KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a.Latar belakang............................................................................................................... 2
b.Tujuan Penulisan........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ..................................................................................... 3
B. Tujuan bedah Jantung ..................................................................................... 3
C. Etiologi ............................................................................................................. 4
D. Indikasi Bedah ................................................................................................. 4
E. Macam-macam Bedah jantung ......................................................................... 4
F. Penatalaksanaan Bedah Jantntung ......................................................................... 6
G. Diagnosis Penderita Penyakit Jantung ............................................................. 6
H. Toleransi dan perkiraan resiko operasi ............................................................. 7
I. Waktu Terbaik (Timing) Untuk Operasi ............................................................. 8
J. Persiapan penderita prabedah ........................................................................ 10
K. Persiapan darah untuk operasi. ........................................................................ 11
L. Perawatan pasca bedah ........................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai pada akhir abad ke -19 bedah jantung masih tabu bagi para ahli bedah,karena
jantung merupakan organ sumber kehidupan yang dianggap suci. Meskipun demikian,
pelajaran anatomi jantung sudah dirintis melalui karya seorang seniman terkenal.
Perkembangan bedah toraks yang dirintis oleh para ahli bedah telah membuka jalan
untuk berkembangnya bedah jantung. Bedah jantung pada bayi yang sianotik sejak lahir
karena adanya penyakit jantung bawaan dilakukan pertama kali di Amerika Serikat,oleh ahli
bedah Alfred Blalock yang disebut dengan bedah Blalock-Tausag yang merupakan tindakan
bedah jantung baku yang sampai sekarang masih dikerjakan.
Kelainan katup aorta ditangani pada tahun1939 dengan memasang katup bola dari bahan
plastic pada aorta desendens dengan cara memperbaiki kelainan jantung tanpa menghentikan
denyut jantung disebut bedah jantung tertutup bedah ini termasuk bedah pemasangan alat
jantung yaitu sebuah baterai alat elektronik pengahasil pulsa yang diatur oleh rangkaian
listrik dan computer.
Perkembangan bedah jantung yang pesat terjadi di abad millennium ketiga,sperti
pengobatan infrak miokard dengan terapi gen,operasi jantung invasive minimal dengan insisi
mini dan memakai alat bantu teropong telelensa atau operasi jantung pintas koroner off-pump
tanpa mengehentikan denyut jantung,operasi jantung dengan robot beserta perlengkapan
computer super canggih.
1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah tentang bedah jantung.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bedah jantung adalah Usaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi
kelainan anatomi atau fungsi jantung.Bedah jantung juga merupakan semua tindak
pengobatan yang menggunakan cara infasifdengan cara membuka atau menampilakan bagian
tubuh yang akan ditangani.Misalnya jantung. Umumnya pembukaan bagian tubuh ini dengan
membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak
perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.
C. Etiologi
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung.masalah jantung
dibagi menjadi:
a) kelainan bawaan yang biasanya diakibatkan oleh faktor lingkungan intreuterin
b) Kelainan dapatan misal perikarditis
c) Trauma jantung
D. Indikasi Bedah
a) “Left to rigth shunt” sama atau lebih dari 1,5 (aliran paru dibandingkan aliran ke sistemik ³
1,5)
b) “Cyanotic heart disease “.
c) Kelainan anatomi pembuluh darah besar dan koroner
d) Stenosis katub yang berat (symtomatik).
e) Regurgitasi katub yang berat (symtomatik)
f) Angina pektoris kelas III dan IV menurut Canadian Cardiology Society (CCS)
g) “Unstable angina pectoris”.
h) Aneurisma dinding ventrikel kiri akibat suatu infark miokardium akut.
i) Komplikasi akibat infark miokardium akut seperti VSD dan mitral regurgitasi yang berat
karena ruptur otot papilaris.
j) “Arrhytmia” jantung misalnya WPW syndrom.
k) Endokarditis/infeksi katub jantung.
l) Tumor dalam rongga jantung yang menyebabkan obstruksi pada katub misalnya myxoma.
m) Trauma jantung dengan tamponade atau perdarahan.
2. Ditujukan untuk
Bagi pasien yang pengobatan dan perubahan gaya hidupnya tidak berhasil mengurangi efek
penyumbatan pembuluh darah, atau jika pasien mengalami nyeri dada, sesak napas, atau
fungsi jantung semakin memburuk, meskipun telah dilakukan penanganan medis yang
optimal. Pelebaran (dilasi) pembuluh darah yang tersumbat, prosedur ini dapat membantu
mencegah komplikasi aterosklerosis. PTCA biasanya dikombinasikan dengan pemasangan
stem di dalam pembuluh darah yang tersumbat untuk membuka dan mengurangi
kemungkinan tersumbat kembali. Bagi pasien yang pembuluh darah koronernya tidak sesuai
untuk angioplasti, pilihan pengobatan alernatif adalah operasi coronary artery bypass grafting
alau terapi pengobatan yang berkelanjutan.
3. Sayatan Operasi
a. Mid Sternotomi
Posisi klien terlentang, kepala ekstensi dan daerah vertebra antara skapula kanan dan kiri
diganjal secukupnya sehingga insisi cukup leluasa. Harus diperhatikan dalam setiap posisi :
1) Seluruh daerah yang mengalami tekananan harus dilindungi dengan bantal atau karet busa
misalnya kepala, daerah sakrum dan tumit. Tidak boleh ada barang-barang logam yang keras,
kontak langsung dengan penderita sehingga dapat terjadi dekubitus.
2) Pemasangan “lead EKG “, kateter urin, slang infus tidak boleh “kinking” dan melewati
bawah kulit klien sehingga menimbulkan bekas.
3) Pemasangan “plate kauterisasi” pada otot pinggul dan hati-hati terhadap N. ischiadicus yang
berjalan di daerah sakrum dan penderita harus dihubungkan dengan kabel yang ke bumi.
4) Posisi penderita harus difiksasi dengan stabil sehingga tidak mudah meluncur kalau meja
operasi diputar atau tidak bergerak kalu dilakukan shock listrik.
Insisi kulit pada daerah median mulai dari atas suprasternal notch vertikal sampai 3 cm
di bawah prosesus xyphoideus dengan pisau No. 24 bila klien dewasa, untuk bayi dan anak-
anak dengan pisau No. 15. Hemostasis dengan kauterisasi fasia sampai ligamen subra sternal
dipotong, begitu juga prosesus xyphoideus ibelah dengan gunting kasar. Hemostasis dari
vena yang melintang di atas prosesus xyphoideus harus baik. Tulang sternum dibelah dengan
gergaji listrik biasanya dari arah prosesus xypoideus ke atas dan saat itu paru-paru
dikolapskan beberapa detik untuk menghindari terbukanya pleura.Hemastasis pinggir
sternum dengan kauter dan bila perlu gunakan bone wak.Selanjutnya sisa-sisa kelenjar timus,
didiseksi sampai vena inominata kelihatan bebas. Perikardium dibuka di tengah atau agak ke
kanan apabila akan digunakan untuk “patch” dan dilebarkan sedikit kearah lateral dibagian
proksimal dan diafragma. Perikardium difixir ke pinggir luka sehingga jantung agak
terangkat.Apabila prosedur utama telah selesai dan dinding dada akan ditutup maka harus
diyakini benar bahwa hemostasis terhadap semua bekas insisi dan jahitan telah aman,
perikardium kalau perlu tidak usah ditutup rapat, dipasang drain untuk mengeluarkan sisa
darah, sternum diikat dengan kawat. Harus diingat saat menutup sternum apakah ada
pengaruh terhadap tekanan darah terutama kalau tekanan darah turun. Jahitan kulit
subkutikuler/kutikuler dengan dexon.
b. Torakotomi posterolateral
Sayatan ini biasanya untuk klien koarktasio aorta, PDA, shunt atau aneurisma aorta desenden.
Posisi klien miring ke kanan dengan syarat-syarat seperti di atas. Insisi kulit mulai dari garis
aksila tengah ke posterior kira-kira 2 cm di bawah angulus inferior skapula dan prosesus
spinosus vertebra. Kulit, subkutis, otot latisimus dorsi dipotong dengan hemostasis yang baik
dengan kauter dan otot seratus anterios hanya dibelah dan dipotong pada insertionya. Rongga
toraks dibuka pada sela iga ke 4 dengan diseksi di bagian atas iga ke V untuk menghindari
pembuluh darah. Setelah selesai rongga toraks ditutup dengan mengikat iga dengan jahitan
absorbable dan selanjutnya otot diapraksimasi kembali seperti aslinya dan kulit dijahit
subkutikuler.
c. Torakotomi Anterolateral
Posisi penderita terlentang dan bagian kiri diganjal sedikit sehingga lebih tinggi / miring 45 °.
Insisi pada sela iga ke V. Pendekatan ini untuk emergensi karena luka tusuk jantung dengan
tamponade atau hanya perikardiotomi banding pulmonalis.
b. Fisioterapi dada.
Untuk melatih dan meningkatkan fungsi paru selama di ICU dan untuk mengajarkan
bagaimana caranya mengeluarkan sputum setelah operasi untuk mencegah retensi sputum.
Bila penderita diketahui menderita asthma dan penyakit paru obstruktif menahun (PPOM)
maka fisioterapi harus lebih intensif dikerjakan dan kadang-kadang spirometri juga
membantu untuk melihat kelainan yang dihadapi. Bila perlu konsultasi ke dokter ahli paru
untuk problem yang dihadapi.
c. Perawatan sebelum operasi.
Saat ini perawatan sebelum operasi dengan persiapan yang matang dari poliklinik maka
perawatan sebelum operasi dapat diperpendek misalnya 1 - 2 hari sebelum operasi. Hal ini
untuk mempersiapkan mental klien dan juga supaya tidak bosan di Rumah Sakit.
b) EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar jantung dan adanya
kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG
lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila
ada perubahan irama dasar jantung yang membahayakan.
c) Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan malahan diberikan sedasi
sebelum ditransper ke ICU. Sampai di ICU segera respirator dipasang dan dilihat :
a. Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.
b. Tidak volume dan minut volume, RR, Fi O 2, PEEP.
c. Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya normal, kehijauan, kental
atau berbusa kemerahan sebagai tanda edema paru ; bila perlu dibuat kultur.
d) Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih diberikan obat-obatan
sedatif pelumpuh otot. Bila penderita mulai bangun maka disuruh menggerakkan ke 4
ektremitasnya.
e) Sistem ginjal
Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat hemolisis dan lain-
lain. Pemerikasaan ureum / kreatinin bila fasilitas memungkinkan harus dikerjakan.
f) Gula darah
Bila penderita adalah dabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6 jam dan bila tinggi
mungkin memerlukan infus insulin.
g) Laboratorium :
Setelah sampai di ICU perlu diperiksa :
HB, HT, trombosit.
ACT.
Analisa gas darah.
LFT / Albumin.
Ureum, kreatinin, gula darah.
Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.
h) Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana mungkin bisa diketahui.
Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi
dikerjakan tiap ½ jam. Atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc untuk
penderita dewasa tiap jam dianggap sebagai perdarahan pasca bedah dan muingkin
memerlukan retorakotomi untuk menghentikan perdarahan.
i) Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk melihat ke CVP,
Kateter Swan Ganz. Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan dengan problem yang
dihadapi seperti komplikasi yang dijumpai. Umumnya bila fungsi jantung normal,
penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam
setelah pasca bedah.
j) Fisioterapi.
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan ventilator. Bila
sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi,
postural drinase).
2. Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.
Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua organ terus
dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca bedah. Umumnya
pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT,
Enzim CK dan CKMB.
Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :
a. Elektrolit thrombosis
b. Ureum
c. Gula darah.
d. Thoraks foto
e. EKG 12 lead
f. Hari ke 4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.
g. Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.
h. Hari ke 6 - 10 pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.
i. Obat - obatan : Biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu batuk akan
mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti diabet, dan vitamin
harus sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan untuk mengeluarkan
sputum yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.
j. Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan
dan bengkak pada luka apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka harus
dibuka jahitannya sehuingga nanah yang ada bisa bebas keluar. Kadang-kadang perlu di
kompres dengan antiseptik supaya nanah cepat kering. Bila luka sembuh dengan baik jahitan
sudah dapat di buka pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk klien yang
gemuk, diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama untuk mencegah luka
terbuka.
k. Fisioterapi, setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan untuk mencegah
retensi sputum yang akan menyebabkan problem pernapasan. Mobilisasi di ruangan mulai
dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan disekitar tempat tidur, berjalan
ke kamar mandi, dan keluar dari ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh
perawat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung. Prosedur yang
sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi arteri koroner danperbaikan
penggantian katup jantung yang rusak. Banyak prosedur bedah jantung bisa dijalankan karena
adanya pintasan jantung-paru (sirkulasi ekstrakorponeal). Prosedur ini merupakan alat
mekanis untuk sirkulasi dan oksigenasi darah untuk seluruh tubuh pada saat “memintas”
jantung dan paru. Mesin jantung-panu memungkinkan dicapainya medan openasi yang bebas
darah Sementara perfusi tetap dapat dipertahankan untuk jaringan dan organ lain di tubuh.
Pintasan jantung-paru dilakukan dengan memasang kanula di atrium kanan, vena kava, atau
vena femoralis untuk mengeringkan darah dari tubuh. Perkembangan jantung buatan terus
berlanjut untuk memperbaiki daya tahan hidup dan mengurangi morbiditas. Institut Jantung,
Paru, dan Darah Nasional.Tujuan keseluruhan pemasangan transplantasi jantung adalah untuk
memberi kualitas hidup yang tinggi bagi pasien yaitu bebas dan pemasangan jalur
perkutaneus. Alat mi dijalankan menggunakan sistem transmisi energi listrik transkutaneus
(transcutaneous electrical energy transmission systems, TEETS) dengan baterai portabel.
Eksisi bedah dilakukan hanya untuk mencegah obstruksi ruang jantung atau katup.
Pintasan jantung-paru digunakan. kecuali pada tumor epikardial, yang dapat dieksisi tanpa
memasuki jantung dan tanpa menghentikan denyutan jantung.
DAFTAR PUSTAKA