinis.* (80%)
dan belum optimalnya konsistensi tenaga kesehatan dalam mengidentifikasi
pasien pada kondisi sudah disebutkan diatas (73,3%)
Untuk mengevaluasi seberapa efektif implementasi yang telah dilakukan
terkait identifikasi pasien yang dijalankan, maka dilakukan implementasi
post-test dengan data sebagai berikut: pada pertanyaan ke 4, didapatkan data
keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah diidentifikasi menggunakan
minimal 2 identitas (88,9%), pada pertanyaan ke 5 didapatkan keluarga
mengatakan bahwa pasien sudah diidentifikasi sebelum pemberian diet
dengan menggunakan minimal 2 identitas (77,2 %), pertanyaan ke 6,
didapatkan data bahwa keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah
diidentifikasi sebelum mengambil spesimen (urine, feses, dahak) dengan
menggunakan minimal 2 identitas (89,7%) dan pada pertanyaan ke 8,
didapatkan data keluarga pasien mengatakan bahwa tenaga kesehatan sudah
konsisten mengidentifikasi pasien dalam kondisi seperti yang telah disebutkan
diatas (83,3%).
4. Melakukan evaluasi pelaksanaan mengidentifikasi pasien sebelum melakukan
tindakan pada pasien
Setelah implementasi dilakukan maka evaluasi dalam pelaksanaan
mengidentifikasi pasien dapat diketahui bahwa adanya peningkatan penerapan
identifikasi pasien oleh para tenaga kesehatan setelah diberikannya sosialisasi
pentingnya identifikasi pasien guna menjaga keselamatan pasien. Sebelum
diberikan sosialisasi diketahui bahwa dari beberapa pertanyaan didapatkan
rata – rata pencapaian identifikasi dalam berbagai tindakan dengan identifikasi
minimal 2 identitas yaitu <80%. Setelah diberikan sosialisasi terjadi
23
peningkatan hingga mencapai 88,9% dalam penerapan identifikasi pasien
dengan minimal 2 identitas oleh tenaga kesehatan
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat konsisten mempertahankan penerapan
proses identifikasi pasien dengan minimal 2 identitas (Nama/No. MR/tanggal
lahir/NIK) di Ruang Rawat Inap HCU Interne RSUP Dr. M. Djamil Padang.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat mengoptimalkan kualitas
manajemen pelayanan dan indikator mutu keperawatan dengan melakukan
identifikasi pasien dengan minimal 2 identitasdi RuangRawat Inap HCU
Interne RSUP Dr. M. Djamil Padang.
3. Bagi Pasien
Diharapkan penerapan pengidentifikasian pasien dapat mencegah
terjadinya kejadian yang tidak diharapkan dan meningkatkan keselamatan
pada pasien di Ruang Rawat Inap HCU Interne RSUP Dr. M. Djamil Padang.
4. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menambah pengetahuan terkait indikator mutu
keperawatan di ruang rawat dan dapat memenuhi tugas praktek keperawatan
manajemenkeperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
24
DAFTAR PUSTAKA
Aeni, Wiwin Nur, Alvian Pristy Windiramadhan, and Amalia Rizqi Sholihah. 2019.
“Implementasi Identifikasi Pasien Oleh Perawat Di Salah Satu Rumah Sakit Di
Indonesia Belum Optimal.” The Indonesia Journal Of Health Science 11(2): 128–36.
Chinta, Guesthi Lunes Mutiara, Antono Suryoputro, and Sutopo Patria Jati. 2016.
“Analisis Pelaksanaa Identifikasi Pasien Dalam Rangka Keselamatan Pasien Di Unit
Rawat Inao Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi.” Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal) 4: 43–48.
25
LAMPIRAN 1
FOTO KEGIATAN
26
LAMPIRAN 2
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Jawaban
Ya Kadang - Tidak
No Pertanyaan kadang
1. Apakah gelang identitas sesuai dengan
identitas pasien?
2. Apakah pasien/keluarga mengerti tujuan
penggunaan gelang identitas?
3. Apakah perawat menjelaskan fungsi/tujuan
penggunaan gelang identitas?
4. Apakah pasien diidentifikasi dengan
menggunakan minimal dua identitas pasien
(nama/tanggal lahir/No MR/NIK) ?*
5. Apakah pasien ditanya nama/tanggal lahir/No
MR/NIK sebelum pemberian obat, diet atau
produk darah (minimal 2 identitas) ?*
6. Apakah pasien ditanya nama dan umur/tanggal
lahir/alamat sebelum mengambil darah dan
spesimen (urine, feses, dahak) untuk uji klinis
(minimal 2 identitas) ?*
7. Apakah pasien ditanya nama dan umur/tanggal
lahir/alamat sebelum tindakan/prosedur dan
transfer pasien (minimal 2 identitas) ?*
8. Apakah tenaga kesehatan konsisten dalam
melakukan identifikasi pasien dalam kondisi
seperti diatas?
Ket: *kondisi yang disebutkan diatas
27
LAMPIRAN 3
28