Anda di halaman 1dari 12

REFLEKSI DISKUSI KASUS

Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Manajement Keperawatan

Oleh:

1.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
2019

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Perumusan masalah ................................................................ 2
C. Tujuan dan Manfaat ............................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI


A. Definisi RDK ......................................................................... 3
B. Tujuan RDK ............................................................................ 3
C. Manfaat RDK .......................................................................... 3
D. Langkah-langkah kegiatan RDK............................................. 3
E. Syarat RDK ............................................................................. 4
F. Proses diskusi RDK ................................................................ 5
G. Peran Sebagai Fasilitator, Penyaji dan Anggota RDK............ 5

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN ..................................................................... 9
B. SARAN ................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan bentuk pelayanan kesehatan professional dan
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berbasis ilmu dan kiat
keperawatan yang mencakup bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual ditujukan bagi
individu keluarga, kelompok, masyarakat baik sehhat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia (Lokakarya Keperawatan Nasional, 2003).
Keperawatan sebagai tenaga kesehatan professional dan memeberikan layanan
komperhensif merupakan salah satu indikator mutu suatu instasnsi kesehatan, guna
mewujudkan peningkatan mutu tersebut pengembangan profesionalisme masa kini bagi
perawat dan bidan menjadi tantangan.
Era globalisasi dengan perkembangan teknologi dan informasi tuntutan
masyarakat akan mutu pelayanan yang lebih baik semakin meningkat. Pada tahun 2005
ditetapkan Kepmenkes No.836Menkes/VI/2005 mengenai Pengembangan Manajemen
Kinerja (PMK), perawat dan bidan diharapkan mampu meningkatan manejerial dan
kinerja di sarana pelayanan kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu (Depkes, 2005). Pengembangan manajemen Kinerja memfasilitasi terciptanya
budaya kerja perawat dan bidan yang mengarah pada mutu pelayanan berdasarkan
IPTEK, aspek legal, berlandaskan etika untuk mendukung system pelayanan secara
komprehensif. Salah satu komponen PMK untuk meningkatan profesionalisme adalah
Refleksi Diskusi Kasus (RDK) sebagai suatu pelaksanan RDK diharapkan dilaksanakan
secara rutin dan konsisten oleh kelompok masing-masing akan dapat mendorong
perawat dan bidan lebih memahami hubungan standar dengan kegiatan pelayanan yang
dilakukan sehari-hari. Mempraktekkan RDK juga dapat dikatakan sebagai bagian “in-
service training” yang sangat efektif dan sangat efisien. Kesadaran akan kebutuhan
untuk berkembang adalah menjadi salah satu tanggung jawab perawat dan bidan
terhadap dirinya sendiri dan profesinya. Melalui peningkatan profesionalisme setiap
anggota profesi akan dapat pula meningkatkan kinerja perawat dan bidan sesuai standar
dalam memberikan pelayanan yang bermutu untuk memenuhi harapan masyarakat.

1
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi refleksi diskusi kasus
2. Untuk mengetahui tujuan refleksi diskusi kasus
3. Untuk mengetahui manfaat refleksi diskusi kasus
4. Untuk mengetahui langkah-langkah kegiatan refleksi diskusi kasus
5. Untuk mengetahui syarat refleksi diskusi kasus
6. Untuk mengetahui proses diskusi refleksi diskusi kasus
7. Untuk mengetahui peran sebagai fasilitator, penyaji dan anggota refleksi diskusi kasus

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud refleksi diskusi kasus
2. Apakah tujuan refleksi diskusi kasus
3. Apakah manfaat refleksi diskusi kasus
4. Bagaimana langkah-langkah kegiatan refleksi diskusi kasus
5. Apasaja syarat refleksi diskusi kasus
6. Bagaimana proses diskusi refleksi diskusi kasus
7. Apasaja peran sebagai fasilitator, penyaji dan anggota refleksi diskusi kasus

2
BAB II

TUNJAUAN TEORI

A. Pengertian DRK
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) adalah suatu metode pembelajaran dalam
merefleksikan pengalaman perawat dan bidan yang aktual dan menarik dalam
memberikan dan mengelola asuhan keperawatan dan kebidanan di lapangan melalui
suatu diskusi kelompok yang mengacu pada pemahaman standar yang ditetapkan.
Pokok

B. Tujuan
1. Mengembangkan profesionalitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Salah satu wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan yang telah ditetapkan

C. Manfaat
1. Meningkatkan aktualisasi perawat.
2. Membangkitkan motivasi belajar perawat.
3. Belajar untuk menghargai kerjasama tim kesehatan
4. Memberikan kesempatan individu untuk mengeluarkan pendapat tanpa merasa
tertekan.
5. Memberikan masukan kepada pimpinan untuk:
a. Peningkatan SDM perawat (pelatihan, pendidikan berkelanjutan)
b. Penyempurnaan SOP dan SAK
c. Pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana.

D. Langkah-langkah kegiatan RDK


1. Memilih /menetapkan kasus yang akan didiskusikan
Topik-topik bahasan yang ditetapkan untuk dalam RDK antara lain:
a. Pengalaman pribadi perawat yang aktual dan menarik dalam menangani kasus/
pasien dilapangan baik dirumah sakit/puskesmas.

3
b. Pengalaman yang masi relevan untuk dibahas dan akan memberikan informasi
berharga untuk meningkatkan mutu pelayanan.

DRK merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta kemampuannya dan


mengarahkan maupun meningkatakan pemahaman perawat atau bidan terhadap
standar yang akan memacu mereka untuk melakukan kinerja yang bermutu tinggi.

2. Menyusun jadwal kegiatan


Jadwal kegiatan DRK adalah daftar kegitan yang harus dilaksanakan dalam
kurun waktu yang telah ditetapkan dan disepakati. Kegitan DRK disepakati dalam
kelompok kerja, baik di puskesmas maupun dirumah sakit (tiap ruangan). Kegitan
DRK minimal dilakukan minimal satu kali dalam satu dalam dan sebaiknya jadwal
disusun untuk kegitan 1 tahun, dengan demikian para perserta yang telah
ditetapkan akan mempunyai waktu yang cukup untuk mempersiapkannya.
Setiap bulan ditetapkan dua orang yang bertugas sebagai penyaji dan
fasilitator atau moderator selebihnya sebagai peserta demikin seterusnya, sehingga
seluruh anggota kelompok akan mempunyai kesempatan yang sama berperan
sebagai penyaji, fasilitator atau moderator maupun sebagai peserta. Peserta dalam
satu kelompok diupayakan antar 5-8 orang.

E. Persyaratan
Syarat dilakukannya DRK, yaitu sebagai berikut:
1. Suatu kelompok perawat atau kelompok bidan terdiri dari 5-8 orang
2. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang lagi sebagai
penyaji dan lainnya sebagai peserta
3. Posisi fasilitator, penyaji, dan peserta lain dalam diskusi setara (equal).
4. Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman klinis keperawatan atau
kebidanan yang menarik.
5. Posisi duduk sebaiknya melingkar tanpa dibatasi oleh meja atau benda lainnya,
agar setiap peserta dapat saling bertatapan dan berkomunikasi secara bebas.
6. Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara dalam satu
saat, peserta lainnya memperhatikan proses diskusi
7. Tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat memojokkkan peserta
lainnya

4
8. Membawa catatan diperbolehkan , namun perhatian tidak boleh terkikis atau
tertumpu hanya pada catatan, sehingga dapat mengurangi perhatian dalam
berdiskusi.

F. Proses Diskusi Meliputi


Langkah dilakukannya Diskusi Refleksi Kasus, dijelaskan sebagai berikut:
a. Sistem yang didukung oleh manajer lini pertama (kepala ruangan/supervisor di
puskesmas) yang mendorong serta mewajibkan anggotanya untuk melaksanakan
RDK secara rutin, terencana dan terjadwal dengan baik.
b. Kelompok perawat atau kelompok bidan berbagi (sharing) pengalaman klinis dan
iptek diantara sejawat masing-masing selama 1 jam, minimal setiap bulan sekali.
c. Setiap anggota secara bergilir mendapat kesempatan dan menimba pengalaman
sebagai fasilitator, penyaji, dan sebagai anggota dalam diskusi tersebut
d. Proses diskusi memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk
menyampaikan pendapat dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sedemikian rupa yang merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta kemampuan
masing-masing
e. Selama diskusi berlangsung harus dijaga agar tidak ada pihak-pihak yang merasa
tertekan ataupun terpojok. Yang diharapkan terjadi justru sebaliknya yaitu
dukungan dan dorongan bagi setiap peserta agar terbiasa menyampaikan pendapat
mereka masing-masing.
f. Refleksi Diskusi Kasus dapat dimanfaatkan sebagai wahana untuk memecahkan
masalah, namun tidak dipaksakan (tidak harus).
g. Adanya catatan kehadiran dan laporan RDK serta catatan tentang isu-isu yang
muncul tidak terjadi atau terulang lagi.
h. RDK merupakan salah satu metoda in- service training yang mengandung ciri-ciri
pembelajaran antar sejawat dalam satu profesi, sebagai salah satu sarana untuk
meningkatkan kemampuan perawat atau bidan.

G. Peran Sebagai Fasilitator, Penyaji dan Anggota


1. Pedoman Bagi Fasilitator
a. Membuka pertemuan dan mengucapkan selamat datang
b. Menyampaikan tujuan pertemuan, mengajak semua semua peserta untuk
merefleksikan pengalaman klinis masing-masing

5
c. Meminta persetujuan tentang lamanya waktu diskusi( kontrak waktu)
d. Menyampaikan syarat-syarat selama pertemuan
e. Mempersilahkan penyaji untuk mempersentasikan kasusnya selama 10-15
menit.
f. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan
pertanyaan secara bergilir selama 30 menit.
g. Mengatur lalu lintas pertanyaan- pertanyaan yang diajukan oleh perserta dan
klarifikasi bila ada yang tidak jelas.
h. Fasilitator boleh mengajukan pertanyaan sama seperti peserta lainnya.
i. Setelah pertannyaan berakhir, fasilitator bertanya kepada presente, apa yang bisa
dipelajari dari diskusi tersebut, kemudian dilanjutakan kepada semua perserta
lainnya satu persatu, termasuk fasilitator sendiri juga memberikan pendapatnya.
j. Fasilitator membuat kesimpulan dan menyampaikan issue-issue yang muncul
berdasarkan pertannyan yang disampaikan oleh semua peserta .
k. Fasilitator melengkapi catatan RDK meliputi materi, issue-issue yang muncul
termasuk meminta tanda tangan semua peserta.
l. Selanjutnya fasilitator meminta kesepakatan untuk rencana pertemuan
berikutnya.
m. Fasilitator menutup pertemuan dan berjabat tangan.
n. Fasilitator menyimpan laporan RDK pada arsip yang telah ditentukan bersama.

2. Pedoman Bagi Penyaji


a. Memikirkan serta menyiapkan kasus klinis keperawatan atau kebidanan yang
pernah dialami atau pernah terlibat didalam perawatnya
b. Menjelaskan kasus tersebut dan tetap merahasiaan identitas pasien.
c. Tujuan penyajian kasus memberikan kesempatan bagi penyaji untuk berikir atau
bereflksi ulang tentang bagaimana pesan tersebut ditangani, hambatan apa saja
yang dialami serta keberhasilan apa saja yang telah dicapai.
d. Penyaji mempunyai kesempatan 10-15 menit untuk menyajikan kasus tersebut.
e. Bila penyajian telah selesai, peserta akan mengajukan pertanyaan – pertanyaan
berupa klarifikasi penangannya. Mereka tidak akan mengatakan apa yang
harus anda lakukan atau memberi jawaban maupun saran apapun.

6
f. Penyaji menyimak pertanyaan dan memberikan jawaban sesuai dengan
pengetahuan serta pengalaman nyata telah dilakukan dan merujuk pada standar
yang relevan atau SOP yang berlaku.
g. Bila perlu mencatat esensi penting dari pertanyaan – pertanyaan yang diajukan,
atau hal – hal yang belum pernah diketahui sebelumnya sebagai informasi baru.
h. Bila tidak ada lagi pertanyaan, fasilitator akan meminta anda sebagai orang
pertama dalam kelompok untuk menyampaikan apa saja yang dapat dipelajari
dari kasus tersebut, terutama berhubungan dengan informasi baru yang dianggap
dapat memberikan tambahan pengetahuan atau sesuatu hal yang pernah
diketahui tetapi dilupakan. Semua hal tersebut diyakini dapat dipergunakan
untuk perbaikan kinerja pada waktu yang akan datang
3. Pedoman Bagi Anggota/Peserta
a. Setelah memperhatikan penyajian kasus tersebut, setiap peserta menyiapkan
pertanyaan – pertanyaan, minimal satu pertanyaan. Kesempatan seluas-luasnya
diberikan untuk melakukan klarifikasi atas penanganan kasus tersebut.
b. Didalam mengajukan pertanyaan, cobalah merujuk pada standar atau SOP yang
berlaku, refleksi ulang bila anda mempunyai pengalaman dalam menangani
kasus semacam itu atau iptek terbaru yang diketahui.
c. Peserta tidak diperbolehkan untuk memberikan jawaban, saran secara langsung
atau memberitahukan bagaimana seharusnya perawatan pasien itu harus
dilakukan.
d. Bila anda berpikir bahwa penyaji melakukan perawatan dengan cara yang
berbeda, tidak sesuai standar atau tidak sesuai dengan SOP yang berlaku, anda
dilarang keras untuk melakukan kritik. Anda hanya dapat melakukan klarifikasi
kepada penyaji apakah dia telah memikirkan cara lain seperti apa yang anda
pikirkan.
e. Selama diskusi berlangsung semua peserta memberikan perhatian penuh, karena
sangat mungkin dari setiap pertanyaan atau klarifikasi yang muncul, ada
diantaranya yang belum pernah diketahui oleh peserta lainnya. Ini merupakan
kesempatan bagi semua anggota untuk belajar serta memperoleh informasi atau
pengetahuan baru dari proses diskusi ini dalam waktu yang relatif sangat
singkat.
f. Perlu diingat bahwa semua anggota kelompok juga akan belajar dari pemikiran
anda

7
g. Peserta mempunyai waktu 20-30 menit untuk mengajukan pertanyaan, setelah
itu anda perlu menyimak kembali apa yang dapat anda pelajari dari proses
diskusi kasus tersebut, guna dapat menjawab dengan tepat pertanyaan dari
fasilitator pada akhir sesi tersebut
h. Kesimpulan tentang issue – issue yang muncul dapat dijadikan cermin bagi
semua peserta, agar kejadian atau masalah yang sama tidak terulang dimasa
yang akan dating

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Refleksi Diskusi Kasus (RDK) merupakan metode baru yang dapat
menuntun perawat dan bidan dalam satu kelompok diskusi, baik di rumah sakit maupun
puskesmas untuk berbagai pengetahuan serta pengalaman klisnisnya yang didasarkan
atas standar yang berlaku. Proses diskusi yang berlangsung memberikan ruang dan
waktu bagi setiap peserta untuk merefleksikan pengalaman serta kemampuannya, tanpa
tekanan, bahkan terkondisi bahwa setiap peserta saling mendukung, utamanya bagi
perawat atau bidan yang tidak terbiasa atau kurang percaya diri dalam menyampaikan
pendapat.
Issue - issue yang muncul dapat menambah pengetahuan peserta dan
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan suatu SOP atau membuat
yang baru bila diperlukan. Selain itu issue yang muncul dapat dijadikan cermin dimasa
yang akan datang tidak terulang kembali. Pemahaman peserta terhadap standar maupun
SOP yang semakin meningkat berarti akan semakin meningkatkan profesionalisme
mereka, sebagai landasan untuk melakukan kinerja yang bermutu tinggi.

B. SARAN

DRK perlu diterapkan di rumah sakit untuk menunjang mutu pelayanan


keperawatan dan pelaksanaannya dioptimalkan DRK perlu disosialisasikan kepada
berbagai unit terkait sehingga perawat maupun ruangan memahami pentingnya DRK
dan cara penerapannya Pelaksanaan DRK perlu ada monitoring dan evaluasi sehingga
dapat dinilai efektivitas dan efisiensinya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hennesy,D,(2001), “Reflective Case Discussion” Modul Of Clinical Performance And


Development Management System, Jogjakarta.
Blacley A, Blunting Occam’s Razor. 2010. Aligning Medical Education With Student of
Complexxity. J Eval Clin Pracct. 16,849:855
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 836. 2005. Pedoman Pengembangan
Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan: Jakarta
Chris Dawber. 2013. Reflective practice groups for nurses: A consultation liaison psychiatry
nursing initiative: Part 2.International Journal of Mental Health Nursing 22, 241–
248.
Bondan Palestin. 2007. Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit, Jurnal Keperawatan
dan Penelitian: Yogyakarta
Nursalam, Manajemen keperawatan (aplikasi dalam keprawatan praktek profesional) edisi I
Salemba Medica Jakarta 2002.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Standar Asuhan Keperawatan: Jakarta
Ujeng. 2007. Diskusi refleksi kasus dalam implementasi pengembangan manajemen kinerja ::
Studi kasus di RSUD Gunung Jati Cirebon. Elektronoc theses dan desertation
(ETD): Gajah Mada University

10

Anda mungkin juga menyukai