Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK)

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kepeawatan
Dosen pengampu :
Mahmud Ady Y, S. Kep., Ns., M. Kep

Disusun oleh :

1. Muthia Maharani Y 19010099


2. Nadhiratul Ulfa 19010101
3. Nadiatul Khoiroh 19010103
4. Niken Dwi Prastika 19010104

UNIVERSITAS dr.SOEBANDI JEMBER


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kam panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Diskusi Refleksi
Kasus”. Kami berterima kasih kepada bapak Mahmud Ady Y, S. Kep., Ns., M. Kep selaku Dosen
mata kuliah Manajemen Keperawatan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datan, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang
telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jember, 10 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 2
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................. 2
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................. 3
1.3 TUJUAN ...................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4
2.1 PENGERTIAN REFLEKSI KASUS ............................................................................ 4
2.2 TUJUAN DRK .............................................................................................................. 4
2.3 LANGKAH – LANGKAH .......................................................................................... 5
2.4 TELAAH JURNAL ...................................................................................................... 5
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................. 10
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................... 11
3.2 SARAN ....................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 12
ROLE PLAY ............................................................................................................................... 13
LAMPIRAN JURNAL .............................................................................................................. 17

1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Keperawatan adalah suatu bentuk layanan kesehatan professional yang merupakan


bagian integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk
bio-psiko-sosial-spiritual yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
baik sehat maupun sakit, yang mencakup keseluruhan proses kehidupan manusia (Lokakarya
Keperawatan Nasional, 2003). Keperawatan turut menentukan mutu pelayanan kesehatan,
untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu tersebut, perlu didukung dengan
pengetahuan tenaga kesehatan yang terus ditingkatkan.
Pada tahun 2000 telah dilakukan penelitian tentang pelayanan keperawatan dan
kebidanan oleh Direktorat Pelayanan Keperawatan Departemen Kesehatan Indonesia
bekerjasama dengan WHO yang dilakukan di Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Jawa Barat dan
DKI Jakarta menunjukkan gambaran sebagai berikut: I). 70,9% perawat dan bidan selama tiga
tahun tidak pernah mengikuti pelatihan manajemen, 2), 39,8% perawat dan bidan banyak
melakukan tugas-tugas non keperawatan, 3), 47,4% perawat dan bidan tidak memiliki uraian
tugas secara tertulis, 4), belum dikembangkannya sistem monitoring dan evaluasi kinerja
(Kepmenkes nomor 836/MENKES/SK/VI/2005).
Diskusi diskusi kasus merupakan salah satu komponen Pengembangan Manajemen
Kinerja (PMK). Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK) merupakan pendekatan perbaikan
proses pada sistem mikro yang mendukung dan meningkatkan kompetensi perawat klinis untuk
bekerja secara profesional dengan memperhatikan etika, tata nilai, dan aspek legal dalam
pelayanan kesehatan.
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) digunakan sebagai metode pembelajaran yang dapat
menuntun perawat dalam suatu kelompok diskusi baik di rumah sakit maupun puskesmas
untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman klinik yangdidasarkan atas standar yang telah
ditetapkan.
Dalam DRK ini akan dibahas masalah–masalah keperawatan yang aktual, menarik
baik yang lalu maupun yang sedang berlangsung. Selain itu juga dibahas tentang

2
pengalaman keberhasilan dalam melaksanakan tugas pelayanan dengan pemanfaatan
sumber-sumber yang tersedia.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa itu diskusi refleksi kasus ?
2. Apa tujuan dilaksanakannya diskusi refleksi kasus ?
3. Bagaimana langkah-langkah diskusi refleksi kasus ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian diskusi refleksi kasus
2. Untuk mengetahui tujuan dilaksankannya diskusi refleksi kasus
3. Untuk mengetahui langkah-langkah diskusi refleksi kasus

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diskusi refleksi kasus

Diskusi Refleksi Kasus adalah suatu metode pembelajaran dalam merefleksikan


pengalaman perawat yang aktual dan menarik dalam memberikan dan mengelola
asuhan keperawatan di lapangan melalui suatu diskusi kelompok yang mengacu pada
pemahaman standar yang ditetapkan.
Dalam DRK ini akan dibahas masalah-masalah keperawatan yang aktual, menarik
baik yang lalu maupun yang sedang berlangsung. Selain itu juga dibahas tentang
pengalaman keberhasilan dalam melaksanakan tugas pelayanan dengan pemanfaatan
sumber-sumber yang tersedia.
Melalui DRK ini profesionalisme perawat ditingkatkan sehingga dapat
memberikan pelayanan yang optimal. Dalam modul ini akan dibahas mengenai
pengertian, tujuan, penatalaksanaan, penulisan laporan dan jadwal kegiatan.

2.2 Tujuan DRK


Berdasarkan Modul Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik (PMKK), 2006 tujuan dari
DRK adalah sebagai berikut:

a) Mengembangkan profesionalisme perawat.


b) Meningkatkan aktualisasi diri
c) Membangkitkan motivasi belajar
d) Wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada
standarkeperawatan yang telah ditetapkan.
e) Belajar untuk menghargai kolega untuk lebih sabar, lebih
banyakmendengarkan, tidak menyalahkan, tidak memojokkan dan
meningkatkan kerja

2.3 Langkah-lagkah melakukan diskusi refleksi kasus

a. Memilih menetapkan kasus yang akan didiskusikan

4
Topik-topik bahasan yang ditetapkan untuk didiskusikan dalam DRK antara lain :

 Pengalaman pribadi perawat yang aktual dan menarik dalam menangani


kasus/pasien di lapangan baik di rumah sakit/puskesmas
 Pengalaman dalam mengelola pelayanan keperawatan dan isu-isu strategis.
Pengalaman yang masih relevan untuk dibahas dan akan memberikan informasi
berharga untuk meningkatkan mutu pelayanan.
 Proses diskusi ini akan memberikan ruang dan waktu bagi setiap peserta untuk
merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta kemampuannya, dan
mengarahkan maupun meningkatkan pemahaman perawat terhadap standar yang
akan memacu mereka untuk melakukan kinerja yang bermutu tinggi.

b. Menyusun Jadwal Kegiatan

 Jadwal kegiatan DRK adalah daftar kegiatan yang harus dilaksanakan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan dan disepakati. Kegiatan DRK disepakati
dalam kelompok kerja, baik di puskesmas maupun dirumah sakit (setiap
ruangan).
 Kegiatan DRK dilakukan minimal satu kali dalam satu bulan dan jadwal disusun
untuk kegiatan satu tahun. Dengan demikian peran peserta yang telah ditetapkan
mempunyai waktu yang cukup untuk mempersiapkannya.
 Setiap bulan ditetapkan dua orang yang bertugas sebagai penyaji dan fasilitator,
selebihnya sebagai peserta, demikian seterusnya. Sehingga seluruh anggota
kelompok akan mempunyai kesempatan yang sama.

c. Waktu Pelaksanaan

Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut minimal 60 menit, dengan
perincian sebagai berikut:

1. Pembukaan: 5 menit
2. Penyajian: 15 menit
3. Tanya jawab 30 menit
4. Penutup/rangkuman : 10 menit

5
d. Peran masing-masing personal dalam DRK

Dalam DRK ditetapkan suatu aturan main yang harus dipatuhi oleh semua peserta agar
diskusi tersebut dapat terlaksana dengan tertib. Ada 3 peran yang telah disepakati dan
dipahami dalam pelaksanaan DRK yaitu:

1. Peran penyaji
2. Peran peserta
3. Peran fasilitator/moderator

1. Peran penyaji
 Menyiapkan kasus klinis keperawatan yang pernah dialami atau pernah terlibat
didalamnya yang merupaka kasus menarik baik kasus lalu maupun kasus saat
ini. Selain kasus klinis dapat pula dipilih kasus manajemen dan pengalaman
keberhasilan dalam pelayanan.
 Menjelaskan kasus yang sudah disiapkan. Alokasi waktu 10-20 menit
 Menyimak pertanyaan yang disampaikan
 Memberikan jawaban sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman nyata yang
telah dilakukan dan merujuk pada standar yang relevan atau SOP yang berlaku.
 Mencatat hal penting selama proses DRK
2. Peran peserta
 Mengikuti kegiatan sampai selesai diakhir dengan mengisi daftar hadir
 Memberikan perhatian penuh selama kegiatan
 Mempunyai hak untuk mengajukan pertanyaan/pernyataan minimal satu
pertanyaan dengan alokasi waktu keseluruhan 20-30 menit
 Dalam mengajukan pertanyaan merujuk pada standar
 Tidak dibenarkan untuk mengajukan pertanyaan/pernyataan yang sifatnya
menyalahkan atau memojokkan
 Tidak dibenarkan untuk mendominasi pertanyaan
 Pertanyaan berupa klarifikasi dan tidak bersifat menggurui
3. Peran fasilitator/moderator

6
 Mempersiapkan ruangan diskusi dengan mengatur posisi tempat duduk dalam
bentuk lingkaran sehingga peserta dapat saling bertatap muka dengan leluasa
 Membukan pertemuan
- Mengucapkan selamat datang
- Menyampaikan tujuan pertemuan
- Membuat komitmen bersama dentan seluruh anggota diskusi tentang lamanya
waktu diskusi (kontrak waktu)
- Menyampaikan tata tertib diskusi
 Mempersilahkan penyaji untuk menyampaikan kasus selama 10-20 menit
 Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan secara
bergilir selama 30 menit
 Mengatur lalu lintas pertanyaan pertanyaan yang diajukan olch peserta dan
klarifkasi bila ada yang tidak jelas
 Merangkum hasil diskusi
 Melakukan refleksi terhadap proses diskusi dengan meminta pendapat dan
peserta untuk menyampaikan komentarnya tentang diskusi tersebut
 Membuat kesimpulan hasil refleksi dan menyampaikan isu-isu yang muncul
 Meminta kesepakatan untuk rencana pertemuan berikutnya
 Menutup pertemuan dengan memberikan penghargaan kepada seluruh peserta
dan berjabat tangan
 Membuat laporan hasil diskusi sesuai format dan menyimpan laporan DRK pada
arsip yang telah ditentukan bersama

e. Penulisan Laporan

Setelah melakukan kegiatan, langkah berikutnya adalah menyusun laporan


DRK. Agar kegiatan DRK dapat diketahui dan dibaca oleh pimpinan, anggota
kelompok maupun teman sejawat lainnya maka kegiatan tersebut harus
dicatat/didokumentasikan sebagai laporan. Bentuk laporan dikemas dengan
menggunakan suatu format yang antara lain berisikan :
1. Nama peserta yang hadir

7
2. Tanggal, tempat dan waktu pelaksanaan
3. Isu-isu atau masalah yang muncul selama diskuso
4. Rencana tindak lanjut berdasarkan masalah
5. Lampiran laporan menyertakan daftar hadir yang ditandatangani oleh semua
peserta.

2.4 Telaah jurnal

1. Judul

Implementasi diskusi refleksi kasus (drk) meningkatkan kepatuhan perawat dalam


menerapkan sop manajemen nyeri

2. Penulis

a) Yuni Kurniasih
b) Ardani
c) Widiastuti
4. Tempat penelitian
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
dapat meningkatkan kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO manajemen nyeri
6. Populasi
Populasi pada kelompok intervensi sejumlah 96 perawat dan 12 dokter.
7. Sampel
Sampel yang digunakan adalah 36 perawat di ruang perawatan.
8. Metode penelitian
Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperiment. Analisa data untuk menguji pre dan
post pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol menggunakan Uji PairedT-
test atau Uji T berpasangan.
9. Hasil Penelitian
Adanya pengaruh implementasi DRK terhadap kepatuhan penerapan SOP
manajemen nyeri dikarenakan DRK merupakan suatu alat yang dapat meningkatkan

8
akuntabilitas perawat di rumah sakit. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pamungkas (2011) bahwa pelaksanaan DRK sangat efektif dan
efisien untuk meningkatkan pengetahuan, skill dan akuntabilitas perawat di rumah
sakit.
Diskusi refleksi kasusu (DRK) merupakan suatu alat yang efektif dan efisien untuk
meningkatkan pelaksanaan SOP manajemen nyeri. Penelitian serupa yang pernah
dilakukan oleh Ardani, 2018 yang menjelaskan bahwa ada pengaruh yang bermakna
anatara DRK dengan penerapan SOP resiko jatuh pada pasien. Semakin sering
dilakukan DRK maka besar harapannya pelaksanaan implementasi SOP resiko jatuh
akan semakin baik.
DRK merupakan suatu alat praktek manajemen kesehatan yang digunakan untuk
mengembangkan layanan kesehatan yang profesional. Rumah sakit dalam
penerapan DRK dalam proses layanan kesehatan khususnya keperawatan
merupakan kunci keberhasilan dari konsep ini. Monitoring dan evaluasi yang dapat
dilakukan berupa evaluasi proses diskusi dan administrasi yang dilakukan (Ujeg,
2017).

9
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diskusi refleksi kasus digunakan sebagai metode pembelajaran yang dapat


menuntun perawat dalam suatu kelompok diskusi baik di rumah sakit maupun
puskesmas untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman klinik yang didasarkan atas
standar yang telah ditetapkan
Dalam DRK ini akan dibahas masalah-masalah keperawatan yang aktual, menarik
baik yang lalu maupun yang sedang berlangsung. Selain itu juga dibahas tentang
pengalaman keberhasilan dalam melaksanakan tugas pelayanan dengan pemanfaatan
sumber-sumber yang tersedia. Melalui DRK ini profesionalisme perawat dan bidan
ditingkatkan sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal.

3.2 Saran
Untuk kesempurnaan dari makalah ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
teman-teman, maupun dosen mata kuliah manajemen keperawatan untuk menjadi
bahan pertimbangan dan intropeksi kami dalam pembuatan makalah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Departemen Kesehatan RI, PUSDIKLATKES Bekerjasama dengan


Dit. Keperawatan dan Keteknisisian Medik.
https://m.klikdokter.com/penyakit/coronavirus

NANDA internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klarifikasi


2015-2017 Edisi 10 Jakarta : EGC Moorhead, Sue., Johnson, Marion, Mass, Meridean
L., Swonson, Elizabeth. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th
Indonesian Edition. Singapure : Elseveir

Bulechek, G.M., Butcher H.K., Dotcherman J.M 2016. Nursing Interventions


Classification (NIC) 6thIndonesian Edition. Singapore: Elsevier

11
Skenario Roleplay Diskusi Refleksi Kasus (DRK)

Kepala Ruangan : Niken


Penyaji / Ketua Tim : Nadia
Fasilitatator : Ulfa
Peawat : Muthia

Kasus :
Pasien dengan diagnosa medis Apendiksitis, klien mengeluh sakit pada perut sejak 5 hari yang lalu
dan dirawat di ruang Melati dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah. klien mengatakan telah
melakukan operasi 3 hari yang lalu, klien mengatakan sulit saat beraktivitas dan terasa sakit saat
bergerak, klien mengatakan tidak nafsu makan Identifikasi nyeri P: Nyeri pada luka operasi, Q:
seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri di bagian perut, S: 7, T: nyeri terus menerus pada saat bergerak,
wajah tampak pucat, klien tampak lemas, nafsu makan menurun, ekstremitas hangat, TD: 120/90
mmHg, N: 80 x/menit, RR: 19 x/menit, suhu: 37,6°C. Aktifitas dibantu oleh keluarga karena klien
merasa sakit pada bekas luka operasi. Perawat sudah melakuakn pemeriksaan laboratorium akan
tetapi hasilnya sama. Berdasarkan keadaan tersebut perawat di ruang Melati berencana melakukan
Diskusi Refleksi Kasus (DRK).

Perawat mengutarakan keadaan pasien dan meminta persetujuan untuk dilakukannya


Diskusi Refleksi Kasus (DRK) kepada ketua Tim.

Perawat : Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat pagi Ners.


Kepala Ruangan : Wa'alaikumsalam Wr. Wb. Iya selamat pagi, ada yang bisa dibantu?
Perawat : Saya ingin menyampaikan informasi bahwa ada pasien di Ruang Melati (Ruang Bedah).
Dengan diagnosa Apendiksitis, Keadaan pasien saat ini masih mengelu nyeri, skala nyeri tidak
menunjukkan hasil yang signifikan, skala nyeri yang dirasakan pasien yaitu 7, sulit saat
beraktivitas dan terasa sakit saat bergerak, klien merasa lemas, klien mengatakan tidak nafsu
makan, klien dibantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, ekstremitas hangat. TD:
120/90 mmHg. N: 80 x/menit, RR: 19 x/menit, suhu: 37 °C. Pasien sudah mendapatkan terapi
lanjutan akan tetapi keadaan tidak menunjukkan perubahan yang signifikan selama perawatan. Jadi
saya bermaksud untuk mengangkat kasus ini di kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) pada pagi
hari ini untuk mendapatkan solusi perawatan lanjutan apakah Ns, setuju ?

12
Kepala Ruangan : Saya setuju sekali, bisa segera di atur untuk persiapan pelaksanaan Diskusi
Refleksi Kasus (DRK) pada pagi hari ini, untuk Ns dan Ns. bagaimana?
Ketua Tim : Saya juga setuju sekali jika kasus ini dapat diangkat dalam pembahasan di Diskusi
Refleksi Kasus (DRK) pada pagi hari ini, agar dapat solusi yang terbaik dan pasien segara sembuh.
Insyaallah untuk kegiatannya dilaksanakan pada pukul 13.00 WIB Ners.
Kepala Ruangan : Baik bisa langsung di persiapkan, saya tunggu informasi selanjutnya.
Perawat : Baik Ners, saya permisi melanjutkan rencana kegiatan pada pagi hari ini.
Kepala Ruangan : Baik silahkan

Diskusi Refleksi Kasus (DRK) dilakukan pada tanggal 11 November 2022 pukul 13.00 WIB
di Ruang Melati yang di hadiri oleh seluruh anggota tim di Ruang diskusi perawat.

Fasilitator : Assalamu'alaikum Wr Wb dan selamat pagi semuanya.


Peserta : Wa'alaikumsalam Wr Wb dan selamat pagi.
Fasilitator : Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas kehadiran rekan-rekan semua yang telah
hadir pada kegiatan pagi hari ini. Semoga kita semua selalu diberi kesehatan. keselamatan serta
dilimpahkan segala rahmat dan karunia Allah SWT, sehingga kita dapat melakukan tugas dengan
lancar dan sesuai harapan. Kegiatan hari ini yaitu Diskusi Refleksi Kasus (DRK) yang rutin
dijadwalkan setiap bulannya. Hari ini kita akan melaksanakan refleksi kasus yang telah kita
sepakati bersama yaitu dengan tema Appendiksitis. Sebelum dimulai mari kita sepakati terlebih
dahulu waktu diskusi pada pagi hari ini. Bagaimana kalau diskusi kita laksanakan selama 60
menit?
Peserta : Setuju.
Fasilitator : Baik, perkenalkan saya perawat Ulfa sebagai moderator pada kegiatan diskusi hari
ini, yang akan memimpin jalannya diskusi refleksi dengan tema Appendiksitis. Diharapkan semua
peserta dapat mengikuti diskusi dengan baik dan kegiatan ini dapat memberikan pelayanan yang
optimal kepada pasien. Baik, pemateri hari ini yaitu Ns selama 15 menit. dilanjutkan dengan sesi
diskusi selama 30 menit dan sesi evaluasi 15 menit. Kepada penyaji Ns.Nadia untuk waktu dan
tempat saya persilahkan untuk menyampaikan materinya.
Penyaji / Katim : Assalamu'alaikum Wr Wb dan selamat pagi semuanya.
Peserta : Wa'alaikumsalam Wr Wbr dan selamat pagi.
Penyaji / Katim : Baik, terima kasih atas kesempatannya. Apendiksitis adalah peradangan usus
buntu yang disebabkan oleh bakteri. Banyak hal yang dapat mengakibatkan terjadinya apendisitis,
namun faktor yang diduga mencetus yaitu sumbatan pada lumen apendiks selain hyperplasia
jaringan limfoid, tumor pada apendiks, dan cacing askaris. Adapun penyebab dari pola gaya hidup

13
atau kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya
apendisitis. Selain itu erosi pada mukosa apendiks akibat E. histolytica juga dapat menjadi
penyebab terjadinya apendisitis (Arifuddin, dkk.. 2017).
Saya akan memaparkan kondisi pasien dengan Apendiksitis yang dirawat di ruang Melati klien
mengeluh nyeri pada luka operasi dibagian perut, klien mengatakan sulit saat beraktivitas dan
terasa sakit saat bergerak, klien mengatakan kurang makan makanan berserat, nafsu makan
menurun, klien dibantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, identifikasi nyeri P:
Nyeri pada luka operasi, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri di bagian perut, S: 7, T: nyeri terus
menerus pada saat bergerak, klien tampak lemas, ekstremitas hangat, TD: 120/90 mmHg. N: 80
x/menit. RR: 19 x/menit, suhu: 37°C. Pada perawatan hari ke 3 nyeri yang dirasakan sudah
berkurang akan tetapi penurunan skala nyeri tidak menunjukkan hasil yang signifikan, skala nyeri
yang di rasakan pasien adalah 7, badan masih terasa lemas dan nafsu makan menurun.
Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan SDKI : Nyeri akut
Intervensi nyeri akut yang telah dilakukan kepada Ny. R (Manajemen nyeri):
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri.
2. Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Fasilitasi tidur dan istirahat.
4. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
6. Kolaborasi pemberian analgesik.
7. Ajarkan teknik non farmakologi meredakan nyeri.
Sekian pemaparan dari saya, kurang lebihnya mohon maaf. Wassalamu'alaikum Wr Wbr.
Fasilitator : Baik, langsung saja mungkin ada yang ingin disampaikan oleh teman-teman sejawat,
saya buka untuk sesi diskusi dalam Diskusi Refleksi Kasus (DRK) pada pagi hari ini.
Kepala Ruangan : Baik, saya mulai. Saya ingin menanyakan terkait penatalaksanaan terapi
farmakologi pasien apakah dilakukan secara rutin sesuai anjuran dokter?
Perawat : Terkait penatalaksanaan farmakologi melalui injeksi Ners sudah sesuai dengan SOP
dan anjuran dari dokter.
Kepala Ruangan : Alhamdulillah jika penetalaksanaan farmakologi sudah dilaksanakan dengan
baik, tetapi saran saya mohon untuk tetap dikontrol mengenai pemberian pengobatan melalui
injeksi dan terkait nyeri pasien. Mungkin akan saya kaji ulang penerapan sistem yang ada,
kemudian kita bisa berkolaborasi dengan tenaga farmasi maupun dalam perawat lainnya dalam
pemberian serta edukasi farmakologi maupun non farmakologi kepada pasien dan keluarga.
Sehingga bisa memberikan tindakan yang maksimal kepada pasien.

14
Tambahan dari saya, dikarenakan nyeri pasien yang masih kambuh, lakukan edukasi kepada pasien
serta keluarga mengenai penggunaan terapi non farmakologi yang bisa diterapkan kepada pasien
maupun keluarga secara mandiri. Dikarenakan terapi non farmakologi yang aman diterapkan,
mudah dan tidak menyebabkan efek samping.
Penggunaan terapi non farmakologi yang bisa dilakukan yaitu dengan cara mengkompres air
hangat dibagian nyerinya. Terapi ini dapat meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang
mengalami cedera, juga dapat membantu merilekskan otot yang mengalami kekuan dan juga dapat
mengurangi intensitas nyeri.
Fasilitator : Terima kasih Ns atas pemaparannya. Baik apakah ada yang ingin mengajukan
pertanyaan kembali?
Karu : Tambahan dari saya, Berikan informasi kepada pasien tentang terapi yang bisa dilakukan
ketika nyeri timbul kembali dan menjelaskan detail tata cara terapi kompres air hangat. Berikan
informasi kepada pihak keluarga terhadap kondisi klien dan bagaimana perlakuan serta pola hidup
pasien sebelum sakit.
Cukup mungkin itu saja tambahan yang ingin saya sampaikan.
Fasilitataor : Baik terima kasih Ners. Apakah ada lagi yang ingin disampaikan?
Peserta : Cukup.
Fasilitator : Baik, saya rasa cukup diskusi pada hari ini. Dari kegiatan Diskusi Refleksi Kasus
(DRK) yang kita lakukan dapat saya simpulkan bahwa :
1. Pentingnya kontrol dan pengawasan terkait pengobatan melalui injeksi kepada pasien dan
kolaborasi bersama dengan tenaga keperawatan lainnya mengenai edukasi non farmakologi yaitu
terapi kompres air hangat yang bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien dan keluarga.
2. Edukasi kepada pasien dan keluarga informasi selengkap-lengkapnya mengenai penyakit yang
di derita, menjelaskan prosedur terapi non farmakologi yang dilakukan serta pola hidup yang baik
dan benar.
Baik saya rasa diskusi pada hari ini dapat diakhiri dengan bacaan Hamdalah, kita beri tepuk tangan
untuk kita semua agar kiat lebih semangat lagi dalam menjalankan aktifitas. Jangan lupa untuk
mengisi daftar hadir di lembar yang sudah disediakan. Saya akhiri diskusi pada hari ini.
Wassalamu'alaikum Wr Wb
Peserta : Walaikumsalam Wr Wb

15
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2020

IMPLEMENTASI DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK) MENINGKATKAN


KEPATUHAN PERAWAT DALAM MENERAPKAN
SOP MANAJEMEN NYERI

Yuni Kurniasih1), Ardani2), Widiastuti3)


1,2,3
Universitas Aisyiyah Yogyakarta
e-mail : yunikurniasih12@yahoo.com

ABSTRAK
Keberhasilan pelayanan kesehatan sangat tergantung pada partisipasi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan yang berkualitas. Banyaknya tugas yang hars dilakukan perawat membuat
perawat kurang maksimal dalam menjalankan tugasnya sebagai pemberi asuhan keperawatan. Salah
satu kegiatan untuk memecahkan masalah yang muncul dalam pelayanan kesehatan salah satunya
dengan refleksi kasus yang di Indonesia diperkenalkan melalui kegiatan Diskusi Refleksi Kasus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Diskusi Refleksi Kasus (DRK) dapat meningkatkan
kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO manajemen nyeri di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan dilakukan pada responden yang
berjumlah 35 responden. Analisa data untuk menguji pre dan post menggunakan Uji PairedT-test
atauUji T berpasangan. Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh yang signifikan kepatuhan
penerapan sop manajemen nyeri didapatkan t hitung 13.126 dan signifikansi 0,00.
Kata kunci: DRK, kepatuhan, manajemen nyeri

ABSTRACT
The success of health services is highly dependent on the participation of nurses to provide quality
nursing care. The number of tasks that must be done by nurses makes nurses less optimal in carrying
out their duties as providers of nursing care. One of the activities to solve problems that arise in the
health service is one of them by reflecting cases which introduced in Indonesia through the Case
Reflection Discussion. This study aims to determine whether the Case Reflection Disscussion (CRD)
can increase nurses' compliance in implementing SOP pain management at PKU Muhammadiyah
Hospital in Yogyakarta. Data analysis pre and post test used the Paired T-test or Paired T Test. The
results of this study indicate that there is a significant effect of compliance with the application of
standart operating procedure (SOP) pain management obtained t count 13,126 and a significance of
0.00.
Keyword: Reflective case discussion, compliance, pain management

1. PENDAHULUAN peranan penting dalam mencapai tujuan


Peningkatan kinerja perawat pembangunan kesehatan (Natasia, 2014).
profesional dan selalu mematuhi SPO Keberhasilan pelayanan kesehatan sangat
dalam memberikan pelayanan pada pasien tergantung pada partisipasi perawat alam
perlu dilakukan secara terus menerus. memberikan asuhan keperawatan yang
Manifestasi yang selalu yang menjadi berkualitas (Sawansburg, 2000).
keluhan pada pasien yang dirawat di Kegiatan untuk memecahkan masalah
rumah sakit adalah nyeri. Nyeri yang muncul dalam pelayanan kesehatan
merupakan pengalaman sensorik dan salah satunya dengan refleksi kasus yang
emosional yang diakibatkan adanya di Indonesia diperkenalkan melalui
kerusakan jaringan yang sedang atau akan kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK).
terjadi, atau pengalaman sensorik dan Kegiatan keperawatan ini apabila
emosional yang merasakan seolah-olah dilakukan secara rutin dan konsisten oleh
terjadi kerusakan jaringan (International kelompok keperawatan, maka masing –
Association for the Study of Pain). masing akan mondorong perawat untuk
Perawat sebagai salah satu tenaga lebih memahami hubungan antara standar
kesehatan di rumah sakit memegang

148
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2020

dengan kegiatan yang dilakukan sehari – Tabel 2. Hasil Analisis Uji Normalitas Pre
hari (Ulfah, 2014). dan Post Penerapan SOP Manajemen Nyeri
Diskusi refleksi kasus (DRK) menurut Pre Post
hasil penelitian Ahmad Iqbal mampu Nyeri Nyeri
meningkatkan individu dalam membuat N 36 36
perencanaan dan efektif dalam upaya Normal Mean 55,1111 83,5833
mengembangkan mutu keperawatan Parametersa,b Std. 28,86795 36,32502
(Depkes, 2005). Manfaat lain yang dapat Deviation
diambil dari pelaksanaan DRK adalah Most Absolute ,223 ,186
sebagai sarana perawat untuk instropeksi Extreme Positive ,223 ,168
diri terhadap tindakan atau kegiatan kerja Differences Negative -,166 -,186
yang dilakukan sehingga akan Test Statistic ,223 ,186
meningkatkan kualitas kerja yang Asymp. Sig. (2-tailed) ,056c ,163c
diharapkan (Ratnasari, 2012).
Dapat dilihat dari tabel one-sample
2. METODE PENELITIAN kolmogorov-smirnov test di atas
Jenis penelitian ini adalah Quasi menunjukkan bahwa data tersebut
Eksperiment. Populasi pada kelompok memiliki nilai Asymp. Sig. (2-tailed) >
intervensi sejumlah 96 perawat dan 12 dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan data
dokter. Tehnik pengambila sampel dalam yang digunakan dalam penelitian data
penelitian ini adalah dengan menggunakan dapat dinyatakan berdistribusi normal.
purposive sampling. Penelitian ini
dilakukan pada Agustus-September 2019. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel yang digunakan adalah 36 perawat Analisis nilai deskriptif masing-masing
di ruang perawatan. Kuesioner yang variabel berdasarkan nilai mean, modus,
digunakan alat ukur adalah kuesioner median, standar deviasi dalam tabel 3.
DRK dan SOP manajemen nyeri. Tabel 3. menggambarkan bahwa pada
Analisa data untuk menguji pre dan sebelum dilakukannya pelatihan DRK
post pada kelompok intervensi dan diperoleh nilai rerata sebelum
kelompok kontrol menggunakan Uji diberikannya perlakuan yaitu 5.30. Nilai
PairedT-test atau Uji T berpasangan. median merupakan nilai tengah yaitu 5.50
Sebelum dilakukan uji Paired T Test, dan nilai modus yaitu 6.00. Sedangkan
dilakukan uji normalitas data setelah dilakukannya pelatihan DRK
menggunakan uji kolmogorof smirnof diperoleh rerata 6.69, nilai median yang
yang hasilnya sebagai berikut merupakan nilai tengah sebesar 7.00,
modus 6.00 dan standar deviasi 1.14.
Tabel 1. Hasil Analisis Uji Normalitas Pre dan Kepatuhan penerapan SOP manajemen
Post DRK nyeri sebelum diberikannya intervensi
Pre Post pelatihan DRK didapatkan rerata 55.11,
DRK DRK median yang merupakan nilai tengah
N 36 36 52.00, modus 62.00 dan st deviasi sebesar
Normal Mean 5,3056 6,6944 28.86. Setelah diberikannya intervensi
Parametersa,b Std. 1,23796 1,14191 berpa pelatihan DRK maka pelaksanaan
Deviation SOP manajemen nyeri mendapatkan nilai
Most Absolute ,213 ,189 rerata 83.58, median 85.00, modus 40.00
Extreme Positive ,149 ,145 dan st deviasi 36.32.
Differences Negative -,213 -,189
Test Statistic ,213 ,189
Asymp. Sig. (2-tailed) ,077c ,153c

149
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2020

Tabel 3. Hasil Analisis Deskriptif Pre dan Post Test Variabel Diskusi Refleksi Kasus
Deskriptif Pre DRK Post test DRK Pre SOP Nyeri Post SOP Nyeri
Mean 5,30 6,69 5,11 83,58
Median 5,50 7,00 52,00 85,00
Mode 6,00 6,00 62,00 40,00
Std. Deviasi 1,23 1,14 28,86 36,32
Jumlah 18,03 20,83 147,97 244,9

Gambaran implementasi DRK dan yaitu 6,69 sehingga dapat diartikan adanya
kepatuhan penerapan SOP manajemen peningkatan pelaksanaan DRK dengan
nyeri dapat digambarkan dalam tabel 4. adanya intervensi yang dilakukan.
Berdasarkan tabel 4. Tersebut Kepatuhan penerapan SOP manajemen
menunjukan hasil uji paired t-test pada nyeri sebelum dilakukannya intervensi
variabel pelaksanaan DRK diperoleh nilai didapatkan rerata 55,11 dan setelah
t hitung 7,22 dan signifikansi yaitu 0,00 diberikannya intervensi meningkat
sehingga t hitung diatas t tabel dan menjadi 83,58. Nilai t hitung 13,126 dan
signifikansi dibawah 0,05. Dapat diambil signifikansi 0,00 dapat diambil
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
rerata yang signifikan pelaksanaan DRK rerata yang signifikan kepatuhan
pada sebelum dan sesudah perlakuan. Nilai pelaksanaan SOP manajemen nyeri
rerata sebelum adanya perlakuan yaitu sebelum dan sesudah intervensi.
5,31 sedangkan setelah adanya perlakuan

Tabel 4. Implementasi DRK terhadap kepatuhan penerapan SOP manajemen nyeri (n: 36)
Variabel Kelompok Rerata t Hitung Signifikansi Keterangan
Pretest 5,31 7,22
DRK 0,00 Signifikan
Posttest 6,69
Manajemen Pretest 55,11 13,126
0,000 Signifikan
Nyeri Posttest 83,58

Kepatuhan penerapan SOP manajemen Diskusi refleksi kasusu (DRK)


nyeri di RS PKU Muhammadiyah merupakan suatu alat yang efektif dan
Yogayakarta menunjukan adanya efisien untuk meningkatkan pelaksanaan
peningkatan setelah diberikan perlakuan. SOP manajemen nyeri. Penelitian serupa
Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t test yang pernah dilakukan oleh Ardani, 2018
pada variabel kepatuhan penerapan sop yang menjelaskan bahwa ada pengaruh
manajemen nyeri diperoleh t hitung yang bermakna anatara DRK dengan
13,126 dan signifikansi 0,00 sehingga t penerapan SOP resiko jatuh pada pasien.
hitung diatas t tabel dan signifikansi Semakin sering dilakukan DRK maka
dibawah 0,05. besar harapannya pelaksanaan
Adanya pengaruh implementasi DRK implementasi SOP resiko jatuh akan
terhadap kepatuhan penerapan SOP semakin baik.
manajemen nyeri dikarenakan DRK DRK merupakan suatu alat praktek
merupakan suatu alat yang dapat manajemen kesehatan yang digunakan
meningkatkan akuntabilitas perawat di untuk mengembangkan layanan kesehatan
rumah sakit. Hal ini sejalan dengan yang profesional. Rumah sakit dalam
penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas penerapan DRK dalam proses layanan
(2011) bahwa pelaksanaan DRK sangat kesehatan khususnya keperawatan
efektif dan efisien untuk meningkatkan merupakan kunci keberhasilan dari konsep
pengetahuan, skill dan akuntabilitas ini. Monitoring dan evaluasi yang dapat
perawat di rumah sakit. dilakukan berupa evaluasi proses diskusi

150
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2020

dan administrasi yang dilakukan (Ujeg, perencanaan peningkatan kualitas SDM


2017). melalui pelatihan/ refresh materi DRK dan
Kepatuhan penerapan manajemen nyeri SOP manajemen nyeri dan berupayan
merupakan suatu keharusan bagi perawat meningkatkan kualitas komitmen
yang bertugas diruang perawatan. organisasi. Institusi pendidikan juga
Pelaksanaan sop manajemen nyeri diharapkan memasukan kajian materi
sebelum dan sesudah intervensi DRK sebagai materi wajib yang
mengalami peningkatan. Manajemen nyeri disampaikan dalam kurikulum pendidikan
merupakan suatu penilaian nyeri pada kesehatan.
pasien di rumah sakit dari awal pasien
masuk sampai pasien dinyatakan sembuh REFERENSI
dari penyakitnya. Tindakan pengobatan
Ardani. 2018. Diskusi Refleksi Kasus
yang diberikan kepada pasien akan
meningkatkan kepatuhan Perawat terhadap
memberikan reaksi tertentu terhadap
Penerapan Standar Prosedur Operasional
pasien. Terapi yang diberikan tentunya
Pencegahan Resiko Jatuh.
bertujuan untuk menurunkan intensitas
nyeri pasien. Bullock A, Barnes E, Ryan B, et al. 2014. Case-
Banyak hal yang berpengaruh terhadap based discussion supporting learning and
penurunan intensitas nyeri, selain practice in optoetry. Ophthalmic Physiol Opt;
ketepatan pengobatan, caring kepada 34: 614–621.
pasien dan penerimaan dari pasien sendiri Curriculum IS. 2013. The Intercollegiate
akan berpengaruh pada kesembuhan Surgical Curriculum Educating the surgeons
pasien. disamping itu dari segi manajemen of the future.; 1–360
layanan difrumah sakit perlu diperhatikan
beberapa hal yang mempengaruhi keadaan Departemen Kesehatan RI. 2011. Peraturan
nyeri pasien seperti salah satunya adalah Menteri Kesehatan RI No:
implementasi diskusi refleksi kasus. 1691/MENKES/PER/2011.
Kebijakan setiap rumah sakit untuk Depkes. Pedoman Pelatihan Pengembangan
mengembangkan kinerja perawat dan Kinerja Klinik ‘ Refleksi Diskusi Kasus ’,
tenaga kesehatan yang bekerja
didalamnya. Perawat yang merupakan Dawber C. 2013. Reflective practice groups for
motor penggerak proses layanan kesehatan nurses: A consultation liaison psychiatry
dirumah sakit menjadi lini terdepan yang nursing initiative: Part 2 - the evaluation. Int
menjamin mutu layanan kesehatan di J Ment Health Nurs; 22: 241–248.
rumah sakit. Dedi Mawardi Pamungkas. 2011Dukungan
steakholder terhadappelaksanaan DRK di
4. KESIMPULAN Rumah Sakit Jogja.
Berdasarkan dengan tujuan penelitian
yang telah ditetapkan, maka peneliti dapat Menkes RI. 2005. KEPMENKES RI NO:
mengambil kesimpulan bahwa terdapat 836/MENKES/SK/VI/2005 N.
peningkatan yang signifikan implementasi Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat
DRK sebelum dan sesudah diberikannya dan Bidan.
intervensi. Begitu juga dengan kepatuhan Natasia N, Loekqijana A, Kurniawati J, et al.
penerapan SOP manajemen nyeri yang 2014. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
dilakukan oleh perawat, mengalami Pelaksanaan SOP Asuhan Keperawatan di
peningkatan yang signifikan dari sebelum ICU-ICCU RSUD Gambiran Kota Kediri
dan sesudah diverikannya intervensi. Factors Affecting Compliance on Nursing
Dengan hasil tersebut maka DRK terbukti Care SOP Implementation in ICU -ICCU
mampu meningkatkan kepatuhan perawat Gambiran Hospital Kediri; 28: 21–25
dalam melaksanakan SOP manajemen
nyeri. Notoatmodjo. 2018. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
5. SARAN Ratnasari M. 2012Faktor-Faktor Manajemen
Dari ada yang dipaparkan diatas maka Sumber Daya Manusia Di Puskesmas
Pihak rumah sakit dapat mengembangkan

151
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2020

Wilayah Kotamadya Jakarta Barat.


Sugiyono. 2016. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta
Swansburg Rc. 2000. Kepemimpinan dan
manajemen Keperawatan untuk Perawat
Klinis. Jakarta, EGC.
Ulfa M, Sarzuli T. 2016. Pengaruh Faktor
Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan
Perawat Dalam Melaksanakan Standar
Prosedur Operasional Pemasangan Kateter di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II; 5: 49–55.
Ujeng. 2017. DRK Dalam Implementasi
Pengembangan Manajemen Kinerja: Studi
kasus di RSUD Gunun Jati Cirebon. Tesis.

152

Anda mungkin juga menyukai