Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN

Kelompok 3

Disusun Oleh Kelompok 2 :


1. Adien Aprilatharani
2. Cindy Agnesya P.
3. Dany Hendra
4. Lailatul Mamlu’ah
5. Laily Nur Jamilah
6. Fajar Kurniawan
7. Khusnul Khofifah
8. Ria Devi Najibulloh
9. Nisfi Badriyatul Laili
10. Zemy F.

STIKES PEMKAB JOMBANG


S1 KEPERWATAN
Tahun Ajaran 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT.Karena atas berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.Tak lupa
pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Manajemen
Keperawatan. yang telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk
menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak.Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu,
kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini,
sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Jombang, 11 Januari 2020

Kelompok 2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pengembangan profesionalisme masa kini bagi perawat dan bidan menjadi


tantangan, dimana mutu pelayanan yang tinggi akan menjadi tuntutan dari
pelanggan. Peningkatan profesionalisme dapat dilakukan dengan berbagai cara,
salah satunya melalui refleksi diskusi kasus (RDK) sebagai suatu metoda baru yang
diperkenalkan di Indonesia. Apabila dilaksanakan secara rutin dan konsisten oleh
kelompok masing-masing akan dapat mendorong perawat dan bidan lebih
memahami hubungan standar dengan kegiatan pelayanan yang dilakukan sehari-
hari. Mempraktekkan RDK juga dapat dikatakan sebagai bagian “in-service
training” yang sangat efektif dan sangat efisien. Kesadaran akan kebutuhan untuk
berkembang adalah menjadi salah satu tanggung jawab perawat dan bidan terhadap
dirinya sendiri dan profesinya. Melalui peningkatan profesionalisme setiap anggota
profesi akan dapat pula meningkatkan kinerja perawat dan bidan sesuai standar
dalam memberikan pelayanan yang bermutu untuk memenuhi harapan masyarakat.
Praktik klinik yang efektif dituntut untuk mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang profesional, dinamis, menyeluruh dengan sistem pelayanan
kesehatan yang terpadu dalam menyelesaikan masalah yang hampir tidak ada
pemecahannya1. Seorang tenaga kesehatan dituntut untuk mampu melakukan
perencanaan harian dalam menyelesaiakan masalah tersebut, hasil penelitian yang
dilakukan oleh Iqbal Ahmad menunjukkan refleksi kasus mampu meningkatkan
individu dalam mebuat perencanaan harian. Refleksi kasus membutuhkan
pengetahuan baru serta kompetensi dalam keterampilan klinik termasuk
didalamnya adalah perilaku yang posistif, pembelajaran berkelanjutan, evidence
base praktice serta kolaborasi interdisiplin sehingga diharapkan mampu untuk
meningkatkan profesionalisme bagi tenaga kesehatan.

Diskusi refleksi kasus (DRK) merupakan suatu metode pembelajaran dalam


merefleksikan pengalaman tenaga keperawatan yang aktual dan menarik dalam
memberikan dan mengelola asuhan keperawatan di lapangan melalui suatu diskusi
kelompok yang mengacu pada pemahaman standar yang ditetapkan. Diskusi yang
berdasarkan kasus mampu untuk meningkatkan kualitas pembelajaraan dan
pemberian umpan balik5 hasil penelitian ini diperkuat oleh Chris Dawber
menunjukan bahwa diskusi refleksi kasus yang dilakukan secara berkelompok
dapat meningkatkan kerjasama tim, meningkatkan kemampuan berfikir kritis
dalam hubungan interpersonal serta mempunyai dampak positif terhadap
perawatan klinis oleh perawat.

B. Tujuan
a. profesionalitas perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan.
b. Mengetahui Peran sebagai fasilitator, penyaji dan anggota
c. Memahami Pedoman Diskusi Refleksi Kasus

C. Manfaat
a. Meningkatkan aktualisasi perawat.
b. Membangkitkan motivasi belajar perawat.
c. Belajar untuk menghargai kerjasama tim kesehatan.
d. Memberikan kesempatan individu untuk mengeluarkan pendapat tanpa
merasa tertekan.
e. Memberikan masukan kepada pimpinan untuk:
1) Peningkatan SDM perawat (pelatihan, pendidikan berkelanjutan)
2) Penyempurnaan SOP dan SAK
3) Pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Manajemen Kinerja Klinis dalam Diskusi Refleksi Kasus


Pengembangan pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan
rangkaian kegiatan yang mengimplementasikan semua kebijakan berupa
Standar, Pedoman serta peraturan secara terpadu langsung pada tatanan nyata di
rumah sakit. Agar implementasi pengembangan ini terarah dan sistematis, maka
perlu disusun prinsip-prinsip, kerangka kerja serta langkah-langkah yang
menggambarkan alur implementasi tersebut.
Refleksi diskusi kasus adalah suatu metoda dalam merefleksikan
pengalaman klinis perawat dan bidan yang mengacu kepada pemahaman terhadap
standar.
Proses diskusi meliputi :
1. Sistem yang didukung oleh manajer lini pertama (kepala ruangan/supervisor di
puskesmas) yang mendorong serta mewajibkan anggotanya untuk
melaksanakan RDK secara rutin, terencana dan terjadwal dengan baik.
2. Kelompok perawat atau kelompok bidan berbagi (sharring) pengalaman klinis
dan iptek diantara sejawat masing-masing selama 1 jam, minimal setiap bulan
sekali.
3. Setiap anggota secara bergilir mendapat kesempatan dan menimba pengalaman
sebagai fasilitator, penyaji dan sebagai anggota dalam diskusi tersebut.
4. Proses diskusi memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk
menyampaikan pendapat dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sedemikian rupa yang merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta
kemampuan masing-masing.
5. Selama diskusi berlangsung harus dijaga agar tidak ada pihak-pihak yang
nerasa tertekan ataupun terpojok. Yang diharapkan terjadi justru sebaliknya
yaitu dukungan dan dorongan bagi setiap peserta agar terbiasa menyampaikan
pendapat mereka masing-masing.
6. Refleksi Diskusi Kasus dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk
memecahkan masalah, namun tidak dipaksakan (tidak harus).
7. Adanya catatan kehadiran dan laporan RDK serta catatan tentang isu-isu yang
muncul tidak terjadi atau terulang lagi.
8. RDK merupakan salah satu metoda in-service training yang mengandung ciri-
ciri pembelajaran antar sejawat dalam satu profesi, sebagai salah satu sarana
untuk meningkatkan kemampuan perawat atau bidan.

Peran sebagai fasilitator, penyaji dan anggota

A. Pedoman Bagi Fasilitator


1. Membuka pertemuan dan mengucapkan selamat datang
2. Menyampaikan tujuan pertemuan, mengajak semua peserta untuk
merefleksikan pengalaman klinis masing-masing.
3. Meminta persetujuan tentang lamanya waktu diskusi (kontrak waktu).
4. Menyampaikan syarat-syarat selama pertemuan.
5. Mempersilakan penyaji untuk mempresentasikan kasusnya selama 10 – 20
menit.
6. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan
pertanyaan secara bergilir selama 30 menit.
7. Mengatur lalu lintas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta dan
klarifikasi bila ada yang tidak jelas.
8. Fasilitator boleh mengajukan pertanyaan sama seperti peserta lainnya.
9. Setelah pertanyaan berakhir, fasilitator bertanya kepada presenter, apa yang
bisa dipelajari dari diskusi tersebut, kemudian dilanjutkan kepada semua
peserta lainnya satu persatu, termasuk fasilitator sendiri juga memberikan
pendapatnya.
10. Fasilitator membuat kesimpulan dan menyampaikan issue-issue yang muncul
berdasarkan pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh semua peserta.
11. Fasilitator melengkapi catatan RDK meliputi materi, issue-issue yang muncul,
termasuk meminta tanda tangan semua peserta.
12. Selanjutnya fasilitator meminta kesepakatan untuk rencana pertemuan
berikutnya.
13. Fasilitator menutup pertemuan dan berjabat tangan.
14. Fasilitator menyimpan laporan RDK pada arsip yang telah ditentukan bersama.

B. Pedoman Bagi Penyaji


1. Memikirkan serta menyiapkan kasus klinis keperawatan atau kebidanan yang
pernah dialami atau pernah terlibat didalam perawatannya.
2. Menjelaskan kasus tersebut dan tetap merahasiaan identitas pasen.
3. Tujuan penyajian kasus memberikan kesempatan bagi penyaji untuk berfikir
atau berefleksi ulang tentang bagaimana pasen tersebut ditangani, hambatan
apa saja yang dialami serta keberhasilan apa saja yang telah dicapai.
4. Penyaji mempunyai kesempatan 10-20 menit untuk menyajkan kasus tersebut.
5. Bila penyajian telah selesai, peserta akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
berupa klarifikasi penanganannya. Mereka tidak akan mengatakan apa yang
harus anda lakukan atau memberi jawaban maupun saran apapun.
6. Penyaji menyimak pertanyaan dan memberikan jawaban sesuai dengan
pengetahuan serta pengalaman nyata yang telah dilakukan dan merujuk pada
standar yang relevan atau SOP yang berlaku.
7. Bila perlu mencatat esensi penting dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan,
atau hal-hal yang belum pernah diketahui sebelumnya sebagai informasi baru.
8. Bila tidak ada lagi pertanyaan, fasilitator akan meminta anda sebagai orang
pertama dalam kelompok untuk menyampaikan apa saja yang dapat dipelajari
dari kasus tersebut, terutama berhubungan dengan informasi baru yang
dianggap dapat memberikan tambahan pengetahuan atau sesuatu hal yang
pernah diketahui tetapi dilupakan. Semua hal tersebut diyakini akan dapat
dipergunakan untuk perbaikan kinerja pada waktu yang akan datang.

C. Pedoman Bagi Anggota/Peserta


1. Setelah memperhatikan penyajian kasus tersebut , setiap peserta menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan, minimal satu pertanyaan. Kesempatan seluas-luasnya
diberikan untuk melakukan klarifikasi atas penanganan kasus tersebut.
2. Didalam mengajukan pertanyaan, cobalah merujuk pada standar atau SOP
yang berlaku, refleksi ulang bila anda mempunyai pengalaman dalam
menangani kasus semacam itu atau iptek terbaru yang diketahui.
3. Peserta tidak diperbolehkan untuk memberikan jawaban, saran secara langsung
atau memberitahukan bagaimana seharusnya perawatan pasen itu harus
dilakukan.
4. Bila anda berpikir bahwa penyaji melakukan perawatan dengan cara yang
berbeda , tidak sesuai standar atau tidak sesuai dengan SOP yang berlaku, anda
dilarang keras untuk melakukan kritik. Anda hanya dapat melakukan
klarifikasi kepada penyaji apakah dia telah memikirkan cara lain seperti apa
yang anda pikirkan.
5. Selama diskusi berlangsung semua peserta memberikan perhatian penuh,
karena sangat mungkin dari setiap pertanyaan atau klarifikasi yang muncul,
ada diantaranya yang belum pernah diketahui oleh peserta lainnya. Ini
merupakan kesempatan bagi semua anggota untuk belajar serta memperoleh
informasi atau pengetahuan baru dari proses diskusi ini dalam waktu yang
relatif sangat singkat.
6. Perlu diingat bahwa semua anggota kelompok juga akan belajar dari pemikiran
anda.
7. Peserta mempunyai waktu 20-30 menit untuk mengajukan pertanyaan, setelah
itu anda perlu menyimak kembali apa yang dapat anda pelajari dari proses
diskusi kasus tersebut, guna dapat menjawab dengan tepat pertanyaan dari
fasilitator pada akhir sesi tersebut.
8. Kesimpulan tentang issue-issue yang muncul dapat dijadikan cermin bagi
semua peserta, agar kejadian atau masalah yang sama tidak terulang dimasa
yang akan datang.

B. Pedoman Diskusi Refleksi Kasus


1. Pengumpulan data
Tahap pengumpulan data perlu memperhatikan tentang riwayat masa lalu
dari kasus yang akan didiskusikan serta bagaimana perkembangan kasus
tersebut saat ini.

Beberapa poin penting yang perlu dikaji dalam tahap pengumpulan data
adalah sebagai berikut :
a. Menilai bagaimana diagnosa medis pasien mempengaruhi wawancara
Anda
b. Bagaimana bias pribadi Anda / asumsi mungkin mempengaruhi
wawancara Anda?
c. Menilai informasi yang Anda kumpulkan, apa yang Anda lihat sebagai
pola atau hubungan antara gejala?
d. Berapa nilai data yang Anda kumpulkan?
e. Apakah beberapa pertimbangan yang dapat Anda simpulkan dari data?
Apakah ada alternatif solusi?
f. Apakah penilaian Anda mengenai pengetahuan dan pemahaman pasien /
pemberi perawatan tentang diagnosis mereka dan kebutuhan untuk terapi
fisik?
g. Sudahkan Anda melakukan verifikasi tujuan pasien dan sumber daya apa
yang tersedia?
h. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, apakah Anda dapat menilai
kebutuhan untuk rujukan kepada tenaga kesehatan profesional lainnya?

2. Menentukan hipotesis awal


Penentuan hipotesis awal didasarkan pada struktur kerangka/ fungsi,
gangguan yang dialami pasien, keterbatasan aktivitas harian pasien,dan
pembatasan partisipasi pasien. Berikut adalah poin refleksi yang perlu dikaji
dalam penentuan hipotesis awal:
a. Dapatkah Anda membangun hipotesis berdasarkan informasi yang
dikumpulkan?
b. Apa yang didasarkan pada (bias, pengalaman)?
c. Bagaimana Anda dapat menentukan hipotesis? Bagaimana Anda dapat
menjelaskan alasan Anda?
d. Bagaimana informasi dan data kondisi pasien yang telah dikumpulkan
dalam mendukung hipotesis Anda?

e. Apakah yang Anda antisipasi dapat menjadi hasil/outcome bagi pasien


(prognosis)?
f. Berdasarkan hipotesis Anda, bagaimanakah strategi Anda dalam
mempengaruhi pemeriksaan?
g. Apa pendekatan / urutan rencana / strategi Anda untuk melakukan
pemeriksaan?
h. Bagaimanakah faktor lingkungan dapat mempengaruhi pemeriksaan
Anda?
i. Bagaimanakah informasi diagnostik lainnya dapat mempengaruhi
pemeriksaan Anda?

3. Pemeriksaan
Tahapan pemeriksaan mempertimbangkn tes yang perlu dilakukan serta
pengukuran-pengukuran. Berikut adalah poin refleksi dari tahapan
pemeriksaan:
a. Menilai tes dan pengukuran yang Anda pilih untuk pemeriksaan,
bagaimana dan mengapa Anda memilihnya?
b. Menggambarkan dari tes ini, bagaimana tes tersebut dapat mendukung /
meniadakan hipotesis Anda?
c. Dapatkah identifikasi dari tes dan pengukuran tersebut membantu Anda
menentukan perubahan status? Apakah tes dan pengukuran itu
setidaknya mampu mendeteksi perbedaan klinis penting?
d. Bagaimana Anda mengatur pemeriksaan? Apa yang mungkin Anda
lakukan secara berbeda?
e. Jelaskan pertimbangan untuk sifat psikometrik tes dan pengukuran yang
digunakan.
f. Diskusikan sistem lain yang tidak diuji, apakah dapat mempengaruhi
masalah pasien.
g. Bandingkan pemeriksaan temuan Anda untuk pasien ini dengan pasien
lain dengan diagnosis medis serupa.
h. Bagaimana pilihan tes dan pengukuran berhubungan dengan tujuan
pasien
4. Evaluasi
a. Bagaimana Anda menentukan diagnosis Anda? Bagaimana pendapat
pasien tentang diagnosis yang Anda tentukan?
b. Bagaimana hasil pemeriksaan Anda dapat mendukung atau meniadakan
hipotesis awal Anda?
c. Apa penilaian Anda tentang masalah yang paling penting untuk
dikerjakan?
d. Bagaimana evaluasi ini berhubungan dengan tujuan pasien dan
identifikasi masalah?
e. Faktor-faktor apa yang mungkin mendukung atau mengganggu prognosis
pasien?
f. Bagaimana faktor lain seperti fungsi tubuh, faktor lingkungan, dan sosial
mempengaruhi
pasien?
g. Apa alasan Anda untuk prognosis, dan apa indikator prognostik positif
dan negatif?
h. Bagaimana tindakan yang akan Anda untuk mengembangkan hubungan
terapeutik?
i. Bagaimana mungkin setiap faktor budaya memengaruhi perawatan Anda
dari pasien?
j. Apa pertimbangan Anda untuk perilaku, motivasi, dan kesiapan?
k. Bagaimana Anda dapat menentukan kapasitas untuk kemajuan menuju
tujuan?

5. Rencana Tindak Lanjut


a. Bagaimana Anda memasukkan tujuan pasien dan keluarga?
b. Bagaimana tujuan mencerminkan pemeriksaan dan evaluasi Anda?
c. Bagaimana Anda menentukan resep terapi fisik atau rencana perawatan
(frekuensi, intensitas, antisipasi layanan perawatan jangka panjang)?
d. Bagaimana elemen kunci dari rencana perawatan terapi fisik
berhubungan kembali dengan diagnosis awal?

e. Bagaimana faktor personal dan lingkungan pasien mempengaruhi


rencana perawatan terapi fisik?
6. Rencana Kegiatan
a. Diskusikan semua pendekatan terapi fisik atau beberapa strategi
(misalnya, pembelajaran motorik, penguatan).
b. Bagaimana Anda akan memodifikasi prinsip untuk pasien?
c. Apakah ada aspek yang spesifik tentang pasien yang perlu diingat?
d. Bagaimana pendekatan Anda berhubungan dengan teori dan bukti saat
ini?
e. Ketika Anda merancang rencana intervensi Anda, bagaimana Anda
memilih strategi yang spesifik?
f. Apakah alasan Anda untuk strategi intervensi yang digunakan?
g. Bagaimana intervensi berhubungan dengan masalah utama yang telah
diidentifikasi?
h. Apakah mungkin Anda perlu mengubah intervensi untuk pasien tertentu
dan pemberi perawatan? Apa kriteria Anda untuk melakukannya?
i. Apa koordinasi dari aspek perawatan?
j. Apa kebutuhan komunikasi dengan anggota tim lainnya?
k. Apa aspek dokumentasi?
l. Bagaimana Anda akan memastikan keselamatan?
m. Pendidikan Pasien / pemberi perawatan:
n. Apakah strategi keseluruhan yang Anda lakukan dalam mengajar?
o. Jelaskan gaya belajar / hambatan dan setiap akomodasi yang mungkin
untuk pasien dan pemberi perawatan.
p. Bagaimana Anda dapat memastikan pemahaman?
q. Apa strategi komunikasi (verbal dan nonverbal) yang nantinya paling
efektif.

7. Pemeriksaan Ulang
a. Mengevaluasi efektivitas intervensi Anda. Apakah Anda perlu mengubah
apa pun?

b. Apa yang telah Anda pelajari tentang pasien / perawat yang Anda tidak
tahu sebelumnya?
c. Bagaimana kemajuan pasien saat ini terhadap tujuan dibandingkan
dengan pasien lain dengan diagnosis yang sama?
d. Apakah ada sesuatu yang diabaikan, disalahartikan, dinilai terlalu tinggi,
atau dinilai rendah, dan apa yang mungkin Anda lakukan secara berbeda?
Akankah hal ini dapat menunjukkan setiap potensi kesalahan yang telah
Anda buat?
e. Bagaimana interaksi Anda dengan pasien / pemberi perawatan dapat
diubah?
f. Bagaimana hubungan terapeutik Anda dapat diubah?
g. Apakah terdapat kemungkinan faktor-faktor baru yang mempengaruhi
kriteria hasil dari pasien?
h. Bagaimana karakteristik kemajuan pasien mempengaruhi tujuan Anda,
prognosis, dan pengantisipasian hasil?
i. Bagaimana Anda dapat menentukan pandangan pasien (kepuasan /
frustrasi) tentang kemajuannya ke arah tujuan? Bagaimana
kemungkinannya dapat mempengaruhi rencana perawatan Anda?
j. Bagaimana terapi fisik mempengaruhi kehidupan pasien?
8. Hasil
a. Apakah terapi fisik yang efektif, dan apa ukuran yang Anda gunakan
untuk menilai hasilnya? Apakah ada perbedaan klinis minimum yang
penting?
b. Mengapa iya atau mengapa tidak?
c. Kriteria apa yang Anda atau akan Anda gunakan untuk menentukan
apakah pasien telah mencapai tujuan nya?
d. Bagaimana Anda menentukan pasien siap untuk kembali ke rumah /
masyarakat / kerja / sekolah / olahraga?
e. Hambatan apa (fisik, pribadi, lingkungan), jika ada, apakah dapat
dipulangkan?

f. Apakah kebutuhan yang dapat diantisipasi terkait usia, dan apa yang
menjadi dasarnya?
g. Apakah peranan yang memungkinkan dari terapi fisik di masa yang akan
datang?
h. Apa pandangan pasien / pemberi perawatan dari kebutuhan terapi fisik di
masa yang akan datang?
i. Dapatkah Anda dan pasien / pemberi perawatan yang lain secara
bersama-sama merencanakan rencana seumur hidup untuk sehat?
CONTOH KASUS

Di sebuah bangsal Rumah sakit R di kota Kondisi saat itu di rumah sakit

tersebut memang jumlah perawat dan pasien memang tidak sebanding, itu pun

jumlah perawat di tiap ruangan 2 sampai 3 dan masih lulusan SPK atau SPKC.

Lainnya tenaga keperawatan diambil dari lulusan SD dan SMP. Sedangkan jumlah

pasien tiap ruangan antara 30 sampai 60 pasien .

Setiap shift jaga sore atau malam 1 atau 2 orang perawat juga kejadian

kasus ini berawal saat perawat S member dan membimbing minum obat oral pada

saat jaga sore, memang ada salah satu pasien yang sering menipu pada saat

minumobat dengan carapura – pura minum obat kemudian kalau tidak ketahuan

perawat membuang atau memuntahkan kembali obat tersebut kemudian

memasukkan obat tersebut di saku bajunya, pasien tersebut bernama D. pada saat

member obat pada pasien D perawat S tersebut berpesan agar obatnya diminum

tidak dibuang. Pasien tersebut juga mengatakan “ Ya Pak”. Sambil member obat

pada pasien lainnya perawat S tersebut tetap memperhatiakan pasien D tersebut,

sampai pada suatu ketika pasien D membelakangi perawat S kemudian mengusap

mulutnya. Melihat kejadian tersebut parawat S memanggil dan menarik baju pasien

kemudian mengecek saku baju pasien ternyata benar ada beberapa butir obat di

saku tersebut. Melihat kejadian tersebut perawat S kontan membentak dan

memarahi pasien, tak Cuma itu perawat tersebut penampar mulut pasien beberapa

kali sampai akhirnya pasien D tersebut mengatakan “ampun Pak”! kemudian

disuruhlah pasien tersebut meminum kembali obtnya dan menyarankan untuk tidak

mengulangi perbuatannya.

ANALISIS KASUS

 Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga maupun masyarakat


Pada contoh kasus diatas, dimana perawat tersebut tidak bias atau kurang bias

menjalin kerjasama dengan pasien, seharusnya perawat tidak perlumarah – marah

dan menampar mulut pasien  tetapi perawat harus bias mengambil hati pasien

supaya pasien merasa perlu dan menyakini bahwa dia perlu untuk minum obat

 Tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan

Perawat tidak menjunjung tinggi nama baik profesi karena seharusnya perawat

bersifat lemah lembut dan sopan serta sabar. Tetapi perawat tersebut malah

berperilaku kasar pada pasien.

 Pelanggaran Hak – Hak Pasien

Walaupun pasien tersebut adalah gangguan jiwa perawat harusnya tetap

memberikan pelayanan sesuai standar profesi dan memperlakukanya dengan sopan

santun membimbing minum obat disertai dengan marah – marah jelas tidak sesuai

standar profesi perawatan

 Perawat lalaiakan kewajibannya untuk :

a. Memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai standar profesi

b. Menghormati hak – hak pasien

Pada kasus diatas jelas perawat tidak menunjukkan profesionalnya. Sebagai peran

pelaksana seharusnya perawat dapat bertindak sebagai pemberi rasa nyaman

(comforter) dan pelindung (protector), memperlakukan dengan kasar pada pasien

jelas tidak akan memberi rasa nyaman pada pasien walaupun pasien tersebut

dengan gangguan jiwa.

Perawat tidak mencerminkan niai-nilai seorang perawat yaitu lemah lembut dan

menghargai orang lain seharusnya perawat membimbing obat dengan cara

membujuk atau meyakinkan bahwa obat tersebut perlu untuk dirinya dengan cara

pendekatan dan tindakan yang lemah lembut.


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Refleksi Diskusi Kasus (RDK) merupakan metoda baru yang dapat
menuntun perawat dan bidan dalam satu kelompok diskusi, baik di rumah sakit
maupun puskesmas untuk berbagi pengetahuan serta pengalaman klinisnya yang
didasarkan atas standar yang berlaku. Proses diskusi yang berlangsung
memberikan ruang dan waktu bagi setiap peserta untuk merefleksikan pengalaman
serta kemampuannya , tanpa tekanan, bahkan terkondisi bahwa setiap peserta
saling mendukung, utamanya bagi perawat atau bidan yang tidak terbiasa atau
kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat.

Issue-issue yang muncul dapat menambah pengetahuan peserta dan dapat


dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan suatu SOP atau membuat
yang baru bila diperlukan. Selain itu issue yang muncul dapat dijadikan cermin
dimasa yang akan datang tidak terulang kembali. Pemahaman peserta terhadap
standar maupun SOP yang semakin meningkat berarti akan semakin meningkatkan
profesionalisme mereka, sebagai landasan untuk melakukan kinerja yang bermutu
tinggi.

Anda mungkin juga menyukai