Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kepeawatan
Dosen pengampu :
Mahmud Ady Y, S. Kep., Ns., M. Kep
Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kam panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Diskusi Refleksi
Kasus”. Kami berterima kasih kepada bapak Mahmud Ady Y, S. Kep., Ns., M. Kep selaku Dosen
mata kuliah Manajemen Keperawatan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datan, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang
telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 2
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................. 2
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................. 3
1.3 TUJUAN ...................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4
2.1 PENGERTIAN REFLEKSI KASUS ............................................................................ 4
2.2 TUJUAN DRK .............................................................................................................. 4
2.3 LANGKAH – LANGKAH .......................................................................................... 5
2.4 TELAAH JURNAL ...................................................................................................... 5
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................. 10
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................... 11
3.2 SARAN ....................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 12
ROLE PLAY ............................................................................................................................... 13
LAMPIRAN JURNAL .............................................................................................................. 17
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
2
pengalaman keberhasilan dalam melaksanakan tugas pelayanan dengan pemanfaatan
sumber-sumber yang tersedia.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian diskusi refleksi kasus
2. Untuk mengetahui tujuan dilaksankannya diskusi refleksi kasus
3. Untuk mengetahui langkah-langkah diskusi refleksi kasus
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
Topik-topik bahasan yang ditetapkan untuk didiskusikan dalam DRK antara lain :
Jadwal kegiatan DRK adalah daftar kegiatan yang harus dilaksanakan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan dan disepakati. Kegiatan DRK disepakati
dalam kelompok kerja, baik di puskesmas maupun dirumah sakit (setiap
ruangan).
Kegiatan DRK dilakukan minimal satu kali dalam satu bulan dan jadwal disusun
untuk kegiatan satu tahun. Dengan demikian peran peserta yang telah ditetapkan
mempunyai waktu yang cukup untuk mempersiapkannya.
Setiap bulan ditetapkan dua orang yang bertugas sebagai penyaji dan fasilitator,
selebihnya sebagai peserta, demikian seterusnya. Sehingga seluruh anggota
kelompok akan mempunyai kesempatan yang sama.
c. Waktu Pelaksanaan
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut minimal 60 menit, dengan
perincian sebagai berikut:
1. Pembukaan: 5 menit
2. Penyajian: 15 menit
3. Tanya jawab 30 menit
4. Penutup/rangkuman : 10 menit
5
d. Peran masing-masing personal dalam DRK
Dalam DRK ditetapkan suatu aturan main yang harus dipatuhi oleh semua peserta agar
diskusi tersebut dapat terlaksana dengan tertib. Ada 3 peran yang telah disepakati dan
dipahami dalam pelaksanaan DRK yaitu:
1. Peran penyaji
2. Peran peserta
3. Peran fasilitator/moderator
1. Peran penyaji
Menyiapkan kasus klinis keperawatan yang pernah dialami atau pernah terlibat
didalamnya yang merupaka kasus menarik baik kasus lalu maupun kasus saat
ini. Selain kasus klinis dapat pula dipilih kasus manajemen dan pengalaman
keberhasilan dalam pelayanan.
Menjelaskan kasus yang sudah disiapkan. Alokasi waktu 10-20 menit
Menyimak pertanyaan yang disampaikan
Memberikan jawaban sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman nyata yang
telah dilakukan dan merujuk pada standar yang relevan atau SOP yang berlaku.
Mencatat hal penting selama proses DRK
2. Peran peserta
Mengikuti kegiatan sampai selesai diakhir dengan mengisi daftar hadir
Memberikan perhatian penuh selama kegiatan
Mempunyai hak untuk mengajukan pertanyaan/pernyataan minimal satu
pertanyaan dengan alokasi waktu keseluruhan 20-30 menit
Dalam mengajukan pertanyaan merujuk pada standar
Tidak dibenarkan untuk mengajukan pertanyaan/pernyataan yang sifatnya
menyalahkan atau memojokkan
Tidak dibenarkan untuk mendominasi pertanyaan
Pertanyaan berupa klarifikasi dan tidak bersifat menggurui
3. Peran fasilitator/moderator
6
Mempersiapkan ruangan diskusi dengan mengatur posisi tempat duduk dalam
bentuk lingkaran sehingga peserta dapat saling bertatap muka dengan leluasa
Membukan pertemuan
- Mengucapkan selamat datang
- Menyampaikan tujuan pertemuan
- Membuat komitmen bersama dentan seluruh anggota diskusi tentang lamanya
waktu diskusi (kontrak waktu)
- Menyampaikan tata tertib diskusi
Mempersilahkan penyaji untuk menyampaikan kasus selama 10-20 menit
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan secara
bergilir selama 30 menit
Mengatur lalu lintas pertanyaan pertanyaan yang diajukan olch peserta dan
klarifkasi bila ada yang tidak jelas
Merangkum hasil diskusi
Melakukan refleksi terhadap proses diskusi dengan meminta pendapat dan
peserta untuk menyampaikan komentarnya tentang diskusi tersebut
Membuat kesimpulan hasil refleksi dan menyampaikan isu-isu yang muncul
Meminta kesepakatan untuk rencana pertemuan berikutnya
Menutup pertemuan dengan memberikan penghargaan kepada seluruh peserta
dan berjabat tangan
Membuat laporan hasil diskusi sesuai format dan menyimpan laporan DRK pada
arsip yang telah ditentukan bersama
e. Penulisan Laporan
7
2. Tanggal, tempat dan waktu pelaksanaan
3. Isu-isu atau masalah yang muncul selama diskuso
4. Rencana tindak lanjut berdasarkan masalah
5. Lampiran laporan menyertakan daftar hadir yang ditandatangani oleh semua
peserta.
1. Judul
2. Penulis
a) Yuni Kurniasih
b) Ardani
c) Widiastuti
4. Tempat penelitian
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
dapat meningkatkan kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO manajemen nyeri
6. Populasi
Populasi pada kelompok intervensi sejumlah 96 perawat dan 12 dokter.
7. Sampel
Sampel yang digunakan adalah 36 perawat di ruang perawatan.
8. Metode penelitian
Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperiment. Analisa data untuk menguji pre dan
post pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol menggunakan Uji PairedT-
test atau Uji T berpasangan.
9. Hasil Penelitian
Adanya pengaruh implementasi DRK terhadap kepatuhan penerapan SOP
manajemen nyeri dikarenakan DRK merupakan suatu alat yang dapat meningkatkan
8
akuntabilitas perawat di rumah sakit. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pamungkas (2011) bahwa pelaksanaan DRK sangat efektif dan
efisien untuk meningkatkan pengetahuan, skill dan akuntabilitas perawat di rumah
sakit.
Diskusi refleksi kasusu (DRK) merupakan suatu alat yang efektif dan efisien untuk
meningkatkan pelaksanaan SOP manajemen nyeri. Penelitian serupa yang pernah
dilakukan oleh Ardani, 2018 yang menjelaskan bahwa ada pengaruh yang bermakna
anatara DRK dengan penerapan SOP resiko jatuh pada pasien. Semakin sering
dilakukan DRK maka besar harapannya pelaksanaan implementasi SOP resiko jatuh
akan semakin baik.
DRK merupakan suatu alat praktek manajemen kesehatan yang digunakan untuk
mengembangkan layanan kesehatan yang profesional. Rumah sakit dalam
penerapan DRK dalam proses layanan kesehatan khususnya keperawatan
merupakan kunci keberhasilan dari konsep ini. Monitoring dan evaluasi yang dapat
dilakukan berupa evaluasi proses diskusi dan administrasi yang dilakukan (Ujeg,
2017).
9
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Untuk kesempurnaan dari makalah ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
teman-teman, maupun dosen mata kuliah manajemen keperawatan untuk menjadi
bahan pertimbangan dan intropeksi kami dalam pembuatan makalah.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
Skenario Roleplay Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
Kasus :
Pasien dengan diagnosa medis Apendiksitis, klien mengeluh sakit pada perut sejak 5 hari yang lalu
dan dirawat di ruang Melati dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah. klien mengatakan telah
melakukan operasi 3 hari yang lalu, klien mengatakan sulit saat beraktivitas dan terasa sakit saat
bergerak, klien mengatakan tidak nafsu makan Identifikasi nyeri P: Nyeri pada luka operasi, Q:
seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri di bagian perut, S: 7, T: nyeri terus menerus pada saat bergerak,
wajah tampak pucat, klien tampak lemas, nafsu makan menurun, ekstremitas hangat, TD: 120/90
mmHg, N: 80 x/menit, RR: 19 x/menit, suhu: 37,6°C. Aktifitas dibantu oleh keluarga karena klien
merasa sakit pada bekas luka operasi. Perawat sudah melakuakn pemeriksaan laboratorium akan
tetapi hasilnya sama. Berdasarkan keadaan tersebut perawat di ruang Melati berencana melakukan
Diskusi Refleksi Kasus (DRK).
12
Kepala Ruangan : Saya setuju sekali, bisa segera di atur untuk persiapan pelaksanaan Diskusi
Refleksi Kasus (DRK) pada pagi hari ini, untuk Ns dan Ns. bagaimana?
Ketua Tim : Saya juga setuju sekali jika kasus ini dapat diangkat dalam pembahasan di Diskusi
Refleksi Kasus (DRK) pada pagi hari ini, agar dapat solusi yang terbaik dan pasien segara sembuh.
Insyaallah untuk kegiatannya dilaksanakan pada pukul 13.00 WIB Ners.
Kepala Ruangan : Baik bisa langsung di persiapkan, saya tunggu informasi selanjutnya.
Perawat : Baik Ners, saya permisi melanjutkan rencana kegiatan pada pagi hari ini.
Kepala Ruangan : Baik silahkan
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) dilakukan pada tanggal 11 November 2022 pukul 13.00 WIB
di Ruang Melati yang di hadiri oleh seluruh anggota tim di Ruang diskusi perawat.
13
atau kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya
apendisitis. Selain itu erosi pada mukosa apendiks akibat E. histolytica juga dapat menjadi
penyebab terjadinya apendisitis (Arifuddin, dkk.. 2017).
Saya akan memaparkan kondisi pasien dengan Apendiksitis yang dirawat di ruang Melati klien
mengeluh nyeri pada luka operasi dibagian perut, klien mengatakan sulit saat beraktivitas dan
terasa sakit saat bergerak, klien mengatakan kurang makan makanan berserat, nafsu makan
menurun, klien dibantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, identifikasi nyeri P:
Nyeri pada luka operasi, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri di bagian perut, S: 7, T: nyeri terus
menerus pada saat bergerak, klien tampak lemas, ekstremitas hangat, TD: 120/90 mmHg. N: 80
x/menit. RR: 19 x/menit, suhu: 37°C. Pada perawatan hari ke 3 nyeri yang dirasakan sudah
berkurang akan tetapi penurunan skala nyeri tidak menunjukkan hasil yang signifikan, skala nyeri
yang di rasakan pasien adalah 7, badan masih terasa lemas dan nafsu makan menurun.
Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan SDKI : Nyeri akut
Intervensi nyeri akut yang telah dilakukan kepada Ny. R (Manajemen nyeri):
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri.
2. Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
3. Fasilitasi tidur dan istirahat.
4. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
6. Kolaborasi pemberian analgesik.
7. Ajarkan teknik non farmakologi meredakan nyeri.
Sekian pemaparan dari saya, kurang lebihnya mohon maaf. Wassalamu'alaikum Wr Wbr.
Fasilitator : Baik, langsung saja mungkin ada yang ingin disampaikan oleh teman-teman sejawat,
saya buka untuk sesi diskusi dalam Diskusi Refleksi Kasus (DRK) pada pagi hari ini.
Kepala Ruangan : Baik, saya mulai. Saya ingin menanyakan terkait penatalaksanaan terapi
farmakologi pasien apakah dilakukan secara rutin sesuai anjuran dokter?
Perawat : Terkait penatalaksanaan farmakologi melalui injeksi Ners sudah sesuai dengan SOP
dan anjuran dari dokter.
Kepala Ruangan : Alhamdulillah jika penetalaksanaan farmakologi sudah dilaksanakan dengan
baik, tetapi saran saya mohon untuk tetap dikontrol mengenai pemberian pengobatan melalui
injeksi dan terkait nyeri pasien. Mungkin akan saya kaji ulang penerapan sistem yang ada,
kemudian kita bisa berkolaborasi dengan tenaga farmasi maupun dalam perawat lainnya dalam
pemberian serta edukasi farmakologi maupun non farmakologi kepada pasien dan keluarga.
Sehingga bisa memberikan tindakan yang maksimal kepada pasien.
14
Tambahan dari saya, dikarenakan nyeri pasien yang masih kambuh, lakukan edukasi kepada pasien
serta keluarga mengenai penggunaan terapi non farmakologi yang bisa diterapkan kepada pasien
maupun keluarga secara mandiri. Dikarenakan terapi non farmakologi yang aman diterapkan,
mudah dan tidak menyebabkan efek samping.
Penggunaan terapi non farmakologi yang bisa dilakukan yaitu dengan cara mengkompres air
hangat dibagian nyerinya. Terapi ini dapat meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang
mengalami cedera, juga dapat membantu merilekskan otot yang mengalami kekuan dan juga dapat
mengurangi intensitas nyeri.
Fasilitator : Terima kasih Ns atas pemaparannya. Baik apakah ada yang ingin mengajukan
pertanyaan kembali?
Karu : Tambahan dari saya, Berikan informasi kepada pasien tentang terapi yang bisa dilakukan
ketika nyeri timbul kembali dan menjelaskan detail tata cara terapi kompres air hangat. Berikan
informasi kepada pihak keluarga terhadap kondisi klien dan bagaimana perlakuan serta pola hidup
pasien sebelum sakit.
Cukup mungkin itu saja tambahan yang ingin saya sampaikan.
Fasilitataor : Baik terima kasih Ners. Apakah ada lagi yang ingin disampaikan?
Peserta : Cukup.
Fasilitator : Baik, saya rasa cukup diskusi pada hari ini. Dari kegiatan Diskusi Refleksi Kasus
(DRK) yang kita lakukan dapat saya simpulkan bahwa :
1. Pentingnya kontrol dan pengawasan terkait pengobatan melalui injeksi kepada pasien dan
kolaborasi bersama dengan tenaga keperawatan lainnya mengenai edukasi non farmakologi yaitu
terapi kompres air hangat yang bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien dan keluarga.
2. Edukasi kepada pasien dan keluarga informasi selengkap-lengkapnya mengenai penyakit yang
di derita, menjelaskan prosedur terapi non farmakologi yang dilakukan serta pola hidup yang baik
dan benar.
Baik saya rasa diskusi pada hari ini dapat diakhiri dengan bacaan Hamdalah, kita beri tepuk tangan
untuk kita semua agar kiat lebih semangat lagi dalam menjalankan aktifitas. Jangan lupa untuk
mengisi daftar hadir di lembar yang sudah disediakan. Saya akhiri diskusi pada hari ini.
Wassalamu'alaikum Wr Wb
Peserta : Walaikumsalam Wr Wb
15
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2020
ABSTRAK
Keberhasilan pelayanan kesehatan sangat tergantung pada partisipasi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan yang berkualitas. Banyaknya tugas yang hars dilakukan perawat membuat
perawat kurang maksimal dalam menjalankan tugasnya sebagai pemberi asuhan keperawatan. Salah
satu kegiatan untuk memecahkan masalah yang muncul dalam pelayanan kesehatan salah satunya
dengan refleksi kasus yang di Indonesia diperkenalkan melalui kegiatan Diskusi Refleksi Kasus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Diskusi Refleksi Kasus (DRK) dapat meningkatkan
kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO manajemen nyeri di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan dilakukan pada responden yang
berjumlah 35 responden. Analisa data untuk menguji pre dan post menggunakan Uji PairedT-test
atauUji T berpasangan. Hasil penelitian ini menunjukan adanya pengaruh yang signifikan kepatuhan
penerapan sop manajemen nyeri didapatkan t hitung 13.126 dan signifikansi 0,00.
Kata kunci: DRK, kepatuhan, manajemen nyeri
ABSTRACT
The success of health services is highly dependent on the participation of nurses to provide quality
nursing care. The number of tasks that must be done by nurses makes nurses less optimal in carrying
out their duties as providers of nursing care. One of the activities to solve problems that arise in the
health service is one of them by reflecting cases which introduced in Indonesia through the Case
Reflection Discussion. This study aims to determine whether the Case Reflection Disscussion (CRD)
can increase nurses' compliance in implementing SOP pain management at PKU Muhammadiyah
Hospital in Yogyakarta. Data analysis pre and post test used the Paired T-test or Paired T Test. The
results of this study indicate that there is a significant effect of compliance with the application of
standart operating procedure (SOP) pain management obtained t count 13,126 and a significance of
0.00.
Keyword: Reflective case discussion, compliance, pain management
148
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2020
dengan kegiatan yang dilakukan sehari – Tabel 2. Hasil Analisis Uji Normalitas Pre
hari (Ulfah, 2014). dan Post Penerapan SOP Manajemen Nyeri
Diskusi refleksi kasus (DRK) menurut Pre Post
hasil penelitian Ahmad Iqbal mampu Nyeri Nyeri
meningkatkan individu dalam membuat N 36 36
perencanaan dan efektif dalam upaya Normal Mean 55,1111 83,5833
mengembangkan mutu keperawatan Parametersa,b Std. 28,86795 36,32502
(Depkes, 2005). Manfaat lain yang dapat Deviation
diambil dari pelaksanaan DRK adalah Most Absolute ,223 ,186
sebagai sarana perawat untuk instropeksi Extreme Positive ,223 ,168
diri terhadap tindakan atau kegiatan kerja Differences Negative -,166 -,186
yang dilakukan sehingga akan Test Statistic ,223 ,186
meningkatkan kualitas kerja yang Asymp. Sig. (2-tailed) ,056c ,163c
diharapkan (Ratnasari, 2012).
Dapat dilihat dari tabel one-sample
2. METODE PENELITIAN kolmogorov-smirnov test di atas
Jenis penelitian ini adalah Quasi menunjukkan bahwa data tersebut
Eksperiment. Populasi pada kelompok memiliki nilai Asymp. Sig. (2-tailed) >
intervensi sejumlah 96 perawat dan 12 dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan data
dokter. Tehnik pengambila sampel dalam yang digunakan dalam penelitian data
penelitian ini adalah dengan menggunakan dapat dinyatakan berdistribusi normal.
purposive sampling. Penelitian ini
dilakukan pada Agustus-September 2019. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel yang digunakan adalah 36 perawat Analisis nilai deskriptif masing-masing
di ruang perawatan. Kuesioner yang variabel berdasarkan nilai mean, modus,
digunakan alat ukur adalah kuesioner median, standar deviasi dalam tabel 3.
DRK dan SOP manajemen nyeri. Tabel 3. menggambarkan bahwa pada
Analisa data untuk menguji pre dan sebelum dilakukannya pelatihan DRK
post pada kelompok intervensi dan diperoleh nilai rerata sebelum
kelompok kontrol menggunakan Uji diberikannya perlakuan yaitu 5.30. Nilai
PairedT-test atau Uji T berpasangan. median merupakan nilai tengah yaitu 5.50
Sebelum dilakukan uji Paired T Test, dan nilai modus yaitu 6.00. Sedangkan
dilakukan uji normalitas data setelah dilakukannya pelatihan DRK
menggunakan uji kolmogorof smirnof diperoleh rerata 6.69, nilai median yang
yang hasilnya sebagai berikut merupakan nilai tengah sebesar 7.00,
modus 6.00 dan standar deviasi 1.14.
Tabel 1. Hasil Analisis Uji Normalitas Pre dan Kepatuhan penerapan SOP manajemen
Post DRK nyeri sebelum diberikannya intervensi
Pre Post pelatihan DRK didapatkan rerata 55.11,
DRK DRK median yang merupakan nilai tengah
N 36 36 52.00, modus 62.00 dan st deviasi sebesar
Normal Mean 5,3056 6,6944 28.86. Setelah diberikannya intervensi
Parametersa,b Std. 1,23796 1,14191 berpa pelatihan DRK maka pelaksanaan
Deviation SOP manajemen nyeri mendapatkan nilai
Most Absolute ,213 ,189 rerata 83.58, median 85.00, modus 40.00
Extreme Positive ,149 ,145 dan st deviasi 36.32.
Differences Negative -,213 -,189
Test Statistic ,213 ,189
Asymp. Sig. (2-tailed) ,077c ,153c
149
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2020
Tabel 3. Hasil Analisis Deskriptif Pre dan Post Test Variabel Diskusi Refleksi Kasus
Deskriptif Pre DRK Post test DRK Pre SOP Nyeri Post SOP Nyeri
Mean 5,30 6,69 5,11 83,58
Median 5,50 7,00 52,00 85,00
Mode 6,00 6,00 62,00 40,00
Std. Deviasi 1,23 1,14 28,86 36,32
Jumlah 18,03 20,83 147,97 244,9
Gambaran implementasi DRK dan yaitu 6,69 sehingga dapat diartikan adanya
kepatuhan penerapan SOP manajemen peningkatan pelaksanaan DRK dengan
nyeri dapat digambarkan dalam tabel 4. adanya intervensi yang dilakukan.
Berdasarkan tabel 4. Tersebut Kepatuhan penerapan SOP manajemen
menunjukan hasil uji paired t-test pada nyeri sebelum dilakukannya intervensi
variabel pelaksanaan DRK diperoleh nilai didapatkan rerata 55,11 dan setelah
t hitung 7,22 dan signifikansi yaitu 0,00 diberikannya intervensi meningkat
sehingga t hitung diatas t tabel dan menjadi 83,58. Nilai t hitung 13,126 dan
signifikansi dibawah 0,05. Dapat diambil signifikansi 0,00 dapat diambil
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
rerata yang signifikan pelaksanaan DRK rerata yang signifikan kepatuhan
pada sebelum dan sesudah perlakuan. Nilai pelaksanaan SOP manajemen nyeri
rerata sebelum adanya perlakuan yaitu sebelum dan sesudah intervensi.
5,31 sedangkan setelah adanya perlakuan
Tabel 4. Implementasi DRK terhadap kepatuhan penerapan SOP manajemen nyeri (n: 36)
Variabel Kelompok Rerata t Hitung Signifikansi Keterangan
Pretest 5,31 7,22
DRK 0,00 Signifikan
Posttest 6,69
Manajemen Pretest 55,11 13,126
0,000 Signifikan
Nyeri Posttest 83,58
150
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2020
151
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada – Juli 2020
152