Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Riyastoro
Rovi Fibhyanisfha
Shinta Utami
Singgih Aris R
Siti Fatimah
Siti Khotimah
Siti Normala
Sri Setyaningsih
Tanti Kusumastuti
Umi Octaviana
(P-13.045)
(P-13.046)
(P-13.048)
(P-13.049)
(P-13.050)
(P-13.051)
(P-13.052)
(P-13.053)
(P-13.054)
(P-13.055)
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Wahyu Kasipah
(P-13.056)
Widya Nur A.
(P-13.057)
Woro Louh Siwi
(P-13.058)
Yayuk Verawati
(P-13.059)
Yesi Nugrahani P.P
(P-13.060)
Yunita Diyan N. (P-13.061)
Yunita Tresnandari
(P-13.062)
Zulkarnaen P.
(P-13.064)
Ayu Srikandini
(P-12.011)
3.
4.
5.
6.
Hipertonik (wahyu)
Hematokrit (woro)
Bilirubin (siti fatimah)
Ikterik (rovi)
TAHAP 2
1. Mengapa kadar bilirubin diatas normal mempengaruhi opsitotonus?
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
(woro)
Apa saja tanda dann gejala padda kasus tersebut? (singgih)
Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut? (widya)
Diagnosa apa saja yang muncul pada kasus tersebut? (yunita diyan)
Pengkajian apa saja yang dilakukan pada kasus tersebut? (tanti k)
Apa penyebab hiperbilirubin? (riyas)
Apa penyebab sklera ikterik pada bayi? (siti normala)
Mengapa kulit wajah, dada, ekstremitas bayi menjadi kuning? (yunita t)
Apakah BBL kurang dari batas normal mempengaruhi kadar bilirubin?
(yayuk)
10. Apa yang terjadi bila reflek hisap lemah mempengaruhi kadar bilirubin?
(yesi)
11. Hubungan
kelahiran
preterm
dengan
neonatus
yang
mengalami
hiperbilirubin?
12. Apakah neonatus dengan hiperbilirubin bisa diberikan imunisasi?
13. Apakah neonatus dengan hiperbilirubin mempengaruhi kemampuan reflek
hisap lemah?
TAHAP 3
Tahap 1
1. Pergerakan ekstremitas melemah. (tanti)
2. Lemah (yunita t) ; tidak sadar (sri s)
3. Tekanan osmotik meningkat (siti khotimah)
4. Perbandingan sel darah merah terhadap
volume
darah
(siti normala)
5. Pigmen warna kuning saat terjadi pemecahan sel darah merah. (yesi)
6. Warna kuning (shinta) ; pucat (woro)
Tahap 2
TAHAP 4
TAHAP 5
1.
2.
3.
4.
TAHAP 6
1. Konsep Hiperbilirubin
a. Definisi
Hiperbilirubinemia merujuk pada tingginya kadar bilirubin yang
terakumulasi dalam darah dan ditandai dengan ikterus (pewarnaan
pada kulit, sklera, dan kuku). (Wim de Jong et al. 2005)
b. Etiologi
Penyebab ikterus pada neonatus diantaranya:
1. Peningkatan sirkulasi enterohepatik.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan
atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.
3. Gangguan fungsi hati oleh mikroorganisme atau toksin.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra hepatik.
(Amin dan Hardi, 2013)
c. Manifestasi Klinis
Pengamatan dan penelitian RSCM Jakarta (Hasan,R. Et.al.1997)
menunjukkan bahwa dianggap hiperbilirubin jika:
1. Ikterus terjadi 24 jam pertama
2. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5% atau lebih setiap 24 jam
3. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pad neonatus kurang
bulan dan 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan
4. Ikterus yang disertai dengan proses hemolisis (inkompatibilitas
darah, defisiensi enzim G-6-PD dan sepsis)
5. Keadaan umum :
- Berat lahir kurang dari 2000 gr
- Masa gestasi kurang dari 36 minggu
- Asfiksia, hipoksia, sindron gangguan pernapasan
- Infeksi
- Trauma lahir pada kepala
- Hipoglikemia, hiperkarbia, hiperosmolalitas darah
Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer
Daerah
1
2
3
4
5
Luas Ikterus
Kepala dan leher
Daerah 1 + badan bagian atas
Daerah 1,2 + badan bagian bawah dan tungkai
Daerah 1,2,3 + lengan dan kaki di bawah lutut
Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki
d. Komplikasi
1. Retardasi mental : kerusakan neurologist
2. Gangguan pendengaran dan penglihatan
3. Kematian
Kadar Bilirubin
5 mg %
9 mg %
11 mg %
12 mg%
16 mg %
4. Kernikterus
(Amin dan Hardi, 2013)
e. Pentalaksanaan
1. Medis
- Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan Radiology
- Ultrasonografi
- Biopsy Hati
- Fototerapi
- Transfusi Pengganti dan Infus Albumin
2. Keperawatan
- Mengajarkan orang tua cara merawat bayi agar tidak terjadi
-
yang terjadi karena trauma/ infeksi. (Lia Dewi, Vivian Nanny, 2010.
Asuhan Neonatus Bayi dan Anak balita. Jakarta : Salemba Medika)
b. Pathway
Hemoglobin
Hema
Globin
Bilivirdin
Feco
Indikasi Fototerapi
Kekurangan volume
cairan tubuh
3. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Aktivitas
Letargis, Malas
2. Eliminasi
Bising usus hipoaktif, Feses lunak kehijauan, Urin pekat/hitam
kecoklatan
3. Makanan/Cairan
Riwayat makan buruk (ASI), Palpasi abdomen dapat mennjukkan
pembesaran limfa
4. Neurosensori
Opitotonus dengan kekakuan lengkung punggung, Fontanel
menonjol, Kehilangan reflek moro, Sefalohematoma besar
5. Pernafasan
Riwayat asfiksia, edema pleural, hemoraghi pulmonal
6. Keamanan
Riwayat sepsis neonatus, Tampak ikterik pada wajah dan bagian
tubuh lainnya.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kelemahan
menyusu.
2. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan proses
fototerapi.
Intervensi
memenuhi
kebutuhan
cairan
dan
nutrisi.
Intervensi
Intervensi
terapi.
Intervensi
a.
Rubah
posisi
b.
Gunakan
bayi
pelindung
dengan
dan
sering
pengalas
selama
terapi.
yang
lembut.
semua
otot
yang
berlawanan,
semuanya
(kamuskesehatan.com/arti/ikterus, 2015)
Tahap 2
1. Menurut Marmi (2012) dan Maryunani (2009), tanda dan
gejala ikterik diantaranya :
a. Sclera, puncak hidung,
mult,
dada,
perut
dan
positif
dari
test
coombs
direk
darah
lengkap
hemoglobin
berhubungan
dengan
dengan
efek
fototherapi.
g. Risiko tinggi trauma berhubungan dengan tranfusi
tukar.
(http://respiratory.usu.ac.id, 2010)
4. Pengkajian
antenatal
care
yang
baik.
4. Pemeriksaan fisik.
a. Keadaan umum lemah, Ttv tidak stabil terutama
suhu tubuh (hipo /hipertemi).
b. Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun,
pemeriksaan tonus otot (kejang /tremor).
c. Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit
tampak kuning dan mengelupas (skin resh)
bronze bayi syndrome, sclera mara kuning
clearance
mempertahankan
keseimbangan
pada
bilirubin
enterohepatik
meningkat
dan
neonatus.
(http://eprints.undip.ac.id,
2013)
10. Bayi yang diberikan ASI memiliki kadar bilirubin serum
yang lebih dibanding bayi yang diberikan susu formula. Hal
tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain; frekuensi menyusu yang tidak adekuat, kehilangan
berat badan/dehidrasi.
11. Setelah bayi lahir, terjadi perpindahan cairan dari
intraseluler menuju ekstraseluler. Peningkatan cairan di
ekstraseluler pada ginjal neonates menyebabkan diuresis
garam dan air dalam 48-72 jam pertama. Pengeluaran
cairan
ekstraseluler
yang
berlebihan
menyebabkan
dapat
hingga
15%.
Gangguan
yang
dengan
penyakit
seperti
paten
ductus
manejemen
TAHAP 7
Kasus
Seorang bayi laki-laki usia 4 hari dirawat di ruang HCU (High Care Unit) RS
Husada. Berat badan lahir 1700 gram dengan usia kehamilan 35 minggu. Kulit
pada wajah, dada, dan ekstremitas (telapak kaki dan tangan) kuning. Sclera
ikterik, letargi, reflek hisap lemah, hipertonik, opistotonus. Hasil pemeriksaan
kadar bilirubin 16 mg/dl, Hemoglobin 16,8 mg%, Hematokrit 47%, Leukosit
15.103 mg/dl, dan trombosit 250.103.
ASUHAN KEPERAWATAN
Metode pengkajian
I.
BOIDATA
a. Identitas klien
Nama
: By. L
Umur
: 4 Hari
Diagnosa Medis
: Hiperbilirubin
Dokter
: dr. Yulidar
b. Identitas penanggungjawab
II.
Nama
: Ny. S
Umur
: 33 Tahun
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Jaya Wijaya
Hubungan Klien
: Ibu
RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan utama
Ibu mengatakan anaknya kulit pada wajah, dada dan ekstermitas
(telapak kaki dan tangan) kuning.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi lahir dengan normal di RS. Husada berat badan lahir 1.700
gram. Dibawa ke ruang HCU pada tanggal 23 Mei 2015 jam 19.21
mengatakan
klien
susah
menyusu,
dan
menghisapnya lemah.
b. Pola aktifitas
Kemampuan Perawatan Diri
Makan / Minum
Toileting
Berpakaian
Ambulasi / ROM
Keterangan:
0 : Mandiri
1 : Dibantu alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu Orang lain dan alat
4 : Tergantung total
IV.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
Kesadaran
b. Muka
Mata
: Delirium
reflek
Sklera
: Ikterik
c. Abdomen
Palpasi
d. Genetalia
Klien berjenis kelamin laki- laki
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan
Satuan
Hasil
Hemoglobin
Mg%
16
Lekosit
Mg/dl
15.103
Kadar bilirubin
Mg/dl
16
Hematokrit
47
Trombosit
/mm3
250.103
VI.
Keterangan
ANALISA DATA
Tanggal/
Data fokus
Masalah
Etiologi
Ttd
jam
Sabtu, 23 Ds
Ibu
mengatakan Ketidaksei
Mei
2015
hisap lemah.
Do :
Sklera ikterik
Letargi
Berat
badan
Faktor
Kel. 3
biologis
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
lahir tubuh
Minggu,
24
integritas
kulit
Perubahan
pigmentasi
Kel. 3
Opistotonus
Kadar bilirubin 16 g/dl
Prioritas Diagnisa :
VII.
No
Dx
1
biologis
Kerusakan integritas kulit b.d perubahan pigmentasi
RENCANA KEPERAWATAN
Hari /
Tujuan dan
Tgl /
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Ttd
Jam
Sabtu,
O : Monitor
Setelah
Kel. 3
Untuk
23 Mei dilakukan
pertumbuhan
mengetahui
2015
tindakan
dan
perkembangan
keperawatan
perkembangan
setelah
selama
1x24
jam
dilakukan
N : Anjurkan
ketidakseimban
keluarga untuk
gan
meningkatkan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
protein
dan
vitamin C
keperawatan
Untuk
membantu
memenuhi
pencapaian
klien
berat
terpenuhi
dengan
tindakan
kriteria
kritria
hasil :
Adanya
peningkata
sesuai
Berikan
pengertian
pada keluarga
diinginkan
yang
berat
klien
tentang
badan
status
nutrisi
sesuai
klien
memberikan
pengetahuan
dengan
tujuan
Berat
badan ideal
sesuai
dengan
tinggi
badan
Menunjukk
an
peningkata
n
fungsi
pengecapan
dari
menelan
Tidak
terjadi
penurunan
berat badan
yang bearti
Untuk
tentang asupan
C: Kolaborasi
dengan
gizi
ahli
jumlah
kalori
dan
nutrisi
yang
dibutuhkan
sesuai
dengan kondisi
untuk
menentukan
pasien
nutrisi
pasien
Untuk
memenuhi
peningkatan
berat
pada bayi
badan
O : Observasi
Minggu Setelah
Kel. 3
Dengan
24 Mei dilakukan
pemberian
mengobservasi
2014
tindakan
cahaya sesuai
pemberian
keperawatan
dengan
cahaya
selama
kebutuhan dan
dengan
kondisi klien
kebutuhan
jam
1x24
kerusakan
integritas
klien
kulit
sesuai
dapat
teratasi
mengetahui
dengan kriteris
dan
hasil:
Integritas
penurunan
kulit
yang
baik
bisa
kadar bilirubin
serta
sejauhmana
dipertahank
klien
an (sensasi,
mengalami
elastisitas,
injury.
temperatur,
hidrasi,
pigmentasi)
Pencahayaa
n
cukup
sesuai
dengan
menilai
mengetahui
N: Cek intake
dan
Untuk
tingkat
output
perkembangan
selama
klien
penyinaran
dan
sejauhmana
kebutuhan
Kadar
terjadinya
dehidrasi
bilirubin
berkurang
Tubuh klien
tidak
berwarna
kuning lagi
E:
Berikan
edukasi
pada
keluarga klien
Untuk
pengetahuan
kepada
keluarga
tentang
klien
tentang
pentingnya
pemberian
penyinaran
pencahayaan
yang cukup
yang
cukup
sesuai
kebutuhan
klien
C: Kolaborasi
dengan
tindakan
selanjutnya
therapy
sesuai
tentang
keadaan umum
therapy
menentukan
therapy
petugas
klien
Untuk
setelah
klien
keadan