Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah
visinya dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera menjadi visi
untuk mewujudkan keluarga berkualitas. Berdasarkan visi tersebut, program
keluarga berencana nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya
meningkatkan kualitas penduduk. Dalam kontribusi tersebut Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah mewujudkan
keberhasilannya selain berhasil menurunkan angka kelahiran dan
pertumbuhan penduduk, dan yang terpenting adalah mengubah sikap dasar
perilaku masyarakat dalam upaya membangun keluarga yang berkualitas.
Sebagai salah satu bukti keberhasilan program tersebut. Antara lain
dapat diamati dari semakin meningkatnya angka pemakaian kontrasepsi.
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (2007) memperlihatkan proporsi
peserta KB yang terbanyak adalah suntik (21,1%), pil (19,4%), AKDR
(18,1%), Norplan (16%), Sterilisasi wanita (3%), Kondom (0,7%), Sterilisasi
pria (0,4%), dan sisanya merupakan peserta KB tradisional yang masing-
masing menggunakan cara tradisional seperti pantang berkala maupun
bersenggama terputus.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa AKDR / IUD berada diposisi
ketiga. Sedangkan dalam program BKKBN memberikan penekanan pada
kontasepsi AKDR terutama adalah CuT380 A yang menjadi primadona
BKKBN. Namun begitu tidak semua klien berminat terhadap alat kontrasepsi
AKDR dikarenakan berbagai alasan yang berbeda-beda seperti takut efek
samping, takut proses pemasangan , dilarang oleh suami, dan kurang
mengetahui tentang KB AKDR. Maka dari itu penulis ingin mencoba

1
membahas makalah dengan judul “Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/
Intrauterine Device (IUD)”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari IUD/AKDR?
2. Apa saja jenis-jenis dari IUD/AKDR?
3. Bagaimana mekanisme kerja IUD/AKDR?
4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pemakaian IUD/AKDR?
5. Apa saja keuntungan dan kerugian memakai metode IUD/AKDR?
6. Apa efek samping dari pemakaian IUD/AKDR?
7. Bagaimana pemasangan AKDR/IUD?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang IUD/AKDR.
2. Mengetahui jenis-jenis dari IUD/AKDR.
3. Mengetahui tentang mekanisme kerja IUD/AKDR.
4. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemakaian IUD/AKDR.
5. Mengetahui keuntungan dan kerugian memakai metode IUD/AKDR.
6. Mengetahui efek samping dari pemakaian IUD/AKDR.
7. Mengetahui cara pemasangan AKDR/IUD.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
IUD/AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan
menggulung secarik kertas, diikat dengan benang lalu dimasukkan ke dalam
rongga rahim (Prawirohardjo, 2005).
IUD (intrauterine device) yaitu alat yang terbuat dari plastik yang
dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara
menganggu lingkungan rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan
maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010).
Suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat
efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua
perempuan usia reproduktif (Saefuddin, 2006)

B. Jenis-jenis IUD/AKDR
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
1. Copper-T

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian


vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini
mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik
(Saefuddin, 2006)

3
2. Copper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan


pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32
mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200
mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T
(Saefuddin, 2006)
3. Multi load

IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung
bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas
permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada
tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini
(Saefuddin, 2006)

4
4. Lippes loop

Terbuat dari polyethelen, berbentuk spiral atau huruf S bersambung.


Untuk memudahkan kontrol diberi benang pada ekornya. Lippes Loop
mempunyai angka kegagalan yang rendah, keuntungan lain dari
AKDR/IUD jenis ini adalah jarang terjadi luka atau porforasi, sebab
terbuat dari bahan plastik.
(ILUNI FKUI, 2010)

C. Mekanisme Kerja IUD/AKDR


Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada
yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang
menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebutan lekorit yang dapat
melarutkan blastosis atau seperma. Mekanisme kerja AKDR yang dililiti
kawat tembaga mungkin berlainan. Tembaga dalam konsentrasi kecil yang
dikeluarkan ke dalam rongga uterus juga menghambat khasiatanhidrase
karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang mengeluarkanhormon juga
menebalkan lender sehingga menghalangi pasasi sperma (Prawirohardjo,
2005).
Menurut Saefuddin (2006), mekanisme kerja IUD adalah:
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun
AKDR membuat sperma sulit ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.

5
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam uterus

D. Indikasi dan Kontraindikasi Pemakaian IUD/AKDR (Saefuddin, 2006)


1. Indikasi
a. Usia reproduktif

b. Keadaan nulipara

c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

d. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui

f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

g. Risiko rendah dari IMS

h. Tidak menghendaki metoda hormonal

i. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari

j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama

k. Perokok

l. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat


adanya infeksi

m. Gemuk ataupun kurus

n. Penderita tumor jinak payudara

o. Penderita kanker payudara

p. Pusing-pusing, sakit kepala

q. Tekanan darah tinggi

r. Varises di tungkai atau di vulva

s. Diabetes

t. Setelah kehamilan ektopik

6
2. Kontraindikasi (Saefuddin, 2006)
Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah
a. Sedang hamil
b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
c. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
d. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau
abortus septik
e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
yangdapat mempengaruhi kavum uteri
f. Penyakit trofoblas yang ganas
g. Diketahui menderita TBC pelvik
h. Kanker alat genital
i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

E. Keuntungan dan Kerugian Pemakaian IUD/AKDR (Saefuddin, 2006)


1. Keuntungan
a. Efektivitasnya tinggi 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam
tahun pertama, 1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan.
b. Dapat efektif segera setelah pemasangan.
c. Metode jangka panjang (10 th).
d. Sangat efektif (tidak perlu mengingat-ingat).
e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
f. Tidak ada efek samping hormonal.
g. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
h. Dapat dipasang segera setelah melhirkan/sesudah abortus.
i. Dapat digubakan sampai dengan menopause.
j. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
k. Membantu mencegah kehamilan ektopik.
2. Kerugian
a. Efek samping yang umum terjadi :

7
1) Perubahan siklus haid. (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak.
3) Perdarahan antar menstruasi (spotting).
4) Saat haid lebih sakit.
b. Komplikasi lain
1) Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
2) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia
3) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar
c. Tidak mencegah IMS
1) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS/perempuan
yang sering bergantian pasangan.
2) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas
3) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan IUD
4) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari
5) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang harus melepas AKDR
6) Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
7) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD
mencegah kehamilan normal
8) Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke
waktu.

8
F. Efek Samping dari Pemakaian IUD/AKDR (Prawirohardjo, 2005)
1. Spotting
Keluarnya bercak-bercak darah diantara siklus menstruasi, spoting akan
muncul jika capek dan stress. Perempuan yang aktif sering mengalami
spotting jika menggunakan kontrasepsi AKDR.
2. Perubahan siklus menstruasi
Setelah pemasangan AKDR siklus menstruasi menjadi lebih pendek.
Siklus menstruasi yang muncul lebih cepat dari siklus normal rata-rata
yaitu 28 hari dengan lama haid 3-7 hari, biasanya siklus haid berubah
menjadi 21 hari.
3. Amenore
Tidak didapat tanda haid selama 3 bulan atau lebih.
4. Dismenore
Munculnya rasa nyeri saat menstruasi.
5. Menorrhagea
Perdarahan berat secara eksesif selama masa haid atau haid yang lebih
banyak.
6. Fluor albus
Penggunaan AKDR akan memicu rekurensi vaginosis bacterial yaitu
keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya
pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus
yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.
7. Pendarahan Post seksual
Pendarahan post seksual ini disebabkan karena posisi benang AKDR yang
menggesek mulut rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan
pendarahan.

G. Pemasangan Alat Kontrasepsi AKDR/IUD (Saefuddin, 2006)


1. Prosedur sebelum pemasangan
a. Lakukan prosedur asepsis secara ketat selama pemasangan .

9
b. Lihatlah serviks dengan speculum dan bersihkan dengan larutan
antiseptic. Pegang bibir anterior dengan tenakulum . Menarik
tenakulum dengan hati-hati mengurangi sudut antara kanalis servikalis
dan rongga uterus dan memudahkan pemasangan sonda uterus.
Tenakulum harus tetap terpasang sealama memasang Nova T supaya
serviks tetap tertarik.
c. Masukkan sonda uterus melalui kanalis serviks ke dalam rongga
uterus sampai mencapai fundus. Setelah menentukan arah serta
panjang kanalis servikalis dan rongga uterus, siapkan Nova T untuk
dipasang.
2. Pemasangan
a. Langkah 1
Setelah uterus diukur, buka separuh dari kemasan. Pegang kedua
ujung benang dan tarik alat secara hati-hati kedalam tabung insersi
sampai knop di ujung lengan horizontal menutupi lubang tabung.
Knop tidak perlu ditarik ke dalam tabung. Benang bisa putus kalaau
ditarik terlalu keras.
b. Langkah 2
1) Luruskan flens berwarna kuning dengan satu tangan, tarik tabung
insersi sampai ujung bawah flens menunjukkan ukuran yang
didapat dari sonda uterus.
2) Pegang benang lurus di dalam tabung dengan satu tangan,
masukkan plunger (alat penghisap) ke dalam tabung insersi. Ini
untuk memastikan bahwa benang tidak tertekan pada alat oleh
plunger.
3) Sebelum dipasang, tabungg dapat ditekuk untuk disesuaikan
dengan posisi uterus. Tetukan harus dilakukan ketika alat masih
berada dalam kemasan steril setelah
memasukkan plunger kedalam tabung insersi.
c. Langkah 3

10
1) Pastikan bahwa flens menunjukkan arah lengan horizontal akan
membuka di dalam uterus.
2) Keluarkan tabung insersi yang telah terisi dari kemasan .
3) Masukkan tabung insersi ke dalam uterus melalui kanalis
servikalis sampai flens menyentuh os servikal.
d. Langkah 4
1) Perhatikan bagian plunger yang kasar. Pegang plunger dengan erat
dan lepaskan lengan horizontal dari alat dengan menarik tabung
insersi ke bawah sampai ujungnya menyentuh bagian yang kasar.
2) Jarak antara flens dan os servikal sekarang sekitar 1,5 cm.
e. Langkah 5
Pegang tabung dan plunger secara bersamaan, tekan alat secara hati-
hati sampai flens menyentuh os servikal lagi.
f. Langkah 6
1) Pegang plunger dengan erat, keluarkan alat dari tabung insersi
seluruhnya dengan menarik tabung ke bawah sampai cincin dari
plunger.
2) Supaya alat tidak bergeser dari posisi fundus, pertama-tama
lepaskan plunger sambil terus menahan tabung insersi, kemudian
keluakan tabung insersi.
3) Gunting benang sampai tersisa 2-3 cm terlihat di luar serviks.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan program KB biasanya digunakan alat kontrasepsi
yang digunakan untuk mengatur /mengendalikan pertumbuhan penduduk
khususnya di Indonesia. Pelayanan KB ada berbagai macam cara untuk
mencegah konsepsi salah satunya dengan menggunakan AKDR/IUD.
Dalam penggunaan AKDR juga terdapat manfaat, keuntungan dan
kerugian, indikasi dan kontraindikasi serta efek samping dari penggunaan
AKDR tersebut.
Dalam penggunaan alat kontrasepsi AKDR/IUD perlu diperhatikan
cara pemasangan dan efek samping yang ditimbulkan.
B. Saran
1. Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR
Pengguna hendaknya mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi yang
akan di pakai dengan cara bertanya hal yang ingin diketahui ke tenaga
kesehatan.
2. Bagi tenaga kesehatan
a. Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan keterampilannya
memasang AKDR yang baik dan sesuai prosedur.
b. Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan
infomconsent pada klien.

12
DAFTAR PUSTAKA

ILUNI FKUI. 2010. Keluarga Berencana. FKUI: Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. YBP-SP: Jakarta

Prawirohardjo Sarwono. 2010. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal.


Yayasan Bina Pustaka : Jakarta

Saefuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


Yayasan Bina Pustaka: Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai