Anda di halaman 1dari 15

Makalah Ronde Keperawatan

Dosen Pembimbing : DR.Harniati,S.Kep,NS.,M.Kes

Disusun Oleh :
Sitti Aliyah Rasul/191101026

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR 2021/2022

KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME karena atas berkat dan rahmat-Nya yang
telah diberikan, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Ronde
Keperawatan” dengan lancar dan tepat waktu.

Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Manajemen Keperawatan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis melewati proses bimbingan dengan dosen
pembimbing/Fasilitator. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Ibu Dr. Harniati S.Kep.
Ns. M.Kes selaku dosen pembimbing/Fasilitator yang telah memberikan masukan serta
bimbingan kepada penulis sehingga tersusunnya makalah ini.

Penulis berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik mungkin, tetapi suatu karya
tidaklah lepas dari sebuah kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Makassar, 6 Juli 2022

Penulis

DAFTAR ISI

2
Judul.................................................................................................................1
Kata Pengantar................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan.........................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................5
2.1 Pengertian Ronde Keperawatan...................................................................5
2.2 Karateristik Ronde Keperawatan ................................................................5
2.3 Tujuan Ronde Keperawatan........................................................................6
2.4 Kriteria Pasien Ronde Keperawatan............................................................6
2.5 Manfaat Ronde Keperawatan......................................................................6
2.6 Tipe Tipe Ronde Keperawatan ...................................................................7
2.7 Langkah-langkah Ronde Keperawatan........................................................8
2.8 Mekanisme Ronde Keperawatan.................................................................8
2.9 Masalah etik dengan pasien.........................................................................9
3.1 Strategi Ronde Keperawatan.......................................................................9
3.2 Contoh Kasus Ronde Keperawatan ............................................................10

BAB 3 PENUTUP............................................................................................14
4.1 Kesimpulan..................................................................................................14
4.2 Saran............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN
3
1.1              Latar Belakang
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan
keperatan adalah pembenahan manajemen keperawatan karena dengan adanya factor kelola yang
optimal diharapkan mampu menjadi wahana peningkatan keefektifan pembagian pelayanan
keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
Dalam pelaksanaan manajemen terdapat model praktik keperawatan professional ( MPKP )
yang di dalamnya terdapat kegiatan ronde keperawatan. Ronde keperawatan adalah suatu bagian
kegiatan asuhan keperawatan dengan membahas kasus tertentu dengan harapan adanya transfer
pengetahuan dan aplikasi pengetahuan secara teoritis kedalam praktek keperawatan secara
langsung yang dilakukan oleh perawat konselor, kepala ruangan, MA, kabid keperawatan dengan
melibatkan seluruh tim keperawatan. Karakteristik dari ronde keperawatan meliputi: pasien
dilibatkan secara langsung, pasien merupakan fokus kegiatan, perawat yang terlibat melakukan
diskusi, konselor memfasilitasi kreatifitas dan membantu mengembangkan kemampuan perawat
dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.  

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1    Tujuan Umum


            Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Keperawatan.
1.2.2    Tujuan Khusus
Adapun tujuan yang dicapai setelah penyampaian materi tentang ronde keperawatan diharapkan
mahasiswa mampu:
 Mengetahui dan memahami pengertian ronde keperawatan
 Mengetahui dan memahami karakteristik ronde keperawatan
 Mengetahui tujuan ronde keperawatan
 Mengetahui Kriteria pasien ronde keperawatan
 Mengetahui dan memahami manfaat ronde keperawatan
 Mengetahui dan memahami tipe – tipe ronde keperawatan
 Mengetahui dan memahami langkah-langkah ronde keperawatan
 Mengetahui dan memahami mekanisme ronde keperawatan
 Mengetahui masalah etik dengan pasien ronde keperawatan
 Mengetahui dan memahami Strategi ronde keperawatan
 Mengetahui contoh kasus dalam ronde keperawatan

BAB II
PEMBAHASAN
4
2.1.            Pengertian Ronde Keperawatan (Nursing Rounds)

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
pasien yang dilakukan oleh perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan
atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga seluruh anggota tim kesehatan
(Nursalam, 2009).
Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan perawat atau siswa
perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan dilakukan oleh pengajar atau
siswa perawat dengan anggota sifatnya atau siswa untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit
dan efek perawatan untuk setiap pasien (Clement, 2011).

2.2.            Karakteristik Ronde Keperawatan

 Pasien dilibatkan secara langsung.


 Pasien merupakan fokus kegiatan.
 Perawat associate, perawat primer, dankonselormelakukandiskusibersama.
 Konselormenfasilitasikereativitas.
 Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP dalam meningkatkan
kemampuan dalam mengatasi masalah.

2.3.            Tujuan Ronde Keperawatan

Tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan bisa dibagi menjadi 2 yaitu : tujuan bagi perawat
dan bagi pasien.
Tujuan bagi keperawatan menurut Amolaetal, (2010) adalah
1. Melihat kemampuan staf dalam manajemen pasien.
2. Mendukungan pengembangan profesional dan peluang pertumbuhan
3. Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format stud kasus
4. Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar meningkatkan penilaian
keterampilan klinis.
5. Membangun kerjasama dan rasa hormat, serta (6) meningkatkan retensi perawat
berpengalaman dan mempromosikan kebanggaan dalam profesi keperawatan.
Sedangkan tujuan bagi pasien menurut Clement (2011) adalah
1. Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan hari ke hari
2. Untuk mengamati pekerjaan staf
3. Untuk membuat pengamatan khusus pasien dan memberikan laporan ke dokter,
misalnya : luka, drainase, perdarahan, dsb
4. Untuk memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya.
5. Untuk melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien
5
6. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasaan pasien
7. Untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang diberikan pada pasien
8. Untuk memeriksa kondisi pasien sehingga dapat dicegah seperti ulcusdecubitus, foot
drop, dsb.
9. Untuk membandingkan manifestasi klinis penyakit pada apsien sehingga perawat
memperoleh wawasan yang lebih baik
10. Untuk memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan.

2.4.            Kriteria Pasien Ronde Keperawatan


Menurut Nursalam (2009) pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien
yang memiliki kriteria sebagai berikut:
 Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakuakn
tindakan keperawatan
 Pasien dengan kasus baru atau langka.

2.5.               Manfaat Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan akan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pada perawat.


Clement, (2011) menyebutkan manfaat ronde keperawatan adalah membantu
mengembangkan keterampilan keperawatan, selain itu juga menurut Wolak (2008) dengan
adanya ronde keperawatan akan menguji pengetahuan perawat. Peningkatan ini bukan hanya
keterampilan dan pengetahuan keperawatan saja, tetapi juga peningkatan secara menyeluruh. Hal
ini dijelaskan oleh Woleketal (2008) peningkatan kemampuan perawat bukan hanya
keterampilan keperawatan tetapi juga memberikan kesempatan pada perawat untuk tumbuh dan
berkembang secara profesional.

Melalui ronde keperawatan, perawat dapat mengevaluasi kegiatan yang telah diberikan pada
pasien berhasil atau tidak. Clement (2011) melalui ronde keperawatan, evaluasi kegiatan,
rintangan yang dihadapi oleh perawat atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai.
Hal itu juga dtegaskan oleh O’Connor (2006) pasien sebagai alat untuk menggambarkan
parameter penilaian atau teknik intervensi.

Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan siswa perawat. Ronde
keperawatan merupakan studi percontohan yang menyediakan sarana untuk menilai pelaksanaan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Wolaketal, 2008). Sedangkan bagi siswa perawat
dengan ronde keperawatan akan mendapatkan pengalaman secara nyata dilapangan (Clement,
2011).

Manfaat ronde keperawatan yang lain adalah membantu mengorientasikan perawat baru pada
pasien. Banyak perawat yang baru masuk tidak tahu mengenai pasien yang di rawat  di ruangan.
Dengan ronde keperawatan hal ini bisa dicegah, ronde keperawatan membantu mengorientasikan
6
perawat baru pada pasien (Clement, 2011). Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan
pasien. Penelitian Febriana (2009) ronde keperawatan meningkatkan kepuasan pasien lima kali
dibanding tidak dilakukan ronde keperawatan. Chaboyeretal (2009) dengan tindakan ronde
keperawatan menurunkan anga insiden pada pasien yang dirawat.

2.6.           Tipe – Tipe Ronde Keperawatan  

Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi kepustakaan. Diantaranya
adalah menurut Close&Castledine (2005) ada empat tipe ronde yaitu matrons’rounds,
nursemanagementrounds, patientcomfortrounds dan teachingrounds.
 Matronrounds menurut Close&Castlide (2005) seorang perawat berkeliling ke ruangan-
ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai jadwal rondenya. Yang dilakukan perawat
ronde ini adalah memeriksa standar pelayanan, kebersihan dan kerapian, dan menilai
penampilan dan kemajuan perawat dalam memberikan pelayanan pada pasien.
 Nursemanagementrounds menurut Close&Castlide (2005) ronde ini adalah ronde
manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan implementasi pada sekelompok
pasien dan keluarga pada proses interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses
pembelajaran antara perawat dengan headnurse.
 Patientcomfortrounds menurut Close&Castledine (2005) ronde di sini berfokus pada
kebutuhan utama yang diperlukan pasien di rumah sakit. Fungsi perawat dalam ronde ini
adalah memenuhi semua kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan malam hari,
perawat menyiapkan tempat tidur untuk pasien tidur.
 Teachingrounds  menurut Close&Castledine (2005) dilakukan
antara teachernurse dengan perawat atau siswa perawat, dimanaterjad proses
pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan untuk perawat atau siswa perawat.
Dengan pembelajaran langsung perawat atau siswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu
yang didapat langsung pada pasien.
 Menurut Daniels (2004) walkinground  terdiri dari nursinground, physician-
nurserounds atau interdisciplinaryrounds. Nursinground adalah ronde yang dilakukan
antara perawat dengan perawat. Physiciannurserounds adalah ronde pada pasien yang
dilakukan dokter dengan perawat, sedang interdisciplinaryrounds adalah ronde pada
pasien yang dilakukan oleh berbagai macam tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat,
ahli gizi serta fisioterapi dsb. Sedangkan menurut Clement (2011) menyebutkan berbagai
jenis wordround yang dilakukan oleh perawat meliputi roundswiththedoctors,
roundstodiscusspsychological problem ofpatients, socialservicerounds,
medicalroundsfornurses, roundswiththephysicaltherapits, dan nursingrounds.

2.7.            Langkah-langkah Ronde Keperawatan

MenurutNursalam (2009) langkah – langkah ronde keperawatan dibagi menjadi:

7
a.      Pra Ronde
-       Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang langka)
-       Menentukan tim ronde
-       Mencari sumber atau literatur
-       Membuat proposal
-       Mempersiapkan pasien: informedconsent dan pengkajian
-       Diskusi: Apa diagnosis keperawatan? Data apa yang mendukung? Bagaimana intervensi
yang sudah dilakukan? Dan hambatan apa yang ditemukan selama perawatan?

b.      Pelaksanaan Ronde
-       Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah keperawatan
dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas
yang perlu didiskusikan
-       Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
-       Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan tentang
masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.

c.       Pasca Ronde
-       Evaluasi, revisi, dan perbaikan
-       Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi keperawatan selanjutnya.

2.8.            Mekanisme Ronde Keperawatan

Perawat membaca laporan mengenai pasien melalui status pasien sebelum melakukan ronde
keperawatan. Hal ini dilanjutkan Clament (2011) bahwa perawat sebaiknya melihat laporan
penilaian fisik dan psikososial pasien 2-3 menit. Selain itu juga perawat menetapkan tujuan yang
ingin dicapai ketika pelaksanaan ronde keperawatan. Sebelum menemui asien, sebaiknya
perawat membahas tujuan yang ingin dicapai (Clament, 2011).
Perawat menentukan pasien yang akan dilakukan ronde keperawatan. Hal itu disebut Sitorus
(2006) sebelum dilakukan ronde perawat primer (PP) menentukan 2-3 klien yang akan di ronde
dan ditentukan pasien yang akan di ronde. Sebaliknya dipilih klien yang membutuhkan
perawatan khusus dengan masalah yang relative lebih kompleks (Sitorus, 2006).
Ronde keperawatan dilakukan pada pasien. Perawat melaporkan kondisi, tindakan yang
sudah dilakukan dan akan dilakukan, pengobatan, serta rencana yang lain. Clement (2011) saat
ronde keperawatan melaporkan tentang kondisi pasien, asuhan keperawatan, perawat medis dan
prognosis. Selain itu juga menurut Annualreviewofnursingeducation dalam ronde keperawatan
perawat mendiskusikan diagnosis keperawatan yang terkait, intervensi keperawatan, dan hasil.
Mengenai masalah yang sensitive hendaknya tidak boleh dibicarakan dihadapan pasien. Masalah
yang sensitive sebaiknya tidak didiskusikan dihadapan klien (Sitorus, 2006).
Waktu pelaksanaan ronde bermacam-macam tergantung kondisi dan situasi ruangan. Sitorus
(2006) menyebutkan waktu yang dilakukan untuk melakukan keseluruhan ronde adalah setiap
8
hari dengan waktu kurang lebih 1 jam ketika intensitas kegiatan di ruang rawat sudah relative
tenang. Sedangkan menurut Atikenetal. (2010) pelaksanaan ronde keperawatan diadakan dua
hari setiap minggu dan berlangsung satu jam.

2.9.            Masalah Etik dengan Pasien

Beberapa strategi untuk mendorong kenyamanan pasien selama ronde keperawatan berlangsung
menurut Weinholt& Edward (1992) dalamClament (2009) meliputi: (1) memberikan
pemberitahuan sebelum kunjungan (2) membatasi waktu ronde keperawatan agar pasien bias
istirahat (3) menjelaskan semua pemeriksaan dan prosedur kepada pasien (4) semua diskusi dan
komunikasi harus dijelaskan dan dipahami oleh pasien.

3.1.            Strategi Ronde Keperawatan yang Efektif

Ramani (2003) dalamClament (2009) menyebutkan ada beberapa strategi agar ronde


keperawatan berjalan efektif yaitu:
1. Melakukan persiapan dengan seksama terkait dengan pelaksanaan ronde keperawatan
baik waktu pelaksanaan, pasien masalah yang terkait, dsb.
2. Membuat perencanaan apa yang akan dilakukan meliputi:sistem apa yang akan diajarkan,
aspek-aspek apa yang harus ditekankan: pemeriksaan fisik, melakukan tindakan dsb.
Rencanakan agar semua aktif terlibat dalam kegiatan, pilih pasien yang akan dilakukan
proses pembelajaran, serta tentukan berapa banyak waktu yang harus dihabiskan dengan
pasien tertentu.
3. Orientasikan pada perawat tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan berikut ini dapat
dilakukan selama fase orientasi: (1) orientasikan perawat untuk tuuan latihan dan
kegiatan yang direncanakan (2) memberikan peran kepada setiap anggota tim (3) buat
aturan mengenai ronde (4) setiap diskusi sensitive perlu ditunda dan seluruh tim harus
menyadari hal ini.
4. Perkenalkan diri anda dan tim pada pasien meliputi: (1) memperkenalkan diri kepada
pasien (2) pasien perlu diberitahu bahwa pertemuan itu terutama dimaksudkan untuk
berdiskusi mengenai pemberian perawatan pada pasien (3) keluarga tidak perlu diminta
untuk perg jika pasien ingin untuk ditemani.
5. Meninggalkan waktu untuk pertanyaan, klarifikasi, menempatkan pembacaan lebih
lanjut. Fase ini terjadi diluar ruangan, keluar dari pasien jarak pendengaran. Ini adalah
kesembatan untuk mendiskusikan aspek sensitive dari riwayat pasien.
6. Evaluasi pelaksanaan yang telah dilakukan. Mulai persiapan untuk pertemuan berikutnya
dengan merefleksikan pada diri mengenai hasil ronde yang telah dilakukan.

3.2.            Contoh Kasus Ronde Keperawatan

9
Rumah Sakit Umum Tarutung adalah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Utara,
Sumatera Utara dan satu- satunya rumah sakit yang ada di Tapanuli Utara dengan status kelas
”B” non pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Republik Indonesia No.1809/MENKESKESSOS /SK/XII/2000, dengan jumlah tempat tidur 110
unit. Pada tahun 2003 sesuai Perda nomor 7 tahun 2003, Rumah Sakit Umum Tarutung berubah
status menjadi RSU Swadana Daerah Tarutung. Status ”Swadana” sangat berpotensi menggeser
rumah sakit pemerintah yang pada masa lalu hanya berorientasi pada fungsi sosial ke arah unit
sosial ekonomi

RSU Swadana Daerah Tarutung berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik bahwa pada
tahun 2007 pencapaian BOR 90,80%, tahun 2008 berkurang menjadi 73,00%, namun masih
dalam kategori ideal sesuai dengan standart Depkes RI.
Kondisi RSU Swadana Daerah Tarutung pada tahun 2008 mengalami penurunan sesuai
perhitungan BOR rumah sakit sebesar 18,72% dari tahun 2007 ini diakibatkan adanya penurunan
kinerja rumah sakit. Penurunan indikator kinerja RSU Swadana Daerah Tarutungsangat
terpengaruh dengan kinerja pelayanan perawat, oleh karena selama 24 jam pasien rawai inap
dibawah pengawasan perawat pelaksana di rumah sakit.

Penurunan kinerja RSU Swadana Daerah Tarutung menimbulkan berbagai fenomena. Fenomena
yang terjadi pada RSU Swadana Daerah Tarutung didapat dari komite keperawatan bahwa masih
adanya keluhan pasien, keluarga pasien tentang ketidakpuasan layanan yang diperoleh dari
perawat pelaksana rawat inap seperti ketepatan pemberian obat-obatan, pemberian suntikan,
kehadiran petugas tidak tepat waktu dan juga perawat pelaksana rawat inap kurang senyum dan
kurang perhatian kepada pasien. Kondisi seperti ini dapat menurunkan kualitas pelayanan
terhadap pasien di RSU Swadana Daerah Tarutung.

Menurut berita terbitan media cetak seperti: Aspirasi (20 Maret 2007), Metro Tapanuli (31 Mei
2008), Skala Indonesia (27 Agustus 2008) , Bonapasogit (Januari 2009) menerbitkan bahwa
pelayanan RSU Swadana Daerah Tarutung pada tahun 2008 adanya penurunan, kondisi ini juga
berdampak dari semakin menurunya pelayanan yang diberikan perawat pelaksana rawat inap
RSU Swadana Daerah Tarutung. Pada sisi yang lain kualitas tenaga keperawatan tersebut
berbanding lurus dengan tingkat pendidikan perawat yang ada, dimana pendidikan perawat
pelaksana rawat inap RSU Swadana Daerah Tarutung yang berjumlah 60 orang belum ada yang
berlatar pendidikan sarjana masih memiliki tingkat pendidikan diploma III, sehingga pelayanan
yang profesional tidak dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan oleh customer.

Praktek keperawatan yang ditetapkan di RSU Swadana Daerah Tarutung adalah sistem
penugasan dengan metode tim, namun dalam pelaksanaanya adalah sesuai dengan kebutuhan
tatanan rawat inap. Berdasarkan kebutuhan tersebut maka sitem penugasan pelayanan perawatan
dengan metode tim dalam praktek pelayanan dilakukan sesuai dengan penugasan
berdasarkan shift  kerja yang telah ditetapkan oleh RSU Swadana Daerah Tarutung, pelaksanaan
10
ronde keperawatan yang tidak optimal menimbulkan ronde perawat yang shift pagi tidak
melaporkan secara rinci perkembangan kesehatan pasien termasuk seringnya perawat rawat inap
operan hanya dilakukan di nursingstation secara administrasi saja berdasarkan hal ini
menimbulkan perbedaan persepsi tentang kebutuhan pelayanan keperawatan dan pada akhirnya
berdampak meningkatnya lama perawatan pasien (lengtofstay).
          
  ANALISA KASUS
Berdasarkan kasus tersebut pihak manajemen diharapkan segera mengambil langkah cepat untuk
merespon kondisi tersebut, hal ini mungkin diakibatkan kelemahan petugas perawat pelaksana
rawat inap dalam pemberian asuhan keperawatan, pengetahuan tentang Standard
OperatingProcedur (SOP) serta perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia yang
belum sesuai terhadap kebutuhan rumah sakit seperti sistem reward dan punishment.

Praktek keperawatan tidak mungkin akan meningkat kecuali masalah dapat diidentifikasi dan
dipecahkan. Karyawan sesungguhnya mempunyai pengetahuan yang cukup dan memiliki ide-ide
yang kreatif untuk memecahkan masalah-masalah dalam pekerjaannya. Untuk dapat
memecahkan masalah tersebut karyawan membutuhkan cukup informasi, tanggung jawab dan
wewenang serta kepercayaan dari manajer atau pimpinannya. Pada akhirnya karyawan akan
merasakan kepuasan kerja dan lebih produktif bila mereka dibantu dengan menciptakan
lingkungan kerja yang baik dengan mengurangi hambatan dalam pekerjaannya. Informasi-
informasi yang uptodate belum dapat diakses untuk memenuhi kebutuhan karyawan khususnya
perawat pelaksana rawat inap di RSU Swadana Daerah Tarutung.

Menurut Gillies (2006), dalam rangka meningkatkan mutu manajemen keperawatan, maka
rumah sakit seharusnya memiliki konsepsi dasar praktek manajemen keperawatan sebagai dasar
praktek keperawatan yang dijabarkan dalam metode penugasan ruang rawat inap. Pelayanan
keperawatan rumah sakit secara umum menggunakan sitim penugasan yang terdiri dari metode
fungsional, metode tim, metode primer, metode modular dan metode alokasi. RSU Swadana
Daerah Tarutung telah menetapkan systim penugasan dengan menggunakan metode primer
dimana metode primer berfungsi untuk merawat satu pasien di tangani oleh satu orang perawat
mulai dirawat sampai pasien pulang, namun praktek keperawatan tidak menerapkan sistem
penugasan dengan praktek keperawatan yang baku. Praktek keperawatan yang berlangsung di
RSU Swadana Daerah Tarutung adalah sesuai dengan kondisi di tatanan rawat inap, dimana
terkadang menggunakan metode fungsional dan pada satu kesempatan yang lain menggunakan
metode tim dan metode modular, sehingga sistim penugasan keperawatan yang kurang konsisten
ini dapat menurunkan mutu pelayanan keperawatan.

Pelayanan keperawatan di rumah sakit sebaiknya melakukan sistim penugasan dengan metode
Primer karena metode ini dapat mengevaluasi perkembangan asuhan keperawatan pasien secara
berkesinambungan dan konsisten sehingga perawat pelaksana rawat inap bekerja secara
profesional, namun metode ini dapat dilaksanakan jika perawat tersebut minimal memiliki
11
pendidikan sarjana ataupun spesialisasi. Penugasan perawat di RSU Swadana Daerah Tarutung
belum memenuhi sitem penugasan dengan metode primer disebabkan karena jumlah SDM
kurang memadai. Gambaran masalah tersebut tersirat kinerja pelayanan perawat pelaksana di
rawat inap Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung belum berjalan secara profesional.
Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan kompetensi keperawatan yang menjadi bagian dari kinerja
perawat di rumah sakit. Pembentukan kompetensi seseorang diyakini dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu
1.      Faktor internal, yang merupakan faktor bawaan bersifat genetik
2.      Faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi perkembangan kompetensi seseorang

Secara akumulatif sejak kecil seperti pendidikan dan pengalaman yang diperoleh orang tersebut
selama hidupnya. Atas dasar ini dapat disimpulkan bahwa setiap orang memiliki kecenderungan
untuk menggunakan intelegensi dan emosi pada titik keseimbangan tertentu, sehingga pengaruh
antara kompetensi dan kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi sangat bermanfaat
untuk pengembangan kompetensi seseorang. Apabila seseorang ingin merubah kompetensinya,
dia harus mampu merubah cara berpikirnya terutama dalam menggunakan kemampuan
intelegensi serta mengendalikan emosinya. Kompetensi sesuai dengan wilayah kecerdasan emosi
dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu:
1.               Kompetensi personal (Personal Competence)
2.               Kompetensi Sosial (SocialCompetence).

Kedua kompetensi inilah yang mengendalikan kecerdasan intelegensi sehingga dapat


memanajemen diri sendiri dan memanajemen relasi. Para perawat pelaksana rawat inap di
Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung sebagai kinerja utama di bidang pelayanan
pasien yang berperanan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit perlu diteliti, sebab kompetensi para perawat pelaksana merupakan
interaksi manusia dengan lingkungan kerja yang akan mengefektifkan penggunaan pengetahuan
dan keterampilan untuk pencapaian target kerja. Kondisi ini perlu ditangani secepat mungkin
oleh komite keperawatan yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan tugas
yaitu membantu direktur menyusun standar keperawatan, pembinaan asuhan keperawatan,
melaksanakan pembinaan etika profesi keperawatan dalam upaya mengantisipasi semakin
banyaknya pasien mengeluh tentang pelayanan yang diberikan perawat pelaksana rawat inap dan
semakin rendahnya jumlah kunjungan pasien memilih pelayanan pengobatan dan perawatan di
Rumah Sakit Umum Swadana Daerah Tarutung.

12
BAB III
PENUTUP
4.1.            Simpulan

Ronde kepearwatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan
yang berfokus pada pasien dan dilakukan oleh perawat. Dalam hal ini pasien dilibatkan secara
langsung dan pasien yang dipilih memiliki kriteria pasien dengan kasus baru atau langka, serta
pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan
tindakan keperawatan. Ronde keperawatan akan meninhkatkan keterampilan dan pengetahuan
pada perawat, selain perawat dapat mengevaluasi kegiatan yang telah diberikan pada pasien

13
berhasil atau tidak. Melalui ronde keperawatan, evaluasi kegiatan, rintangan yang dihadapi oleh
perawat atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai.

Ada berbagai empat  macam tipe ronde keperawatan yang dikenal


yaitu matrons’rounds,nursemanagementrounds,patientcomfortrounds dan  teachingrounds.Sedan
gkan untuk langkah – langkah keperawatan dapat dibagi menjadi pra ronde, pelaksanaan ronde,
serta pasca ronde. Adapun strategi ronde keperawatan yang efektif dapat dilakukan dengan
melakukan persiapan yang seksama, membuat perencanaan apa yg akan dilakukan, orientasikan
pada perawat tujuan yang ingin dicapai, memprekenalkan diri pada tim, meninggalkan waktu
untuk pertanyaan, serta melakukan evaluasi pelaksnaan yang telah dilakukan.

4.2.            Saran

Mahasiswa keperawatan dan perawat harus mempunyai aspek kognitif, afektif dan skill yang
mempunyai nilai lebih untuk dapat melaksanakan ronde keperawatan secara efektif dan benar
sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi pihak manapun.

Daftar Pustaka

Aitken, L., Burmeister E., Clayton S., Dalais C., &Gardner G (2010). The
impactofnursingroundsonthepracticeenvironment&nursesatisfaction in intensivecare: pre-
testpost-testcomparative study. International JournalofNursingStudies. 48 (2011) 918-925.
Bimbaurner,. D., M. (2004) Bedsideteaching. http://archieve.cordem.
Org/facdev/2004meeting/birnl.doc.
Clement, I. (2011). Managementnursingservicesandeducation. Edition 1. India: Elsevier.
Close, A., &Castledine, G. (2005). Clinicalnursingroundspart 1: Matronsrounds.
BritshJournalofNursing. Vol 14, No 15.
14
Close, A., &Castledine, G. (2005). Clinicalnursingroundspart 2:
Nursemanagementrounds. BritshJournalofNursing. Vol 14, No 16.
Close, A., &Castledine, G. (2005). Clinicalnursingroundspart :
Teachingroundsfornurses. BritshJournalofNursing. Vol 14, No 18.
Febriana, N. (2009). Pengaruh nursinground terhadap kepuasan pasien pada pelayanan
keperawatan di Rumah Sakit MMC Jakarta. Tesis kekhususan kepemimpinan dan manajemen
keperawatan program pascasarjana FIK UI. Tidak dipublikasikan.
Kozier, B., Erb&Berman, A. (2004) Fundamental ofNursing: Concept, process,
&practice. Seven third ed. New Jersey: Pearsonprenticehall.
Nursalam, Efendi, F. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Nursalam. 2009 Manajemankeperawatan: Aplikasidalampraktikkeperawatan professional.
SalambaMedika: Jakarta. 
O’Connor, A. B. (2006). Clinicalinstructionandevaluation: Teachingresource. Secondedition.
Canada: Jones &Bartlettpublisher

15

Anda mungkin juga menyukai