Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“KISTOMA OVARII”

Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Keperawatan


Maternitas

di Ruang 4 Rumah Sakit Saiful Anwar Malang

Disusun oleh:

Neisen Monim 180070300011030

Inne Kusbandiah 180070300011033

Nindya Amelia 180070300011034

Yulanto Kurniawan 180070300011039

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG
2019

Topik : Kistoma Ovarii


Hari, tanggal : Kamis, 28 Maret 2019
Waktu : 09.00 – 09300 WIB
Tempat : Ruang tunggu Ruang 4 RSSA Malang
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien Ruang 4 RSSA Malang

1. Analisa Situasional
Penyuluh : Mahasiswa profesi Ners FK UB
Peserta : Pasien dan keluarga pasien Ruang 4 RSSA Malang

2. Analisa Tujuan dan Karakteristik


A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan, pasien dan keluarga pasien mampu
memahami penyakit Kistoma Ovarii
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan keluarga pasien mampu :
1) Menyebutkan pengertian penyakit Kistoma Ovarii
2) Menyebutkan penyebab penyakit Kistoma Ovarii
3) Menyebutkan tanda dan gejala Kistoma Ovarii
4) Penatalaksanaan penyakit Kistoma Ovarii

3. Lingkup Materi Pembelajaran


1) Pengertian penyakit Kistoma Ovarii
2) Penyebab penyakit Kistoma Ovarii
3) Tanda dan gejala penyakit Kistoma Ovarii
4) Penatalaksanaan penyakit Kistoma Ovarii

4. Analisis Sumber Belajar


Materi terlampir

5. Strategi
1. Materi Pembelajaran : Ceramah dan diskusi
2. Media : Power Point dan leaflet

6. Susunan Organisasi
1. Pembimbing Ruangan : Ida Hartiningsih, Amd. Kep
2. Pembimbing Akademik : Nurul Evy,S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat
3. Narasumber : Kelompok II
4. Moderator : Rizki Putri K, S.Kep
5. Penyaji : Made Indra Ayu A, S.Kep
6. Observer : Suci Tirtasari, S.Kep
7. Fasilitator : Fatiyah Malihah, S.Kep

7. Setting Tempat

LCD

Penyaji Moderator
Fa Fa
sili Peserta sili
tat tat
or or

Observer

8. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Pelaksana


1. 5 menit Pendahuluan
1. Mengucapkan salam Moderator
pembuka dan 1. Menjawab salam
menanyakan kabar dan menyatakan
peserta keadaannya
2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
diri beserta tim
3. Menjelaskan kontrak
3. Memperhatikan
waktu dan tujuan
penyuluhan
4. Memperhatikan
4. Menjelaskan
mekanisme diskusi 5. Memperhatikan
5. Menjelaskan topik
yang akan diberikan
2. 30 menit Pelaksanaan
1. Menggali 1. Menjawab Penyaji
pengetahuan awal
dan pengalaman
2. Memperhatikan
peserta
2. Menjelaskan
materi : Pengertian,
penyebab, tanda
gejala dan 3. Bertanya Moderator
penatalaksanaan
Kistoma Ovarii
3. Mempersilahkan
peserta untuk
mengajukan 4. Memperhatikan
pertanyaan dan
fasilitator
memotivasi peserta
untuk bertanya
4. Fasilitator
menjawab
pertanyaan
3. 5 menit Evaluasi
1. Mengajukan
Moderator
pertanyaan sebagai 1. Menjawab
review
2. Memberikan pujian
2. Mendengarkan
atas jawaban peserta

4. 5 menit Penutup
1. Menegaskan 1. Menjawab Moderator
kesimpulan dari
topik yang sudah
dibahas sebelumnya 2. Mengucapkan
2. Mengucapkan kembali
terima kasih atas terimakasih
waktu dan perhatian kepada
peserta mahasiswa yang
telah memberi
penyuluhan Fasilitator
3. Mengucapkan salam 3. Menjawab salam
penutup
4. Membagikan leaflet 4. Menerima

9. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa bekerja
sama dengan perawat.
b. Pengorganisasian dilakukan 1 minggu sebelum pelaksanaan
penyuluhan
c. Kontrak waktu penyuluhan dilakukan 1 hari sebelum pelaksanaan
penyuluhan kesehatan dan ditindak lanjuti 15 menit sebelum acara
dimulai
d. Media yang digunakan sudah siap sebelum acara penyuluhan
dimulai

2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan penyaji
b. Peserta tidak meninggalkan acara selama penyuluhan berlangsung
atau meninggalkan acara dengan ijin kepada panitia
c. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
d. Penyuluhan berjalan sesuai rencana

3. Evaluasi Hasil
a. Peserta memahami materi yang telah disampaikan
b. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan penyaji
c. Jumlah peserta minimal 10 orang.
Lembar Observasi

Hari/ Tanggal :
Waktu : sampai
Tempat :
Jumlah Peserta : (… Laki-laki, ……. Perempuan)
Topik :

Evaluasi Struktur Evaluasi Proses Evaluasi Hasil


Panitia hadir tepat waktu ( ) Mengucap salam dan Jumlah peserta memenuhi
menanyakan kabar peserta ( ) target ( )
Perlengkapan siap sebelum Memperkenalkan diri beserta Tidak ada peserta yang
acara ( ) tim ( ) meninggalkan acara ( )
Kontrak waktu dilakukan 1 hari Menjelaskan kontrak waktu Peserta dapat menjawab
sebelum pelaksanaan ( ) dan tujuan penyuluhan ( ) pertanyaan review dari
panitia ( )
Peserta hadir tepat waktu ( ) Menjelaskan mekanisme dan Peserta dapat melakukan
topik yang akan diberikan ( ) redemonstrasi ( )
Menggali pengetahuan dan Penyuluhan berjalan sesuai
pengalaman peserta ( ) rencana ( )
Menjelaskan materi dengan
baik, tidak terlalu cepat ( )
Moderator komunikatif ( )
Peserta aktif bertanya ( )
Fasilitator menjawab
pertanyaan dengan baik ( )
MATERI
CYSTOMA OVARII

A. DEFINISI
Kista adalah tumor jinak di organ reproduksi perempuan yang paling sering
ditemui. Bentuknya kistik, berisi cairan kental, udara, nanah ataupun bahan-
bahan lain.
Kista adalah kantong abnormal yang berisi cairan encer jernih, cairan kental,
kuning, bisa berupa cairan darah berwarna coklat, dan bahkan kadangkala berisi
rambut. Bila cairan dalam kantong kista bertambah maka kistapun akan
membesar sehingga dinding kista menipis dan mudah pecah (Nusratuddin, 2009).
Kista ovarium adalah kantung kecil berisi cairan yang berkembang dalam
ovarium (indung telur) wanita. Kebanyakan kista tidak berbahaya. Namun,
beberapa dapat menimbulkan masalah, mulai dari nyeri haid, kista pecah,
perdarahan, hingga penyakit serius, seperti: terlilitnya batang ovarium, gangguan
kehamilan, infertilitas hingga kanker endometrium (CancerHelp, 2012).

B. KLASIFIKASI
Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista ovarium adalah :
1. Tipe Kista Normal
Kista fungsional ini merupakan jenis kista ovarium yang paling
banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi
bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal.
Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada
masa subur, untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi
oleh sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler
dan akan hilang saat menstruasi. Kista fungsional terdiri dari: kista folikel
dan kista korpus luteum. Keduanya tidak mengganggu, tidak
menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6 – 8
minggu.
Gambar : kista ovarium fungsional

2. Tipe Kista Abnormal


a. Kistadenoma
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur.
Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar dan dapat menimbulkan
nyeri.
b. Kista coklat (endometrioma)
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista
coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.
c. Kista dermoid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti
kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di
kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak
menimbulkan gejala.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang
berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan
tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan
nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
e. Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga
menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein
yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.

Gambar : kista corpus luteum

g. Kista polikistik ovarium


Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan
melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan.
Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Kista polikistik
ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan untuk
mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa
sakit.

Gambar : kista polikistik ovarium

C. PENYEBAB
Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh gangguan
(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium
(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi
dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan.
Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung telur yang
fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.
Kista theka-lutein biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan bening, berwarna
seperti jerami. Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak
terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium,
korpus luteum, sel telur.

D. TANDA DAN GEJALA


Kista ovarium seringkali tanpa gejala, terutama bila ukuran kistanya
masih kecil. Kista yang jinak baru memberikan rasa tidak nyaman apabila kista
semakin membesar, sedangkan pada kista yang ganas kadangkala memberikan
keluhan sebagai hasil infiltrasi atau metastasis kejaringan sekitar (Sarjadi, 2009).
Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin
gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul,
kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting
untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh untuk mengetahui
gejala mana yang serius. Gejala-gejalanya antara lain:
1. Perut terasa penuh, berat dan kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang
air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang
dapat menyebar ke punggung bawah dan paha
5. Nyeri senggama
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip
seperti pada saat hamil.
7. Kadang-kadang kista dapat memutar pada pangkalnya,
mengalami infark dan robek, sehingga menyebabkan nyeri tekan perut
bagian bawah yang akut sehingga memerlukan penanganan kesehatan
segera (Moore, 2010).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat
diperolehkepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang
cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat
membantudalam pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara yang
dapatdigunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah (Bilotta, 2012 :1)
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor kistik atau
solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.

Gambar : USG kista ovarium

3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya,
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanyagigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perludiperhatikan
bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista
bila dinding kista tertusuk.

F. PENATALAKSANAAN
1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan
sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak
curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105).
2. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan
operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22 gejala akut,
tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama.
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya
memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita menopause yang
memiliki kista ovarium juga disarankan operasi pengangkatan untuk
meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium. Wanita usia 50-70 tahun
memiliki resiko cukup besar terkena kenker jenis ini. Bila hanya kistanya
yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian cystectomy. Bila
pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba fallopi, maka
disebut salpingo oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain
tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi
ovarium dan jenis kista.
Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit
(twisted) dan menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan tindakan
darurat pembedahan (emergency surgery) untuk mengembalikan posisi
ovarium menurut Yatim, (2005: 23)

Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim, (2005:


23) yaitu:

a. Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada pemeriksaan


sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan, biasanya dokter
melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan cara ini, alat laparoskopi
dimasukkan ke dalam rongga panggul 23 dengan melakukan sayatan kecil
pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan.
b. Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan
laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara
laparotomi, kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses
keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan,
operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak
sekitar serta kelenjar limfe.

G. KOMPLIKASI
Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi
pada kista ovarium diantaranya:
1. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak
kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista
yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang hanya
menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga mengakibatkan edema
pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi kista ovarium
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika
perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan terjadi distensi yang
cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut.
b. Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan
diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau
ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat
berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian. Torsi biasanya
unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA, massa yang
tidak melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi ini
paling sering muncul pada wanita usia reproduksi. Gejalanya meliputi
nyeri mendadak dan hebat di kuadran abdomen bawah, mual dan
muntah. Dapat terjadi demam dan leukositosis. Laparoskopi adalah
terapi pilihan, adneksa dilepaskan (detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa
gangren dibuang, setiap kista dibuang dan dievaluasi secara histologis.
c. Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat
bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara
akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga
peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-
tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan
keganasannya. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan. Massa kista
ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga besar
kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah
yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih
bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta : EGC

Heffner, Linda J. & Danny J.Schust. (2008). At a Glance Sistem Reproduksi Edisi II.
Jakarta : EMS, Erlangga Medical Series.

Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.


Yogyakarta : Nuha Medika
Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan Ed.2. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwomo Prawirohardjo
Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker
Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer
Obor
Penanya :

Pertanyaan :

Jawaban :

Penanya :

Pertanyaan :

Jawaban :

Penanya :

Pertanyaan :

Jawaban :

Anda mungkin juga menyukai