PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam men-
jalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan planning,
organizing, actuating, controlling (POAC) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi. Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi
bisnis yang difokuskan pada produksi dan banyak hal lain untuk menghasilkan suatu
keun-tungan. Manajemen keperawatan harus diaplikasikan dalam tatanan pela-yanan
keperawatan nyata yaitu Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami konsep
dan aplikasinya. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep manajemen
keperawatan, perencanaan yang berupa strategi melalui pengumpulan data, analisa
SWOT dan penyusunan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan model
keperawatan profesional dan melakukan pengawasan serta pengendalian.
Perencanaan merupakan fungsi organik manajemen yang merupakan dasar atau
titik tolak dari kegiatan pelaksanaan kegiatan tertentu dalam usaha mencapai tujuan
organisasi. Apabila proses perencanaan dilakukan dengan baik akan memberikan
jaminan pelaksanaan kegiatan menjadi baik, sehingga dapat mencapai tujuan
organisasi yang berdaya guna dan berhasil guna. Kebijikan yang dirumuskan dalam
suatu rencana mencakup struktur organisasi yang akan diciptakan, pengadaan dan
penggunakan tenaga kerja, sistem dan prosedur yang hendak digunakan serta
peralatan yang dibutuhkan kelancaran suatu kegiatan. Perencanaan harus memenuhi
prinsip yang sesuai dengan situasi dan kondisi dari suatu organisasi.
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) digunakan sebagai metode pembelajaran yang
dapat menuntun perawat dan bidan dalam suatu kelompok diskusi baik di rumah
sakit maupun puskesmas untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman klinik yang
didasarkan atas standar yang telah ditetapkan.
Dalam DRK ini akan dibahas masalah–masalah keperawatan/kebidanan yang
aktual, menarik baik yang lalu maupun yang sedang berlangsung. Selain itu juga
dibahas tentang pengalaman keberhasilan dalam melaksanakan tugas pelayanan
dengan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia.
Melalui DRK ini profesionalisme perawat dan bidan ditingkatkan sehingga dapat
memberikan pelayanan yang optimal. Dalam modul ini akan dibahas mengenai
pengertian, tujuan, penatalaksanaan, penulisan laporan dan jadwal kegiatan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Diskusi dan Refleksi Kasus ?
b. Apa saja tujuan Diskusi dan Refleksi Kasus ?
c. Bagaimana langkah-langkah kegiatan dalam melakukan Diskusi dan Refleksi
Kasus ?
C. Tujuan
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Diskusi dan Refleksi Kasus
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan Diskusi dan Refleksi Kasus
c. Mahasiswa mampu melakukan langkah-langkah kegiatan dalam melakukan
Diskusi dan Refleksi Kasus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Tujuan DRK
Berdasarkan Modul Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik (PMKK), 2006
tujuan dari DRK adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan profesionalisme perawat dan bidan
b. Meningkatkan aktualisasi diri
c. Membangkitkan motivasi belajar
d. Wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan/kebidanan yang telah ditetapkan.
e. Belajar untuk menghargai kolega untuk lebih sabar, lebih banyak
mendengarkan, tidak menyalahkan, tidak memojokkan dan meningkatkan kerja
sama.
c. Waktu Pelaksanaan
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut minimal 60
menit, dengan perincian sebagai berikut :
1) Pembukaan : 5 menit
2) Penyajian : 15 menit
3) Tanya jawab : 30 menit
4) Penutup/rangkuman : 10 menit
e. Laporan
Setelah melakukan kegiatan, langkah berikutnya adalah menyusun laporan
DRK. Agar kegiatan DRK dapat diketahui dan dibaca oleh pimpinan, anggota
kelompok maupun teman sejawat lainnya maka kegiatan tersebut harus
dicatat/didokumentasikan sebagai laporan. Bentuk laporan dikemas dengan
menggunakan suatu format yang antara lain berisikan :
1) Nama peserta yang hadir
2) Tanggal, tempat dan waktu pelaksanaan.
3) Isu-isu atau masalah yang muncul selama diskusi
4) Rencana tindak lanjut berdasarkan masalah, lampiran laporan menyertakanj
daftar hadir yang ditandatangani oleh semua peserta.
4. Persyaratan DRK
Diskusi Refleksi Kasus berbeda dengan presentasi kasus karena DRK
mempunyai persyaratan-persyaratan khusus berdasarkan Modul Pelatihan
Manajemen Kinerja Klinik (PMKK), 2009 yaitu :
a. Suatu kelompok yang terdiri dari satu profesi yang beranggotakan 5-8 orang
b. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang lagi
sebagai penyaji dan lainya sebagai peserta.
c. Posisi fasilitator, penyaji dan peserta lain dalam diskusi setara (equal)
d. Kasus yang disajikan penyaji merupakan pegalaman klinis yang nyata dan
menarik.
e. Posisi duduk sebaiknya melingkar agar setiap peserta dapat saling bertatapan
dan berkomunikasi secara bebas.
f. Tidak boleh ada interupsi dan hanya ada satu orang saja yang berbicara dalam
satu saat dan peserta lain memperhatikan proses diskusi
g. Tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat memojokan penyaji atau
peserta lain, serta dalam berargumentasi tidak boleh menggurui.
h. Membawa catatan diperbolehkan, namun tidak mengurangi perhatian dalam
berdiskusi.
i. Diskusi Refleksi Kasus wajib dilakukan secara rutin, terencana dan terjadwal
dengan baik minimal satu bulan sekali dimana kelompok diskusi berbagi
pengalaman klinis dan IPTEK diantara sejawat selama satu jam.
j. Selama diskusi setiap anggota secara bergilir mendapat kesempatan untuk
menyampaikan pendapat dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sedemikian rupa, yang merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta
kemampuan masing-masing.
k. Selama diskusi berlangsung harus dijaga agar tidak ada pihak-pihak yang
merasa tertekan atau terpojok, yang diharapkan terjadi justru sebaliknya yaitu
dukungan dan dorongan bagi setiap peserta agar terbiasa menyampaikan
pendapat mereka masing-masing.
DRK dilakukan pada tanggal 25 November 2019 di ruang perawat pukul 13.00
WIB. DRK dihadiri seluruh anggota TIM.
(Di ruang perawat…)
Fasilitator (meut) : Selamat siang! Selamat datang di diskusi refleksi kasus yang
sudah rutin kita adakan setiap bulannya. Hari ini kita melakukan
refleksi kasus yang telah kita sepakati sebelumnya yaitu tentang
typhoid. Sebelumnya kita sepakati terlebih dahulu waktu diskusi
kita hari ini. Bagaimana kalau diskusi kita laksanakan selama 60
menit?
Semua peserta : Setuju..
Fasilitator (meut) : Baiklah seperti biasa, diharapkan semua peserta dapat mengikuti
diskusi dengan baik dan mengikuti perjalanan diskusi dengan aktif.
Untuk acara hari ini, materi akan disajikan oleh Perawat Ayu
selama 15 menit, dilanjutkan diskusi selama 30 menit. Kepada
penyaji dipersilahkan untuk menyampaikan materi.
Perawat Ayu : Assalamualaikum wr. wb. Pada diskusi kali ini, kita akan
membahas tentang typhoid Nn S. Nn S sudah dirawat selama 5hari,
demam masih naik turun, mual muntah dan tampak lemas.
Typhoid adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri
salmonella typhi. Salmonella menginfeksi targetnya dengan berada
pada aliran darah dan usus.
Diagnosa keperawatan yang diambil adalah hipertermi dan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Dari diagnose tersebut intervensi
yang telah kita lakukan untuk hipertemi adalah
1. Observasi TTV untuk mengetahui keadaan umum pasien
2. Berikan kompres hangat untuk membantu menurunkan suhu
tubuh
3. Anjurkan minum banyak (1500-2000 cc) untuk mengganti
cairan tubuh yang menguap akibat hipertemi
4. Anjurkan pemakaian baju berbahan tipis dan menyerap
keringat untuk menjaga agar klien merasa nyaman dan
mengurangi penguapan tubuh.
5. Kolaborasi dengan dokter dengan pemberian antipiretik dan
antibiotic untuk mengurangi panas dan infeksi.
Sedangkan intervensi untuk masalah nutrisi yaitu,
1. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang manfaat makanan
dan nutrisi untuk meningkatkan motivasi makan.
2. Beri nutrisi dengan diet lunak, tidak mengandung banyak serat,
tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan
hidangkan saat masih hangat untuk meningkatkan asupan
makanan karena mudah ditelan.
3. Berikan makanan yang bervariasi agar pasien tidak merasa
bosan dan nafsu makan meningkat
4. Sajikan makanan dengan sedikit tapi sering untuk menghindari
mual and muntah.
5. Anjurkan menjaga kebersihan mulut untuk menghilangkan rasa
tidak enak pada mulut dan meningkatkan nafsu makan
6. Kolaborasi dengan dokter pemberian antasida untuk
mengurangi rasa mual dan muntah
Dari apa yang telah kita lakukan sesuai intervensi yang ada, tetapi
pasien belum menunjukkan adanya peningkatan yang berarti.
Fasilitator (meut) : Baik, langsung saja, jika ada yang ingin disampaikan dari teman-
teman, silahkan untuk menyampaikan satu per satu.
Perawat Kintan : Bagaimana demamnya pasien tersebut? Apakah demamnya
seluruh tubuh atau bagian atas saja atau bagaimana? Pasien dengan
demam yang tidak kunjung turun kita harus waspada dan hati-hati.
Apalagi pasiennya demamnya mulai dari leher ke atas. Ketika
demam seperti itu, kita harus mengecek suhu di dahi. Jangan hanya
mengecek suhu di aksila saja. Di aksila hasilnya sudah tinggi, bisa
saja di dahi itu lebih tinggi dengan kriteria demam semacam itu.
Masalah yang bisa timbul ketika kita tidak melakukan itu, panas
yang tinggi mulai dari leher ke atas itu bisa menyebabkan
penurunan kesadaran jika kita terlewatkan.
Perawat Yola : Ya, itu benar. Saya juga pernah menemukan pasien seprti itu.
Kemudian ketika pasien demam, sudahkah kita mengompres
dengan benar? Kompres yang benar adalah menggunakan air
hangat dan dikompres di lipatan-lipatan tubuh. Sebagian besar
keluarga pasien mengompres hanya di dahi saja. Sehingga kita
harus memberikan contoh dan memberitahu kepada keluarga untuk
melakukan kompres dengan benar.
Perawat ayu : Oh ya, thermometer kita yang diluar hanya thermometer aksila.
Kita ada yang buat di dahi, tapi masih di dalam lemari
penyimpanan alat. Kita bisa gunakan itu untuk memonitor suhu.
Oke, bisa dilanjutkan ke masalah yang lain.
Dan permasalahan yang biasa muncul itu pasien tidak mau makan,
keluarga tidak bisa memaksa pasien dengan baik. Kita meminta
kepada keluarga untuk selalu memberikan makanan sedikit-sedikit.
Pasien yang masih sulit makan, kita harus menanyakan makanan
kesukaannya apa. Tetapi keluarga harus tau makanan yang seperti
apa yang baik untuk pasien tipoid.
Nah, diet pasien tipoid adalah diet lunak rendah serat. Biasanya
petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter antara lain:
a. Makanan yang cukup (cairan, kalori, vitamin, protein)
b. Tidak mengandung banyak serat
c. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas
d. Makanan lunak diberikan selama istirahat.
Perawat Kintan : Ada yang mengatakan juga makanan rendah serat dan rendah sisa.
Maksudnya rendah sisa bertujuan untuk memberikan makanan
sesuai kebutuhan gizi ang sedikit mungkin meninggalkan sisa
sehingga dapat membatasi volume feses dan tidak merangsang
saluran cerna.
Perawat Yola : Untuk makanan-makanan yang dianjurkan itu bagaimana?
Perawat ayu : Untuk makanannya,
a. Sumber karbohidrat : beras di tim, kentang rebus atau tepung-
tepungan di bubur/ di pudding
b. Sumber protein : tahu tempe telur di rebus; daging, ayam,
direbus sampai empuk
c. Sayuran : sayuran yang berserat rendah seperti buncis, bayam,
labu siam, tomat dan wortel. Sayuran bisa ditumis atau direbus.
Untuk buah-buahan dan minumannya adalah
a. Buah-buahan : buah yang tidak banyak menimbulkan gasdan
tidak dimakan beserta kulit dan bijinya seperti papaya, pisang,
jeruk, alpukat. Buah yang menimbulkan gas itu seperti nangka
dan durian
b. Minuman : teh encer boleh, tapi lebih baik air putih.
Perawat Yola : oh ya, kalau masakannya itu tidak boleh pedas-pedas ya?
Perawat Ayu : Ya benar.
Fasilitator (meut) : Ada yang ingin disampaikan atau sudah cukup? Waktu masih sisa
5 menit.
Semua Peserta : Cukup.
Fasilitator (meut) : alhamdulillah, diskusi hari ini telah berakhir. Dapat saya
simpulkan bahwa pasien dengan tipoid harus dilakukan
pemantauan suhu dengan benar. Diet makanannya adalah diet
lunak dan rendah serat.
Baik, karena diskusi telah selesai, kita beri tepuk tangan untuk kita
semua. Jangan lupa mengisi daftar hadir di lembar yang sudah
disediakan.
Saya akhiri diskusi kali ini, Selamat siang!
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diskusi Refleksi Kasus adalah suatu metode pembelajaran dalam merefleksikan
pengalaman perawat dan bidan yang aktual dan menarik dalam memberikan dan
mengelola asuhan keperawatan dan kebidanan di lapangan melalui suatu diskusi
kelompok yang mengacu pada pemahaman standar yang ditetapkan.
Adapun tujuan dari DRK yaitu, mengembangkan profesionalisme perawat dan
bidan, meningkatkan aktualisasi diri, membangkitkan motivasi belajar, wahana untuk
menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar keperawatan/kebidanan yang
telah ditetapkan, belajar untuk menghargai kolega untuk lebih sabar, lebih banyak
mendengarkan, tidak menyalahkan, tidak memojokkan dan meningkatkan kerja
sama.
Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan DRK adalah
memilih/menetapkan kasus yang akan didiskusikan, menyusun jadwal kegiatan,
menentukan waktu pelaksanaan, dan menentukan peran.
DAFTAR PUSTAKA
A. Definisi
Respiratory Distress Syndrom/Sindrom Gawat Napas adalah tidak adekuatnya
surfaktan dalam paru atau perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan.
RDS juga dikenal dengan hyalin membrane diseaser (HMD). (Suriadi dan
Yulianni, 2006).
Kelainan yang terjadi adalah karena faktor pertumbuhan paru yang belum
sempurna. Biasanya terjadi pada bayi yang lahir prematur dengan berat badan
lahir 1000-2000 gr atau lama kehamilannya kurang dari 36 minggu.
B. Etiologi
Menurut Suriadi dan Yulianni (2006) penyebab RDS adalah :
a. Paru tidak mampu mengembang dan alveoli terbuka
b. Alveoli yang masih kecil sehingga sulit berkembang serta pengembangan yang
belum sempurna. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap
berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan
masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan
bayi akan mengalami sesak nafas.
c. Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap dalam
proteinaceous filtrat serum (saringan serum protein), di fagosit oleh makrofag.
d. BB bayi lahir <2500 gr
e. Ada kelainan didalam dan diluar paru.
f. Bayi kurang bulan atau prematur
C. Manifestasi Klinis
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan,
semakin berat gejala klinis yang ditujukan. Manifestasi dari RDS disebabkan
adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerosakan sel dan selanjutnya
menyebabkan kebocoran serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat
fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang timbul yaitu : adanya sesak nafas pada bayi
prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/minit),
pernafasan cuping hidung, grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan
gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah lahir. Berdasarkan foto thorak,
menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu:
a. Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara.
b. Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran
airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer
menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru.
c. Alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih
opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih
luas. keempat, seluruh thorax sangat opaque (white lung) sehingga jantung tak
dapat dilihat.
D. Patofisiologi
Faktor2 yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan
oleh alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang
sempurna karena dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang
sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga
paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru
sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25 % dari normal,
pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi
hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein
, lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar
alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi
udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan
tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya
atelektasis yang luas dari rongga udara bagian distal menyebabkan edem
interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari
epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik
karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif
dengan barotrauma atau volutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan
kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian distal sehingga
menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline
yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium
mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36-72 jam setelah lahir. Proses
penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit
yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering
berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto rontgen thorak
Untuk mengetahui kemungkinan adanya kardiomegali bila sistim lain bila
terkena.
2. Pemeriksaan hasil analisa gas darah
Untuk mengetahui adanya hipoksemia, hipokapnia, dan alkalosis respiratori
(pH >7,45) pada tahap dini.
3. Tes fungsi paru
Untuk mengetahui keadaan paru kanan dan paru kiri.
F. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan medik tindakan yang perlu dilakukan
- Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus selalu
diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5o-37oC) dengan cara
meletakkan bayi dalam inkubator. Kelembaban ruangan juga harus adekuat
(70-80%).
- Pemberian oksigen. Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-hati
karena berpengaruh kompleks terhadap bayi prematur. Pemberian O2 yang
terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi seperti : fibrosis paru,
kerusakan retina (fibroplasias retrolental), dll.
- Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlut untuk mempertahankan
homeostasis dan menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan
glukosa 5-10% dengan jumlah yang disesuaikan dengan umur dan berat
badan ialah 60-125 ml/kg BB/hari. asidosis metabolik yang selalu dijumpai
harus segera dikoreksi dengan memberikan NaHCO3 secara intravena.
- Pemberian antibiotik. Bayi dengan PMH perlu mendapatkan antibiotik
untuk mencegah infeksi sekunder. Dapat diberikan penisilin dengan dosis
50.000-100.000 u/kg BB/hari atau ampisilin 100 mg/kg BB/hari, dengan
atau tanpa gentamisin 3-5 mg/kg BB/hari.
- Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian
surfaktan eksogen (surfaktan dari luar), obat ini sangat efektif, namun
harganya amat mahal.
b. Penatalaksanaan keperawatan
Bayi dengan RDS adalah bayi prematur kecil, pada umumnya dengan berat
badan lahir 1000-2000 gram dan masa kehamilan kurang dari 36 minggu. Oleh
karena itu, bayi ini tergolong bayi berisiko tinggi. Apabila menerima bayi baru
lahir yang demikian harus selalu waspada bahaya yang dapat timbul. Masalah
yang perlu diperhatikan ialah bahaya kedinginan (dapat terjadi cold injury),
risiko terjadi gangguan pernapasna, kesuakran dalam pemberian makanan,
risiko terjadi infeksi, kebutuhan rasa aman dan nyaman (kebutuhan psikologik)
(Ngastiyah, 2005).
G. Komplikasi
- Ketidakseimbangan asam biasa
- Pneumothorax
- Pneumomediastiurn
- pulmonary interstitial dyasplasia
- Bronchopulmonary dysplasia (BPD)
- Patent ductus arteriosis (PDA)
- Hipotensi sistemik
- Retinopaty pada prematur .
- Kejang
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
Tanggal pengkajian : 30 november 2019
Tanggal klien masuk : 27 november 2019 pukul 22.45 WIB
No. Rekam Medis : 100077030
1. Identitas Klien
Nama Bayi : By.Ny.Agusni
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL/Usia : 27-11-19/4 hari
BBL : 1400 gr
PBL : 40 cm
Anak Ke : 5 dari 5
Nama Ibu/Ayah : Ny. Agusni/Tn.Iflimansyah
Pekerjaan Ibu/Ayah : Ibu rumah tangga/karyawan swasta
Pendidikan Ibu/Ayah : SLTA/sederajat
Alamat : Jl. Bukit gado-gado RT 004 RW 001, bukit gado-
gado.Padang Selatan, Sumatera Barat
Diagnosa Medis : Respiratory Distress Syndrome
1. Keluhan utama
Pasien kiriman dari RSIA Restu Ibu dengan dx. Respiratory Distress
Syndrom dan CTEV
Merintih
Napas cuping hidung (+)
Retraksi(+)
Ekstremitas CTEV
22
Retraksi(+)
6. Riwayat sosial
Perencanaan makanan bayi : bayi diberi PASI (susu formula untuk
BBLR)
Hubungan orang tua dan bayi : ayah sering mengunjungi bayinya untuk
memenuhi keperluan bayi, sementara ibu tidak bisa mengunjungi bayinya
dikarenakan sedang dalam proses penyembuhan akibat operasi.
Orang tua berespon terhadap sosialisasi : orang tua sangat menerima
dan senang dengan kehadiran bayinya.
7. Pengkajian neonatus
Reflek : Moro (√) ; Menggenggam (-) ; Menghisap (√)
Tonus/aktifitas
23
- Aktif/ Tenang/ Letargi/ Kejang
- Menangis keras/ Lemah/ Melengking/ Sulit menangis
Kepala/Leher
- Fontanel anterior : menonjol
- Sutura sagitalis : hanya terdapat satu ubun-ubun
- Gambaran wajah : wajah simetris
- Molding : data tidak ditemukan
Mata : palpebra masih menyatu
THT
- Telinga : normal
- Hidung : normal
Abdomen
- Lunak (√) ; Tegas (-) ; Datar (-) ; Kembung (-)
- Lingkar perut : data tidak ditemukan
- Liver : data tidak ditemukan
Toraks
- Gambaran toraks : simetris
- Klavikula : data tidak ditemukan
Paru-paru
- Suara nafas : kiri dan kanan sama
- Bunyi nafas : terdengar disemua lapang paru
- Suara nafas : bersih
- Respirasi : menggunakan alat bantu pernafasan
- Frekuensi nafas : 30 x/i
Jantung
- Bunyi jantung : normal
- Frekuensi jantung : 140 x/i
- Apeks jantung teraba pada area : data tidak ditemukan
Ekstremitas
- Postur tubuh : ekstremitas bawah saja yang fleksi
- Palpasi pembuluh darah : pembuluh darah tidak teraba
24
- Panggul : normal
Umbilikus : normal
Genitalia : normal
Anus : data tidak ditemukan
Warna kulit : jaundice
Suhu : pasien berada dalam inkubator dengan suhu kulit normal
8. Pemeriksaan penunjang
Data tidak ditemukan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif
2. Gangguan pertukaran gas
3. Diskontinuitas pemberian asi
25
1 2 3 4 5 - Masukkan alat
Kepatenan jalan nafas NPA/OPA sebagaimana
1 2 3 4 5 mestinya
Volume tidal - Lakukan fisioterapi dada
1 2 3 4 5 sebagaimana mestinya
Pencapaian tingkat insentif - Auskultasi suara nafas,
spirometri catat area yang
1 2 3 4 5 ventilasinya menurun
Kapasitas vital atau tidak ada dan
1 2 3 4 5 adanya suara tambahan
Saturasi oksigen - Kelola pengobatan
1 2 3 4 5 aerosol, sebagaimana
Tes faal paru mestinya
1 2 3 4 5 - Kelola nebulizer
ultrasonik, sebagaimana
1=sgt berat, 5=tidak ada mestinya
Penggunaan otot bantu nafas - Kalola udara atau
1 2 3 4 5 oksigen yang
Retraksi dinding dada dilembabkan,
1 2 3 4 5 sebagimana mestinya
Pernafasan bibir dengan - Regulasi asupan cairan
mulut mengerucut untuk mengoptimalkan
1 2 3 4 5 keseimbangan cairan
sianosis
- Posisikan untuk
1 2 3 4 5
meringankan sesak nafas
Dipsnea saat istrirahat
- Monitor status
1 2 3 4 5
pernafasan dan oksigen,
Dipsnea dg aktivitas ringan
sebagaimana mestinya
1 2 3 4 5
Perasaan kurang istirahat
1 2 3 4 5
mengantuk
26
1 2 3 4 5
diaforesis
1 2 3 4 5
Gangguan kesadaran
1 2 3 4 5
Atelektasis
1 2 3 4 5
Suara nafas tambahan
1 2 3 4 5
Gangguan ekspirasi
1 2 3 4 5
Mendesah
1 2 3 4 5
Respirasi agonal
1 2 3 4 5
Mendengkur
1 2 3 4 5
Jari tabuh/clubbing fingers
1 2 3 4 5
Pernafasan cuping hidung
1 2 3 4 5
Perasaan kurang istirahat
1 2 3 4 5
Demam
1 2 3 4 5
Batuk
1 2 3 4 5
2 Gangguan Status Pernafasan : Terapi Oksigen
pertukaran gas Pertukaran Gas Definisi :
Definisi : Definisi : Pemberian oksigen dan
Kelebihan atau Pertukaran CO2 dan O2 di pemantauan efektifitasnya
defisit oksigenasi alveoli untuk - Bersihkan mulut, hidung
dan/atau mempertahankan dan sekresi trakea
27
eliminasi karbon konsentrasi darah arteri dengan tepat
dioksida pada 1= deviasi berat dari kisaran - Pertahankan kepatenan
membran normal, 5=tidak ada deviasi jalan napas
alveolar-kapiler dari kisaran normal - Siapkan peralatan
Tekanan parsial oksigen oksigen dan berikan mll
dibawah arteri (PaO2) sistem humidifier
1 2 3 4 5 - Berikan oksigen
Tekanan parsial tambahan seperti yang
karbondioksida didarah diperintahkan
arteri (PaCO2) - Monitor aliran oksigen
1 2 3 4 5 - Monitor posisi perangkat
pH arteri (alat) pemberian oksigen
1 2 3 4 5 - Periksa perangkat (alat)
Saturasi oksigen pemberian oksigen
1 2 3 4 5 secara berkala untuk
Tidal karbondioksida akhir memastikan bahwa
1 2 3 4 5 konsentrasi (yang telah)
Hasil rontgen dada ditentukan sedang
1 2 3 4 5 diberikan
Keseimbangan ventilasi dan - Monitor efektifitas
perfusi
terapi oksigen (mis,
1 2 3 4 5
tekanan oksimetri,
1=sgt berat, 5=tidak ada
ABGs) dg tepat
Dispnea saat istirahat
- Pastikan penggantian
1 2 3 4 5
masker oksigen/nasal
Dipsnea dg aktivitas ringan
kanul setiap perangkat
1 2 3 4 5
diganti
Perasaan kurang istirahat
- Amati tanda-tanda
1 2 3 4 5
hipoventilasi induksi
Sianosis
oksigen
1 2 3 4 5
- Pantau adanya keracunan
Mengantuk
oksigen dan kejadian
28
1 2 3 4 5 atelektasis
Gangguan kesadarn - Monitor peralatan
1 2 3 4 5 oksigen untuk
memastikan bahwa alat
tersebut tidak
mengganggu upaya
pasien untuk bernapas
- Monitor kerusakan kulit
terhadap adanya gesekan
perangkat oksigen
3 Diskontinuitas Mempertahankan Pemberian makan
pemberian ASI Pemberian Asi dengan botol
Definisi : Definisi : Definisi :
Berhentinya Kelanjutan menyusui dari Persiapana dan pemberian
kontinuitas mulai [proses] ASI sampai cairan pada bayi melalui
pemberian ASI penyapihan makanan botol
pada bayi atau bayi/balita Aktivitas-aktivitas :
anak langsung 1=tdk adekuat, 5=sepenuh - Kaji status bayi sebelum
dari payudara nya adekuat memberikan susu
yang dapat Pertumbuhan bayi dalam - Hangatkan formula
mengganggu rentang normal sesuai dengan suhu
kebersihan 1 2 3 4 5 ruangan sebelum
menyusui perkembangan bayi dalam diberikan pada bayi
dan/status nutrisi rentang normal - Pegang bayi selama
bayi/anak 1 2 3 4 5 menyusui dengan botol
Menghindari pengobatan - Posisikan bayi dengan
sendiri tanpa memeriksa posisi semi fowler saat
dengan profesional menyusu
kesehatan - Sendawakan bayi setelah
1 2 3 4 5 menyusu
Merasakan dukungan - Tempatkan dot diujun
keluarga selama menyusui lidah
29
1 2 3 4 5 - Kontrol intake cairan
Pengetahuan tentang - Dorong untuk
manfaat menyusui menstimulasi rooting
berkelanjutan - Topang dagu bayi agar
1 2 3 4 5 tidak tumpah
Puas dengan proses - Monitor reflek hisap
menyusui bayi
1 2 3 4 5 - Edukasi pasien dan
pengasuh tentang
pengenceran susu
formula yang benar
D. Catatan perkembangan
Implementasi dan evaluasi
NO Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Pola nafas tidak efektif - Buka jalan nafas S:-
O : pasien
dengan teknik chin
menangis dan
lift atau jaw thrust, merintih,
terpasang
sebagaimana
NCPAP, dirawat
mestinya di inkubator,
terpasang OGT
- Posisikan pasien A : pola nafas
untuk tidak efektif
P : intervensi
memaksimalkan dilanjutkan
ventilasi
- Identifikasi
kebutuhan
aktual/potensial
pasien untuk
memasukkan alat
membuka jalan
nafas
- Masukkan alat
NPA/OPA
30
sebagaimana
mestinya
2 Gangguan pertukaran gas -Bersihkan mulut, S:-
O : pasien sesak
hidung dan sekresi
nafas, takikardi
trakea dengan tepat A : gangguan
pertukaran gas
-Pertahankan kepatenan P : oksigenasi
jalan napas dan intervensi
dilanjutkan
-Siapkan peralatan
oksigen dan berikan
mll sistem
humidifier
-Berikan oksigen
tambahan seperti
yang diperintahkan
-Monitor aliran oksigen
-Monitor posisi
perangkat (alat)
pemberian oksigen
31
- Sendawakan bayi
setelah menyusu
- Tempatkan dot
diujun lidah
- Kontrol intake
cairan
- Dorong untuk
menstimulasi
rooting
- Topang dagu bayi
agar tidak tumpah
- Monitor reflek
hisap bayi
Edukasi pasien dan
pengasuh tentang
pengenceran susu
formula yang bener
32